Bab 15
Seng Bu maklum bahwa lima
orang tosu itu menjadi berbahaya karena mereka bergerak mengikuti kedudukan
bintang Ngo-heng yang perubahannya otomatis dan kadang amat ganas itu. Seng Bu
mengerahkan tenaga Bu-kek Hoat-keng dan memutar pedangnya. Tubuhnya lenyap
terbungkus gulungan sinar pedang yang menyilaukan mata dan suara
mengaung-ngaung itu sungguh menggetakkan hati para pengeroyok. Karena cara Seng
Bu bergerak amatlah aneh, seperti kacau balau akan tetapi semua serangan
senjata lawan dapat digagalkan, lima orang tosu itu terseret oleh kekacauan
gerakannya sehingga kerapian gerakan barisan Ngo heng-tin itu juga menjadi
retak.
Tiba-tiba Seng Bu mengeluarkan
teriakan melengking yang begitu nyaring mengerikan, sehingga bukan saja membuat
lima orang lawannya terkejut, juga semua orang yang berada di situ tergetar dan
merasa ngeri. Teriakan itu bukan seperti suara manusia, mengandung gaung yang
aneh dan seketika membuat lima orang tosu itu seperti kehilangan kesadaran.
Kemudian terdengar suara keras lima kali berturut-turut dan empat batang pedang
beserta sebatang tongkat telah tersambar dan patah-patah oleh sinar pedang
Koai-liong Po-kiam!
Lima orang tosu itu
berlompatan mundur dengan kaget bukan main. Dalam waktu belasan jurus saja,
senjata mereka telah patah-patah dan ini berarti bahwa mereka telah kalah.
Ucapan Siangkoan Kok tadi terbukti!
Ha-ha-ha, sekawanan tosu
sombong sekarang baru menyaksikan tingginya langit!! Siangkoan Kok tertawa
bergelak, diikuti oleh mereka yang memang sudah tunduk kepada Thian-li-pang.
Seng Bu yang tadinya seperti
kesetanan, kini sudah tenang kembali dan dia pun menghampiri Kim Giok dan
mengembalikan pedang gadis itu. Gadis itu masih duduk tercengang. Tadi ia
melihat betapa pemuda pujaan itu seperti telah berubah. Gerakannya demikian
aneh, seperti bukan orang bersilat, seperti orang gila atau binatang buas
mengamuk, dan suaranya tadi! Juga matanya mencorong aneh dan mengerikan. Akan
tetapi sekarang dia telah kembali menjadi seorang pemuda yang tampan dan lembut
seperti biasanya, yang mengembalikan pedangnya dengan senyum manis. Ia pun
menerima pedang itu dan menyarungkannya kembali, tanpa mengalihkan pandang
matanya dari wajah pemuda itu.
Terima kasih, Giok-moi,! kata
Seng Bu dan dia pun kembali menghadapi lima orang tosu yang masih berdiri
tertegun.
Apakah Totiang berlima masih
penasaran? Masih tidak percaya bahwa aku telah mengalahkan Yo Han yang hendak
membunuhku dan kini dia telah tewas di dalam sumur tua?! tanyanya, tersenyum,
akan tetapi senyumnya dingin dan pandang matanya mengejek dan merendahkan. Lima
orang tosu itu merasa penasaran sekali. Sukar bagi mereka untuk menerima
kekalahan dari seorang pemuda, padahal mereka tadi maju bersama.
Ouw Pangcu, senjata kami rusak
karena keampuhan pedang Koai-liong Pokiam, akan tetapi kami belum merasa
kalah.! kata Thian To-cu.
Lalu To-tiang mau apa?! Seng
Bu menantang.
Kita lanjutkan pertandingan
dengan tangan kosong agar kalah menang ditentukan oleh kepandaian, bukan oleh
keampuhan senjata.!
Baik, kalau Totiang masih penasaran,
silakan!! Seng Bu menantang.
Ha-ha-ha, dasar tosu-tosu
tolol, tak tahu diri!! Siangkoan Kok mencela dari tempat duduknya. Semua orang
tahu bahwa orang-orang Bu-tong-pai mengandalkan ilmu pedangnya. Kalau
menggunakan pedang saja kalah, apalagi bertangan kosong. Mencari penyakit,
ha-ha-ha, para tosu tolol yang mencari penyakit!! Bekas ketua Pao-beng-pai ini
tertawa-tawa.
Mendengar ejekan ini, lima
orang tosu Bu-tong-pai menjadi marah. Mereka sudah memasang kuda-kuda dan Thian
To-cu berseru, Ouw Pangcu, sambut serangan kami!!
Orang-orang telah memiliki
ilmu kepandaian tinggi seperti Cu Kim Giok, Siangkoan Kok dan beberapa orang di
antara tamu, terkejut melihat cara lima orang tosu itu membuka penyerangan
mereka. Thian To-cu berada di depan, empat orang sutenya menempelkan telapak
tangan di punggungnya. Jelas bahwa mereka berlima itu menyatukan tenaga sakti
mereka untuk mengalahkan Seng Bu. Kim Giok terkejut sekali, maklum betapa
kuatnya tenaga lima orang tosu yang dipersatukan itu. Bahkan Siangkoan Kok
sendiri mengerutkan kening dan memandang khawatir. Akan tetapi, Kim Giok
menahan teriakannya untuk mencegah kekasihnya menyambut serangan itu karena
memang sudah terlambat. Seng Bu sama sekali tidak mengelak, bahkan dia juga
mendorongkan kedua telapak tangan ke depan untuk menyambut serangan gabungan
itu.
Desss....!!! Dua pasang
telapak tangan bertemu dengan dahsyatnya dan lima orang tosu itu terjengkang
roboh!
Ilmu yang dikuasai Seng Bu
memang hebat dan aneh. Biarpun dipelajarinya secara ngawur dan tidak menurut
aturan, namun tidak kehilangan keampuhannya, bahkan lebih aneh lagi dan
mengandung racun yang hebat. Ilmu Bu-kek Hoat-keng aselinya, biarpun dahsyat,
namun dapat dikendalikan, dan memang memiliki daya penolak atau mengembalikan
kekuatan lawan yang menyerangnya. Akan tetapi, yang dikuasai Seng Bu sudah
berubah, tenaga dahsyat itu tidak dapat dikendalikannya dan mengandung racun
hebat. Akan tetapi daya tolaknya masih ampuh sehingga ketika lima orang tosu
itu menyerangnya dengan tenaga gabungan yang dahsyat, tenaga itu membalik dan
memukul diri mereka Sendiri!
Peristiwa robohnya lima orang
tosu ini mengejutkan semua orang, dan amat mengagumkan dan melegakan hati Kim
Giok. Bahkan Siangkoan Kok terkejut dan kagum bukan main, membuat dia semakin
yakin akan kelihaian ketua Thian-li-pang yang masih muda itu.
Lima orang tosu itu bangkit
dengan muka pucat. Yang paling parah adalah Thian To-cu yang muntah darah. Seng
Bu memberi hormat dan berkata, Totiang berlima melihat sendiri bukti ketanguhan
kami. Sebaiknya kalau Totiang membawa Bu-tong-pai bekerja sama dengan kami
untuk berjuang dan kalau Bu-tong-pai menolak, kami harap tidak lagi mengganggu
kami.!
Maafkan kami yang tak tahu
diri, kami mengaku kalah.! kata Thian To-cu dan dibantu empat orang sutenya,
dia pun meninggalkan tempat itu diikuti suara tawa Siangkoan Kok.
***
Thian To-cu dengan susah payah
menuruni Bukit Naga, dibantu oleh empat orang sutenya yang juga menderita luka
guncangan dalam dada. Mereka terpukul oleh tenaga mereka sendiri yang membalik,
akan tetapi yang paling parah adalah Thian To-cu karena dia bukan saja
terguncang hebat oleh pukulannya yang membalik, juga dia dilanda hawa beracun
yang membuat dadanya sesak dan warna kulit dadanya menghitam! Setelah tiba di
kaki bukit, Thian To-cu tidak tahan lagi dan roboh pingsan!
Pada saat empat orang to-su
dengan bingung merubung suheng mereka dan berusaha menyadarkannya, mereka
mendengar, suara seorang wanita yang bertanya, To-tiang sekalian, apakah yang
terjadi dan kenapa To-tiang itu? Eh, bukankah kalian tosu-tosu dari
Bu-tongpai?!
Empat orang tosu itu menengok.
Seorang gadis telah berdiri di situ. Gadis yang masih amat muda, belum dua
puluh tahun usianya. Cantik jelita dan gagah sekali sikapnya. Pakaiannya
berwarna merah.
Aih, bukankah dia Thian To-cu
Totiang dari Bu-tong-pai?! kata lagi gadis itu dengan nada suara heran. Kenapa
dia?!
Kini dua di antara empat orang
tosu itu teringat bahwa gadis ini pernah satu kali singgah di kuil mereka.
Kiranya Ang-ho Li-hiap (Pendekar Wanita Bangau Merah)!! seru seorang di antara
mereka. Kami berlima baru turun dari bukit, berkunjung ke Thian-li-pang dan
kami dilukai oleh ketuanya.!
Ahhhhh?! Gadis itu adalah Tan
Sian Li, Si Bangau Merah. Tentu saja ia mehasa heran bukan main mendengar ketua
Thian-li-pang melukai lima orang tosu Bu-tong-pai. Bukankah Thian-li-pang
merupakan perkumpulan para patriot gagah perkasa? Bahkan Yo Han menjadi
pemimpin besar mereka. Kenapa kini ketuanya memukul orang-orang Bu-tong-pai?
Kalau ia tidak salah ingat, Yo Han pernah bercerita tentang Thian-li-pang dan
ketuanya adalah Lauw Kang Hui, seorang kakek yang gagah perkasa. Akan tetapi,
yang lebih penting adalah menolong tosu yang terluka itu. Bu-tong-pai adalah
perkumpulan orang gagah, para muridnya banyak yang menjadi pendekar. Bahkan
ayahnya menghormati Bu-tong-pai, maka sudah sepantasnya kalau ia mencoba
menolong para tosu itu.
Biarkan aku memeriksanya,
siapa tahu, akan dapat mengobati dan menyembuhkannya,! katanya. Melihat sikap
gadis muda itu yang tenang dan tegas, empat orang tosu itu mundur dan
membiarkan Sian Li melakukan pemeriksaan. Sian Li berjongkok dekat tubuh Thian
To-cu yang masih pingsan, lalu memegang pergelangan tangannya, merasakan denyut
nadinya. Ia mengerutkan alisnya. Dari denyut nadi itu ia maklum bahwa keadaan
tosu itu cukup gawat dan dia menderita luka dalam yang mengandung hawa beracun!
Coba ceritakan, apa yang
terjadi bagaimana dia sampai terluka dalam seperti ini.! katanya. Empat orang
tosu itu menceritakan tentang perkelahian mereka melawan ketua Thian-li-pang,
tentang adu tenaga yang mengakibatkan mereka semua terluka.
Sian Li mengerutkan alisnya.
Hemmm, sungguh aneh. Aku harus memeriksa keadaan tubuhnya. Tolong bukakan
bajunya, aku ingin memeriksa dadanya.!
Seorang tosu membuka baju yang
menutupi dada Thian To-cu dan mereka terkejut melihat dada itu kehitaman. Sian
Li meraba dada itu dan mengangguk-angguk. Dia telah terkena hawa beracun yang
aneh sekali. Bagaimana mungkin ketua Thian-li-pang dapat melakukan pukulan
sekeji ini?!
Pemuda itu memang keji, aneh,
seperti iblis!!
Pemuda? Bukankah ketua
Thian-lipang sudah tua?!
Dia masih muda sekali, Lihiap,
paling tua dua puluh empat tahun.!
Ahhh? Bukankah ketuanya
bernama Lauw Kang Hui dan sudah tua?!
Bukan. Lauw Kang Hui sudah
mati, dan dialah ketua baru yang penuh rahasia.!
Sian Li merasa heran. Biarlah
kucoba mengobati suheng kalian ini lebih dahulu.! katanya dan gadis murid
Yok-sian Lo-kai (Pengemis Tua Dewa Obat) ini lalu mengeluarkan dua batang jarum
emas. Ia mengobati Thian To-cu dengan cara menusuk jarum. Tidak sampai setengah
jam ia mengobati tosu tua itu, warna hitam di dada pendeta itu lenyap dan tosu
Bu-tong-pai itu siuman, dan biarpun masih agak lemah, telah mampu bangkit.
Siancai...., kiranya Si Bangau
Merah yang telah mengobatiku. Terima kasih atas pertolonganmu, Tan-lihiap.!
kata Thian To-cu.
Totiang, apa sih yang telah
terjadi di Thian-li-pang? Bukankah ketuanya bernama Lauw Kang Hui, dan
bagaimana sekarang tiba-tiba muncul ketua baru yang masih muda dan memiliki
ilmu pukulan keji itu? Aku sendiri hendak naik ke sana dan mencari kalau-kalau
Han-koko berada di sana.!
Siapakah Han-koko itu,
Lihiap?! tanya Thian To-cu.
Yang kumaksudkan adalah koko
Yo Han, Sin-ciang Tai-hiap. Bukankah dia merupakan pemimpin besar
Thian-li-pang?!
Mendengar ini, Thian To-cu
menghela napas panjang dan wajahnya berubah muram. Siancai....,suatu keanehan
terjadi di atas sana, Lihiap.! Dia memandang ke atas bukit. Karena terjadinya
perubahan aneh di Thian-li-pang, maka kami berlima datang terkunjung untuk melakukan
penyelidikan dan meminta keterangan. Akan tetapi, kami dihadapkan kepada
kenyataan pahit, bahkan kami sampai terluka.!
Tentu saja, Sian Li tertarik
sekali. Ceritakan, Totiang. Apa sih yang terjadi dengan Thian-li-pang?!
Mula-mula kami mendengar berita
yang meresahkan hati, bahwa para pimpinan Thian-li-pang, yaitu Lauw Kang Hui
dan beberapa orang pembantunya, telah tewas. Kemudian terdengar berita bahwa
Thian-li-pang mempunyai seorang ketua baru dan sejak itu sepak terjang
Thian-li-pang menjadi aneh. Mereka menundukkan hampir semua perkumpulan silat
dan tokoh kang-ouw di daerah ini, membujuk atau memaksa mereka untuk bekerja
sama. Bahkan golongan sesat, bersekutu pula dengan golongan Pek-lian-kauw dan
Pat-kwa-pai, sebetulnya, kami dari Bu-tong-pai tidak ingin mencampuri urusan
dalam, sampai ada sebuah berita yang membuat kami merasa penasaran sekali dan
memaksa kami untuk datang berkunjung. Berita itu adalah bahwa para pemimpin
Thian-li-pang itu dibunuh oleh Sin-ciang Tai-hiap Yo Han.!
Ahhhhh.... tidak
mungkin....!!! Sian Li berseru, kaget bukan main.
Kami juga tidak percaya akan
berita itu, Lihiap. Kami mengenal siapa Sin-ciang Tai-hiap. Apalagi membunuh
para pimpinan Thian-li-pang padahal dia pemimpin besar di sana, bahkan para
penjahat pun tidak ada yang dibunuhnya. Dia menundukkan penjahat dan
menasihatinya, membujuknya sehingga banyak penjahat kembali ke jalan benar.
Akan tetapi, ada berita lain yang terlalu aneh. Yang mendorong kami melakukan
penyelidikan, yaitu bahwa baru beberapa hari ini, Sin-ciang Tai-hiap dibunuh
oleh ketua baru Thian-li-pang!!
Ahhhhh....!!! Kini Sian Li
meloncat berdiri dan mukanya berubah pucat sekali, matanya terbelalak. Aku....
aku tidak percaya!!!
Kami juga tidak percaya akan
keterangan yang diberikan ketua baru Thian-li-pang itu sehingga terjadi
bentrokan antara kami dan dia. Akan tetapi, dia ternyata amat lihai dan
memiliki ilmu pukulan yang amat keji. Kami kalah dan pergi dalam keadaan.luka.!
Kalau begitu, aku harus
menyelidiki ke sana. Selamat berpisah, Totiang!! Setelah berkata demikian,
nampak berkelebat bayangan merah dan Sian Li sudah lenyap dari depan para tosu
itu.
Thian To-cu menghela napas
panjang dan menggeleng kepalanya.
Sungguh berbahaya sekali, akan
tetapi mudah-mudahan Tan-lihiap akan mampu menandingi iblis itu,! katanya.
Mereka berlima merasa prihatin sekali, akan tetapi juga tidak berdaya.
Dengan hati diliputi
kegelisahan mendengar Yo Han dibunuh ketua baru Thian-li-pang yang kabarnya
masih muda itu, Sian Li berloncatan dan mempergunakan ilmu berlari cepat
mendaki Bukit Naga.
Berhenti!!! Tiba-tiba
terdengar seruan dan dari balik pohon dan semak belukar, berloncatanlah sepuluh
orang anggauta Thian-li-pang dan mereka mengepung Sian Li. Ketika melihat bahwa
yang datang tanpa diundang dan mereka kepung itu hanya seorang gadis cantik
berpakaian serba merah, sepuluh orang anggauta Thian-li-pang itu tertegun lalu
mereka tertawa-tawa dan mereka menyarungkan kembali golok mereka karena mereka
tentu saja memandang rendah seorang gadis, cantik seperti Sian Li. Akan tetapi,
biarpun mereka kagum akan kecantikan Sian Li, mereka tidak berani bersikap
kurang ajar. Ketua mereka mempunyai hubungan luas dengan dunia kang-ouw dan
kalau ternyata gadis ini seorang sahabat ketua mereka, maka kekurang-ajaran
mereka cukup untuk menjadi alasan mereka dihukum berat oleh ketua mereka.
Nona, siapakah Nona dan ada
keperluan apakah mendaki Bukit Naga? Apakah Nona seorang tamu dari
Thian-li-pang?!
Karena merasa amat khawatir
akan keselamatan Yo Han yang kabarnya dibunuh ketua Thian-li-pang, Sian Li
langsung saja bertanya, Apakah kalian ini anak buah Thian-li-pang?!
Benar, Nona. Siapakah Nona dan
ada keperluan apa Nona datang berkunjung?!
Siapakah nama ketua
Thian-li-pang sekarang?! tanya Sian Li.
Orang-orang itu saling pandang,
masih ragu-ragu karena belum tahu apakah gadis ini teman ataukah lawan, Ouw
pangcu kami bernama Ouw Seng Bu,! kata pemimpin mereka, seorang yang bertubuh
kurus kering dan mukanya kuning.
Katakan kepada Ouw-pangcu
bahwa aku ingin bertemu. Namaku Tan Sian Li.!
Mendengar bahwa gadis cantik
ini hendak bertemu dengan ketua mereka, orang-orang Thian-li-pang itu tidak
berani bersikap lancang. Si kurus kering berkata, Mari silakan mengikuti kami,
Nona. Kami akan melaporkan kepada ketua kami.!
Sian Li mengikuti mereka
memasuki perkampungan Thian-li-pang dan berhenti di depan gedung induk yang
menjadi tempat tinggal ketua Thian-li-pang. Si kurus kering segera masuk untuk
melaporkan kepada Ouw Seng Bu.
Pada saat itu, Ouw Seng Bu
sedang bercakap-oakap dengan Cu Kim Giok dan Siangkoan Kok. Siangkoan Kok
sedang melaporkan tentang hasilnya menalukkan partai-partai persilatan dan
perkumpulan besar di dunia kang-ouw untuk bekerja sama dengan mereka mendukung
perjuangan mereka menentang pemerintah penjajah. Cu Kim Giok hanya sebagai
pendengar saja. Gadis ini semakin kagum kepada Ouw Seng Bu dan tidak lagi
memandang rendah kepada Siangkoan Kok atau para tokoh perkumpulan sesat yang
telah bergabung dengan Thian-li-pang.
Ia menganggap bahwa di dalam
perjuangan menentang penjajah, memang semua kekuatan harus dipersatukan,
seperti yang dikatakan pemuda yang dicintanya itu. Ia menyadari sepenuhnya
bahwa kadang-kadang kekasihnya itu bertindak kejam, namun ia menghibur hatinya
yang merasa tidak cocok itu bahwa memang demikianlah perjuangan. Ia menganggap
kekasihnya seorang pejuang sejati, seorang pahlawan dan pendekar. Dan sikap Ouw
Seng Bu terhadap dirinya demikian baik, sopan, ramah dan penuh perhatian, penuh
kasih sayang!
Daun pintu ruangan itu diketuk
orang. Ouw Seng Bu mengerutkan alisnya. Masuk!! katanya lantang.
Si kurus kering membuka daun
pintu dan masuk, disambut bentakan Ouw Seng Bu. Ada urusan apa sampai engkau
berani mengganggu kami?!
Maaf, Pangcu. Kami mengadakan
penjagaan di lereng dan bertemu dengan seorang gadis berpakaian merah yang
menanyakan Pangcu dan minta bertemu dengan Pangcu. Karena itu, kami mengajaknya
datang dan sekarang ia menanti di ruangan depan.!
Siapakah namanya dan apa
keperluannya?!
Ia tidak mengatakan
keperluannya, hanya ingin bicara dengan Pangcu dan namanya Tan Sian Li....!
Ah, ia Sian Li....!!! seru Cu
Kim Giok kaget, heran dan juga girang.
Si Bangau Merah....!!! Seru
pula Siangkoan Kok.
Kalian sudah mengenalnya?!
tanya Ouw Seng Bu heran. Siapakah gadis itu, Giok-moi?!
Bu-koko, Tan Sian Li adalah
puteri paman Tan Sin Hong.! jawab Kim Giok. Kami pernah saling bertemu dalam
pesta ulang tahun Paman Suma Ceng Liong.!
Ia adalah Si Bangau Merah,
puteri Pendekar Bangau Putih dan ibunya adalah keturunan keluarga Istana Gurun
Pasir.! kata pula Siangkoan Kok.
Ahhh....!! Ouw Seng Bu
terkejut sekali. Ada keperluan apa ia datang ke sini? Aku tidak mengenalnya.!
Lalu kepada si kurus kering dia berkata, Persilakan Nona Tan Sian Li untuk
menunggu di kamar tamu. Aku segera menemuinya di sana.!
Setelah si kurus kering pergi,
dia menoleh kepada Kim Giok. Giok-moi, engkau mengenalnya dengan baik. Apa yang
harus kulakukan?!
Aku agak khawatir, Koko,
karena aku pernah mendengar bahwa Sian Li saling mencinta dengan Yo Han.
Jangan-jangan ia datang untuk....!
Wajah Ouw Seng Bu berubah. Ah,
kalau begitu kita harus membuat persiapan untuk mengatasinya. Ia merupakan
ancaman bagi kita.!
Koko, harap engkau jangan
mengganggu Sian Li. Kita harus mencari jalan agar ia tidak memusuhi kita,
bahkan membujuknya agar membantu perjuangan kita.! kata Kim Giok.
Engkau benar, Giok-moi. Akan
tetapi bagaimana kalau ia tidak mau dan hendak membalas dendam karena kematian
Yo Han?!
Kalau begitu, kita habisi
gadis itu karena membahayakan kita!! kata Siangkoan Kok.
Aku tidak setuju!! kata Cu Kim
Giok tegas, Aku tidak rela kalau ia dibunuh! Ia masih kerabat dekat orang
tuaku. Tidak mungkin aku membiarkan orang membunuhnya!!
Giok-moi, apakah engkau
membiarkan ia membalas dendam atas kematian Yo Han dan menghancurkan Thian-li-pang
kita? Apakah engkau rela kalau ia membunuhku? Kalau kita biarkan ia pergi, dan
ia mengajak ayahnya dan semua keluarga menyerang, kita akan celaka.
Keluarga Suling Emas dan Gurun
Pasir merupakan kerabat dekat dan bagaimana kita dapat menanggulangi mereka
yang memiliki banyak orang sakti?!
Tidak, aku tidak ingin ia
membunuhmu, akan tetapi juga tidak ingin engkau membunuhnya. Kita mencari jalan
terbaik. Aku akan membujuknya agar Ia mau melihat kenyataan bahwa Yo Han tewas
karena ulah sendiri dan agar ia tidak memusuhi kita.!
Andaikata usahamu itu gagal?!
Kalau begitu, terserah, akan
tetapi aku tetap melarang ia dibunuh.!
Baiklah, Giok-moi, kalau ia
berkeras kita tangkap dan tawan saja ia sebagai tamu, agar ia melihat sepak
terjang kita dalam perjuangan.!
Terdengar ketukan pada daun
pintu dan suara si kurus kering tadi, Lapor, Pangcu. Nona Tan sudah menanti di
ruangan tamu.!
Baik, kami segera datang.
Mari, Giok-moi!! Siangkoan Kok tidak ikut karena kalau dia muncul di depan Si
Bangau Merah, tentu akan mengejutkan gadis itu dan mendatangkan kesan buruk
karena mereka pernah bermusuhan dan bertanding.
Sian Li sudah menjadi tidak
sabar menanti terlalu lama, maka ketika mendengar langkah orang dari dalam, ia
sudah bangkit berdiri. Dapat dibayangkan betapa heran hatinya ketika ia melihat
bahwa yang muncul adalah seorang pemuda tampan bersama seorang gadis yang
dikenalnya sebagai Cu Kim Giok! Akan tetapi, ia takut kalau salah lihat dan
mungkin gadis itu orang lain yang hanya mirip Cu Kim Giok, maka dia pun diam
saja, hanya memandang penuh perhatian.
Sian Li....!! Cu Kim Giok yang
berseru sambil menghampiri Si Bangau Merah. Kiranya engkau!!
Jadi benar engkau Cu Kim Giok?
Kim Giok, bagaimana engkau dapat berada di sini?!
Panjang ceritanya, Sian Li. Perkenalkan,
ini adalah Ouw Seng Bu, pangcu dari Thian-li-pang. Silakan duduk!!
Sian Li masih keheranan, akan
tetapi ia pun duduk berhadapan dengan mereka setelah membalas penghormatan Ouw
Seng Bu kepadanya. Pangcu yang masih muda itu bersikap sopan dan hormat sekali.
Sungguh merupakan kehormatan
besar menerima kunjunganmu, Nona. Bukankah Nona yang berjuluk Si Bangau Merah?
Sudah lama kami mengenal nama besar Nona di dunia kang-ouw.! kata Ouw Seng Bu.
Ouw-pangcu, aku datang ke sini
untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu. Kuharap engkau suka menjawab
sejujurnya!!
Sian Li, Ouw-pangcu adalah
seorang pendekar, seorang pahlawan bangsa yang sedang berjuang untuk menentang
penjajah Mancu. Tentu saja dia akan menjawab semua dengan sejujurnya.! kata Cu
Kim Giok.
Kim Giok, aku berurusan dengan
Ouw-pangcu, harap engkau tidak mencampuri.! kata Sian Li, masih ragu dan heran
melihat keakraban antara gadis itu dan ketua Thian-li-pang. Memang ia merasa
ingin tahu sekali bagaimana Kim Giok dapat berada di situ, akan tetapi ia
mengesampingkan keinginan tahu ini karena ia lebih mementingkan jawaban tentang
Thian-li-pang dan terutama tentang Yo Han seperti yang didengarnya dari para
tosu Bu-tong-pai.
Tanyalah, Nona. Saya akan
menjawab sejujurnya.! kata Ouw Seng Bu. Sian Li berpikir, biarpun ia ingin
sekali segera mendengar tentang Yo Han, akan tetapi ia ingin mengajukan
pertanyaan secara teratur.
Ouw-pangcu, aku mendengar
bahwa Thian-li-pang menalukkan banyak partai persilatan dan memaksa para tokoh
kang-ouw untuk bekerja sama dengan Thian-li-pang, bahkan Thian-li-pang
bersekutu dengan perkumpulan-perkumpulan sesat seperti Pek-lian-kauw dan
Pat-kwa-pal. Benarkah itu dan mengapa demikian! Setahuku, Thian-li-pang adalah
perkumpulan pejuang yang gagah perkasa yang menentang partai-partai sesat.
Ouw Seng Bu tersenyum. Sebelum
pendekar wanita itu mengajukan pertanyaan, dia telah dapat mengira apa yang
akan dipertanyakan, maka, dia pun tentu saja sudah siap dengan jawabannya.
Itulah pertanyaanmu, Nona?
Memang kami akui bahwa Thian-li-pang telah mengubah siasat. Kami yakin benar
bahwa tanpa adanya persatuan, pengerahan seluruh tenaga yang ada di tanah air,
mustahil akan dapat mengenyahkan penjajah Mancu dari tanah air kita. Karena
itulah, maka kami memang membujuk, bahkan kalau perlu memaksa, menyadarkan
semua pihak untuk bekerja sama dalam satu perjuangan menentang penjajah dan
membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Karena itu, kami tidak berpantang
untuk barsekutu dengan pihak manapun, termasuk Pek-lian-kauw dan Pat-kwa-pai
yang kami anggap sebagai rekan-rekan seperjuangan.!
Aku setuju sekali dengan
tindakan itu, Sian Li,! kata Kim Giok.
Begitukah? Sekarang pertanyaan
ke dua. Aku mendengar bahwa para pimpinan Thian-li-pang, termasuk pangcu Lauw
Kang Hui, telah tewas dibunuh orang. Benarkah itu, dan kalau benar, apa yang
terjadi dan siap pelakunya?! Dengan jantung berdebar namun wajah tetap tenang,
sepasang matanya mencorong mengamati wajah ketua Thian-li-pang itu, Sian Li
menanti jawaban.
Ouw Seng Bu menghela napas
panjang sebelum menjawab, Pertanyaan ini amat menyedihkan hati saya, akan
tetapi selalu saja orang menanyakannya. Memang benar, Nona. Suhu Lauw Kang Hui,
juga suci Lu Sek dan suheng Lauw Kin, susiok Su Kian dan su-siok Thio Cu,
mereka semua telah terbunuh. Bagaimana terjadinya, kami semua tidak mengetahui
jelas. Yang kami tahu adalah bahwa mereka itu tewas dan dari tanda pukulan pada
tubuh mereka, jelaslah bahwa pembunuhnya adalah Sin-ciang Tai-hiap Yo Han.!
Tidak mungkin!! Sian Li
berteriak. Sin-ciang Tai-hiap Yo Han adalah seorang pendekar besar, bahkan dia
juga tokoh pimpinan dan kehormatan Thian-li-pang. Bagaimana mungkin dia
membunuh para tokoh Thian-li-pang sendiri?!
Kami sendiri memang merasa
heran dan berduka, Nona. Sin-ciang Tai-hiap Yo Han dahulunya adalah pujaan kami
semua, menjadi tokoh kami. Akan tetapi banyak sekali anggauta Thian-li-pang
yang menyaksikan kematian para tokoh kami itu dan jelas bahwa mereka melihat
bekas pukulan pada tubuh mereka, pembunuhnya adalah Pendekar Tangan Sakti Yo Han.!
Hemmm, begitukah? Sekarang
pertanyaan terakhir. Aku mendengar bahwa engkau, Ouw Seng Bu, telah membunuh
Sin-ciang Tai-hiap Yo Han. Benarkah itu?! berkata demikian, Sian Li bangkit
berdiri, matanya mencorong dan suaranya terdengar lantang.
Ouw Seng Bu nampak tegang dan
gelisah lehernya basah oleh peluh. Nona Tan Sian Li, sungguh hal ini amat
menyedihkan. Entah apa yang terjadi pada diri Sin-ciang Tai-hiap karena dia
telah berubah sama sekali. Dia datang dan menyerang saya ketika saya berada
didekat sumur keramat di belakang bukit. Saya terkena pukulannya yang ampuh
sehingga hampir saya tewas. Akan tetapi, para saudara di Thian-li-pang membela
saya dan akhirnya Yo-taihiap tergelincir ke dalam sumur tua itu. Karena kami
semua takut kepadanya yang seolah-olah telah berubah menjadi seorang yang kejam
dan hendak membunuhi kami, terpaksa kami pergunakan batu-batu untuk menutup
sumur itu.!
Tidak....! Bohong....! Aku
tidak percaya! Kau kira aku tidak mengenal siapa Yo Han? Dia adalah kakak
angkatku, suhengku, dan orang yang paling kucinta di dunia ini. Aku mengenalnya
dan tidak mungkin dia melakukan semua itu. Bohong!!
Maaf, Sian Li,! kata Cu Kim
Giok, terpaksa sekali ini aku mencampuri. Aku yang menanggung bahwa keterangan
Ouw pangcu tadi benar, karena aku sendiri yang menjadi saksi. Aku yang
mengobati luka yang diderita oleh Ouw-pangcu akibat pukulan Yo Han! Dia terluka
parah dan hampir tewas, bagaimana engkau mengatakan dia berbohong?!
Aku tidak mengerti kenapa
orang seperti engkau dapat berada di sini dan membela ketua Thian-li-pang yang
baru ini, Kim Giok, akan tetapi aku tidak peduli. Siapapun yang mengatakan
bahwa Yo Han melakukan itu semua, aku tetap tidak percaya kalau tidak melihat
buktinya. Ouw Seng Bu, bawa aku ke tempat sumur itu, di mana kau katakan tadi
Yo Han tergelincir masuk!!
Ouw Seng Bu menghela napas
panjang. Sungguh, ini merupakan masalah yang membuat kami semua berduka, Nona.
Akan tetapi kalau itu yang kau kehendaki, marilah!!
Tanpa banyak cakap lagi, Sian
Li mengikuti Ouw Seng Bu dan Cu Kim Giok keluar dari ruangan tamu dan menuju ke
bagian belakang perkampungan Thian-li-pang, melalui sebuah bukit kecil. Ia
tidak peduli ketika melihat puluhan orang anggauta Thian-li-pang mengikuti
mereka dari jarak jauh.
Setelah tiba di sumur yang
dimaksudkan, Ouw Seng Bu berhenti dan menunjuk ke arah sumur itu. Di situlah
dia tergelincir masuk, Nona.!
Mendengar bahwa kekasihnya
tergelincir ke dalam sumur tua itu dan ditimbuni batu-batu, Sian Li merasa
jantungnya seperti diremas dan kedua kakinya menjadi limbung ketika dengan
terhuyung ia menghampiri sumur itu. Ketika ia tiba di tepi sumur dan melongok
ke dalam, ingin rasanya ia menjerit melihat betapa sumur itu telah tertutup
batu, memang tidak penuh sekali, akan tetapi dasarnya tidak nampak karena tertutup
batu-batuan.
Wajahnya menjadi pucat dan
matanya mencorong akan tetapi basah ketika ia membalikkan tubuhnya. Ia melihat
bahwa Seng Bu berdiri tegak dan di belakangnya nampak puluhan orang anak buah
Thian-li-pang. Kim Giok berdiri di samping Ouw Seng Bu dan kelihatan bingung
dan gelisah.
Ouw Seng Bu, cepat perintahkan
anak buahmu untuk menggali sumur ini, mengangkat semua batu yang telah
ditimbunkan ke dalamnya!!
Aih, Nona, bagaimana mungkin
sumur ini merupakan sumur keramat bagi kami Thian-li-pang....!
Tidak peduli! Batu-batu itu
dilemparkan ke dalam sumur oleh orang-orang Thian-li-pang, maka mereka pula
yang harus mengangkatnya dari dalam sumur. Aku ingin melihat bukti keteranganmu
tadi. Aku ingin melihat....mayat.... Han-koko. Kalau engkau tidak mau menuruti
permintaanku, berarti engkau membohongi aku, dan aku akan membunuhmu!!
Sian Li, kuharap engkau jangan
bersikap seperti ini. Percayalah, kami tidak membohongimu. Lebih baik kita
sekarang mengerahkan tenaga kita untuk membebaskan bangsa dari cengkeraman
penjajah, itu lebih mulia daripada kita saling bentrok sendiri. Tidak ada yang
membohongimu, Sian Li. Agaknya telah terjadi sesuatu sehingga Yo Han menjadi
berubah....!
Tutup mulutmu, Kim Giok!
Han-koko selamanya tidak berubah. Dia seorang pendekar dan orang gagah sejati.
Sedangkan Ouw Seng Bu ini orang macam apa? Kita tidak mengenal dengan baik,
siapa tahu semua ini hanya akal busuknya saja. Buktinya, dia telah bersekongkol
dengan golongan sesat!!
Pada saat itu terdengar seruan
keras dan para anggauta Thian-li-pang otomatis membuat gerakan mengepung sumur
tua itu sehingga dengan sendirinya Sian Li juga ikut terkepung! Dan dari
rombongan itu muncullah Siangkoan Kok bersama dua orang berjubah pendeta yang
bukan lain adalah Im Yang Ji tokoh Pat-kwa-pai dan Kui Thian-cu tokoh
Pek-lian-kauw.
Ouw Seng Bu kini melangkah
maju dengan sikapnya yang gagah. Dengan suara yang dibuat menyesal dia berkata,
Nona, semua ini adalah kesalahanmu sendiri. Engkau tidak percaya kepada kami
dan hendak membongkar sumur keramat ini, berarti engkau telah menghina
Thian-li-pang. Karena kami sedang menghimpun tenaga untuk perjuangan, maka
sikapmu yang bermusuhan ini tentu saja akan membahayakan kami, misalnya engkau
melapor kepada pemerintah penjajah. Karena itu, menyerahlah, terpaksa kami akan
menawanmu.!
Singgg....!! nampak sinar emas
mencorong dan di tangan gadis berpakaian merah itu telah terdapat sebatang
suling berselaput emas yang panjangnya seperti pedang.
Hem, sikapmu ini saja sudah
menunjukkan dengan jelas bahwa engkau telah berbohong! Aku yakin bahwa engkau
memutar-balikkan kenyataan. Han-koko belum tewas, atau andaikata dia tewas pun
tentu engkau sengaja menjebaknya! Aku yakin akan hal itu. Engkau hendak
menawanku dan menyuruh aku menyerah? Jangan mimpi! Si Bangau Merah tidak
mengenal kata menyerah. Kalian hendak mengandalkan pengeroyokan? Boleh, boleh!
Kulihat bekas ketua Pao-beng-pai, Siangkoan Kok, telah berada pula di sini dan
dua orang tosu yang tentu merupakan orang-orang sesat!!
!Tangkap gadis sombong ini!! Ouw
Seng Bu membentak dan Siangkoan Kok, dua orang tosu Pat-kwa-pai dan
Peklian-kauw, segera menggerakkan senjata mereka. Ouw Seng Bu sendiri juga
menerjang maju dengan tangan kosong. Para anggauta Thian-li-pang mengepung
ketat. Menghadapi para pengeroyok yang mulai menyerangnya, Sian Li memutar
sulingnya dan nampaklah gulungan sinar emas menyambar-nyambar di antara
berkelebatnya bayangan merah. Gerakan gadis ini cepat bukan main, juga amat
indah dan gulungan sinar emas itu mengandung tenaga kuat sehingga dalam
beberapa gebrakan saja, beberapa batang senjata anak buah Thian-li-pang
terlepas dari pegangan, bahkan dua orang anggauta perkumpulan itu roboh terkena
sambaran sinar suling emas.
Semua mundur, biarkan kami
saja yang menghadapinya!! bentak Ouw Seng Bu yang maklum akan kelihaian Si
Bangau Merah itu. Para anggauta Thian-li-pang yang memang sudah merasa jerih
segera mengendurkan pengepungan dan kini yang menghadapi Sian Li hanya tinggal
empat orang, yaitu Siangkoan Kok, Im Yang-ji, Kui Thian-cu dan Ouw Seng Bu
sendiri. Akan tetapi Cu Kim Giok masih belum bergerak, dan hanya menonton tiga
orang sekutunya yang kini mulai menggerakkan senjata menyerang gadis berpakaian
merah yang memegang suling emas itu. Agaknya, Ouw Seng Bu masih tidak percaya
kalau tiga orang sekutunya yang merupakan tokoh-tokoh kang-ouw yang amat
tangguh itu tidak akan mampu menundukkan Sian Li.
Bu-koko, engkau tidak boleh
membunuhnya. Aku akan marah sekali kepadamu kalau engkau membunuhnya.!
Giok-moi, ia berbahaya sekali.
Kalau sampai lolos, ia tentu akan melapor kepada pemerintah dan kalau pasukan
besar pemerintah datang menyerbu, kita belum siap menghadapi mereka.!
Tangkap saja, tawan saja akan
tetapi jangan bunuh. Aku tidak rela kalau ia dibunuh. Kita adalah
pejuang-pejuang, tidak akan membunuhi kaum pendekar, Koko!!
Ouw Seng Bu mengangguk. Dia
pun maklum bahwa membunuh Si Bangau Merah akan mendatangkan akibat yang amat
berbahaya, karena kalau sampai Pendekar Sakti Bangau Putih mendengar bahwa
puterinya terbunuh oleh Thian-li-pang, dan pendekar sakti itu mengerahkan
kekuatan keluarga Pulau Es dan Gurun Pasir, bagaimana mungkin Thian-li-pang
akan kuat bertahan?
Paman Siangkoan Kok dan kedua
Totiang, tangkap saja Si Bangau Merah, jangan bunuh dan jangan lukai. Kami
ingin menawannya.! serunya kepada tiga orang sekutunya.
Mendengar seruan ketua
Thian-li-pang itu, tiga orang tokoh yang mengeroyok Sian Li mengubah gerakan
mereka. Siangkoan Kok menggunakan pedangnya hanya untuk menangkis suling di
tangan gadis itu, sedangkan yang melakukan serangan adalah tangan kirinya,
dengan cengkeraman, tamparan atau totokan. Demikian pula dengan dua orang tosu
pengeroyok. Im Yang-ji tokoh Pat-kwa-pai memutar pedang hanya untuk mengurung
gadis itu dengan sinar pedangnya dan yang menyerang adalah tangan kirinya
dengan ilmu totokan yang ampuh dari Pat-kwa-pai dengan gerakan ilmu silat
Pat-kwa-kun. Juga Kui Thian-ou, tokoh Pek-lian-kauw menyerang dengan ujung
lengan bajunya yang kiri, menotok untuk merobohkan Sian Li, sedangkan pedangnya
juga hanya untuk membendung gerakan suling emas yang dahsyat itu.
Kalau dibuat perbandingan,
tingkat kepandaian Sian Li masih lebih tinggi daripada tingkat kepandaian tokoh
Pat-kwa-pai atau tokoh Pek-lian-kauw itu. Akan tetapi, bagaimanapun gadis yang
usianya belum genap dua puluh tahun itu masih ketinggalan kalau dibandingkan
dengan kepandaian Siangkoan Kok, datuk sesat yang banyak pengalaman itu.
Menghadapi pengeroyokan tiga orang tokoh itu, tentu saja Sian Li merasa berat
sekali dan dalam beberapa gebrakan saja ia sudah merasa betapa tangannya yang
memegang suling tergetar hebat. Ia pasti tidak akan mampu bertahan terlalu lama
kalau tiga orang pengeroyoknya itu menyerang dengan sungguh-sungguh. Akan
tetapi ketika Ouw Seng Bu mencegah mereka agar tidak membunuhnya, maka hal itu
membuat Sian Li dapat bertahan lebih baik. Bahkan beberapa kali sambaran sinar
sulingnya hampir saja mengenai tubuh lawan.
Melihat betapa tiga orang
sekutunya yang biasanya dapat diandalkan untuk menundukkan tokoh-tokoh
kang-ouw. yang tidak mau bekerja sama itu sampai sekian lamanya belum juga
mampu menundukkan Si Bangau Merah. Ouw Seng Bu menjadi tidak sabar lagi. Dia
melompat ke dalam medan perkelahian itu.
Bu-koko, jangan bunuh atau
lukai Sian Li!! Cu Kim Giok berteriak.
Ouw Seng Bu juga tidak bodoh
untuk membunuh seorang tokoh seperti Si Bangau Merah, apalagi kalau Cu Kim Giok
yang dicintanya itu melarangnya. Dia sudah meloncat dan mengeluarkan ilmunya
yang aneh, yaitu Bu-kek Hoat-keng yang salah latihan. Akan tetapi dia menjaga
agar tangannya yang mengandung racun ampuh itu tidak sampai membunuh gadis yang
diserangnya.
Ketika ada angin pukulan yang
amat dingin datang menerpanya, Sian Li yang memang sudah terdesak, terkejut
bukan main. Ia mengenal pukulan ampuh, dan untuk meloncat menghindar, tidak ada
jalan lagi. Senjata tiga orang pengeroyoknya yang terdahulu sudah menutup semua
jalan keluar dengan sinar pedang mereka. Terpaksa ia mengerahkan sinkang dan
menyambut pukulan itu.
Desss....!!! Sian Li terhuyung
dan kesempatan itu dipergunakan Siangkoan Kok untuk melancarkan totokan jari
tangannya dan tubuh Sian Li yang terhuyung itu nyaris terkena totokan. Gadis
yang memiliki ginkang luar biasa ini, cepat memutar sulingnya dan tubuh itu
mencelat ke samping. Dalam keadaan yang amat gawat itu ia masih mampu
menghindarkan diri dari totokan! Akan tetapi, kini empat orang lihai itu sudah
mengepungnya.
Pada saat yang amat gawat bagi
Sian Li itu muncullah dua orang yang tanpa banyak cakap lagi segera terjun ke
dalam perkelahian itu. Mereka itu seorang pemuda dan seorang gadis cantik yang
bukan lain adalah Pangeran Cia Sun dan Sim Hui Eng, atau tadinya bernama
Siangkoan Eng!
Seperti kita ketahui, Pangeran
Cia Sun ditawan oleh Sim Hui Eng yang mengira pangeran itu yang menyebabkan
kematian ibunya dan kehancuran Pao-beng-pai. Kemudian pangeran itu membuka
rahasia Hui Eng sehingga gadis itu mengetahui bahwa ia bukanlah puteri
Siangkoan Kok, bukan pula puteri mendiang Lauw Cu Si yang selama ini dianggap
ibu kandungnya. Bahkan dalam pertemuan itu, mereka saling menemukan cinta
mereka dan akhirnya Cia Sun mengajak kekasihnya untuk menemui orang tua
kandungnya yang aseli, yaitu pendekar sakti Sim Houw dan Can Bi Lan.
Dalam perjalanan, mereka
mendengar tentang sepak terjang Thian-li-pang yang menundukkan banyak tokoh dan
perkumpulan kang-ouw. Hal ini menimbulkan kecurigaan di hati Cia Sun. Dia sudah
menjadi saudara angkat Yo Han dan dia tahu bahwa Thian-li-pang adalah sebuah
perkumpulan pejuang, perkumpulan para pendekar gagah perkasa yang
memperjuangkan kemerdekaan bagi tanah air dan bangsanya. Bahkan saudara
angkatnya itu, Si Tangan Sakti Yo Han, menjadi ketua kehormatan perkumpulan
itu. Akan tetapi sekarang apa yang didengarnya? Perkumpulan itu memaksa para
tokoh kang-ouw untuk tunduk, bahkan juga terdengar bahwa para anggauta
perkumpulan itu tidak segan melakukan kejahatan.
Aku harus datang ke sana, aku
harus menegur kakakku Yo Han!! kata pangeran itu. Sim Hui Eng siap membantu
kekasihnya untuk menegur Yo Han agar menghentikan sepak terjang Thian-li-pang
yang tidak baik itu. Demikianlah, mereka membelokkan perjalanan dan menuju ke
Bukit Naga, pusat perkumpulan Thian-li-pang.
Ketika tiba di tempat itu dan
melihat Sian Li dikeroyok empat orang, Sim Hui Eng berkata kepada pangeran Cia
Sun, Koko, itu Si Bangau Merah Tan Sian Li yang dikeroyok!!
Cia Sun memandang dan merasa
kagum. Gadis berpakaian serba merah itu memang lihai bukan main. Begitu gagah
ia memainkan suling emasnya, dan gadis itulah yang dijodohkan dia! Kalau saja
tidak ada Sim Hui Eng yang dicinta dan mencintanya, tentu akan berubah sikapnya
terhadap pilihan orang tuanya itu. Akan tetapi dia mencinta Sim Hui Eng, dan
tidak ada seorang bidadari pun yang akan mampu memisahkan dia dan Hui Eng.
Kalau begitu, kita harus
membantunya.!
Benar, kita harus membantunya.
Lihat, para pengepungnya itu lihai, bahkan bekas ayahku yang jahat itu pun ikut
mengeroyoknya.! Dengan kemarahan meluap teringat akan perbuatan Siangkoan Kok
yang amat jahat, terbayang kembali betapa ia dihajar dan hampir dibunuh bekas
ketua Pao-beng-pai, apa yang dilakukan orang yang bertahun-tahun ia anggap ayah
kandungnya itu terhadap Tio Sui Lan, muridnya sendiri, membuat ia marah dan
ketika ia melompat dan menerjang ke arah Siangkoan Kok, serangannya dahsyat
bukan main. Pedang di tangan kanan dan kebutan di tangan kirinya menyambar
dahsyat dengan jarum-jarum maut!
Ehhh.... kau....!??! Siangkoan
Kok terkejut bukan main ketika mengenal penyerangnya. Akan tetapi, Hui Eng
tidak memberi dia banyak kesempatan dan gadis itu sudah menyerang terus, membuat
Siangkoan Kok terpaksa melayaninya dengan sungguh-sungguh karena dia maklum
bahwa tingkat kepandaian bekas puterinya ini sudah mencapai tingkat tinggi dan
tidak banyak selisihnya dengan tingkat kepandaiannya sendiri. Adapun Cia Sun
sudah memutar pedangnya pula membantu Sian Li sehingga Si Bangau Merah itu kini
mendapat keringanan, tidak lagi terdesak seperti tadi.
Sian Li sendiri terkejut dan
heran melihat Sim Hui Eng. Ia masih mengenal gadis itu sebagai gadis
Pao-beng-pai yang pernah datang mengacau dalam pesta keluarga di rumah pendekar
Suma Ceng Liong. Dan kini gadis itu membantunya, bahkan bertanding seru melawan
bekas ketua Pao-beng-pai sendiri! Juga ia tidak mengenal siapa pemuda bertubuh
tegap bermuka bundar putih dan tampan itu, yang datang membantunya pula. Akan
tetapi Si Bangau Merah segera melihat kenyataan bahwa biarpun bantuan mereka
berdua itu telah menolongnya dari himpitan para pengeroyok akan tetapi tingkat
kepandaian mereka belum cukup tinggi untuk mampu merebut kemenangan dari para pimpinan
Thian-li-pang.
Bu-koko, jangan bunuh mereka!
jangan!!! kembali Cu Kini Giok berseru.
Melihat kesempatan setelah ia
tidak lagi begitu terhimpit berkat pertolongan kedua orang itu, Sian Li segera
memutar sulingnya dan berkata, Sobat, mari kita pergi!! Ia memutar sulingnya
dengan ilmu silat Kim-siauw-kiam-sut (Ilmu Pedang Suling Emas) dan tangan
kirinya masih meluncurkan pukulan jarak jauh sehingga dua orang tosu dari
Pat-kwa-pai dan Pek-lian-kauw terpaksa harus mundur.
Cia Sun maklum bahwa kalau Si
Bangau Merah berteriak mengajak mereka pergi, hal itu tentu berarti bahwa pihak
musuh terlampau kuat. Maka dia pun berseru, Eng-moi, kita pergi!!
Tiga orang muda itu
berloncatan dengan cepat untuk melarikan diri. Ketika Ouw Seng Bu hendak
mengejar, Kim Giok berseru, Koko, jangan kejar mereka!!
Ouw Seng Bu meragu dan hal ini
menguntungkan Sian Li, Cia Sun dan Hui Eng. Kecuali Ouw Seng Bu dan Siangkoan
Kok, tidak ada yang akan mampu menahan mereka pergi. Dan, agaknya karena Ouw
Seng Bu ragu-ragu untuk melakukan pengejaran oleh pencegahan Cu Kim Giok, maka
Siangkoan Kok juga jerih untuk melakukan pengejaran sendiri. Semua keraguan ini
membuat Sian Li, Cia Sun dan Hui Eng dapat berlari cepat meninggalkan sarang
Thian-li-pang.
Setelah mereka lari sampai ke
kaki bukit dan tidak ada yang kelihatan melakukan pengejaran Sian Li
menghentikan langkahnya dan dengan sendirinya Cia Sun dan Hui Eng juga berhenti
berlari.
Dengan leher basah oleh
keringat, mereka saling pandang dan akhirnya Sian Li yang lebih dulu bicara,
suaranya agak ketus dan ucapannya ditujukan kepada Hui Eng. Sekarang boleh kau
katakan kepadaku, apa artinya ini semua? Engkau yang pernah mengacau dan
memusuhi keluarga kami, kenapa sekarang mendadak membantuku? Bukankah engkau
tokoh Pao-beng-pai dan Siangkoan Kok tadi ketua Pao-beng-pai?!
Sebelum Hui Eng menjawab, dan
hal ini terasa sukar baginya, Cia Sun yang mendahuluinya memberi keterangan,
Nona Tan Sian Li, memang telah terjadi perubahan besar sekali atas diri Eng-moi
ini. Jangankan engkau atau orang lain, ia sendiri pun terheran ketika mendengar
tentang keadaan dirinya.!
Sian Li mengerutkan alisnya
dan kini mengamati wajah pemuda itu dengan penuh selidik. Sikapnya masih
dingin, Hemmm, sebelum engkau bercerita, katakan dulu siapa engkau ini dan
bagaimana engkau dapat mengenal namaku!!
Wajah pangeran itu berubah
menjadi kemerahan dan dia pun salah tingkah. Ehhh.... sebetulnya.... yang
mengenalimu tadi bukanlah, aku, melainkan Eng-moi ini, Nona. Aku bernama Cia
Sun....!
Cia....??! Kini Sian Li terbelalak
memandang pemuda itu dan perlahan-lahan kedua pipinya berubah kemerahan. Cia
Sun....? Kau.... maksudkan pangeran....?!
Benar, Nona. Aku adalah
Pangeran Cia Sun yang oleh orang tua kita....! Dia tidak melanjutkan
kata-katanya.
Sudahlah, Pangeran. Harap
engkau suka menceritakan tentang semua ini, tentang Enci ini, tentang perubahan
yang kau katakan tadi.! Sian Li memotong untuk mengalihkan pembicaraan karena
ia menjadi rikuh sekali kalau harus bicara tentang hubungan antara mereka.
Siapa yang tidak menjadi rikuh dan gugup kalau secara tiba-tiba dihadapkan
kepada seorang pemuda yang oleh ayah ibunya dicalonkan menjadi suaminya.
!Nona, ketika Eng-moi ini
memusuhi keluargamu dan para pendekar, adalah seorang gadis yang bernama
Siangkoan Eng, puteri dari ketua Pao-beng-pai yang bernama Siangkoan Kok.
Adapun sekarang, Eng-moi bukanlah puteri ketua Pao-beng-pai, bahkan musuhnya,
karena Eng-moi ini sebenarnya adalah puteri dari suami isteri pendekar Sim Houw
dan Can Bi Lan, yang hilang ketika masih kecil.!
Sian Li terbelalak. Aihhh....!
Jadi engkau.... engkau inikah puteri Paman Sim Houw yang hilang itu? Engkau
yang dicari-cari semua pendekar, dicari oleh Han-koko dan aku pun ikut membantu
mereka mencarimu? Dan engkau bahkan pernah datang menemui kami sebagai seorang
musuh yang sengaja menantang kami?!
Benar sekali, adik Sian Li.
Ketika itu, aku sama sekali tidak pernah mimpi bahwa aku bahkan anggauta
keluarga dekat dengan keluarga yang kutantangi sama sekali tidak tahu bahwa aku
bukanlah anak kandung Siangkoan Kok dan isterinya. Wanita yang sejak aku kecil
mengaku sebagai ibu kandungku adalah Lauw Cu Si, seorang keturunan Beng-kauw
yang memusuhi keluarga Pulau Es dan Gurun Pasir.! Kemudian, secara singkat
namun jelas, diceritakanlah semua tentang dirinya, tentang Siangkoan Kok dan
Lauw Cu Si kepada Sian Li yang mendengarkan dengan bengong. Cerita itu sungguh
seperti dongeng dan tentu saja ia tidak dapat menyalahkan Hui Eng atas sikapnya
ketika memusuhi keluarganya dahulu. Bahkan ia lalu memegang kedua tangan Hui
Eng.
Aihhh, enci Hui Eng. Sungguh
malang nasibmu, sejak kecil dipisahkan dari ayah ibu kandung dan dipelihara
oleh orang-orang sesat. Akan tetapi dasar engkau keturunan suimi isteri
pendekar, maka biarpun engkau mendapat didikan para tokoh sesat, tetap saja
engkau setelah dewasa berjiwa pendekar dan menentang kejahatan. Lalu, bagamana
ceritanya, engkau dapat bertemu dan berkenalan dengan.... Pangeran Cia Sun ini
dan kalian dapat datang tepat pada waktunya selagi aku terancam oleh
pengeroyokan mereka tadi?!
Kami saling berkenalan ketika
aku dan kakak angkatku Yo Han....!
Kakak angkatmu, Pangeran?!
Sian Li. terbelalak.!Benar, Nona. Pendekar Tangan Sakti Yo Han dan aku telah
saling mengangkat saudara. Kami bertemu di Pao-beng-pai, kemudian kami
mengangkat saudara setelah kami menjadi tawanan di Pao-beng-pai. Untung ada adik
Eng ini yang membebaskan kami. Kemudian, Pao-beng-pai diserbu pasukan
pemerintah dan bu isteri Siangkoan Kok, yang dianggap ibu kandung oleh Eng-moi,
tewas. Aku yang mengkhawatirkan nasib Eng-moi, ikut pasukan untuk mencarinya.
Akan tetapi ia tidak ada dan aku sempat bertemu dengan isteri Siangkoan Kok
yang tewas oleh suaminya sendiri. Sebelum meninggal dunia, wanita itulah yang
membuka rahasia Eng-moi kepadaku.! Pangeran itu menghentikan kisahnya dan kini
Hui Eng yang melanjutkan.
Aku mengira bahwa Pangeran Cia
Sun yang membawa pasukan menghancurkan Pao-beng-pai. Aku tidak peduli
Pao-beng-pai yang jahat itu hancur akan tetapi aku mendendam karena wanita yang
tadinya kuanggap ibu kandungku itu tewas. Maka, aku menyusul dia dan
menawannya, dengan maksud membunuhnya di depan makam ibuku. Akan tetapi, aku
mendengar ceritanya dan aku mengetahui keadaan diriku. Kami.... kami berbaik
kembali apalagi setelah aku mendengar bahwa wanita yang kuanggap ibu kandungku
itu tewas di tangan Siangkoan Kok.!
Tapi, kenapa kalian dapat
datang ke Thian-li-pang?! tanya Sian Li yang masih terkesan oleh kisah yang
terjadi antara kedua orang itu.
Pangeran Cia Sun yang
mengambil keputusan untuk berterus terang lalu menyambung cerita kekasihnya.
Nona, kita sama-sama mengetahui bahwa orang tua kita telah menjodohkan kita,
akan tetapi sebaiknya aku berterus terang kepadamu, nona Tan Sian Li. Biarpun
setelah bertemu denganmu aku merasa bahwa orang tuaku telah melakukan pilihan
yang tepat dan bahkan terlalu baik untukku, akan tetapi aku telah saling jatuh
cinta dengan Eng-moi dan kami telah bersumpah untuk menjadi suami isteri.
Maafkan aku kalau menyinggung...!
Sian Li tersenyum! Senyum yang
cerah dan sedikit pun tidak mengandung penyesalan sehingga melegakan hati Cia
Sun dan Hui Eng. Aku bahkan merasa lega dan gembira dengan pernyataanmu ini,
Pangeran. Terus terang saja, aku sendiri pun sama sekali tidak setuju dengan
tindakan ayah dan ibuku yang memilihkan seorang calon suami untukku, seorang
yang sama sekali tidak kukenal dan tidak kuketahui bagaimana orangnya. Nah,
sekarang ceritakan bagaimana kalian dapat datang ke sini.
Aku hendak mengantar Eng-moi
menghadap ayah ibu kandungnya yang tinggal di Lok-yang. Akan tetapi dalam
perjalanan itu kami mendengar akan sepak terjang orang-orang Thian-li-pang. Aku
merasa penasaran sekali bagaimana Thian-li-pang berubah menjadi perkumpulan
yang menyeleweng, padahal, kakak angkatku Yo Han menjadi ketua kehormatannya.
Aku lalu mengajak Eng-moi untuk berkunjung, dan kalau ada Yo-toako, aku ingin
menegurnya.!
Sian Li kembali
terheran-heran. Pangeran, apakah engkau tidak tahu bahwa Thian-li-pang adalah
perkumpulan pejuang yang hendak membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah!?
Dan engkau sendiri seorang pangeran kerajaan Ceng....!
Benar, Nona. Aku seorang
Pangeran Mancu, pemerintah penjajah. Akan tetapi aku sendiri tidak menyetujui
penjajahan dan menganggap bahwa perjuangan para orang gagah itu memang sudah
benar dan menjadi hak mereka. Aku tidak ingin mencampuri urusan itu, aku
bercita-cita menjadi orang biasa yang tidak mencampuri urusan pemerintahan.
Bahkan kami sekeluarga pun tidak mau mempunyai ambisi untuk memegang kedudukan.
Karena itu, selama perkumpulan pejuang benar-benar merupakan pahlawan dan
patriot sejati, aku menghormati mereka. Akan tetapi kalau mereka itu melakukan
penyelewengan dan menjadikan perjuangan sebagai kedok untuk menutupi kejahatan
yang mereka lakukan, aku pasti akan menentang mereka.!
Sian Li menganggak-angguk
kagum dan ia memandang kepada Hui Eng.
Aih, enci Eng, engkau telah
mendapatkan seorang calon suami yang gagah perkasa. Sekarang tahulah aku
mengapa ayah dan ibu berkeras hendak menjodohkan aku dengan Pangeran Cia Sun!
Harap kau lanjutkan ceritamu, Pangeran.! Mendengar ucapan San Li yang begitu
jujur dan terbuka, memuji pangeran itu begitu saja tanpa disembunyikan,
sepasang kekasih itu tersipu akan tetapi juga merasa suka dan kagum kepada Si
Bangau Merah.
Kami segera mendaki Bukit Naga
ini dan melihat engkau dikeroyok tadinya aku merasa ragu karena tidak tahu
urusannya. Akan tetapi begitu Eng-moi mengenalmu dan menyebutkan namamu, kami
berdua segera terjun dan membantumu.!
Sian Li menghela napas
panjang. Pertolongan Thian datang melalui apa saja, bahkan yang tidak pernah
terduga sekalipun. Siapa pernah menduga bahwa ia akan diselamatkan oleh orang
yang ditunangkannya akan tetapi tak pernah dikenalnya dan ditolaknya, dan oleh
orang yang tadinya jelas memusuhi keluarganya? Kalian datang tepat sekali pada
saatnya, karena tadi aku sudah hampir tidak tahan menghadapi mereka, terutama
sekali Ouw-pangcu, ketua baru Thian-li-pang yang amat lihai itu.!
Sekarang tiba giliranmu, Nona.
Kami ingin sekali mengetahui bagaimana engkau dapat berada di sana tadi dan di
kenoyok banyak orang lihai?! tanya Cia Sun.
Ditanya begitu, Sian Li teringat
akan Yo Han dan tiba-tiba wajahnya menjadi muram. Kalau saja ia bukan seorang
gadis yang tabah dan berhati baja, tentu ia sudah menangis karena teringat
bahwa mungkin sekali pria yang dikasihinya itu telah tewas.
Cia Sun dan Hui Eng melihat perubahan
muka Sian Li itu dan mereka saling pandang. Ketika beberapa kali Sian Li hanya
menghela napas panjang dan menunduk, alisnya berkerut, Cia Sun menjadi tidak
sabar lagi.
Nona, apakah yang telah
terjadi? Apakah ada sesuatu yang membuat engkau enggan menceritakan kepada
kami? Kalau begitu, engkau tidak usah menceritakannya....!
Tidak, Pangeran, bukan begitu,
akan tetapi, ah, hatiku risau dan gelisah. Maafkan kelemahanku dan biar
kuceritakan dari semula. Sebelum kuceritakan semuanya, sebaiknya kalau aku pun
membuat pengakuan kepadamu, pengakuan yang hanya dapat kulakukan setelah engkau
berterus terang tentang hubunganmu dengan enci Hui Eng. Pangeran, aku dan kakak
Yo Han.... kami berdua.... ehhh...!
Melihat keraguan Sian Li dan
perubahan mukanya yang menjadi merah sekali dan bibirnya yang mengulum senyum
malu-malu, Cia Sun tersenyum, Kalian saling mencinta?!
Sian Li mengerling kepadanya
dan mengangguk.
Ha, sudah kuduga, Nona. Engkau
memang pantas sekali menjadi calon isteri Yo-toako. Nah, teruskan ceritamu.!
Ketika tiga orang keluarga
besar berkumpul di rumah Paman Suma Ceng Liong, aku tidak melihat Yo Han koko
di
sana. Aku tahu bahwa dia
sedang membantu Paman Sim Houw untuk mencarikan puterinya yang hilang. Karena
itu, aku lalu mengambil keputusan untuk membantunya mencarikan enci Hui Eng.!
Mendengar ini, Hui Eng
berkata. Aih, kalian, semua begitu baik, bersusah payah mencari aku, akan
tetapi aku sendiri telah bertindak jahat, mengacau di sana....! Suaranya penuh
penyesalan.
Ah, enci Eng. Seperti yang
dikatakan Pangeran tadi, ketika itu engkau bukanlah enci Sim Hui Eng yang
sekarang, melainkan Siangkoan Eng puteri ketua Pao-beng-pai. Yang sudah lewat
anggap saja mimpi buruk, Enci.!