17 Rayuan Pangeran Ghalik
“Kau akan merasakan akibatnya
nanti atas perkataanmu yang kurang ajar itu.....!”
Dan setelah berkata begitu,
Tiat To Hoat-ong melangkah mendekati Liu Ong Kiang, tangan kanannya dihantamkan
ke punggung Liu Ong Kiang.
Si pengemis berusaha
mengelakkan diri namun dia kalah cepat, telapak tangan Tiat To Hoat-ong telah
singgah di punggungnya.
Tidak ampun lagi tubuh Liu Ong
Kiang terjungkal rubuh bergulingan di atas lantai.
Belum lagi Liu Ong Kiang bisa
bangkit dan masih mengerang sakit karena tulang punggungnya seperti akan patah
akibat pukulan Tiat To Hoat-ong, di waktu itulah tubuh TiatTo Hoat-ong yang
tinggi besar namun dapat bergerak lincah dan ringan telah berada di sampingnya,
tahu-tahu kaki kanannya telah menginjak punggung Liu Ong Kiang, dia menginjak
dengan kuat sekali, sampai terdengar suara “krek!” ada tulang-tulang punggung
Liu Ong Kiang yang patah!
Bukan main menderitanya Liu
Ong Kiang, dia menderita kesakitan yang hebat, sampai dia mengeluh perlahan.
Namun pengemis dari Kay-pang ini, walaupun menderita kesakitan seperti itu,
sama sekali tidak menjerit.
Dan bukannya merintih malah
telah membuka mulutnya untuk memaki lagi: “Koksu bau busuk, manusia seperti
engkau, yang mirip anjing dan babi, mana pantas menjadi Koksu? Hemm...... kalau
kau bertemu dengan Sin-tiauw-tay-hiap, aku ingin lihat, apakah engkau masih
memiliki nyali untuk pentang mulut! Kukira, engkau akan akan terkencing-kencing
dan terkentut-kentut berlutut di hadapan Sin-tiauw-tay-hiap memohon-mohon pengampunan
untuk jiwa anjingmu itu!”
Bukan main gusarnya Tiat To
Hoat-ong, dia sampai menggigil menahan keamarahannya itu. Dan kemudian katanya
dengan berang: “Baik, baik, aku tidak akan membunuhmu dulu, agar cita-citamu
itu terlaksana! Kau akan melihat nanti, bagaimana aku membekuk si buntung Yo Ko
itu......! Memang kami tengah mencari jejaknya. Tetapi engkau tidak bisa
dibiarkan dalam keadaan seperti ini, terlalu enak untukmu......!” dan setelah
berkata begitu, ketika baru saja kata-katanya itu diucapkan, ke dua tangan Tiat
To Hoat-ong telah digerakkan, di mana dia telah patahkan ke dua tangan Liu Ong
Kiang!
Sama sekali Liu Ong Kiang
tidak menjerit, hanya menggigit bibir menahan sakit. Dan kemudian Tiat To
Hoat-ong telah menginjak ke dua kaki si pengemis dengan ke dua kakinya,
mengerahkan lweekangnya, maka dengan memperdengarkan suara “krekkk!” tulang ke
dua kaki Liu Ong Kiang akhirnya remuk juga!
Itulah cara membuat bercacad
lawan yang sangat keji sekali. Tiat To Hoat-ong memang benar-benar tidak hendak
membinasakan orang yang telah menghinanya ini, malah dia akan membiarkannya
hidup dulu. Sampai kelak baru dia akan melakukan siksaan lagi, membuat orang
sulit hidup dan sukar untuk mati.....
Bangsawan Mongolia yang
berdiri diam dengan sepasang alis mengkerut. Tidak mengucapkan apa-apa, hanya
mengawasi saja apa yang dilakukan Koksu Negara itu, karena ia yakin percuma ia
menahan sepak terjang Koksu itu yang tengah murka sekali.....
Ko Tie yang telah dipesan oleh
Liu Ong Kiang agar menunggui pintu kamar, diam-diam telah mengintai dari atas
tangga loteng, semua yang terjadi telah dilihatnya dengan jelas. Anak itu jadi
bingung dan ngiris hatinya menyaksikan Liu Ong Kiang dianiaya seperti itu, ia
tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hanya satu yang diingatnya, yaitu
memberitahukan pada Yo Him.
Namun anak ini teringat bahwa
Yo Him telah berpesan, agar tidak seorangpun dlperbolehkan masuk ke dalam
sebelum ia selesai mengerahkan lweekangnya méngobati Cin Piauw Ho.
Sedang anak itu kebingungan
sendiri, dilihatnya Tiat To Hoat-ong telah menginjak hancur tulang kaki Liu Ong
Kiang, maka tidak ada pilihan lain pada diri anak ini, ia memutuskan untuk
memberitahukan Yo Him, karena jika terlambat tentu Liu Ong Kiang akan disiksa
jauh lebih hebat lagi.
Cepat-cepat Ko Tie kembali ke
kamarnya, membuka pintu perlahan-lahan dan menghampiri pembaringan. Dilihatnya
Yo Him masih duduk bersila, tengah menyalurkan tenaga dalamnya pada Cin Piauw
Ho.
Yo Him berdiri di sisi
pembaringan tanpa bisa membuka suara. Yo Him melirik padanya, dan mmgisyaratkan
seperti bertanya apakah terjadi sesuatu, karena dilihatnya muka Ko Tie begitu
pucat.
Ko Tie suara terbata-bata
akhirnya, bisa juga berkata: “Paman pengemis...... tengah..... dianiaya
orang......!”
Mendengar itu. sepasang alias
Yo Him mengkerut dalam-dalam. Entah orang liehay mana yang sampai dapat
menganiaya Liu Ong Kiang?
Tetapi waktu itu Yo Him tengah
berada pada saat-saat yang begitu sangat genting dan terakhir ia mengerahkan
tenaga dalamnya itu dua putaran lagi, barulah selesai. Jika di saat itu ia
menyudahi pengerahan tenaga dalamnya, bukan saja Cin Piauw Ho akan celaka,
karena seperti juga tenaga yang tengah beredar itu tahu-tahu terlepas dari
libatan dan bisa menyerang bagian dalam anggota tubuh Cin Piauw Ho pun Yo Him
sendiri bisa terluka di dalam. Maka dengan anggukan kepala ia seperti
mengatakan agar Ko Tie menunggu beberapa saat lagi. Maka iapun telah
mengerahkan tenaga dalamnya, di mana ia ingin segera mengakhiri pengerahan
tenaga dalamnya itu. Dua putaran tidak lama, hanya beberapa puluh detik.
Namun, belum lagi Yo Him
menyelesaikan pengerahan tenaga dalamnya itu. Justru pintu kamar telah
ditendang seseorang kuat sekali, sampai daun pintu kamar menyeblak keras dan
tampak di ambang pintu berdiri dua orang yang berpakaian sebagai bangsawan
Mongolia dan pendeta Lhama......
Yo Him juga segera mengenali
salah seorang dari ke dua orang yang berdiri di muka pintu itu tidak lain dari
Tiat To Hoat-ong, musuh bebuyutan dari ayahnya, saudara dari Kim Lun Hoat-ong
yang telah terbinasa delapanbelas tahun yang lalu......
◄Y►
Diam-diam Yo Him jadi mengeluh
juga, ia tengah berada dalam keadaan yang sulit, di mana ia tengah mengerahkan
tenaga dalamnya di saat-saat yang genting seperti itu. Disamping itu pula, ia
pun telah mempergunakan banyak sekali tenaga dalamnya, ia dalam keadaan lemah.
Dan yang muncul sekarang ini,
yaitu Tiat To Hoat-ong, orang terpandai dari Mongolia. Koksu negara yang
mempunyai kepandaian hanya sedikit di bawah kepandaian ayahnya. Jika memang
dalam keadaan biasa, tentu Yo Him tidak jeri menghadapi Koksu negara Mongolia
tersebut. Tetapi sekarang justru dia dalam keadaan seperti terjepit.
Namun dia tabah, dia juga
tidak menjadi gugup. Dengan sikap yang tenang ia telah meneruskan menyelesaikan
pengerahan tenaga pada Cin Piauw Ho tanpa memperdulikan kehadiran ke dua orang
Mongolia itu.
Tiat To Hoat-hong waktu
melihat Yo Him tengah mengerahkan tenaga dalamnya pada seseorang, yang rebah di
pembaringan dalam keadaan lemah. Telah memperdengarkan suara tertawa dingin,
katanya: “Oh, kiranya kau tengah berusaha mengobati seseorang.”
Dan sambil berkata begitu,
mulut bicara kaki melangkah mendekati pembaringan. Ia telah mengulurkan
tangannya untuk mencengkeram dada Yo Him.
Ko Tie ketakutan dan berkuatir
melihat pendeta Lhama yang ganas berangasan itu hendak mencengkeram Yo Him,
sedangkan Yo Him sendiri tahu, bahwa cengkeraman itu bukanlah cengkeraman yang
ringan, bisa mematikannya. Tetapi Ko Tie maupun Yo Him, tidak bisa berbuat lain
selain berdiam. Yang seorang, Ko Tie hanya bisa menyaksikan dengan bingung
tanpa dapat menolong. Sedangkan Yo Him berdiam dengan meneruskan pengerahan
tenaga dalamnya menyelesaikan penyaluran tenaga murni itu pada Cin Piauw Ho.
Dan Tiat To Hoat-ong meneruskan cengkeramannya.
Tetapi waktu tangan Tiat To
Hoat-ong hampir mengenai sasaran, mendadak pendeta itu mengeluarkan suara
seruan tertahan, mengandung perasaan sakit, ia pun batal mencengkeram dan
mundur menjauhi pembaringan dengan muka berobah pucat dan merah bergantian.
Apakah yang terjadi?
Ternyata waktu Yo Him
menghadapi bahaya yang cukup hebat, Cin Piauw Ho yang tengah rebah menerima
hawa murni Yo Him, telah melihat Tiat To Hoat-ong berdiri tepat di dekat
kepalanya. Maka tanpa pikir panjang lagi, dengan mempergunakan seluruh
tenaganya yang masih ada, walaupun ia sangat lemah, Cin Piauw Ho berhasil
menggerakkan tangan kirinya menghantam selangkangan Tiat To Hoat-ong, kepada
alat vitalnya pendeta Mongolia itu.
Apa yang dilakukan Cin Piauw
Ho tidak disangka sama sekali oleh Tiat To Hoat-ong, mimpipun tidak. Maka alat
vitalnya itu kena dihantam oleh Cin Piauw Ho. Untung saja waktu itu Cin Piauw
Ho tengah terluka dan tidak memiliki tenaga, di mana ia sangat lemah,
pukulannya itu perlahan. Namun karena jatuhnya di tempat yang vital sekali,
juga telak, walaupun perlahan, memberikan hasil yang membuat Tiat To Hoat-ong
harus meringis menahan sakit dan menahan cengkeramannya.
“Kau..... kalian benar-benar
harus dimampusi!” teriak Tiat To Hoat-ong setelah perasaan sakit pada
selangkangannya itu berkurang.
Namun waktu pendeta yang
menjadi Koksu negara Mongolia ini hendak menghampiri, waktu itulah bangsawan
Mongolia itu telah mencekal tangannya, kata bangsawan Mongolia itu: “Jangan
ganggu mereka dulu, Koksu, biarkan saja dulu. Kita mempunyai waktu yang banyak,
sebentar lagi kau menghajar mampus mereka juga kukira belum terlambat......!”
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya
ingin melampiaskan kemurkaannya itu dengan sekali hantam membinasakan Yo Him
dan Cin Piauw Ho. Tetapi atas cegahan bangsawan Mongolia itu, seperti juga
telah membuatnya tersadar, bahwa mereka belum memperoleh keterangan apapun
juga. Justru yang mereka kehendaki, adalah mengorek keterangan dari Yo Him, di
mana sekarang ini Yo Ko, Siauw Liong Lie dan jago-jago lainnya telah
menyembunyikan diri.
“Baik, aku memberikan
kesempatan hidup kepada mereka sampai batas waktu malam ini. Besok walaupun
bagaimana aku harus membinasakan mereka termasuk juga si pengemis anjing yang
di luar itu......!” berkata Tiat To Hoat-ong dengan menahan kegusaran hatinya.
Waktu itu Yo Him telah selesai
menyalurkan seluruh tenaga dalamnya pada Cin Piauw Ho dan ia telah mengangkat
telapak tangannya dari perut Cin Piauw Ho. Namun pemuda she Yo ini letih
sekali.
“Orang she Yo, ada sesuatu
yang ingin kami tanyakan kepadamu!” kata bangsawan Mongolia itu dengan suara
yang angker gagah, sikapnya agung-agungan.
Yo Him mengawasi bangsawan
Mongolia tersebut, lalu ia menoleh memandang Tiat To Hoat-ong, kemudian tertawa
mengejek diiringi pertanyaan: “Hemm, tidak kusangka bahwa aku akan menerima
kunjungan kehormatan dari dua orang tamu istana!”
Tiat To Hoat-ong mengawasi
mendelik saja tanpa mengatakan suatu apapun juga. Sedangkan si bangsawan
Mongolia itu telah berkata lagi dengan sifatnya yang agung-agungan itu: “Orang
she Yo, kami telah mengetahui bahwa kau puteranya Yo Ko, yang bergelar
Sin-tiauw-tay-hiap itu..... maka kami ingin menanyakan sesuatu kepadamu
mengenai.....!”
“Tunggu dulu.....!” kata Yo
Him sambil tersenyum tenang, walaupun saat itu otaknya tengah bekerja keras
memikirkan cara yang terbaik untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong. Jika sampai
harus terjadi pertempuran. “Bolehkah aku tahu siapa Taijin yang menjadi tamuku
terhormat ini?”
Bangsawan Mongolia itu tampak
ragu-ragu. Namun akhirnya ia menyahuti, “Aku keponakan dari Khan kami yang
agung, aku bernama Ghalik.”
Memang bangsawan Mongolia itu
adalah pangeran Ghalik, yang memiliki kekuasaan sangat besar dan menjadi
kepercayaan orang Kublai Khan. Dia adalah keponakan luar dari Kublai Khan, yang
sejak kecil gemar sekali mempelajari ilmu silat dan gulat.
Waktu delapan belas tahun yang
lalu tentara Mongolia telah gagal merebut kota Siang-yang, di mana akhirnya
tentara Mongolia itu telah ditarik kembali pulang ke pedalaman Mongolia,
pangeran Ghalik tersebut telah bertemu dengan seorang berkepandaian tinggi dan
aneh, yang tidak mau memberikan keterangan mengenai dirinya. Namun orang aneh
itu memiliki kepandaian yang liehay sekali, di mana ia telah mewarisi
kepandaiannya pada pangeran Ghalik ini, sehingga pangeran tersebut sekarang memiliki
kepandaian yang tidak rendah.
Dengan demikian, pangeran
Ghalik telah jadi kepercayaan Kublai Khan, terutama untuk memimpin pasukan
istana yang menjaga kediaman raja Mongolia tersebut.
Begitulah, Ghalik dengan
kekuasaannya yang tidak terbatas itu telah mencari orang-orang pandai yang
memiliki kepandaian tinggi dan bersedia menakluk dan juga mengejar pangkat dan
harta, bekerja di bawah perintah Ghalik, guna menjadi pembantunya yang dapat
diandalkan.
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya
tidak menyukai cara dan tindakan yang dilakukan oleh pangeran Ghalik, yang
menerima jago-jago dari kerajaan Song juga, di mana mereka telah di tempatkan
menjadi satu dengan para jago dari Mongolia. Menurut Tiat To Hoat-ong, dengan
menerima jago-jago dari kerajaan Song itu, sama saja dengan memelihara anak
macan, jika telah tumbuh sayap malah bisa menerkam majikan. Dan Tiat To
Hoat-ong justru kuatir kalau saja nanti para jago-jago Song yang bekerja pada
perintah pengeran Ghalik itu suatu waktu kelak akan memberontak dan menimbulkan
kesulitan yang tidak kecil buat kerajaan Khan nya yang agung.
Namun pangeran Ghalik memiliki
pendirian tersendiri, ia berpikir jauh sekali. Tanpa ditariknya jago-jago
kerajaan Song, sulit buat mereka memberantas para jago-jago bekas kerajaan Song
yang menentang kekuasaannya Kaisar Kublai Khan. Dengan begitu, ia bermaksud
untuk memperalat jago-jago bekas kerajaan Song tersebut, untuk mendekati para
jago-jago kerajaan Song yang telah hidup mengasingkan diri di tempat-tempat
persembunyian yang sukar dicari.
Dengan adanya mereka, yaitu
para jago-jago kerajaan Song yang telah bisa dipicuk dengan harta dan pangkat.
Mereka diperalat buat menghantam dan membasmi para jago-jago Song yang
menentang kekuasaan Kublai Khan.
Dan kebijaksanaan yang diambil
oleh pangeran Ghalik memang disetujui oleh Kublai Khan, dengan demikian Tiat To
Hoat-ong jadi tidak bisa memperlihatkan ketidak senangannya itu. Dia berdiam
diri saja, menindih perasaan jelusnya itu.
Sesungguhnya, yang membuat
Tiat To Hoat-ong tak setuju pangeran Ghalik mengambil jago-jago kerajaan Song
yang telah runtuh itu, ia kuatir justru nanti mempersulit dirinya. Dia sebagai
Koksu negara, dan memang pernah bertempur dengan para jago-jago Song seperti Yo
Ko dan tokoh-tokoh lainnya, di mana dirinya juga telah dipermainkan.
Ia telah menaruh dendam dan
sakit hati pada setiap jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh itu. Adalah
cita-citanya, begitu Kublai Khan berhasil menancap kaki di daratan Tiong-goan
ini, di saat mana ia telah memperoleh kekuasaan yang besar, Tiat To Hoat-ong
bermaksud mengadakan pengejaran pada jago-jago kerajaan Song itu menumpas dan
membasmi sampai ke akar-akarnya.
Dan kekecewaan yang
diterimanya oleh tindakan pangeran Ghalik yang malah merangkul para jago-jago
Song itu, di antaranya terdapat beberapa orang jago bekas ikut bertempur
berdiri di pihak Yo Ko, namun sekarang terpicuk oleh harta dan pangkat. Dendam
Tiat To Hoat-ong itu tetap menyala, namun sebagai seorang Koksu, di mana ia
memperoleh kepercayaan dan juga dihormati Kaisarnya, dia tidak mau bertindak
terlalu ceroboh. Ia berpendapat berhasilnya dia untuk melampiaskan sakit hati
dan dendamnya itu bukan tergantung dari waktu.
Sekarang memang ia tidak bisa
untuk menentang pangeran Ghalik. Tetapi jika memang telah tiba waktunya. Walaupun
itu terjadinya kelak lima tahun lagi atau juga sepuluh tahun pasti ia akan
melampiaskan dendamnya itu untuk membasmi para jago-jago Song, yang memang
tidak disenanginya.
Tidak terlalu mengherankan
begitu bertemu dengan Liu Ong Kiang ketika si pengemis salah tingkah dan salah
bicara sedikit saja menyinggung hati dan perasaannya, Tiat To Hoat-ong telah
turunkan tangan keji dan bengis tidak mengenal kasihan lagi.
Dan juga begitu melihat Yo Him
terlebih lagi dia mengetahui bahwa Yo Him itu adalah puteranya Yo Ko. Musuh
bebuyutannya itu. Ia ingin mempergunakan kesempatan dikala Yo Him tidak
berdaya, untuk turun tangan membinasakannya. Namun kenyataannya maksudnya itu
telah dihalangi oleh pangeran Ghalik, membuat Tiat To Hoat-ong tambah penasaran
dan menaruh perasaan tidak senang yang kian tebal pada diri pangeran itu.
Waktu itu pangeran Ghalik
telah tertawa tawar kepada Yo Him, katanya: “Orang she Yo, sekarang kau harus
bicara dengan jujur! Kami akan bertanya secara baik-baik, dan kuharap engkau
tidak terlalu keras kepala dan juga terlalu angkuh untuk menjawab setiap
pertanyaanku, karena jika terjadi hal seperti itu, tentu hanya akan mempersulit
dirimu sendiri......!”
“Pertanyaan apakah yang hendak
diajukan oleh Taijin?” tanya Yo Him dengan sikap yang tenang. Ia memang senang
jika orang hendak banyak bertanya, sebab demikian bisa membuat ia memiliki
kesempatan yang banyak guna memulihkan tenaga dalamnya, agar tenaganya itu
kembali pulih seperti biasa dan memperoleh kesegarannya.
Pangeran Ghalik telah tertawa
tawar sambil katanya dingin: “Di manakah sekarang ini ayahmu berada?” tanyanya.
Yo Him mengangkat bahu.
“Sayang sakali aku telah
mengembara cukup lama, telah beberapa tahun sejak pertempuran terjadi waktu
Khan kalian belum berhasil merebut Siang-yang dan menguasai daratan Tiong-goan,
kami berpisahan lama dan belum bertemu lagi.”
Mata pangeran Ghalik
berputaran, ia tertawa tawar, ia tidak memperlihatkan kegarangan atau
kegusaran, hanya tanyanya: “Pemuda she Yo, kau masih berusia muda, apakah kau
bermaksud untuk seumur hidupmu selalu merantau dan berkelana dalam rimba
persilatan? Apakah kau tidak berpikir untuk hidup senang dengan harta yang
banyak dan pangkat yang tinggi?”
Yo Him mendengar orang
bertanya itu, ia mengerti pangeran Ghalik ini telah membujuknya, berusaha untuk
menariknya dengan harta dan pangkat, itu memang telah menjadi kebiasaan kuno
dari pembesar Boan ini, yaitu kerajaan Mongolia yang berkuasa sekarang ini di
daratan Tiong-goan. Yang memicuk para jago-jago Song yang ada dengan harta dan
pangkat. Tetapi Yo Him tidak memperlihatkan perasaan apapun juga pada wajahnya,
dia hanya berkata tawar:
“Untuk itu belum lagi terpikir
olehku. Karena sekarang ini aku masih senang mengembara untuk mendatangi
tempat-tempat yang indah dan menikmati keindahan alam yang ada. Dengan
demikian, tidak dapat dikatakan juga bahwa aku senang berkelana terus menerus,
hanya saja disebabkan memang pengalamanku belum ada dan belum puas menikmati
keindahan seluruh daratan Tiong-goan ini. Setelah puas pula melihat keramaian
dan keindahan alam dan pemandangan yang ada di seluruh daratan Tiong-goan ini
barulah aku memikirkan baik-baik, apakah aku akan hidup mengasingkan diri di
tempat sunyi, atau akan pergi mencari pangkat!”
Mendengar perkataan Yo Him,
pangeran Ghalik tertawa, sikapnya jauh lebih manis.
“Yo Siauwhiap!” kata pangeran
yang memiliki sifat licik itu. “Sesungguhnya aku tertarik sekali melihat kau.
Kau demikian muda, gagah dan tampan sekali. Jika memang engkau memiliki pikiran
yang luas dan panjang demi masa depanmu yang cemerlang, maka alangkah baiknya
sekarang-sekarang ini kau mulai memikirkan perihal kedudukan di dalam kerajaan.
Orang seperti kau ini memang sangat dibutuhkan sekali oleh kerajaan......!
Maafkan, aku bicara demi kebaikanmu.....!”
Yo Him tertawa mendengar
perkataan pangeran Ghalik, katanya, “Ya, terima kasih untuk budi baik dan juga
kemurahan Taijin, apa yang disarankan oleh Taijin akan kupikirkan
baik-baik......!”
Waktu itu muka Tiat To
Hoat-ong telah berobah merah padam mendengar Yo Him tengah dibujuk oleh
Pangeran Ghalik, yang bermaksud menarik pemuda itu ke pihak mereka.
Tetapi karena pangeran Ghalik
merupakan orang kepercayaan Kublai Khan, disamping itu juga memang pangeran
Ghalik ini memiliki kekuasaan yang sangat besar. Walaupun Tiat To Hoat-ong
sebagai Koksu negara toh sesungguhnya dia masih berada di bawah kekuasaan
pangeran Ghalik itu. Karena itu Tiat To Hoat-ong hanya bungkam saja dan
mengawasi Yo Him dengan mata mendelik.
Yo Him juga tahu jika dalam
keadaan seperti itu dia berkeras dan mengejek pangeran Ghalik tentu akan
menimbulkan kesulitan, maka pemuda she Yo hanya bermaksud mengulur waktu agar
dapat memulihkan tenaga dalamnya, mengatur pernapasannya. Dan jika ia telah
berhasil memulihkan pernapasan dan tenaganya di waktu itulah baru ia akan
mempergunakan kekerasan untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.
Sedangkan pangeran Ghalik jadi
girang dia melihat usia Yo Him masih muda, dan tentunya pemuda itu akan dapat
dibujuknya untuk dipicuk dengan harta dan pangkat. Dengan begitu, kalau sampai
dia bisa menarik Yo Him ke pihaknya, jelas ia memperoleh tambahan tenaga yang
dapat diandalkan.
“Siauwhiap tampaknya seorang
pemuda yang memiliki pikiran luas dan bisa melihat sesuatu dengan baik dan
pertimbangan-pertimbangan yang bijaksana,” kata Pangeran Ghalik. “Justeru aku
telah melihat semua itu, dan itulah pula sebabnya mengapa aku berani menawarkan
padamu sedikit kedudukan. Jika memang Siauwhiap tidak menolak, tentu aku bisa
menyampaikannya pada Khan kami yang agung, agar memberikan kedudukan yang
setimpal dengan kepandaian yang dimiliki Siauwhiap......!”
Yo Him tertawa mendengar
tawaran yang manis seperti itu, dia berkata dengan suara yang tenang:
“Terima kasih atas kebaikan
Taijin yang telah begitu bermurah hati mau bercapai lelah mengurusi diriku.
Sayangnya sekarang-sekarang ini aku belum mau lagi terikat oleh pangkat dan
kedudukan...... tentu saja tugas sebagai seorang yang memiliki pangkat dan
kedudukan, akan membuat aku tidak dapat mengerjakannya dengan baik, karena
itulah pekerjaan yang tidak mudah......!”
Pangeran Ghalik tertawa.
“Tetapi Siauwhiap terus
berpikir jauh,” katanya kemudian. “Bukankah Siauwhiap juga mengetahui bahwa
ayahmu pernah terlibat dalam bentrokan dengan kami, dan juga dari pihak kami
kini tengah giat-giatnya mencari orang-orang yang dulu pernah menentang kami
begitu keras. Tentu saja termasuk ayahmu. Aku bicara berterus terang demikian,
agar Siauwhiap mengetahui dengan jelas bahwa jika memang Siauwhiap mencintai
orang tuamu itu, tentu engkau akan mau menerima pangkat dan harta dari kami.
Dengan begitu, engkaupun telah menyelamatkan ayahmu karena dengan menjadi orang
kami, jelas ayahmu itu tidak akan diganggu pula dan juga malah kami akan
melupakan tindakan dan perbuatannya di masa lalu......!”
Yo Him tertawa, katanya
menyahuti perlahan: “Terima kasih, terima kasih. Tetapi Taijin rupanya salah
dalam hal ini. Maksudku salah dalam menentukan sikap dan memandang terlalu
rendah kepada ayahku! Ayahku itu manusia macam apa tentunya Taijin telah mengetahui,
tidak mungkin ia mengharapkan belas kasihan dari pihak Mongolia. Terlebih lagi
mengharapkan dengan masuknya sang putera ke pihak Mongolia, mengharapkan untuk
dapat lolos dari kejaranmu itulah terlalu rendah sekali untuk ayahku, dan
ayahku itu tentu tidak mengharapkan belas kasihan dari siapapun juga......!”
Melihat Yo Him tersinggung
seperti itu, pangeran Ghalik telah berkata, “Jika memang begitu, Siauwhiap yang
telah salah mengartikan perkataanku. Sesungguhnya, bukan maksudku ingin
menyatakan bahwa Sin-tiauw-tay-hiap itu seorang yang rendah dan mengharapkan
belas kasihan. Tetapi justru dari Siauwhiap sendiri sebagai puteranya yang
harus memiliki kesadaran untuk menyelamatkan orang tua yang tengah terancam
keselamatannya.