12 Bantuan Obat Pengemis Tua
“Lalu sekarang apa rencana Liu
Lopeh?” tanya Yo Him.
Si pengemis yang bergelar
Sin-bok-koay-kay tersebut menghela napas dengan sikap yang mengandung
penyesalan, katanya: “Sesungguhnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo telah bersepakat
untuk memulihkan keadaan Kay-pang, guna membentuk beberapa pimpinan Kay-pang di
daerah yang baru, untuk memulihkan kewibawaan Kay-pang. Tetapi itu baru
merupakan rencana belaka, dan cita-cita ke dua Tianglo kami itu belum lagi
berhasil, mereka telah berurusan dengan peta yang diperebutkan oleh pemerintah
Mongolia tersebut, di mana akhirnya mereka telah kena ditawan oleh orang-orang
Mongolia.
“Sedangkan orang bertopeng
hitam itu, yang memang memiliki kepandaian tinggi dan telah menyerahkan gulungan
peta itu kepada Khu Tianglo sampai sekarang ini belum lagi diketahui siapa
adanya dia......! Aku telah berusaha menyelidiki, tetapi sejauh itu belum juga
berhasil mengetahui siapa adanya orang bertopeng hitam itu yang merupakan
sumber dari tertangkapnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo oleh tentara Mongolia!”
Waktu itu Yo Him telah
mengerutkan sepasang alisnya. Ia berkata ragu-ragu: “Namun selama berkelana di
dalam rimba persilatan, aku belum pernah mendengar ada seorang tokoh persilatan
dengan memakai topeng hitam sebagai penutup mukanya.....!”
Liu Ong Kiang telah menghela
napas, ia berkata lagi: “Namun sebulan yang lalu justru aku telah berhasil
mendengar kabar selentingan, bahwa orang yang memakai topeng hitam itu adalah
seorang tokoh dari pintu perguruan Bu-tong-pay. Namun sejauh itu kebenaran
berita yang kuperoleh dari sahabat rimba persilakan, belum lagi dapat
dipastikan.....!”
Yo Him memperlihatkan sikap
terkejut, lalu tanyanya: “Apakah..... apakah orang Bu-tong-pay akan melakukan
tindakan seperti itu? Tidak mungkin! Tidak mungkin! Mereka tentu merupakan
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat. Tidak mungkin karena
disebabkan peta itu, mereka lalu mencuci tangan dan menyebabkan pihak Kay-pang
yang berurusan dengan pihak tentara Mongolta......!”
Liu Ong Kiang mengangguk,
katanya: “Memang kaum Bu-tong-pay merupakan orang-orang, rimba persilatan yang
memiliki kedudukan yang dihormati oleh setiap sahabat rimba persilatan. Namun
justru orang yang melakukan tindakan ini merupakan murid yang telah keluar dari
pintu perguruan tersebut. Ia bekerja hanya seorang diri. Jadi bukan maksudku
bahwa ia bekerja atas nama Bu-tong-pay.....!”
“Siapakah orang itu Liu Lopeh?
Tahukah engkau akan namanya?” tanya Yo Him.
Si pengemis menggelengkan
kepalanya perlahan, lalu katanya dengan suara yang mengandung penyesalan: “Aku
belum lagi mengetahui...... cuma menurut kabar-kabar selentingan. Orang itu
adalah salah seorang murid tingkat ketiga dari Bu-tong-pay.”
“Mengapa Lopeh tidak
menanyakan langsung kepada pihak Bu-tong-pay”?” tanya Yo Him.
“Aku telah mengunjungi dua
kali pintu perguruan tersebut. Namun sejauh itu pihak Bu-tong-pay menyatakan
bahwa mereka tidak mencampuri lagi urusan murid yang telah diusir dari pintu
perguruan tersebut. Dan ketika kutanyakan siapakah adanya murid Bu-tong-pay
yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut, pihak Bu-tong-pay tidak
bersedia menyebutkannya. Karena menurut mereka itulah rahasia rumah tangga
pintu perguruan tersebut.....!”
“Tetapi lopeh, jika memang
kita langsung menemui Ciang-bun-jin Bu-tong-pay dan menceritakan kesulitan yang
dialami oleh pihak Kay-pang, di mana jelas akan menimbulkan pergolakan yang
tidak menggembirakan di dalam rimba persilatan tentu Ciang-bun-jin Bu-tong-pay
bersedia memberitahukan siapa-siapa saja murid Bu-tong-pay yang telah diusir
oleh pihak pintu perguruan tersebut......!”
Liu Ong Kiang tersenyum pahit,
ia berkata: “Justru kami dari pihak Kay-pang juga tidak memiliki muka yang
begitu tebal untuk terlalu merendahkan diri pada pihak Bu-tong-pay. Bukankah
jika mereka mengatakan bahwa Kay-pang memiliki banyak orang-orangnya yang
berkepandaian tinggi, dan kini ternyata tidak memiliki kesanggupan untuk
menyelesaikan persoalannya dengan pihak tentara Mongolia itu, akan mendatangkan
malu buat kami. Terlebih lagi yang kini ditahan oleh pihak kerajaan Mongolia
itu adalah ke dua Tianglo kami, yang memiliki kedudukan tidak rendah dalam
Kay-pang. Sampai mereka tidak bisa menyelamatkan diri dari tangan pihak
Mongolia tersebut, huh! Itu hanya akan menjadi bahan tertawa yang tidak
mengenakkan hati kami pihak Kay-pang......!”
Yo Him menghela napas.
“Lalu tindakan apa yang hendak
dilakukan oleh pihak Kay-pang dalam usaha menolong ke dua Tianglo kalian itu,
Liu Lopeh?” tanya Yo Him.
“Sesungguhnya dari pihak Kay-pang
kami telah menyusun rencana untuk melakukan penyerbuan ke tempat ke dua Tianglo
kami itu ditahan, guna membebaskannya dengan mempergunakan kekerasan. Namun
kami masih mempertimbangkan akibat yang akan muncul, di mana akan menyebabkan
goncangan yang terlalu luas untuk rimba persilatan. Disamping itu akan
menimbulkan jatuhnya korban yang tidak sedikit.....!” dan setelah menyahuti
begitu, Liu Ong Kiang menjadi serba salah, lalu ia menghela napas berulang kali
dengan wajah yang semakin muram.
Yo Him tertawa perlahan untuk
menghibur Liu Ong Kiang, pengemis Kay-pang itu, katanya kemudian, “Jika memang
Liu Lopeh hendak pergi menolongi Khu Tianglo dan Sun Tianglo dari tangan
orang-orang Mongolia itu, tidak perlu sampai mengerahkan anggota Kay-pang
seperti apa yang disebut oleh Liu Lopeh tadi. Cukup jika kita bersama beberapa
tokoh Kay-pang lainnya yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan bisa
diandalkan untuk pergi menolongnya.”
Liu Ong Kiang menghela napas
lagi. Wajah masih bermuram durja seperti tengah berpikir keras, lalu berkata
lagi, “kalau saja memang Yo Kongcu bersedia untuk membantu kami tentu urusan
akan menjadi beres dengan mudah!”
“Tentu saja aku mau untuk
membantu pihak Kay-pang terlebih lagi ini merupakan urusan penasaran dari
Kay-pang, bukan menipiskan urusan yang buruk. Mengapa aku harus menolak
membantu Kay-pang? Tetapi sayang justru kini aku tengah berusaha menolong jiwa
seseorang......”
“Menolong jiwa
seseorang......?” tanya Liu Ong Kiang terkejut.
Yo Him mengangguk.
“Ya. Seorang sahabat telah
terkena racun yang hebat dan kini dalam keadaan yang menguatirkan sekali, maka
aku harus mencari obat untuk menyembuhkannya. Waktu dan kesempatan yang ada
hanya lima hari saja selewatnya dari waktu itu ia akan menemui kematian dengan
cara yang mengerikan sekali, yaitu dengan tubuh mencair busuk......!”
Liu Ong Kiang memperlihatkan
wajah terkejut, tanyanya: “Racun apa yang yang telah mengendap di tubuhnya?”
Yo Him menghela napas.
“Sahabat itu dilukai Tok-ong-kiu-cie yang mempergunakan racun Sam-hun-tok yang
menurut katanya hanya bisa disembuhkan oleh Sam-touw-liong Wie Go Ciang, iblis
yang menetap di Souw-ciu. Tetapi itu tidak mungkin karena dari kota ini tidak
mungkin mencapai pulang pergi hanya dalam lima hari..... Kasihan sekali nasib
sahabat itu.....!”
Mendengar disebutnya nama
Tok-ong-kiu-cie dan Sam-touw-liong Wie Go Ciang muka Liu Ong Kiang jadi berobah
hebat, katanya dengan suara yang terbata-bata: “Inilah urusan yang tidak
main-main. Tentunya sahabatmu itu Kongcu merupakan seorang rimba peralatan yang
memiliki kepandaian tinggi sekali. Siapakah sahabatmu itu. Kongcu?”
“Dia she Cin dan bernama Piauw
Ho,” menjelaskan Yo Him. “Kini ia tengah rebah tidak berdaya di dalam kamar
rumah penginapan......!”
“Mari kita melihat
keadaannya.....!” ajak Liu Ong Kiang sambil berdiri dari duduknya.
Yo Him mengangguk, katanya:
“Tetapi kita harus menjemput Ko Tie dulu......!”
“Ko Tie? Siapa dia?”
“Seorang sahabat kecil.....!”
“Ohh....!”
Liu Ong Kiang dan Yo Him telah
pergi ke tempat pertunjukan wayang orang, waktu itu pertunjukan tengah
berlangsung seru dengan adegan pertempuran. Seluruh penonton tengah asyik
menyaksikan pertunjukan tersebut. Begitu juga halnya dengan Ko Tie yang tengah
berdiri sambil sekali-sekali bersorak girang. melihat ramenya adegan
pertempuran yang terjadi di atas panggung pertunjukan itu.
Yo Him segera menghampiri Ko
Tie. dan mengajak anak itu untuk kembali ke rumah penginapan. Lie Ko Tie tidak
membantah, ia bersama Yo Him dan Liu Ong Kiang telah kembali ke rumah penginapan.
Waktu mereka tiba di kamar
penginapan, tampak Cin Piauw Ho tengah rebah di atas pembaringnn dengan muka
yang pucat kehijau-hijauan. Napasnya juga perlahan dan lemah sekali. Sepasang
matanya terpejam rapat.
Yo Him menghampiri
pembaringan, memegang perlahan tangan Cin Piauw Ho. Kemudian katanya dengan
suara yang mengandung kekuatiran: “Cin Toako..... bagaimana keadaanmu? Apa yang
engkau rasakan?”
Cin Piauw Ho membuka matanya,
dan memandang dengan sinar mata lesu tidak bercahaya kepada Yo Him. Kemudian melirik
kepada Liu Ong Kiang dan Ko Tie yang bersama Yo Him.
“Rasanya sulit sekali bagi aku
berharap bisa hidup lebih lama lagi, paling lambat mungkin hari ini aku masih
bisa bertahan..... setelah itu mungkin aku akan putus jiwa.....!” kata Cin
Piauw Ho dengan suara yang lemah.
Yo Him memaksakan diri untuk
tertawa guna menghibur dan memberikan semangat kepada Cin Piauw Ho, lalu
katanya: “Kau jangan berkata begitu Cin toako, aku akan berhasil untuk
mencarikan obat dan usaha menolong jiwamu dari kematian..... engkau
tenang-tenanglah beristirahat..... jangan terlalu banyak berpikir yang
tidak-tidak.”
Cin Piauw Ho menghela napas,
ia tampaknya putus asa.
Liu Ong Khang yang sejak tadi
mengawasi keadaan Cin Piauw Ho, telah menoleh kepada Yo Him, lalu katanya hati-hati:
“Yo Kongcu, aku mengerti sedikit-sedikit mengenai ilmu racun, karena kami kaum
pengemis sering menangkap ular dan kalajengking. Dengan begitu aku mengenal
beberapa jenis racun. Walaupun Kongcu tadi telah mengatakan bahwa sahabatmu ini
terluka oleh racun Sam-hun-tok, tetapi kukira ada baiknya aku memeriksa lukanya
itu dulu.....!”
Yo Him girang mendengar
perkataannya si pengemis, ia mengangguk sambil katanya katanya, “Jika memang
Liu Lopeh ingin menolongi Cin toako, mengapa aku harus menghalangi? Tidak ada
salahnya jika Liu Lopeh memeriksa keadaannya. Siapa tahu Liu Lopeh bisa
mengobatinya?”
“Aku hanya mengerti sedikit
sekali mengenai beberapa jenis racun, tetapi aku akan berusaha untuk
memperpanjang daya bertahan saudara Cin itu......!” Sambil berkata begitu, Liu
Ong Kiang menghampiri ke dekat pembaringan lalu dengan dibantu oleh Yo Him, ia
telah melepaskan pakaian atas Cin Piauw Ho, di mana di dekat pundaknya tersebut
tampak sebuah luka yang telah bersemu hitam, daging di sekitarnya luka itu mulai
membusuk dan menyiarkan bau yang tidak sedap untuk hidung, juga warna hitam
gelap itu telah melebur ke dekat punggung serta ketiak.
Sekali lihat saja, segera bisa
diketahui bahwa Cin Piauw Ho telah terluka berat dan racun mulai bekerja.
Memang jika racun tersebut telah menjalar sampai ke jantung, jangan harap Cin
Piauw Ho mengharapkan dapat hidup lebih lama lagi dan di waktu itu tubuhnya
akan mencair dan membusuk.
Liu Ong Kiang mengerutkan
alisnya. Wajahnya muram ketika melihat keadaan luka yang diderita oleh Cin
Piauw Ho. Malah akhirnya pengemis itu telah menghela napas dalam-dalam, katanya
dengan suara perlahan, “Memang racun Sam-hun-tok racun yang sangat dahsyat.....
Aku baru kali ini melihat luka yang demikian hebat..... dan tidak kusangka
bahwa Sam-hun-tok dapat bekerja perlahan namun kesudahannya demikian hebat.
Menurut Yo Kongcu, saudara Cin ini telah diberikan obat oleh tabib, tetapi obat
itu rupanya hanya dapat membendung menjalarnya racun untuk waktu yang tidak
begitu lama. Menurut penglihatanku, paling lambat besok. Saudara Cin tidak akan
sanggup bertahan lagi......!” Dan Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali.
Yo Him mengawasi kuatir pada
pengemis itu dan Cin Piauw Ho bergantian lalu dengan ragu-ragu katanya: “Apakah
tidak ada jalan lain untuk menolong Cin toako agar ia bisa bertahan lebih lama
lagi?”
Liu Ong Kiang berdiam diri
sejenak namun akhirnya menyahuti juga: “Bisa, jika saja memperoleh pil
Swat-lian-tiat-tan (pil teratai emas besi). Sayang sekali obat yang diramu
dengan campuran swat-lian dari puncak Thian-san itu jarang sekali bisa
diperoleh! Padaku terdapat pil Kim-lian-tan (pil teratai emas), tetapi aku
belum tahu apakah pil yang kumiliki ini bisa mencegah menjalarnya racun
Sam-hun-tok lebih jauh. Untuk menyembuhkan dan memunahkan racun Sam-hun-tok
dengan mempergunakan pil obatku itu, memang tidak bisa, namun mudah-mudahan
saja bisa memperlambat menjalarnya racun yang ganas itu, karena sedikitnya
Kim-lian-tan dibuat mempergunakan campuran racun Swat-lian juga hanya sedikit
sekali.”
Dan setelah berkata begitu,
Liu Ong Kiang merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna
merah, di dalam botol tersebut terdapat dua butir pil berwarna coklat tua.
Pengemis tersebut lantas saja mengeluarkan sebutir, lalu melanjutkan keterangan:
“Pil ini sesungguhnya
kuperoleh dari seorang aneh dari Kun-lun yang pernah bertemu denganku secara
kebetulan. Ia memberikan aku tiga butir. Tetapi yang sebutir telah dipergunakan
untuk mengobati luka seorang anggota Kay-pang, maka pil mujijat ini hanya
tinggal dua butir. Tetapi kurasa luka yang diderita oleh saudara Cin itu cukup
parah. Untuk mencegah menjalarnya racun Sam-hun-tok lebih jauh, ia harus
memakan ke dua butir pil ini. Sekarang dimakannya sebutir dan sore nanti ia
baru memakannya sebutir lagi.....!”
Sambil berkata begitu, Liu Ong
Kiang telah menghampiri pembaringan. Memijit rahang Cin Piauw Ho meminta Cin
Piauw Ho membuka mulutnya.
Cin Piauw Ho yang memang telah
berputus asa dan sudah tidak memiliki harapan hidup, tanpa rewel telah membuka
mulutnya. Dan setelah pil Kim-lian-tan dimasukkan ke dalam mulutnya, di mana
Cin Piauw Ho merasakan bau harum menyegarkan tersiar dari pil tersebut, ia
menelannya.
“Nah, sekarang kau istirahat
dulu, saudara Cin. Nanti kau harus memakan yang sebutir ini lagi. Mudah-mudahan
saja pil Kim-lian-tan ini bisa memperlambat menjalarnya racun Sam-hun-tok
itu.....!” kata Liu Ong Kiang kemudian.
“Terima kasih atas pemberian
pil obat itu!” kata Cin Piauw Ho dengan suara yang tidak begitu lancar. “Pil
itu merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya, dan saudara telah
memberikan kepadaku. Entah bagaimana nanti aku membalas budimu......!” kata
kata itu tidak bisa diteruskan, karena Cin Piauw Ho merasakan sakit yang luar
biasa pada lukanya. Ia mengerang perlahan sambil meringis.
Liu Ong Kiang menghela napas,
ia bilang: “Jangan terlalu banyak bicara dan bergerak dulu. Nah, tidurlah!
Mungkin lebih baik lagi, bila engkau bisa tidur untuk istirahat, sehingga tidak
banyak gerak dan obat bekerja lebih baik, saudara Cin.....!”
Cin Piauw Ho hanya mengangguk
dan memejamkan matanya rapat-rapat. Namun mukanya masih meringis menahan sakit
yang luar biasa. Keadaannya mengenaskan sekali.
Menyaksikan itu, Yo Him
menghela napas berulang kali, sedangkan Ko Tie yang sejak tadi hanya bisa
mengawasi saja, jadi berdiri diam dengan hati yang bingung dan berkasihan. Ia
bingung karena memang Ko Tie tidak bisa melakukan sesuatu apapun juga.
Berkasihan karena melihat keadaan Cin Piauw Ho seperti itu.
Setelah melihat Cin Piauw Ho memejamkan
mata rapat-rapat dan akhirnya perasaan sakit yang dideritanya mulai berkurang,
sebab mukanya tidak meringis seperti tadi. Yo Him mengajak Ko Tie dan Liu Ong
Kiang untuk keluar dari kamar tersebut. Mereka duduk di ruang bawah, di mana Yo
Him memesan teh dan beberapa macam makanan kecil.
Banyak yang dibicarakan oleh
Yo Him dan Liu Ong Kiang yaitu mengenai perkembangan dunia persilatan di saat
itu. Waktu Yo Him menceritakan perihal dia menolongi Ko Tie dari tangannya
wanita sinting Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, si pengemis mengerutkan alisnya.
“Perempuan sinting itu memang
banyak menimbulkan keonaran akhir-akhir ini, karena telah cukup banyak juga
jago-jago Kang-ouw yang menjadi korbannya. Dalam tiga tahun, perempuan sinting
dengan selalu membawa-bawa mayat bayi yang telah diawetkan itu memang telah
dicari oleh beberapa orang tokoh Kangonw untuk ditumpas. Ia bertangan telengas
dan juga menurut apa yang sering kudengar, setiap kali turun tangan selalu
membinasakan korbannya dengan kejam sekali......!”
Setelah berkata begitu, Liu
Ong Kiang menghela napas berulang kali, baru melanjuti lagi perkataannya,
“Memang belakangan ini, sejak berakhirnya peperangan dan berhasilnya Kublai
Khan menguasai daratan Tiong-goan, cukup banyak jago-jago yang bermunculan di
dunia Kang-ouw. Dan yang membuat aku heran, mereka umumnya merupakan jago-jago
muda yang memiliki kepandaian tidak rendah! Inilah yang merupakan ancaman tidak
kecil buat rimba persilatan, karena syukur jika jago-jago muda itu mengambil
jalan Pek-to, putih dan lurus. Tetapi jika mereka yang masih berusia muda dan
berdarah panas itu memilih jalan Hek-to, maka akan menimbulkan bencana yang
tidak kecil buat Kang-ouw......!”
Yo Him mengangguk.
“Apa yang dikatakan oleh Liu
Lopeh memang tepat,” kata Yo Him. “Dalam hal ini memang harus diperhatikan
baik-baik. Karena sepak terjang dari jago-jago muda itu yang bermunculan cukup
banyak dengan kepandaian tinggi. Dibiarkan begitu saja mereka mengumbar
keganasan mereka, niscaya korban-korban yang berjatuhan akan banyak sekali,
sedangkan tokoh sakti yang telah kecewa dengan kekalahan kerajaan kita dan
berkuasanya Kubilai Khan di daratan Tiong-goan ini benar-benar mengundurkan
diri dan hidup mengasingkan diri di tempat tertentu, sudah tidak mau mencampuri
lagi urusan Kang-ouw......!”
Liu Ong Kiang berdiam diri
sejenak. Namun akhirnya dia mengawasi Ko Tie. Dia mengawasi agak lama dan
teliti sekali, seperti juga terdapat sesuatu yang menarik pada diri Ko Tie.
“Anak yang baik!” memuji Liu
Ong Kiang akhirnya. “Tampaknya anak ini memiliki bakat dan tulang yang baik
sekali untuk mempelajari ilmu silat! Apakah ia murid Yo Kongcu?” sambil
bertanya begitu, Liu Ong Kiang juga telah menoleh kepada Yo Him.
Yo Him menggeleng, ia
cepat-cepat menceritakan siapa adanya Ko Tie dan bagaimana terjadi pertemuan di
antara mereka. Pula Yo Him menceritakan riwayat Ko Tie seperti apa yang pernah
Ko Tie ceritakan padanya.
Rupanya Liu Ong Kiang tertarik
sekali pada Ko Tie yang dipujinya sebagai seorang anak yang memiliki bakat
berkepandaian tinggi, bimbingan yang baik dari seorang yang tangguh di kemudian
hari. Namun waktu mereka bercakap-cakap seperti itu, tiba-tiba mereka mendengar
suara ribut-ribut di luar rumah penginapan. Suara jerit ketakutan dan teriakan
teriakan kaget. Yo Him dan Liu Ong Kiang saling pandang. Lalu ke duanya
cepat-cepat keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi itu.
Ternyata di jalan raya tampak
orang-orang wanita dan laki-laki berlari-lari sambil berteriak-teriak
ketakutan, semuanya tengah mencari tempat persembunyian banyak juga yang lari
menerobos masuk ke dalam rumah penginapan dengan muka yang pucat.
Yo Him dan Liu Ong Kiang
mengerutkan alisnya. Ia melihat dari arah mana orang-orang itu datang berlari
ketakutan dan segera juga mereka melihat sesuatu yang mengejutkan.
Karena terpisah puluhan tombak
dari tempat mereka berada, tampak tengah mendatangi mahkluk yang cukup
mengerikan, berbulu putih dan tinggi besar sambil melompat-lompat setengah
berlari mengeluarkan suara erangannya yang keras sekali, menyeramkan. Makluk
mengerikan itu tidak lain dari seekor biruang putih, yang bulunya bagaikan
tumpukan salju...... giginya yang panjang runcing itu tampak mengerikan sekali
setiap kali binatang buas tersebut menyeringai.
Yo Him dan Liu Ong Kiang jadi
heran entah dari mana datangnya binatang buas tersebut, karena inilah merupakan
peristiwa yang jarang sekali terjadi bahwa di tengah-tengah keramaian kota
muncul makhluk buas seperti itu.
Sedangkan biruang berbulu
putih yang tinggi besar itu telah berlari-lari kecil sambil melompat-lompat dan
mengeluarkan sekali-sekali suara erangannya yang menyeramkan di jalan raya yang
sepi. Semua orang yang tadi berada di jalan raya telah bersembunyi dengan
ketakutan.
“Entah darimana datangnya
makluk itu?” menggumam Liu Ong Kiang dengan suara yang perlahan. “Ini tidak
boleh dibiarkan saja. Terutama jika biruang itu mengamuk, tentu bisa
menimbulkan korban jwa......!”
Yo Him mengangguk, namun belum
lagi ia menyahut, Liu Ong Kiang menjejakkan kakinya. Tubuhnya melompat ke
tengah jalan raya, dengan beberapa kali lompatan lagi. Dia telah berada di
depan biruang putih itu, menghadangnya, ingin meringkus.