13 Pertarungan Melawan Biruang Salju
Biruang berbulu putih itu
memiliki ukuran tubuh dua kali tinggi dari tubuh Liu Ong Kiang, dan juga kuku
jari-jari tangan dan kakinya tampak begitu runcing, mengerikan sekali. Belum
lagi taring-taring yang menonjol di mulutnya, di mana tampak menyeramkan setiap
kali ia menyeringai. Melihat ada seseorang yang merintangi jalannya, biruang
putih itu telah menepuk-nepuk ke dua tangannya pada dadanya dan mengeluarkan
raungan yang keras sekali.
Liu Ong Kiang tidak jeri menghadapi
binatang buas tersebut, ia telah bersiap-siap untuk membekuk binatang yang
sangat menyeramkan itu. Sin-bok-koay-kay ini memang seorang pengemis yang
lihay, ia merupakan seorang tokoh Kay-pang, dengan demikian, kepandaiannyapun
tinggi sekali. Menghadapi makhluk buas seperti ini, sama sekali ia tidak kuatir
akan kena dicengkeram atau akan dirobek-robek karena memang Sin-bok-koay-kay
Liu Ong Kiang bisa saja mempergunakan ginkangnya yang tinggi untuk
menghadapinya.
Setelah meraung keras seperti
itu, tahu-tahu makhluk buas tersebut menubruk akan memeluk Liu Ong Kiang.
Gerakan yang dilakukannya sangat cepat sekali.
Liu Ong Kiang yang telah
bersiap-siap segera melompat menyingkir ke samping, biruang berbulu putih itu
menubruk tempat kosong.
Penasaran sekali binatang buas
tersebut ia telah mengerang lagi dengan keras dan menubruk kembali. Tubuhnya
yang tinggi besar bergerak secepat kilat, sehingga seperti juga gulungan warna
putih belaka yang menerjang kepada Liu Ong Kiang.
Diam-diam Liu Ong Kiang
terkejut karena cara menerjang biruang putih itu sangat lincah, dan juga
anehnya menurut gerakan dari ilmu ginkang yang biasa dipelajari oleh manusia!
Tetapi Liu Ong Kiang telah
menjejakkan kakinya lagi, tubuhnya terapung ke tengah udara di waktu mana kaki
kanannya menjejak punggung binatang buas tersebut. Tendangan yang dilakukan
oleh kaki kanan si pengemis sesungguhnya sangat kuat sekali, karena ia menjejak
dengan mempergunakan tenaga dalamnya.
Namun begitu telapak kakinya
berhasil menjejak punggung biruang yang lunak-lunak keras tersebut, ia tidak
herhasil sedikitpun untuk merubuhkan binatang buas itu. Malah waktu kaki kanan
Liu Ong Kiang menjejak punggungnya, biruang berbulu putih itu tanpa memutar
tubuhnya, telah menggerakkan ke dua tangannya akan menjambret ke belakang.
Liu Ong Kiang tambah heran,
gerakan yang dilakukan oleh biruang berbulu putih itu merupakan salah satu
jurus ilmu silat yang dikenal dengan nama “Naga Sakti mengebutkan Ekor”, dan
juga ke dua tangan dari biruang berbulu putih itu mengandung tenaga yang
dahsyat.
Liu Ong Kiang memang
sebelumnya telah berpikir, ia memang tidak jeri menghadapi biruang itu, namun
makluk itu memiliki tenaga yang sangat kuat sekali. Sekali saja ia tertangkap
kena dicengkeram, tentu tubuhnya akan dibeset, dirobek-robek oleh makluk buas
tersebut. Jalan yang paling terbaik untuk dapat ia menghadapi lawan yang
istimewa ini, memang hanya mengandalkan kegesitannya, dan nanti baru berusaha
merubuhkannya.
Diluar dugaannya, makluk buas
tersebut ternyata memang memiliki gerakan yang lincah. Tubuhnya yang tinggi
besar itu rupanya tidak menjadi rintangan baginya untuk dapat melompat gesit
dan lincah.
Malah semakin lama, Liu Ong
Kiang semakin heran dan bingung. Karena biruang berbulu putih tersebut telah
bertempur dengannya mempergunakan gerakan-gerakan ilmu silat, di mana setiap
gerakan tangan dan kakinya mempergunakan berbagai jurus ilmu silat yang biasa
dipergunakan oleh manusia.
Inilah peristiwa yang
benar-benar sangat aneh dan tidak dimengerti oleh Liu Ong Kiang. Sampai ia mau
menduga, apakah binatang buas ini memang telah dipelihara oleh seorang jago
Kang-ouw, yang mendidik dan melatihnya ilmu silat?!
Untuk beberapa saat lamanya,
Liu Ong Kiang hanya melompat ke sana ke mari, berkelit dan mengelakkan diri,
karena ia jadi tertarik dan ingin mengetahui, sampai berapa jauh binatang buas
tersebut menguasai ilmu silat.
Yo Him yang mengawasi jalannya
pertempuran yang istimewa dan aneh itu, antara seorang manusia dengan seekor
binatang buas, yang sanggup menjalankan jurus-jurus ilmu silat telah berpikir,
“Binatang buas ini bisa muncul
di tengah-tengah keramaian kota, dan juga ia bisa menjalankan jurus ilmu silat,
setiap gerakan ke dua tangannya, merupakan pukulan dan cengkeraman yang aneh
dan kuat sekali, juga badannya yang besar bergerak cukup lincah. Tentu binatang
buas ini telah dipelihara oleh seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan
juga majikan binatang buas ini telah mengajari dan mendidiknya dengan baik!
Namun siapakah jago Kang-ouw yang telah mendidik biruang ini?”
Sedang Yo Him berpikir begitu,
di hatinya juga menduga beberapa orang tokoh Kang-ouw. Ko Tie yang telah keluar
juga, malah menyaksikan pertempuran yang telah terjadi antara Liu Ong Kiang
dengan biruang itu dengan tertarik beberapa kali anak kecil itu berseru,
“Bagus!” jika memang dilihatnya biruang itu menerjang dan menyerang Liu Ong
Kiang dan pengemis tersebut berhasil mengelakkan diri.
Setelah melewatkan waktu
beberapa saat, Liu Ong Kiang telah melihat bahwa biruang itu memang benar-benar
setiap kali menerjang selalu mempergunakan jurus-jurus ilmu silat, bahkan
teratur sekali. Ia akhirnya memutuskan untuk menotok lumpuh binatang itu karena
telah cukup membiarkan binatang buas tersebut selalu menyerang dirinya.
Dengan gesit, Liu Ong Kiang
telah melompat ke sana ke mari, dan ke dua tangannya juga bergerak sangat
lincah sekali. Ia menotok berbagai tubuh biruang berbulu putih itu.
Setiap totokan yang dilakukan
oleh Liu Ong Kiang memang selalu tepat mengenai berbagai jalan darah di tubuh
binatang buas tersebut, tetapi binatang itu benar-benar kuat, ia sama sekali
tidak rubuh. Jika seorang manusia terkena totokan seperti itu, tentu akan rubuh
dalam keadaan tidak berdaya.
Tetapi rupanya memang biruang
putih itu memiliki kekuatan yang sangat hebat, sehingga totokan yang dilakukan
oleh Liu Ong Kiang bagaikan garukan dan cuwilan perlahan pada tubuhnya, yang
dilindungi bulu putih yang tebal itu.
Malah karena Liu Ong Kiang
telah menotok beberapa kali, berulang kali hampir saja tangan Liu Ong Kiang
kena dicengkeram oleh binatang buas tersebut. Dengan demikian pengemis itu
bertindak lebih hati-hati lagi.
Yo Him setelah mengawasi
sekian lama memperoleh kenyataan bahwa Liu Ong Kiang tentu tidak mudah
merubuhkan binatang buas yang aneh ini. Benar Liu Ong Kiang memiliki kepandaian
yang tinggi, pengemis itu memang liehay, namun menghadapi binatang buas yang
seperti kedot dari totokan, di mana tubuhnya kebal dari setiap totokan dan
tidak terpengaruh sama sekali tentu akhirnya Liu Ong Kiang sendiri yang mulai
letih dan kehabisan tenaga.
“Aku harus segera
membantuinya.....!” berpikir Yo Him, maka ia telah melompat mendekati
gelanggang pertempuran itu, yang terjadi di tengah jalan tersebut.
Dengan gerakan yang sangat
ringan tubuhnya berkelebat ke sana ke mari, dia pun menyerang biruang itu
dengan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Memang bisa saja Yo Him menghajar
sekalian membinasakan biruang itu, dengan menghantam hancur batok kepalanya
atau juga mempergunakan pedangnya itu menikam sampai binasa binatang buas
tersebut, kenyataannya Yo Him tidak mau melakukan hal seperti itu, karena ia
memang bermaksud hanya melumpuhkan binatang buas tersebut.
Yo Him telah yakin, bahwa
biruang pasti memiliki majikan, yang terdiri dari seorang tokoh Kang-ouw yang
memiliki kepandaian tinggi, sebab binatang tersebut bisa membawakan jurus-jurus
ilmu silat dengan baik. Maka Yo Him tidak mau sembarangan turun tangan
mencelakai biruang itu, karena jika binatang buas itu terbinasa di tangannya,
pasti akan timbul bentrokan dengan orang yang telah memelihara biruang
tersebut. Disamping itu, memang Yo Him juga tertarik sekali melihat biruang ini
bisa dilatih menjalankan ilmu silat, yang berarti bahwa binatang buas tersebut
merupakan binatang yang cukup menarik, sayang jika dibinasakannya.
Begitulah, dengan
melompat-lompat ke sana ke mari mempergunakan ginkangnya, Yo Him dan Liu Ong
Kiang telah mempermainkan biruang tersebut, yang selalu gagal menubruk salah
seorang di antara mereka. Semakin lama biruang semakin menjadi penasaran, dan
juga jadi kalap. Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras sekali,
tahu-tahu dia telah melompat menerkam dengan mementangkan ke dua tangannya ke
arah Yo Him, yang maksudnya hendak dipeluk dan dicengkeramnya.
Tetapi Yo Him bisa bergerak
cepat sekali, kaki kanannya menendang biruang itu dan tubuhnya telah melesat
mundur meminjam tenaga tendangan itu, maka di waktu ke dua tangan biruang
tersebut memeluk, dia memeluk angin alias tempat kosong. Sedangkan Liu Ong
Kiang juga mempergunakan kesempatan tersebut menggerakkan tangan kanannya,
menghantam kuat sekali punggung binatang buas itu.
“Bukkkk!”, pukulan itu telah
menyebabkan biruang tersebut terjerunuk ke depan, namun tidak sampai
terjerembab mencium tanah.
Rupanya pukulan yang dilakukan
Liu Ong Kiang kali ini, menimbulkan perasaan sakit juga di punggungnya, biruang
itu telah meraung dengan suara yang kuat sekali. Dia tengah murka dan kalap
disamping penasaran, di mana kalau sampai binatang buas itu kalap, tentu bisa
menimbulkan bahaya yang tidak kecil untuk orang lain kalau saja Liu Ong Kiang
dan Yo Him tidak bisa menguasainya.
“Yo Kongcu, apakah kita
binasakan saja binatang buas ini?” teriak Liu Ong Kiang dengan suara yang
nyaring, karena pengemis ini merasakan ia cukup lelah setelah menghadapi
binatang buas yang kuat dan tangguh itu sekian lama.
“Jangan!” teriak Yo Him. “Kita
harus dapat melumpuhkannya saja, tetapi jangan membinasakan binatang ini! Coba
kita lihat saja, apakah pemiliknya akan memperlihatkan diri atau tidak!”
Berkata sampai di situ, Yo Him
terpaksa melompat ke samping kanan, untuk mengelakkan terjangan kuat dan
berbahaya dari binatang buas tersebut. Tetapi Yo Him juga bukan hanya sekedar
menyingkir, cepat bukan main ke dua tangannya dirangkapkan dan dia memukul
dengan mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya.
Pukulan seperti ini mengandung
tenaga yang bisa menghancurkan batu, maka begitu mengenai telak kepala binatang
buas itu, tubuh biruang berbulu putih itu telah terhuyung-huyung, kemudian
terjatuh duduk dengan kepala yang pusing dan mata yang nanar. Hanya mulutnya
yang terpentang lebar mengeluarkan suara erangan marah.
Yo Him telah tertawa
menghampiri Liu Ong Kiang, katanya. “Sesungguhnya, binatang buas seperti ini
harus dibinasakan, karena dengan adanya dia di tengah-tengah keramaian kota,
tentu bisa mencelakai manusia...... tetapi anehnya, binatang buas ini bagaikan
terpelihara baik dan pandai sekali mempergunakan jurus-jurus ilmu silat.
Seperti tadi aku telah melihatnya Liu Lopeh, biruang ini membawakan jurus-jurus
ilmu silat dengan teratur sekali. Entah siapa pemiliknya......?!”
Liu Ong Kiang telah
mengangguk, ia menghela napas sambil melirik mengawasi biruang itu, lalu
katanya, “Benar aku yakin biruang ini pasti peliharaan orang Kang-ouw yang
memiliki kepandaian tinggi...... entah siapa dia?”
Biruang putih itu, yang duduk
dengan kepala digerak-gerakan ke kiri dan ke kanan, seperti juga tengah merasa
pusing bukan main, telah berusaha untuk berdiri. Semula ia mengerang-erang
dengan tidak hentinya, setelah berdiri, walaupun tubuhnya masih sempoyongan
bagaikan hendak jatuh kembali.
Ia telah membuka ke dua
tangannya memukuli dadanya, dan mengerang dengan suara raungan yang seperti
menggentarkan sekitar tempat itu. Suara raungannya begitu panjang dan
menyeramkan, membuat semua orang yang tengah bersembunyi di berbagai tempat,
yang menyaksikan hal itu, telah menggigil ketakutan.
Ketika biruang putih ini
muncul di kota tersebut, sesungguhnya waktu itu di jalan raya cukup ramai oleh
manusia-manusia yang sibuk dengan kebutuhan mereka masing-masing. Namun begitu
binatang buas tersebut muncul, mereka jadi kaget dan ketakutan, dengan panik
mereka telah berlari-lari mencari tempat bersembunyi.
Sekarang melihat biruang itu
telah dihajar oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang, bukannya jadi lumpuh dan pergi
meninggalkan tempat itu, malah telah meraung dengan sikapnya yang bertambah
ganas dan juga bertambah kalap, membuat orang-orang itu tambah ketakutan.
Karena kalau sampai terjadi biruang itu mengamuk dan Yo Him bersama Liu Ong
Kiang tidak bisa menguasainya, niscaya akan menimbulkan kerusakan yang cukup
hebat untuk toko-toko dan rumah-rumah penduduk di sekitar jalan tersebut, juga
yang dikuatirkan akan jatuhnya korban manusia di tangan binatang buas
itu......!
Biruang putih itu meraung
terus, namun tidak menerjang lagi kepada Yo Him atau Liu Ong Kiang. Dengan
sikapnya seperti itu, segera juga Yo Him dan Liu Ong Kiang dapat menduga, bahwa
biruang tersebut seperti tengah memanggil seseorang. Dan tentunya yang
dipanggil binatang buas dengan isyarat suara raungannya itu, adalah majikannya,
orang yang telah memeliharanya......
Apa yang diduga oleh Yo Him
dan Liu Ong Kiang memang tepat. Karena setelah biruang putih itu meraung
berulang kali dengan suara yang begitu menyeramkan, tiba-tiba dari kejauhan
terdengar suara raungan seperti biruang putih itu, karena suara raungan itu
adalah suara raungan dari seorang manusia. Malah tidak lama kemudian tampak
berkelebat mendatangi sesosok bayangan, yang gesit sekali. Disusul deagan
kata-katanya: “Siapa yang telah berani menghina Pek-swat-jie (Anak Salju
Putih)?”
Baru saja kata-katanya itu
habis diucapkan, orangnya sudah tiba di samping biruang putih itu.
Dia adalah seorang lelaki
bertubuh tinggi besar, dengan pakaian yang aneh sekali terbuat dari kulit
binatang, dan juga mukanya memerah segar. Usianya mungkin limapuluh tahun
lebih, sikapnya gagah dan tenaganya tampak kuat sekali. Dilihat dari
keadaannya, orang itu seperti juga bukan orang daratan Tiong-goan. Sepasang
matanya telah mencilak ke sana ke mari, mengawasi sekelilingnya, mendelik Yo
Him dan Liu Ong Kiang.
Biruang itu telah merangkul
lelaki tersebut, ia mengeluarkan suara erangan perlahan, bagaikan tengah
mengadu bahwa ia telah dihina oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang. Sedangkan lelaki
itu yang aneh sekali cara berpakaiannya, telah mengangguk-angguk berulang kali.
Yo Him dan Liu Ong Kiang
mengawasi saja, mereka tidak mengetahui entah siapa lelaki luar biasa ini.
Namun melihat cara datangnya tadi menunjukkan bahwa ginkangnya memang sangat
tinggi sekali. Walaupun tidak melebihi jauh ginkang yang dimiliki Yo Him, namun
berada di atas dari ginkang Liu Ong Kiang!
Dilihat dari kulit tubuhnya
yang putih kemerah-merahan, orang itupun rupanya tinggal di tempat yang dingin
sekali, dan jarang terkena sinar matahari. Namun dengan munculnya orang
tersebut bersama dengan binatang peliharaannya itu, benar-benar sangat aneh dan
membingungkan sekali.
Setelah merangkul lelaki itu
beberapa saat, biruang itu melepaskan rangkulannya dan tangannya
menunjuk-nunjuk pada Yo Him dan Liu Ong Kiang.
Lelaki aneh itu telah
mengawasi mendelik kepada Yo Him dan Liu Ong Kiang, lalu bentaknya. “Mengapa
kau menghina Pek-swat-jie?”
Yo Him cepat-cepat
merangkapkan sepasang tangannya, ia menjura memberi hormat. “Locianpwe, kami
sama sekali tidak bermaksud mengganggu binatang peliharaanmu itu, tetapi kukira
dengan membawa-bawa binatang buas di tengah keramaian kota ini bukanlah suatu
perbuatan yang terpuji, karena biruang itu telah menimbulkan kepanikan penduduk
kota! Juga, jika sampai binatang itu mengganggu penduduk di mana terjadi korban
jiwa, bukankah hal itu harus disesalkan sekali......!?!”
Muka lelaki itu berobah merah,
ia memang memiliki wajah yang putih kemerah-merahan, maka mukanya itu marah
seperti juga kepiting yang direbus, diliputi kemarahan yang luar biasa.
“Kau mengatakan Pek-swat-jie
mengganggu penduduk kota ini? Apakah kau bisa memperlihatkan siapa orang yang
telah diganggu dan menjadi korban Pek-swat-jie?! Aku tahu benar, Pek-swat-jie
tidak mungkin mengganggu manusia!”
Liu Ong Kiang tidak sesabar Yo
Him dia mendengus dingin, katanya: “Binatang itu walaupun telah dididik dengan
baik, tetap saja binatang! Tadi dia telah mengejar-ngejar penduduk di kota ini,
mereka jadi ketakutan dan panik berlari tidak menentu..... menakut-nakuti
seperti itu, tentu akan menimbulkan kerusuhan di kota ini. Alangkah baiknya
jika kau membawa pergi, binatang peliharaanmu itu!”
Mata lelaki aneh itu telah
mendelik mengawasi Liu Ong Kiang, katanya: “Pengemis bau apakah kau tahu dengan
perkataanmu itu, tubuhmu bisa dibeset-beset oleh Pek-swat-jie?”
Liu Ong Kiang memang tengah
mendongkol, karena lelaki aneh ini telah membawa-bawa dan melepaskan binatang
buas yang jadi peliharaannya itu di tengah-tengah keramaian kota. Ia memang
tidak puas terhadap perbuatan lelaki aneh ini.
Sekarang dia ditegur seperti
itu, maka katanya dengan sikap yang dingin. “Jika memang terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan dan binatang itu merusak atau mencelakai manusia, jelas engkau
yang harus bertanggung jawab! Hemm, terlebih lagi jika memang binatang itu
berani berbuat kurang ajar padaku, hemm, hemm, apakah kau kira aku ini
bak-pauw, yang mudah untuk dibeset-beset?”
Lelaki bermuka merah yang
pakaiannya begitu aneh, telah mendekati dengan gusar.
“Pengemis bau, mulutmu lancang
dan kurang ajar sekali! Kau perlu dihajar......” dan setelah berkata begitu
dengan gerakan yang sulit sekali diikuti oleh penglihatan manusia, tangannya
bergerak untuk mencengkeram pundak Liu Ong Kiang.
Yo Him melihat gerakan yang
dilakukan oleh orang berpakaian aneh itu luar biasa cepatnya, dan juga
tangannya telengas sekali, serangannya bengis dan bisa melumpuhkan, karena yang
diincernya adalah tulang pie-pe di pundak Liu Ong Kiang.
Sedangkan si pengemis hatinya
tercekat waktu itu tahu-tahu jari tangan orang aneh itu menyentuh baju di
pundaknya. Mati-matian ia telah mengelakkannya dengan menurunkan pundaknya.
Tidak urung, bajunya di bagian pundak telah berhasil dirobek oleh jari tangan
orang aneh itu, sehingga tampak kain baju itu berkibar-kibar tertiup angin,
robek cukup lebar.
Bukan main gusarnya Liu Ong
Kiang, ia sampat berjingkrak mengeluarkan makian sengit. “Binatangnya buas,
majikannya juga buas, maka ke dua-duanya perlu dimampusi!”
Lalu dengan perkataannya itu,
Liu Ong Kiang telah mencabut tongkat bambu yang terselip di pinggangnya. Tombak
bambu itu sepanjang dua kali lebih, berwarna kuning kehijau-hijauan.
Biasanya, jarang sekali Liu
Ong Kiang mempergunakannya jika memang bukan tengah menghadapi lawan yang
tangguh. Karena melihat bahwa orang aneh ini memang memiliki kepandaian yang
tinggi dan tidak bisa dipandang remeh, maka ia telah mengeluarkan tongkat
bambunya itu untuk menghadapi orang tersebut. Bahkan begitu mengeluarkan
tongkat bambunya, segera Liu Ong Kiang telah menggerakkannya untuk memukul ke
pinggang orang aneh itu.
Orang aneh dengan pakaian yang
aneh juga, telah mengeluarkan suara tertawa mengejek.
“Hemm, tongkat pemukul anjing
buduk dari partai pengemis hendak dipergunakan menghadapi aku, Swat Tocu
(pemilik pulau salju)?” teriaknya dengan suara yang dingin, dan tampak dia
telah menjentik dengan jari telunjuknya menyentil tongkat bambu itu, yang telah
kena disetilnya kuat sekali, sampai tongkat bambu itu terpental dan tidak
berhasil mengenai sasarannya. “Sedangkan Pangcu Kay-pang sendiri akan berlaku
dan tidak berani berlaku kurang ajar!”
Mendengar bahwa orang yang ada
di hadapannya ini, yang menjadi pemilik biruang putih itu, adalah Swat Tocu
(majikan pulau salju), Liu Ong Kiang terkejut bukan main. Ia pun tadi tengah
kaget karena tongkatnya yang kena disentil oleh Swat Tocu tersebut telah
terpental keras sekali, malah ia merasakan telapak tangannya begitu pedih dan
sakit sekali, hampir saja tongkatnya itu tidak bisa dicekalnya terus dan
terlepas. Namun karena Liu Ong Kiang memang memiliki kepandaian yang tak rendah
dia masih bisa berusaha mencegah terlepasnya tongkat bambu itu dari cekalan
tangannya.
Swat Tocu memang merupakan
seorang tokoh sakti yang sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh rimba persilatan
daratan Tiong-goan, karena Swat Tocu merupakan seorang tokoh tua yang telah
berusia seratus tahun lebih. Namun karena ia tinggal di tempat yang dingin di
pulau Swat-to, Pulau Salju, yang seluruh permukaan pulau itu diselimuti oleh
lapisan salju, membuat ia awet muda dan tampak seperti seorang yang baru berusia
limapuluh tahun.
Rahasia awet mudanya itupun
justru karena ia telah melatih lweekang yang mempergunakan inti es, yang bisa
diperolehnya dari dasar pulaunya, di mana ia melatih lweekangnya itu dengan
menyedot inti es yang terdapat di dasar pulau saljunya. Maka inti es yang telah
diresapnya itu, merupakan suatu kekuatan yang sangat hebat.
Jarang sekali ada orang yang
bisa menghadapi inti es telapak tangan Swat Tocu, karena sekali saja Swat Tocu
menyerang dengan pukulan yang mengandung kekuatan lweekang, lawannya akan
terbinasa dengan tubuh yang kaku dan darah di tubuhnya membeku. Begitu
sempurnanya kepandaian lweekang yang telah dilatih oleh Swat Tocu, sehingga ia
merupakan tokoh sakti yang boleh dibilang sudah tidak memiliki lawan sama
sekali. Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit untuk diukur
lagi.