Chin Yung/Jin Yong
-------------------------------
-----------------------------
Bagian 62
“Thio Shiehiap benar,? kata
Kong boen. “Kalau bertempur, biarpun kita bisa membinasakan banyak Tat coe,
pihak kitapun pasti akan menderita kerusakan besar. Memang sebaiknya kita
menyingkir untuk sementara saat.
Sesudah Kong boen menyatakan pendapatnya,
yang lain tak berani membantah lagi.
“Thio Siehiap, menurut
pendapatmu, kemana kita harus pergi?? tanya Kong boen.
“Tat coe tentu menduga, bahwa
kita pergi ke selatan atau ke tenggara,? jawabnya. “Untuk menyelesaikannya,
kita menyingkir ke tempat yang tidak diduga mereka. Sebaiknya kita pergi ke
Monggolia. Bagaimana pendapat kalian??
Semua orang kaget. Monggolia
adalah negeri Tat coe. Cara bagaimana mereka mau diajak masuk ke sarang musuh?
Tapi Yo Siauw menepuk nepuk
tangan dan berkata sambil tertawa. “Tepat benar pendapat Thio Siehiap.
Monggolia sedikit penduduknya dan digurun pasir yang luas, dengan mudah kita
mencari tempat sembunyi. Tat coe tentu menganggap kita bakal kembali ke Tiong
goan. Mereka tak akan mimpi, bahwa kita berbalik menyatroni sarang mereka.?
Sekarang semua orang tersadar.
Diam diam mereka memuji kecerdasan Thio Siog Kee. Semua orang lalu menunggang
kuda atau naik kereta dan segera berangkat ke arah utara.
Sesudah melalui kira kira lima
puluh li, rombongan itu berhenti di sebuah selat gunung. Yo Siauw segera
mengeluarkan makanan kering dan arak yang memang sudah disediakannya. Sambil
beromong omong, tokoh keenam partai menyatakan rasa terima kasihnya terhadap
Boe Kie dan Hoan Yauw yang sudah menolong jiwa mereka.
Sementara itu, Cioe Cie Jiak
dan murid murid Go bie lainnya menggali lubang dan menguburkan jenazah guru
mereka. Kong boen, Kong tie, Sen Wan Kiauw, Boe Kie dan yang lain2
bersembahyang dan memberi hormat terakhir kepada si nenek. Biat coat soethay
adalah salah seorang pendekar kenamaan pada jaman itu. Biarpun adatnya aneh, ia
seorang jujur dan selama hidupnya banyak menolong sesama manusia, sehingga
segenap Rimba Persilatan menghormatinya. Waktu bersembahyang para murid Go bie
menangis sedu sedan, sedang jago jago keenam partai turut merasa sedih.
“Orang yang mati tak bisa
hidup kembali,? kata Kong boen taysoe dengan suara nyaring. “Para pendekar Go
bie janganlah terlalu berduka. Asal kalian bisa penuhi mendiang gurumu, maka
biarpun Soethay sudah meninggal dunia, ia seperti juga masih hidup di dalam
dunia. Kali ini musuh menggunakan racun dan kita semua sama sama menderita.
Kong seng Soetee dari partai kami juga binasa dalam tangan Tat coe. Sakit hati
ini pasti mesti dibalas. Cara bagaimana kita harus membalasnya, kita sekarang
harus berunding masak masak.?
“Benar,? menyambung Kong tie.
“Dalam waktu yang lampau enam partai bermusuhan keras dengan Beng kauw. Tak
dinyana Thio Kauwcoe membalas kejahatan dengan kebaikan dan sudah menolong kita
semua. Mulai dari sekarang kedua belah pihak meniadakan permusuhan dan
melupakan segala apa yang sudah terjadi. Hari ini dengan meminjam kesempatan
dari kumpulnya semua partai, loolap ingin mengajukan sebuah usul. Usul itu
ialah kita beramai ramai mengangkat Thio Kauwcoe sebagai Beng coe (kepala
perserikatan) dari perserikatan partai2 Rimba Persilatan di wilayah Tiong goan.
Dengan berserikat dan bekerja sama dan bersatu padu, kita berusaha untuk
mengusir Tat coe dari tanah air kita.?
Usul itu disambut dengan sorak
sorai gegap gempita oleh para hadirin. Hanya Cioe Cie Jiak seorang yang tidak
mengeluarkan sepatah kata. Ia menunduk dan memikirkan janji yang telah
diberikannya kepada sang guru.
Boe Kie kaget. Ia menggoyang
goyangkan kedua tangannya dan menggeleng gelengkan kepala. “Tidak bisa! Tidak
bisa!? katanya dengan suara gugup. “Dalam Rimba Persilatan, sejak dulu Siauw
lim pay selalu dianggap sebagai tetua. Dan mengenai perseorangan yang paling
tua dan paling dihormati dapat dikatakan ialah Thay soehoeku, Thio Cinjin.
Disamping itu, Boe Kie Coe hiap (para pendekar Boe tong) adalah paman pamanku.
Biar bagaimanapun juga, tak dapat aku si bocah menduduki kursi Bengcu secara
melampaui orang orang tua yang berkedudukan banyak lebih tinggi daripada aku.?
“Boe Kie,? kata Song Wan Kiauw.
“Bahwa hari ini kita beramai ramai mengangkat kau sebagai Bengcoe, memang juga
sebagian disebabkan oleh pertolonganmu. Tapi selain itu, pengangkatan ini
adalah demi kepentingan umat manusia di kolong langit. Dengan pengangkatan ini
kita semua mengharap supaya berbagai partai bisa bekerja sama tidak saling
bermusuhan dan lagi bersatu padu dalam menghadapi kaum penjajah. Kalau Rimba
persilatan Tiong goan tak punya pemimpin umum, mungkin sekali usaha mengusir
Tat coe tak gampang diwujudkan.?
“Boe Kie, usul kedua Sen ceng
Siauw lim pay keluar dari hati yang sejujurnya,? Siong Kee turut membujuk.
“Thay soehoemu sudah berusia begitu lanjut. Apakah kau ingin beliau memikul
beban yang berat itu??
Berganti ganti lain lain tokoh
partai coba membujuk, tapi Boe Kie tetap menolak. “Aku masih terlalu muda dan
berpengetahuan terlalu cetek,? katanya. “Apa yang aku mempunyai hanyalah ilmu
silat. Tanggung jawab seorang Bengcoe yang sangat berat hanya dapat dipikul
oleh orang orang seperti Hong thio Seng ceng dari Siauw lim pay atau Song
soepeh.?
“Kauwcoe,? kata Yo Siauw,
“kalau kesempatan ini lewat dengan cuma cuma, kita tidak akan mendapatkan lagi.
Adalah maunya Tuhan, bahwa hari ini tokoh tokoh Rimba Persilatan berkumpul
disini dan semua bersamaan pendapat. Apabila Kauwcoe tetap menolak kedudukan
Bengcoe, maka tiada orang lain yang bisa disetujui dengan suara bulat oleh
segenap orang orang gagah. Kalau mereka sudah berpencaran, adalah sangat sukar
untuk mengumpulkannya kembali. Hari itu, di atas Kong beng teng, Kauwcoe
menghendaki supaya kita mengakhiri permusuhan dengan keenam partai dan bekerja
sama dengan satu hati. Apakah Kauwcoe sudah melupakan itu.?
“Kauwcoe!? teriak Hoan Yauw
dengan suara tak sabaran. “Menjadi Bengcoe bukan menjadi kaisar. Kami bukan
ingin menjual lagak dan mengunjuk keangkeranmu. Kami mengangkat kau demi
kepentingan nusa dan bangsa. Kami ingin kau memikul beban penderitaan rakyat.
Apa kau bukan seorang lelaki? Mengapa kau terus menolak untuk memikul beban
yang berat itu? Dengan menganggap kau sebagai seorang gagah, Hoan Yauw rela
mengabdi di bawah perintahmu. Sungguh tak nyana, dalam menghadapi tugasmu, kau
menyembunyikan kepala dan buntut!?
Mendengar teguran pedas itu,
muka Boe Kie berubah merah. Sambil merangkap kedua tangannya dan membungkuk, ia
berkata. “Hoan Yoesoe benar. Aku menghaturkan terima kasih untuk teguran itu.
Memang juga seorang lelaki yang hidup di antara langit dan bumi tidak melarikan
diri dari kesukaran dan penderitaan.? Seraya menyoja semua orang, ia berkata.
“Aku tak menolak lagi kecintaan Coe wie (tuan tuan). Semoga usaha kita akan
berhasil dan cita cita kita akan tercapai dalam waktu yang sesingkat2nya.?
Sorak sorai dan tepuk tangan
yang menyambut pernyataan Boe Kie itu, menggetarkan seluruh selat.
Yo Siauw segera mengambil
sebuah kantong kulit yang berisikan arak, menggores jari tangannya dan
meneteskan darahnya ke dalam arak. Satu persatu, para tokoh persilatan menuruti
contoh itu dan kemudian menceguk arak yang tercampur darah. Upacara tersebut
merupakan suatu sumpah, bahwa mulai hari itu mereka bersepakat, bersatu padu
dan bekerja sama untuk mengusir penjajah dari bumi Tiong kok.
Boe Kie girang bercampur
kuatir. Ia berkuatir karena bebannya sungguh sungguh berat. Tapi mengingat
perkataan Hoan Yauw, hatinya menjadi tenang. Seorang laki laki tidak boleh
melarikan diri dari tugasnya. Seorang manusia hanya bisa berusaha sekuat
kuatnya dengan seantero tenaga. Apa usaha itu akan berhasil atau tidak,
terserah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selama beberapa bulan, Boe Kie
telah menghadapi macam2 gelombang. Hari ini, waktu menerima kedudukan Bengcoe,
di dalam hati ia merasa terlebih tenang daripada waktu menerima kedudukan
Kauwcoe dari Bengkauw. Hari ini, ia menjadi Bengcoe dengan tujuan yang nyata
dan tekad yang bulat. Hari itu, ia rasa bimbang sebab ia mengenal Bengkauw
sebagai agama yang lurus tercampur jahat.
Sesudah selesai upacara
membentuk perserikatan, Boe Kie berkata. “Sekarang dunia berada dalam
ketakutan. Para anggota Bengkauw telah disebar keempat penjuru untuk menunggu
ketika yang baik guna memulai usaha kita. Aku mengharap para tetua berbagai
partai menturuti tindakan murid murid Bengkauw dalam membentuk pasukan pasukan
sukarela. Aku mengharap supaya semua menyampingkan kepentingan pribadi dan
menyingkirkan setiap kemungkinan yang bisa mengakibatkan permusuhan antara
kawan sendiri. Jika terjadi suatu perselisihan, orang yang tersangkut harus
melaporkan kepada Ciang boen jin dari partainya. Maka soal itu tidak dapat
dibereskan oleh Ciangboen tersebut, maka dengan bantuan para tetua partai, aku
sendiri yang akan coba membereskannya.
Semua orang mengiakan
permintaan Bengcoe.
“Sesudah urusan ini mendapat
keberesan, aku perlu kembali ke kota raja guna sebuah urusan pribadi,? kata
pula Boe Kie. “Di sini saja aku meminta diri. Dalam beberapa tahun bakal datang
dengan bahu membahu, kita harus melakukan pertempuran mati hidup melawan Tat
coe.?
Dengan sorak sorai seluruh
rombongan mengantarkan Bengcoe sampai di luar selat. Waktu mau berpisahan Yo
Siauw berkata, “Kauwcoe! Kau adalah harapan orang orang gagah di seluruh
negeri. Kuharap kau bisa menjaga diri.?
“Aku akan perhatikan pesanan
saudara,? kata Boe Kie sambil mencambuk kudanya yang segera lari ke arah
selatan.
Waktu sudah dekat dengan kota
raja, Boe Kie ingat bahwa sesudah terjadinya pertempuran di Ban hoat sie, ia
tentu dikenali oleh banyak kaki tangan Jie lam ong. Jika bertemu dengan mereka
mungkin sekali ia akan menghadapi banyak kesukaran. Mengingat begitu, ia segera
mampir di rumah seorang petani, membeli seperangkat pakaian petani, memakai
tudung dan memoles mukanya dengan tanah liat. Sesudah itu ia barulah masuk ke
dalam kota.
Setibanya di depan rumah
penginapan di See shia, sesudah mengamat amati keadaan barulah ia masuk ke
kamarnya. Siauw Ciauw kelihatan berduduk di samping jendela. Ia sedang
menjahit. Melihat masuknya seorang muka coklat, si nona terkejut dan sesaat
kemudian barulah ia mengenali Boe Kie. Dengan paras berseri-seri, ia berkata,?
Kauwcoe, kau membuat aku kaget sekali. Kukira seorang petani tolol kesalahan
masuk ke kamar ini.?
“Kau jahit apa?? tanya Boe
Kie.
Paras muka si nona berubah
merah, buru-buru ia menyembunyikan pakaian yang sedang dijahitnya
dibelakangnya. “Tak apa-apa,? jawabnya serta menyelipkan pakaian itu di bawah
bantal. Ia lalu menuang teh untuk Boe Kie dan berkata sambil tertawa, “Apa
Kongcoe mau cuci muka??
“Tidak,? sahutnya sambil
mengangkat cangkir teh. Sambil meneguk teh ia berpikir, “Tio Kauwnio ingin aku
menemaninya untuk meminjam To liong-to. Aku tidak bisa menolak. Pertama,
sebagai laki laki aku tidak bisa menarik pulang janji dan kedua aku memang
ingin menyambut Gie hoe pulang ke Tiong goan. Gie hoe mempunyai musuh dan
sesudah kedua matanya buta, ia pasti tak akan bisa membela dirinya sendiri.
Tapi sekarang sesudah berserikatnya berbagai partai, semua permusuhan lama
sudah disingkirkan. Asal aku berada sama2 orang pasti tak akan mengganggu Gie
hoe. Tapi pelayaran sangat berbahaya. Siauw Ciauw tidak boleh mengikut.
Bagaimana baiknya? Hmm.. ya begini saja. Aku akan minta bantuan Tio Kauwnio
supaya Siauw Ciauw bisa dititipkan di Ong hoe untuk sementara waktu. Dengan
berdiam di gedung raja muda keselamatannya lebih terjamin daripada di tempat
lain.? Memikir begitu, ia tersenyum.
“Kongcoe, mengapa kau tertawa?
Kau lagi pikir apa?? tanya si nona.
“Aku mau pergi ke sebuah
tempat yang sangat jauh,? jawabnya. “Tak bisa aku membawa kau. Aku telah
memikir sebuah tempat, dimana kau bisa berdiam sementara waktu.?
Paras muka Siauw Ciauw lantas
saja berubah. “Kongcoe, kemanapun kau pergi aku mau mengikut,? katanya. “Siauw
Ciauw sudah biasa melayani kau setiap hari. Aku tidak mau berdiam di tempat
orang yang belum dikenal.?
“Aku mengambil keputusan itu
untuk kebaikanmu sendiri,? Boe Kie membujuk. “Tempat itu sangat jauh dan
perjalanan penuh dengan bahaya. Aku sendiri tak tahu, sampai kapankah aku
kembali.?
“Kongcoe, waktu berada di gua
di Kong beng teng, Siauw Ciauw telah mengambil keputusan untuk terus mengikuti
kau, kemana juga kau pergi. Kau hanya bisa menolak tekadku dengan membunuh aku.
Kongcoe, apakah kau merasa sebal terhadapku dan tidak mau aku terus mengikuti??
“Tidak! Kau tahu, bahwa aku
sangat menyayang kau dan aku hanya tidak mau kau menempuh bahaya yang
sebenarnya tidak perlu ditempuh. Begitu lekas kembali, aku akan mencarimu.?
Si nona menggeleng-gelengkan
kepala. “Aku bersedia untuk menghadapi bahaya apapun jua,? katanya dengan suara
mantap.
Boe Kie terharu. Sambil
memegang tangan si nona, ia berkata dengan suara lemah lembut. “Siauw Ciauw,
aku tidak mau mendustai kau. Aku telah meluluskan permintaan Tio Kouwnio untuk
mengawani dia dalam menyeberangi lautan. Kau tahu, pelayaran penuh bahaya. Tapi
aku mesti pergi juga. Aku sungguh tak mau kau turut menghadapi bahaya.?
Paras muka Siauw Ciauw bersemu
merah. “Kalau kau pergi bersama2 Tio Beng, lebih-lebih aku mesti mengikut,?
katanya. Sesudah berkata begitu, ia kelihatan kemalu-maluan dan air mata
berlinang-linang di kedua matanya.
“Mengapa kau lebih2 mau
mengikut??
“Karena Tio Kouwnio seorang
yang hatinya beracun. Kita tidak bisa menaksir apa yang akan diperbuatnya
terhadapmu. Dengan berada bersama-sama, aku bisa turut mengamat-amati
keselamatanmu.?
Tiba-tiba jantung Boe Kie
melonjak. “Ah! Apa Siauw Ciauw jatuh cinta kepadaku?? tanyanya di dalam hati.
Sesudah memikir beberapa saat, ia berkata sambil tertawa. “Baiklah, kau boleh
ikut. Tapi kau tak boleh menyesal.?
Tak kepalang girangnya si
nona. “Kalau aku menyusahi kau dengan pernyataan menyesal, kau boleh
melemparkan diriku ke lautan supaya aku dimakan ikan besar,? katanya sambil
tersenyum.
Boe Kie tertawa nyaring.
“Bagaimana kau tega berpisahan dengan kau?? katanya.
Persahabatan antara Boe Kie
dan Siauw Ciauw sudah berjalan lama. Di dalam perjalanan, kalau rumah
penginapan kekurangan kamar, kadang-kadang mereka terpaksa tidur dalam satu
kamar. Tapi belum pernah mereka berbicara atau melakukan sesuatu yang melampaui
batas2 kepantasan. Siauw Ciauw selalu menempatkan dirinya sebagai pelayan,
sedang Boe Kie yang bersikap sebagai seorang kakak, belum pernah mengeluarkan
perkataan yang tidak pantas. Sekarang, begitu perkataan “bagaimana aku tega
berpisahan dengan kau? keluar dari mulutnya, begitu ia merasa bahwa ia telah
kesalahan omong. Mukanya berubah merah dan buru-buru ia memalingkan muka ke
jurusan lain.
Siauw Ciauw menghela napas.
“Mengapa kau menghela napas??
tanya Boe Kie.
“Ada banyak orang yang tak
tega kau berpisahan. Cioe Kouwnio dari Go bie pay. Tio Kouwnio dari gedung Jie
lam ong dan di hari kemudian, entah masih ada berapa banyak orang lagi. Di
dalam hatimu, mana bisa jadi kau memikiri seorang pelayan kecil seperti aku??
“Siauw Ciauw, kau selalu
berlaku sangat baik terhadapku. Apa aku kira aku tak tahu? Apakah aku seorang
manusia yang tak ingat budinya orang?? Waktu bicara begitu, suara Boe Kie
mengunjuk, bahwa ia berbicara dari lubuk hatinya yang putih bersih.
Si nona malu bercampur girang.
Sambil menundukkan kepala, ia berkata dengan suara perlahan. “Aku belum pernah
melakukan sesuatu yang berharga untukmu. Asal saja kau mempermisikan aku untuk
melayani selama-lamanya, asal aku bisa menjadi pelayanmu seterusnya, hatiku
sudah merasa puas. Kongcoe, semalam suntuk kau tak tidur. Kau tentu capai.
Pergilah tidur.? Sehabis berkata begitu, ia membuka kasur. Boe Kie merebahkan
diri, maka ia sendiri menjahit di bawah jendela. Tak lama kemudian Boe Kie
tertidur.
Sampai magrib, Boe Kie baru
tersadar dari pulasnya. Sesudah makan semangkok mie, ia berkata,?Siauw Ciauw,
aku mau ajak kau pergi menemui Tio Kouwnio untuk meminjam Ie thian kiam guna
memutuskan rantai yang mengikat kaki tanganmu.?
Di tengah jalan, mereka
bertemu dengan banyak tentara Mongol dan penjagaan sangat ketat. Boe Kie tahu,
bahwa diperketatnya penjagaan adalah akibat kekacauan semalam.
Tak lama kemudian mereka tiba
di rumah makan kecil yang semalam. Setelah masuk, Tio Beng sudah berada di
situ. Ia sedang minum arak sendirian. Ia berbangkit dan berkata sambil tertawa,
“Thio Kongcoe, kau seorang yang boleh dipercaya.?
Boe Kie mengawasi nona Tio. Ia
mendapat kenyataan, bahwa paras si nona tenang tenang saja, sedikitpun tak
mengunjuk rasa gusar. Dengan meja sudah tersusun dua pasang sumpit. Sesudah
membungkuk Boe Kie segera duduk di sebuah kursi dan Siauw Ciauw sendiri berdiri
menunggu di tempat yang agak jauh.
Sambil menyoja Boe Kie
berkata, “Tio Kouwnio, dalam kejadian semalam, aku telah berdosa terhadapmu dan
kuharap kau suka memaafkan.?
“Aku merasa sangat sebal
melihat Hankie yang seperti siluman,? kata si nona. “Bahwa kau sudah menyuruh
orang untuk membunuhnya, aku sebenarnya harus menghaturkan terima kasih. Ibu
memuji kau sebagai pemuda pintar.?
Boe Kie terkejut.
Nona Tio tersenyum dan berkata
pula, “Bahwa kau sudah menolong orang-orang itu, pada hakekatnya kau tak merasa
keberatan. Mereka tak suka menakluk. Perlu apa aku menahan lama-lama. Sesudah
kau menolong mereka, mereka tentu merasa sangat berterima kasih terhadapmu. Di
dalam Rimba Persilatan kau sekarang menjadi orang gagah yang terutama. Semua
orang merasa berhutang budi terhadapmu. Thio Kongcoe, untuk itu aku memberi
selamat dengan secawan arak,? ia tertawa dan mengangkat cawannya.
Sesaat itu tiba2 berkelebat
bayangan manusia dan Hoan Yauw bertindak masuk. Lebih dulu ia memberi hormat
kepada Boe Kie dan kemudian berlutut di hadapan Tio Beng. “Kongcoe,? katanya,
“Kouw Tauwtoo mohon meminta diri.?
Tio Beng tak membalas
pemberian hormat itu. “Kouw Taysoe,? katanya dengan suara dingin. “Hebat
sungguh kau mendustai aku.?
Hoan Yauw bangun berdiri dan
berkata sambil membungkuk. “Kouw Tauwtoo she Hoan bersama Yauw Kong beng Yoeseo
dari Bengkauw. Karena kerajaan memusuhi Beng kauw, maka waktu masuk ke gedung
Jia lam ong, aku terpaksa menyamar. Koen Coe telah memperlakukan aku secara
baik sekali, sehingga oleh karenanya, aku sekarang menghadap Koencoe untuk
berpamitan.
“Kau mau pergi boleh pergi,? kata
Tio Beng. “Tak usah kau unjuk banyak peradatan.?
“Seorang lelaki harus berlaku
terus terang,? kata Hoan Yauw. “Mulai dari sekarang, aku yang rendah merupakan
seorang musuh dari Koencoe. Kalau aku tidak bisa memberitahukan secara terang
terangan, hatiku merasa tak enak dan aku berbuat tak pantas terhadap Koencoe
yang sudah memperlakukan aku secara pantas.?
Tio Beng menengok pada Boe Kie
dan berkata, “Ilmu apa yang dimiliki olehmu, sehingga orang-orangmu semua rela
membela kau dengan jiwa mereka??
“Kami bekerja untuk negara,
untuk rakyat, untuk menolong sesama manusia dan untuk mempertahankan gie khie
(semangat persahabatan yang paling tinggi). Hoan Yoesoe dan aku belum kenal
satu sama lain. Tapi begitu bertemu, kita lantas menjadi sahabat karib. Kita mempunyai
pendapat dan tujuan yang sama. Dengan demikian usaha kita untuk mempertahankan
gie kie dan kawan kawan sendiri, tidaklah tersia-sia.?
Hoan Yauw tertawa
terbahak-bahak. “Kauwcoe,? katanya, “perkataanmu memang cocok sungguh dengan
apa yang dipikir olehku. Kauwcoe, kuharap kau menjaga diri baik-baik. Nona ini
sangat lihay. Dia bukan wanita biasa. Kuharap Kauwcoe suka berwaspada.?
Tio Beng tertawa. “Terima
kasih untuk pujian Kouw Taysoe,? katanya.
Sesudah mengangguk, Hoan Yauw
segera berlalu. Waktu lewat di depan Siauw Ciauw, ia kelihatan terkejut, paras
mukanya berubah pucat dan seolah-olah ia melihat sesuatu yang sangat
menakutkan. “Kau… kau!…? katanya.
“Mengapa aku?? tanya Siauw
Ciauw.
Hoan Yauw mengawasi dengan
mata membelalak. Selanjutnya ia menggeleng gelengkan kepala dan berkata,
“Bukan… bukan… aku… aku salah lihat.? Ia menolak pintu dan berjalan keluar,
sedang mulutnya berkata, “Sungguh sama… sungguh sama…?
Tio Beng dan Boe Kie saling
mengawasi. Mereka merasa heran dan tak tahu siapa yang dimaksudkan oleh Hoan
Yauw.
Sekonyong konyong di tempat
jauh terdengar suara dan teriakan tiga kali panjang, dua kali pendek. Suara itu
nyaring dan tajam, seperti seseorang memanggil kawan. Tiba-tiba Boe Kie
terkejut. Ia ingat, bahwa teriakan itu tanda rahasia Go bie pay dalam
mengumpulkan kawan. Waktu bertemu dengan rombongan Biat coat Soethay di See
hek, beberapa kali ia pernah mendengar tanda rahasia itu untuk menghadapi Beng
kauw. “Mengapa Go bie pay kembali lagi di kota raja?? tanyanya di dalam hati. “Apa
mereka bertemu dengan musuh??
Sebelum ia mengambil keputusan
apa yang harus diperbuatnya, Tio Beng sudah berkata, “Ah, itulah tanda Go bie
pay. Mereka rupa2nya sedang menghadapi persoalan yang sangat mendesak. Mari
kita menyelidiki. Apa kau setuju??
“Bagaimana kau tahu teriakan
itu tanda rahasia Go bie pay?? tanya Boe Kie.
“Mengapa aku tak tahu?? kata
si nona sambil tersenyum. “Di See hek, sebelum mendapat kesempatan untuk turun
tangan, empat hari dan empat malam, dengan orang-orangku aku menguntit mereka.?
“Baiklah, aku setuju untuk
menyelidiki,? kata Boe Kie. “Tapi Tio Kouwnio lebih dahulu aku ingin meminta
pinjam Ie thian kiam.?
Si nona tertawa. “Sungguh
jempol ilmu hitungmu. Sebelum aku meminjam To liong to, kau sudah mendahului
meminjam Ie thian kiam,? katanya seraya membuka tali ikatan pedang dan
menyodorkannya kepada Boe Kie.
Sambil menghunus senjata
mustika itu, Boe Kie berkata, “Siauw Cie Coe kemari!?
Siauw Ciauw menghampiri dan
dengan beberapa kali membabat semua rantai yang mengikat kaki tangannya sudah
terputus. Ia berlutut dan berkata, “Terima kasih Kongcoe, terima kasih
Koencoe.?
Boe Kie segera memasukkan Ie
thian kiam ke dalam sarung dan memulangkannya kepada Tio Beng. Ketika itu
teriakan-teriakan Go bie pay makin menghebat.
“Mari kita pergi!? kata Boe
Kie.
Tio Beng mengeluarkan sepotong
emas dan melemparkannya di atas meja, bersama Boe Kie dan Siauw Ciauw ia segera
berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Karena kuatir ilmu
mengentengkan badan Siauw Ciauw masih terlalu cetek dengan tangan kanan Boe Kie
menarik tangan si nona sedang tangan kirinya mendorong pinggang. Sambil memberi
bantuan itu, ia mengikuti di belakang Tio Beng. Sesudah berlari lari beberapa
puluh tombak, ia merasa bahwa badan Siauw Ciauw sangat enteng dan tindakannyapun
sangat cepat. Ia heran dan menarik pulang bantuannya. Tapi biarpun sudah tidak
dibantu, nona itu masih terus dapat merendenginya. Walaupun waktu itu Boe Kie
menggunakan ilmu ringan badan yang paling tinggi, tindakannya sudah cukup
cepat. Bahwa Siauw Ciauw dapat mengikutinya merupakan bukti bahwa kepandaian si
nona tidak dapat dipandang rendah.
Tak lama kemudian sesudah
melewati beberapa jalanan kecil mereka tiba di luar sebuah tembok tua yang
sudah runtuh disana sini. Tiba-tiba Boe Kie mendengar pertengkaran antara
beberapa orang wanita dan ia tahu, bahwa murid-murid Go bie berada di dalam
tembok itu. Sambil menarik tangan Siauw Ciauw ia melompati tembok dan hinggap
di antara rumput alang-alang. Ia mendapat kenyataan, bahwa mereka berada di
dalam sebuah taman yang sudah lama tidak terurus. Di lain saat, Tio Beng
menyusul dan mereka bertiga lalu bersembunyi di antara rumput tinggi.
Di sebelah utara taman
terdapat sebuah pendopo rusak dimana terlihat bayangan beberapa belas orang.
Sekonyong-konyong terdengar suara seorang wanita. “Kau adalah murid termuda
dalam partai kita. Baik dalam nama atau kepandaian, tak pantas kau jadi
Ciangboenjin dari partai kita…?
Boe Kie segera mengenali bahwa
yang berbicara adalah Teng Bin Koen. Dengan merangkak ia maju mendekati pendopo
itu dan menyembunyikan diri pada jarak beberapa tombak.
Malam itu malam tak berbulan
dan di langit hanya terdapat bintang-bintang yang berkelap kelip. Tapi mata Boe
Kie sangat awas. Sayup2 ia melihat murid-murid Go bie pay ada kepala Biat coat
soethay. Di samping murid kepala itu berdiri seorang wanita yang bertubuh agak
jangkung dan mengenakan baju warna hijau. Orang itu adalah Cioe Cie Jiak.
Teng Bing kun terus mendesak
dengan suara menyeramkan. “Coba kau bilang… Bilang, lekas bilang!…?
“Apa yang dikatakan Teng
soecie memang tak salah,? kata nona Cioe. “Siauw moay adalah murid termuda dari
partai kita. Baik dalam nama, maupun dalam ilmu silat, kepandaian, kecerdasan
dan kemuliaan siauwmoay tidak pantas untuk menjadi Ciangboenjin. Pada waktu
Siansoe (mendiang guru) menyerahkan beban yang berat ini, siauwmoay telah
menolak sekeras-kerasnya. Tapi siansoe marah besar. Beliau memaksa supaya
siauwmoay bersumpah berat untuk tidak melanggar kemauannya.?
“Memang benar,? kata seorang
wanita yang mengenakan pakaian pendeta. “Memang benar, ketika siansoe mau
berangkat pulang ke alam baka beliau telah mengatakan bahwa Cioe Soemoay harus
menjadi Ciangboenjin dari partai kita. Pesanan itu telah didengar oleh kita
semua. Bahkan para orang gagah dari Siauw lim, Boe tong, Koen loen, dan Khong
tong pun bisa menjadi saksi.?
“Siansoe adalah seorang yang
sangat cerdas dan berpemandangan jauh,? menyambung seorang murid pria yang
berusia setengah tua. “Dengan menghendaki bahwa Cioe soemoay menjadi pemimpin
kita, beliau tentu mempunyai maksud yang mendalam. Kita semua telah menerima
budi Siansoe yang sangat besar dan adalah selayaknya jika mentaati pesanan
siansoe. Kita harus menunjang Cioe soemay dalam usaha menaikkan derajat partai
kita.?
Teng Bin Koen tertawa dingin.
“Pang soeko mengatakan, bahwa Siansoe pasti mempunyai maksud yang mendalam,?
katanya dengan nada mengejek. “Kata-kata itu, siansoe pasti mempunyai maksud
yang mendalam adalah tepat sekali. Bukankah semua orang, baik yang di atas
maupun di bawah menara telah mendengar perkataan Kouw Tauwtoo dan Ho Pit Ong?
Siapa ayah dan ibunya Cioe soemoay? Mengapa siansoe memilih kasih? Apakah kita
semua masih mengerti??
Sebagaimana diketahui, sebagai
guyon guyon Hoan Yauw telah mengatakan bahwa Biat coat soethay adalah
kecintaannya dan bahwa Cioe Jiak adalah anak mereka. Hoan Yauw memang
gila-gilaan dan masih memiliki sie khie (sifat2 yang sesat). Tapi perkataan Ho
Pit Ong telah terdengar oleh banyak orang. Biar bagaimanapun jua, mendengar
itu, banyak orang jadi bersangsi, karena percintaan lelaki dan perempuan, tak
peduli siapa adanya mereka, adalah kejadian yang lumrah di dalam dunia. Dengan
demikian, tuduhan Teng Bin Koen, bahwa Biat coat memilih kasih sebab Cie Jiak
adalah anaknya sendiri, memang kedengarannya beralasan juga. Maka itulah,
sehabis perempuan itu melepaskan racunnya, murid2 Go bie pay membungkam semua.
Tak kepalang gusarnya nona
Cioe. Dengan suara bergemetaran, ia berkata. “Teng Soecie! Jika kau tak setuju
siauwmoay menjadi Ciangboenjin, kau boleh mengatakan terang2an. Tapi dengan
menjatuhkan fitnah membabi buta kepada Siansoe dan merusak nama Siansoe yang
putih bersih, kau berdosa besar. Mendiang ayah she Cioe bernama Coe Ong, sedang
mendiang ibuku seorang she Sie. Atas pertolongan Cinjin dari Boe tong pay,
siauwmoay berguru kepada Siansoe. Sebelum itu, siauwmoay belum pernah mengenal
siansoe. Teng Soecie! Kau telah menerima budi Siansoe, tapi hari ini sedang
tulang belulangnya Siansoe belum menjadi dingin, kau sudah berani melontarkan
tuduhan yang sangat keji itu…? Ia tak meneruskan perkatatannya dan air matanya
mulai mengucur.
Teng Bin Koen tertawa dingin.
“Siapapun juga tahu, bahwa kau sangat mengilar untuk menjadi Ciangboenjin,?
katanya. “Tapi sebelum disetujui saudara2 kita, kau telah coba2 mengunjuk
keangkeranmu dan menjual lagak galak. Merusak nama Siansoe! Berdosa sangat
besar! Kau ingin menghukum aku bukan? Kini aku ingin mengajukan sebuah
pertanyaan;
“Sesudah menerima pesan
Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin, kau sebenarnya harus segera pulang ke Go
bie guna mengurus urusan2 partai. Tapi mengapa kau kembali ke kota raja?
Sesudah Siansoe meninggal dunia di dalam partati terdapat banyak sekali urusan
yang harus segera diurus. Aku tanya, mengapa kau balik ke kota raja??
“Siauwmoay kembali ke kota
raja untuk menunaikan tugas berat yang diberikan Siansoe,? jawabnya.
“Tugas apa?? mendadak si
perempuan she Teng bertanya. “Kita berada di antara saudara saudara sendiri,
kau boleh memberitahukan terang terangan.?
“Tugas ini merupakan rahasia
besar bagi partai kita,? sahut nona Cioe. “Rahasia itu hanya boleh diketahui
oleh seorang Ciangboenjin. Aku menyesal tak bisa memberitahukan kepada siapapun
jua.?
Teng Bin Koen mengeluarkan
suara di hidung. “Huh! Huh!? katanya. “Kau mau coba berlindung di balik pangkat
Ciangboenjin. Huh! Tak bisa kau memperdayai aku. Partai kita bermusuhan hebat
dengan Mo kauw. Banyak sekali saudara saudara kita yang binasa di dalam tangan
Mo kauw dan orang orang Mo kauw yang mampus di bawah pedang Ie thian kiam tidak
bisa dihitung berapa banyaknya. Meninggalnya siansoe juga kalau beliau tak sudi
menerima pertolongan pemimpin Mo kauw. Tapi mengapa jenazah Siansoe masih belum
dingin, kau kembali ke kota raja untuk mencari penjahat cabul she Thio itu, si
kepala siluman??
Boe Kie menggigil. Sesaat itu,
tiba-tiba pipinya dicolek orang. Ia menengok. Orang yang mencoleknya ialah Tio
Beng. Muka Boe Kie lantas berobah merah. “Apa benar Cioe Kauwnio mencari aku??
tanyanya di dalam hati.
Cie Jiak merasa dadanya
seperti mau meledak. Sambil menuding ia membentak dengan suara terputus-putus.
“Kau!… kau!… bagaimana kau berani mengeluarkan kata kata itu??
Teng Bin Koen menyeringai.
“Kau masih mau menyangkal?? tanyanya. Kau menyuruh kami pulang ke Go bie lebih
dahulu. Waktu ditanya mengapa kau kembali ke kota raja, kau menjawab secara
tidak terang. Itulah sebabnya mengapa kami menguntit kau. Kau telah menanyakan
ayahmu, Kauw Tauwtoo, tentang tempat kediamannya si penjahat cabul. Apa kau
kira kami tak tahu? Kau telah pergi ke rumah penginapan untuk mencari penjahat
cabul itu. Apa kau rasa kami tak tahu??
Mendengar cacian “penjahat
cabul? yang dikeluarkan berulang ulang, biarpun sabar darah Boe Kie meluap
juga. Tiba-tiba ia merasa lehernya ditiup orang. Ia tahu bahwa nona Tio
mengejeknya kembali.
Sementara itu, si perempuan
she Teng sudah menyemburkan lagi racunnya. “Siapa yang mau dicari olehmu dan
dengan siapa kau ingin bersahabat, orang luar memang tak dapat mencampuri. Tapi
penjahat cabul she Thio itu adalah musuh besar partai kita. Waktu orang
mengangkat dia menjadi Bengcoe sebagai Ciangboenjin Go bie pay mengapa kau
tidak menentang? Biarpun kita kalah suara, tapi sedikitnya kita sudah
menyatakan di hadapan umum bahwa partai kita tidak menyetujui pengangkatan itu.
Waktu itu aku memperhatikan kau. Ah! Kau kelihatannya girang sungguh. Paras
mukamu berseri seri. Waktu di Kong beng teng, Siansoe memerintahkan kau
membunuh penjahat cabul itu, dia sama sekali tidak coba membela diri.
Sebaliknya dari itu bermain mata dengan kau. Kau sengaja memberi tikaman yang
sangat enteng. Siapa bisa percaya bahwa kau tidak mempunyai perhubungan rahasia
dengan penjahat itu??
Kepala nona Cioe puyeng. Ia
mendekap muka dan menangis. “Siapa… bermain mata…,? katanya dengan suara parau.
“Mengapa kau memfitnah orang dengan kata-kata yang tidak enak didengar itu??
Teng Bin Koen tertawa dingin.
“Kata kataku tak enak didengar?? ejeknya. “Tapi bagaimana perbuatanmu?
Perbuatanmu yang tidak enak dilihat, perkataanmu memang sedap sekali. Huh… huh…
misalnya tadi siang kau berkata begini kepada pengurus rumah penginapan. Mohon
tanya, apa disini ada seorang tamu she Thio? Kata kau lagi, ia berusia kira
kira dua puluh tahun, tubuhnya jangkung. Mungkin sekali ia menggunakan lain
she. Kau mengatakan itu semua dengan suara yang sungguh merdu.? Dalam ejekannya
itu, Teng Bin Koen meniru suara Cioe Cie Jiak dengan lagak yang genit sekali.
Di tengah malam yang sunyi sekali suaranya membangunkan bulu roma.
Tak kepalang gusarnya Boe Kie.
Hampir2 ia melompat keluar. Syukur juga ia masih dapat mempertahankan diri,
karena ia ingat bahwa ia tidak boleh mencampuri urusan dalam Go bie pay dan
jika ia turun tangan, tindakannya akan lebih merugikan nona Cioe. Dengan
demikian biarpun darahnya meluap ia tidak bisa bergerak.
Dalam Go bie pay semula terdapat
sejumlah murid yang ingin mentaati kemauan guru mereka dan menyokong Cie Jiak
sebagai Ciangboenjin. Tapi sesudah mendengar perkataan Teng Bin Koen, hati
mereka menjadi goncang. Go bie pay dan Beng kauw memang bermusuhan keras sedang
mereka harus mengakui memang ada suatu perhubungan antara Cie Jiak dan Boe Kie.
Bagaimana kalau Cie Jiak menyerahkan Go bie pay ke dalam tangan Beng kauw?
Itulah jalan pikiran mereka.
Sementara itu, Teng Bin Koen
berkata pula, “Cioe soemoay, kau masuk dalam partai kita atas pujian Thio
Cinjin dari Boe tong pay. Penjahat cabul she Thio itu adalah anaknya Thio Ngo
hiap dari Boe tong pay. Tak seorangpun bisa menanggung bahwa di dalam hal ini
tidak terselip suatu siasat yang aneh.? Sehabis berkata begitu seraya berpaling
kepada saudara saudari seperguruannya, ia berteriak. “Saudara saudari sekalian!
Memang Siansoe telah memesan untuk mengangkat Cioe moay sebagai Ciangboenjin
partai kita. Tapi beliau pasti tak menduga, bahwa begitu beliau menutup mata
Ciangboenjin kita lantas saja pergi mencari Kauwcoe dari Mo kauw. Kejadian ini
bersangkut paut dengan mati hidupnya partai kita. Kejadian ini bukan kejadian
kecil yang dapat dikesampingkan dengan begitu saja. Kalau malam ini Siansoe
masih hidup, beliau pasti akan mengangkat seorang lain. Cita2 Siansoe adalah
kegemilangan partai kita. Siansoe pasti tidak menghendaki bahwa partai kita
musnah di dalam tangan Mo kauw. Maka itulah menurut pendapat Siauwmoay, kita
semua harus berusaha untuk mewujudkan cita cita Siansoe yang sangat luhur itu.
Kita sekarang menuntut supaya Cioe Soemoay menyerahkan cincin Ciangboenjin
supaya kita bisa mengangkat seorang yang cocok untuk menjadi pemimpin kita,
untuk menjadi Ciangboenjin dari Go bie pay. Inilah usul Siauwmoay.?
Usul itu segera disetujui oleh
lima enam orang.
“Aku telah menerima perintah
Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin dan tak dapat aku menyerahkan cincin ini,?
kata Cie Jiak. “Sebenarnya aku tak kepingin untuk menjadi Ciangboenjin, tapi
aku sudah bersumpah berat dan aku pasti tak bisa menyia-nyiakan harapan
Siansoe.?
“Kau mau serahkan atau tidak??
bentak Teng Bin Koen. “Menurut peraturan partai, larangan pertama tak boleh
menghina guru dan larangan kedua tak boleh berjina. Dan kau masih mau mengurus
partai kita??
“Nonamu bakal celaka!? bisik
Tio Beng di kuping Boe Kie. “Jika kau suka memanggil aku dengan kata-kata
Ciecie yang baik, aku bersedia untuk menolong dia.?
Boe Kie tahu, bahwa nona Tio
yang sangat pintar tentu sudah mempunyai akal untuk menolong Cie Jiak. Tapi
karena ia berusia lebih tua, maka ia merasa agak jengah untuk memanggil Ciecie
kepadanya. Selagi ia bersangsi, Tio Beng berkata pula. “Kalau kau tak suka
terserahlah kepadamu. Aku sekarang ingin berlalu.?
Dengan apa boleh buat, Boe Kie
segera berkata dengan suara perlahan. “Ciecie yang baik…?
Si nona tertawa, tapi baru
saja ia mau melompat keluar, orang2 Go bie rupa rupanya sudah merasakan bahwa
sedang diintip orang. “Siapa disitu?? bentak Teng Bin Koen.
Sekonyong konyong di luar
tembok terdengar batuk batuk, diiringi dengan suara orang nenek nenek. “Apa
yang dilakukan oleh kamu di tengah malam buta?? Di lain saat dua manusia lain
sudah berada di pendopo itu. Boe Kie segera mengenali bahwa nenek yang
bertongkat adalah Kim Hoa po po, sedangkan kawannya, seorang wanita yang bermuka
jelek, bukan lain daripada Coe Jie atau A-iee, saudara sepupunya sendiri.
Sebagaimana diketahui, pada
waktu enam partai persilatan menyerang Kong beng teng Cie Jie telah dibawa lari
oleh Wie It Siauw. Waktu mendekati Kong beng teng dengan diuber oleh In Ya Ong
(ayah Coe Jie) dan Boe Kie, Wie Hok tong melepaskan si nona di lereng gunung,
dan belakangan, ketika ia mencarinya kembali Coe Jie sudah menghilang.
Semenjak perpisahan, Boe Kie
seringkali memikiri nasib nona itu. Sekarang secara tak diduga duga, ia muncul
bersama Kim Hoa po po. Bukan main girangnya Boe Kie hampir2 ia berteriak
memanggilnya.
“Kim hoa po po, perlu apa kau
datang ke sini?? tanya Teng Bin Koen.
“Mana gurumu??
“Kemarin siansoe meninggal
dunia. Huh! Kau sudah mencuri dengar di luar tembok, tapi kau masih menanya
juga.?
“Ah! Biat Coat mati? Bagaimana
matinya? Mengapa ia tak menunggu untuk bertemu denganku? Hai! Sayang… sungguh
sayang…? Selagi berkata begitu, si nenek batuk tak henti2nya. Sambil menumbuk
numbuk punggung orang tua itu, Coe Jie menengok kepada Teng Bin Koen dan
berkata dengan suara tawar. “Siapa kesudian mencuri dengar pembicaraan kamu? Po
po dan aku lewat di sini. Secara kebetulan saya dengar suara bicaranya manusia
dan sebab aku mengenali suaramu, barulah kami masuk kesini. Po po menanya kau,
kau dengar tidak? Bagaimana cara matinya gurumu??
“Bukan urusan kamu!? bentak
Teng Bin Koen dengan gusar.
Sesudah batuknya agak mereda,
Kim hoa po po berkata dengan suara lebih sabar. “Selama hidupku baru pernah
satu kali aku kalah dalam pertempuran. Aku kalah dari gurumu. Kekalahan itu
bukan lantaran lebih unggulnya ilmu silat gurumu, tapi sebab tajamnya Ie thian
kiam. Selama beberapa tahun aku mencari cari senjata mustika untuk bertempur
lagi melawan Biat coat. Aku menjelajah empat penjuru dunia dan pada akhirnya
dapat dikatakan capai lelahku tak tersia2. Seorang sahabat lama bersedia untuk
meminjamkan sebatang golok mustika kepadaku. Belakangan aku mendengar bahwa
orang-orang Go bie pay telah ditawan oleh kerajaan dan dikurung di kelenteng
Ban hoat sie. Aku segera mengambil keputusan untuk menolong gurumu supaya kita
berdua bisa menjajal lagi kepandaian yang sesungguhnya. Siapa nyana menara di
Ban hoat sie yang digunakan sebagai penjara gurumu sudah berubah menjadi
tumpukan puing. Hai!.. itulah maunya nasib. Seumur hidup Kim hoa po po tak akan
dapat mencuci lagi hinaan atas dirinya itu. Biat Coat! Mengapa tidak bisa
menunggu sehari dua??
Teng Bin Koen tertawa dingin.
“Jika soehoe masih hidup, apa yang akan didapat olehmu hanyalah kekalahan yang
kedua kalinya,? katanya. “Sesudah keok untuk kedua kalinya, kau pasti tak akan
merasa penasaran lagi…?
“Plak!…plak!…plak!…plak!…?,
tiba tiba terdengar suara gaplokan. Pipi Teng Bin Koen digaplok empat kali
beruntun, sehingga matanya berkunang-kunang dan hampir2 ia jatuh terguling.
Empat gaplokan itu dikirim secara cepat luar biasa, dalam gerakan yang sangat
aneh dan Teng Bin Koen sama sekali tidak dapat membela diri.
Ia kaget bercampur gusar,
menghunus pedang dan menuding si nenek. “Pengemis tua!? bentaknya, “Apa kau
sudah bosan hidup??
Tapi Kim hoa po po seolah olah
tidak mendengar cacian itu dan tidak memperdulikan pedang yang ditudingkan
kepadanya. Dengan suara menyesal dan putus harapan, ia bertanya lagi. “Cara
bagaimana matinya gurumu??
“Tak perlu aku memberitahukan
kepadamu,? jawab Teng Bin Koen.
Si nenek menghela napas dan
berkata, “Biat coat Soethay, selama hidup kau adalah salah seorang gagah dalam
jaman ini dan merupakan juga salah seorang tokoh paling terkemukan dalam Rimba
Persilatan. Sungguh sayang, sesudah kau mati murid muridmu tolol semua. Apakah
kau tak punya murid yang mendingan untuk mewariskan kedudukan Ciangboenjin??
Tiba-tiba seorang pendeta
wanita setengah tua yang bertubuh jangkung maju setindak. Sambil merangkapkan
kedua tangannya, ia berkata:
“Pie-pie Congsoe menghadap
kepada Po po. Pada waktu Siansoe mau menutup mata, beliau telah mengangkat Cioe
Cie Jiak Cioe Soe moay sebagai Ciangboenjin partai kami. Kami disini karena
masih ada sejumlah saudara seperguruan yang merasa tidak setuju dengan
pengangkatan itu. Bahwa Siansoe sudah keburu meninggal dunia dan Po po tidak
dapat mencapai keinginan yang sudah dikandung lama, memang juga adalah maunya
nasib. Manusia tidak bisa melawan takdir. Karena urusan Ciangboenjin partai
kami masih belum beres, maka kami masih belum bisa membuat janjian apapun juga
dengan Po po. Tapi sebagai salah sebuah partai besar dalam Rimba Persilatan, Go
bie pay tidak dapat menjatuhkan nama besarnya Siansoe. Jika Po po mau memberi
pesanan apa apa, berikanlah sekarang. Di hari kemudian, sesuai dengan peraturan
peraturan dalam Rimba Persilatan, Ciangboenjin kami pasti akan pergi menemui Po
po. Akan tetapi, jika dengan mengandalkan kekuatan sendiri Po po mau menghina
kami, maka biarpun pada saat ini Go bie pay masih berkabung, kami pasti akan
melayani Po po sampai pada titik darah yang penghabisan.?
Boe Kie dan Tio Beng merasa
kagum akan perkataan niekouw itu yang diucapkan secara tetap dan sopan santun.
Sambil menyapu murid murid Go
bie dengan kedua matanya, si nenek berkata, “Pada waktu gurumu mau menutup
mata, ia telah mengangkat seorang Ciangboenjin. Itulah bagus. Siapa adalah
Ciangboenjin itu? Aku ingin bertemu dengan dia,? sesudah berkata begitu, nada
suara Kim hoa po po sudah banyak lebih lunak daripada waktu ia bicara dengan
Teng Bin Koen.
Cioe Cie Jiak lantas saja maju
sambil memberi hormat. “Po po, selamat bertemu,? katanya. “Ciangboenjin turunan
keempat dari Go bie pay memberi hormat kepada Po po.?
“Tak malu kau!? bentak Teng
Bin Koen. “Kau berani menamakan diri sendiri sebagai Ciangboenjin turunan
keempat!?
Coe Jie tertawa dingin. “Cioe
Ciecie adalah seorang yang sangat baik,? katanya. “Waktu berada di See hek, ia
telah memperlihatkan kasih sayangnya terhadapku. Jika ia tidak pantas menjadi
Ciangboenjin, apakah kau kira dirimu cocok untuk menjadi Ciangboenjin? Di
hadapan Po po, kau jangan banyak tingkah. Apakah kau mau digaplok lagi??
Teng Bin Koen meluap darahnya.
Ia menghunus pedang dan menikam si nona yang lidahnya tajam. Coe Jie berkelit
seraya menggaplok. Gerakannya menyerupai gerakan si nenek, tapi banyak lebih
lambat. Teng Bin Koen buru-buru menundukkan kepalanya, sehingga telapak tangan
Coe Jie menyampok angin, tapi tikamannyapun jatuh di tempat kosong.
Si nenek tertawa, “Bocah!?
katanya. “Aku telah mengajar kau berulang kali, tapi kau masih belum mampu juga
dalam menggunakan pukulan yang begitu gampang. “Lihatlah!? Seraya berkata
begitu, tangan kanannya menyambar dan mampir tepat di pipi kanan Teng Bin Koen.
Hampir berbareng ia membalik tangan dan menggaplok pipi kiri, setelah pipi
kiri, pipi kanan pula dan sesudah pipi kanan pipi kiri lagi – semuanya empat
gaplokan. Gerakan tangan si nenek tak begitu cepat dan bisa dilihat nyata oleh
semua orang. Tapi Teng Bin Koen sendiri merasakan, bahwa dirinya ditindih…
dengan semacam tenaga yang tak kelihatan, sehingga kaki tangan tak bisa
bergerak.
“Po po, aku sudah mahir dalam
pukulan itu,? kata Coe Jie sambil tertawa. “Aku hanya tak mempunyai tenaga
dalam yang besar. Coba kujajal lagi!?
Sesaat itu Teng Bin Koen masih
berada di bawah kekuasaan si nenek dan ia masih belum bisa bergerak. Melihat
sambaran telapak tangan Coe Jie, bahna gusarnya, ia merasa seolah olah dadanya
mau meledak.
Pada detik terakhir, tiba-tiba
Cioe Jiak melompat dan menangkis tangan Coe Jie. “Ciecie, tahan!? katanya. Ia
berpaling dan berkata pula. “Po po, barusan Cengcoe Soecie telah menyatakan,
bahwa biarpun ilmu silat kami tidak bisa menandingi Po po, tapi kami tidak bisa
membiarkan Po po menghina kami.?
Si nenek tertawa dan berkata,
“Lidah perempuan she Teng itu sangat beracun. Dia menentang kau sebagai
Ciangboenjin, tapi kau masih mau melindungi dia.?
“Orang luar tidak dapat
mencampuri urusan dalam dari partai kami,? kata nona Cioe. “Aku yang rendah
telah menerima warisan Siansoe dan meskipun berkepandaian cetek, tak bisa aku
mempermisikan orang luar menghina saudari seperguruanku.?
Si nenek tertawa
terbahak-bahak. “Bagus! Bagus!? katanya. Baru saja berkata begitu, ia
batuk-batuk lagi dengan hebatnya. Buru-buru Coe Jie menyodorkan sebutir pel
yang lalu ditelannya dengan napas tersengal.
Beberapa saat kemudian,
sesudah batuknya mereda, kedua tangan si nenek tiba-tiba menyambar, sebelah
tangannya menekan punggung dan sebelah tangan menindih dada Cie Jiak. Gerakan
itu dilakukan dalam kecepatan kilat dan nona Cioe tidak berdaya lagi, karena
jari-jari tangan Kim hoa po po sudah menempel pada jalan darahnya yang
membinasakannya. Dengan mata membelalak, Cie Jiak mengawasi lawannya.
================
“Cioe Kouwnio, kepandaianmu
masih sangat rendah,? kata si nenek. “Apa bisa gurumu menyerahkan kedudukan
Ciang boenjin kepadamu??
Cioe Jiak tahu, bahwa begitu
si nenek menekan dengan tenaga dalam, jiwanya akan melayang. Tapi begitu ingat
gurunya, semangatnya berkobar2. Sambil mengacungkan tangannya, ia berkata
dengan suara nyaring, “Popo, inilah cincin besi tanda Ciang boenjin yg
dimasukkan kejari tanganku oleh Siansoe sendiri. Apa kau masih bersangsi??
Si nenek tersenyum,
"Tugas seorang Ciang boenjin dari Go Bie Pay adalah sangat berat,"
katanya. "Setiap Ciangboenjin harus memikul pikulan yg tidak enteng.
Apakah soal itu tidak diberitahukan kepadamu oleh gurumu? Kurasa belum
tentu."
"Tentu saja Siansoe
memberitahukan soal itu kepadaku," kata Cie Jiak. Berbareng dengan
jawabnnya, jantung nona Cioe melonjak. "Mengapa dia tahu rahasia
partaiku?" tanyanya didalam hati.
Sementara itu dengan hati
berdebar2 Boe Kie memperhatikan semua perkembangan. Melihat kekerasan Cie Jiak,
ia berkuatir bahwa dalam gusarnya, Kim Hoa Popo akan turunkan tangan jahat.
Dalam bingungnya, ia bergerak untuk melompat keluar, tapi tangannya dicekal Tio
Beng yg melarangnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Sekonyong2 si nenek tertawa
terbahak bahak. "Biat Coat Soethay tidak salah mata," katanya.
"Biarpun ilmu silatnya cetek, Ciangboen jin yg dipilihnya adalah seorang
yg berwatak keras. Benar, ilmu silat memang dapat dipertinggi dengan pelajaran
dan latihan. Sungai dan gunung mudah diubah, tapi watak manusia susah di
ubah."
Sebenarnya Cioe Cie Jiak
sendiri sudha ketakutan setengah mati dan keberaniannya muncul karena ia ingat
pesan sang guru. Sementara itu dimata saudara saudari seperguruannya derajat
nona Cioe naik tinggi. Ia sudah memperlihatkan kemuliaan hatinya bahwa dengan
menyampingkan kepenting pribadi ia sudah menolong Teng Bin Koen. Ia pun sudah
membuktikan wataknya yg kuat dalam menghadapi kebinasaan.
Mendadak Ceng coe mengibaskan
pedangnya dan memberi komando dengan teriakan. Para murid Go bie lantas saja
berpencaran, menghunus senjata dan mengurung pendopo itu.
"Apa kau mau?" tanya
si nenek sambil tertawa.
"Apa maksud popo dengan
menculik cian boenjin partai kami?" Ceng Coe balas menanya.
Si nenek batuk2. "Apa
kamu mau menekan aku dengan jumlah yg lebih besar?" tanyanya dengan suara
memandang rendah. "Huh, huh.... Di mata Kim Hoa popo, sepuluh kali lipat
lebih besar dari jumlahny ini masih belum masuk hitunganku." Mendadak ia
melepas Cie Jiak, badannya berkelebat dan tahu2 jari2 nya menyambar mata Ceng
Coe. Nie Kauw itu menangkis dengan pedangnya, tapi hampir berbareng dengan
teriakan kesakitan dan seorang sumoi sudah terguling disampingnya. Gerakan Kim
hoa popo cepat sekali dan aneh. Berbareng dengan serangannya kepada Ceng Coe,
kaki kirinya menendang pinggang seorang murid Go Bie yg lain. Di lain saaat
tubuh nenek itu berkelebat kelebat diseputar pendopo dan diantara suara batuk2
kaki tangannya menyambar nyambar. Dengan nekad para murid Go Bie melawan dengan
senjata mereka. Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak. Dalam sekejap tujuh delapan
orang sudah roboh dengan jalan darah tertotok. Totokan si nenek hebat luar
biasa. Mereka menjerit jerit dan berguling ditanah.
Beberapa saat kemudian, sambil
menepuk kedua tangannya, Kim hoa popo sudah kembali kependopo. Cioe Kauwnio
bagaimana pendapatmu?? tanyanya. “Apa ilmu silat Go Bie atau ilmu silat Kim Hoa
popo yg lebih unggul??
“Tentu saja ilmu silat kami yg
lebih unggul,? jawabnya. “Apa popo sudah lupa kekalahan dalam tangan Siansoe??
Mata si nenek melotot. “Biat
coat loo nie menang berkat Ie thian kiam,? bentaknya dengan gusar. “Dia bukan
menang sewajarnya.?
“Popo,? kata Cie Jiak,
“Cobalah kau bicara menurut perasaan hatimu, dengan sejujurnya. Siapa yg lebih
unggul andaikata Siansoe dan Popo bertanding dengan tangan kosong??
Si nenek tidak lantas
menjawab. Untuk sejenak ia mengawasi muka si nona. Akhirnya ia menggelengkan
kepala dan berkata.
“Entahlah. Aku datang kekota
raja justru untuk mendapat keputusan siapa diantara kita yg lebih unggul. Hai!
Sesudah Biat coat Soethay meninggal. Rimba persilatan kehilangan seorang tokoh
yg berkepandaian tinggi. Hai! Mulai dari sekarang, Go Bie pay menjadi partai yg
lemah.?
Selagi mereka berbicara,
murid2 Go Bie yg tertotok jalan daranya terus berteriak2. Ceng Coe coba
menolong, tapi tidak berhasil.
Ternyata ilmu totok Kim hoa
popo bebeda dari ilmu totok yg dikenal di rimba persilatan dan hanyalah yg
sudah mempelajarinya barulah bisa membukanya. Sebagai seorang yg pernah
menolong sejumlah jago yg dilukai sinenek, Boe Kie sudah mengenal kelihaian nya
orang tua itu.
“Cioe Kaownio, bagaimana? Apa
kau sudah merasa takluk terhadapku?? tanya nenek itu.
Ilmu silat partai kami sangat
dalam bagaikan lautan dan seseorang yg mempelajarinya tak bisa berhasil dalam
waktu yg singkat,? jawab si nona. “Kami masih berusia muda tertu saja kami
belum bisa menandingin popo. Tapi dikemudian hari, kemajuan kami tiada
batasnya.?
Si nenek tertawa, “Bagus!?
katanya. “Kalau begitu, sekarang Kim hoa Popo meminta diri. Dihari kelak, kapan
ilmu silatmu telah tidak terbatas, barulah kau membuka jalan darah dia?.
Sehabis berkata begitu, ia menuntun tangan Coe Jie, memutar badan dan berjalan
pergi.
Cie Jiak terkejut. Kalau si
nenek pergoi, saudara saudari seperguruannya pasti akan binasa. “Popo, tahan
dulu!? katanya. “Aku memohon popo suka menolong sucie dan suhengku?.
“Aku bersedia untuk menolong,
asal saja kau mau berjanji, bahwa mulai kini orang2 Go Bie pay harus menyingkir
dari tempat2, dimana aku dan Coe Jie berada,?jawabnya.
Nona Cioe mengawasi si nenek
dengan rasa mendongkol. Sebagai Ciang boenjin, mereka pasti tidak bisa memberi
janji itu yg berarti runtuhnya Go Bie pay.
Kim hoa popo tertawa. “Kalau
kau tidak mau menurunkan keangkeran Go Bie pay, aku pun tak mau memaksa, asal
saja kau suka meminjamkan Ie thian kiam kepadaku,? katanya. “Begitu lekas kau
menyerahkan pedang itu kepadaku, aku akan segera menolong suci dan suhengmu.?
“Sebagaimana popo tahu, karena
ditipu oleh kerajaan, kamu, guru dan murid, telah tertawan dan terkurung
dimenara kelenteng Ban hoat sie,? kata si nona. “Cara bagaimana Ie thian kiam
masih bisa berada di dalam tangan kami??
Si nenek memang sebenarnya
telah menduga hal itu. Dalam mengajukan permintaan, dia tahu harapannya sangat
tipis. Tapi mendengar jawabannya Cie Jiak,paras mukanya lantas saja terlihat
sinar putus harapan. Tiba2 ia membentak, “Cioe Kouwnio! Jika kau mau
melindungin nama Go bie pay, kau tidak melindungi jiwamu sendiri…? Ia
mengeluarkan sebutir pel dan berkata pula, “Inilah racun yang bisa memutuskan
usus manusia. Setelah kau menelannya, aku segera akan menolong mereka.?