Jilid 17 (Tamat)
Ketika Ji Pwe-giok berjalan
dia melihat 2 orang lari ke arahnya. Mereka adalah dua orang wanita muda cantik
yang menatap Ji Pwe-giok dengan kebahagiaan, kegembiraan tetapi juga kesedihan,
mereka adalah: Lim Tay-ih dan Kim Yan-cu. Ji Pwe-giok terkejut, gembira dan
juga sedih melihat keduanya terutama Lim Tay-ih, dia kelihatan pucat dan lebih
lemah dibandingkan dengan saat terakhir dia melihatnya.
Ada air mata kebahagiaan dan
kesedihan di matanya, Ji Pwe-giok tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam
sekejap kedua gadis itu telah berdiri di hadapan Ji Pwe-giok.
Lim Tay-ih berkata dengan
lembut: "Kau...."
Pada saat yang sama Ji
Pwe-giok juga berkata: "Kau...."
Keduanya berhenti dan saling
memandang dengan kikuk, sampai kemudian Kim Yan-cu yang memecahkan keheningan
dan berkata: "Ini tentu adalah Cu siocia yang terkenal itu, Lim cici dan
aku telah sering mendengar banyak hal mengenai dirinya. Ji kongcu, Lim cici dan
aku sekarang telah menjadi saudara angkat"
Lim Tay-ih diam-diam melihat
ke arah gadis yang berdiri di belakang Ji Pwe-giok dan terpesona terhadap
kecantikannya, Cu Lui-ji juga mengamati Lim Tay-ih dengan cermat dan memujinya
dalam hati.
Cu Lui-ji berkata dengan
lembut: "Aku....aku akan pergi dengan sa-cek (paman ketiga) sekarang",
matanya terlihat merah dan dia kelihatan sedih sekali.
Ji Pwe-giok berkata
terbata-bata: "Lui-ji, aku....."
Dia tidak tahu lagi apa yang
harus dikatakannya, untung Kim Yan-cu kemudian menarik tangan Cu Lui-ji dan
berkata: "Siau-moay (adik kecil), mari kita berikan waktu untuk Ji kongcu
dan Lim siocia untuk berbincang-bincang, sementara itu aku juga ingin
mengenalmu lebih jauh."
Selang beberapa lama, Ji
Pwe-giok berkata: "Emmm.... maaf sekali, seharusnya aku harus lebih
memperhatikan dirimu..."
Lim Tay-ih menjawab dengan air
mata berlinang: "Tidak, engkau tidak perlu minta maaf. Aku mengerti engkau
tidak bermaksud membiarkanku dalam bahaya. Tapi...tapi..., apakah kau tahu
bahwa aku akan mati bila terjadi sesuatu padamu?"
Ji Pwe-giok mengeluh: "Aku
juga tidak sanggup hidup lagi bila sesuatu terjadi padamu"
Lim Tay-ih melihat ke arah
mata Ji Pwe-giok dalam-dalam dan berpikir: "Tidak percuma semua
penderitaan yang telah ku alami, hanya dengan mendengar perkataannya ini semua
yang telah kulalui tidak sia-sia".
Lim Tay-ih kemudian memeluk Ji
Pwe-giok dan seketika semua kekuatiran dan kesedihannya hilang musnah, yang
tertinggal hanyalah cinta dan kasih sayang.
Ji Pwe-giok bukan laki-laki
yang pandai mengutarakan perasaannya, dia menatap mata Lim Tay-ih dan mencium
bibirnya. Itulah caranya mengutarakan perasaannya, tidak dengan kata-kata namun
dengan tindakan.
Seketika suasana dipenuhi
dengan rasa cinta.
Ji Pwe-giok duduk di atas batu
sambil memegang tangan Lim Tay-ih, mereka baru saja menikmati kebersamaan
mereka. Tetapi Ji Pwe-giok tetap sedikit bingung dan bertanya: "Bagaimana
kau bisa sampai di sini? Dan mengapa ke 13 pangcu tiba-tiba berbalik
arah?"
Lim Tay-ih tersenyum:
"Ketika Hayhong-hujin menerima perintah dari Ji Tok-ho untuk memimpin Pek-hoa-pang
untuk melawanmu, aku sangat terkejut. Kim Yan-cu dan aku berpikir bahwa kami
harus menemukan sesuatu cara untuk mencegah semua ini terjadi. Pada beberapa
bulan terakhir ini Kim Yan-cu dan aku telah menyelidiki orang yang memalsukan
ayahku dan juga pemalsu-pemalsu lainnya. Setelah membuntuti mereka selama
beberapa waktu, pada akhirnya kita berhasil menemukan kantor pusat dari Ji
Tok-ho"
Ji Pwe-giok berkata:
"Dimanakah kantor pusat mereka?"
Lim Tay-ih berkata:
"Mereka sangat licin. Mereka membeli sebuah gedung besar di kota Chengdu
dan membohongi orang-orang di sekitarnya seolah-olah gedung itu adalah tempat
tinggal seorang pensiunan pejabat pemerintah. Setelah kami menemukan tempat
itu, kami memberitahu Ang-lian pangcu dari Kay-pang untuk mengintai gedung
tersebut.
Beberapa hari yang lalu,
beberapa murid Kay-pang melaporkan ada kegiatan-kegiatan misterius di sekitar
gedung itu, pelayan-pelayan di gedung itu kelihatan tegang dan ketakutan. Kami
juga mendengar bahwa rahasia isi buku Giam-oh-ceng telah dibeberkan dan Ji
Tok-ho telah memerintahkan pengiriman pasukan untuk membunuhmu.
Hayhong hujin sama sekali
tidak mempunyai niat untuk membantu mereka, tapi mereka tidak bisa apa-apa
karena dia harus mematuhi perintah Bulim Bengcu, kecuali ada bukti nyata bahwa
dia bukan Ji Hong-ho yang sebenarnya. Hayhong hujin mengatakan kalau ada
seseorang yang dapat memberikan bukti nyata, segala sesuatu akan menjadi
berubah.
Dari perkataannya kami
mengambil kesimpulan bahwa dia menawarkan bantuannya untuk mencari bukti-bukti
itu. Kami menarik kesimpulan bahwa kantor pusat Ji Tok-ho tidak akan dijaga
ketat saat ini dan Kim Yan-cu berpikir adalah baik untuk juga menghubungi
Anglian pangcu mengenai hal ini.
Singkat kata, dengan gabungan
kekuatan Pek-hoa-pang dan Kay-pang kamu menyerbu kantor pusat Ji Tok-ho dan
menawan beberapa pimpinan organisasi Ji Tok-ho seperti Sebun Hong, tapi
Lim..... Lim gadungan itu berhasil lolos. Dengan Sebun Hong dan yang lainnya
sebagai saksi kami membujuk aliran-aliran lain untuk menghentikan permusuhan
mereka terhadapmu"
Ji Pwe-giok mulai mengerti dan
sangat tersentuh atas usaha Lim Tay-ih, Kim yan-cu, Ang Lian-hoa dan Hayhong
hujin.
Ji Pwe-giok tiba-tiba
bertanya: "Bagaimana ceritanya pertama kali kau bertemu Kim Yan-cu?"
Lim Tay-ih menjawab:
"Ang-lian pangcu menulis surat kepada Hayhong hujin meminta kami untuk
melindungi Kim Yan-cu, dia terlibat dalam perkara kejadian di perkampungan Tong
beberapa bulan yang lalu. Meskipun dia luput dari tuduhan, Anglian pangcu
kuatir beberapa murid keluarga Tong akan mencari gara-gara kepadanya, maka
Anglian pangcu meminta pertolongan kepada kami untuk melindungi Kim
Yan-cu"
Ji Pwe-giok tahu bahwa
kejadian itu disebabkan oleh ulah Gin Hoa-nio yang menyusup ke Tong-keh-ceng
demi ambisinya sendiri. Mengingat Gin Hoa-nio dia mengeluh dalam hati.
Memikirkan Gin Hoa-nio membuat
Ji Pwe-giok teringat pada Cu Lui-ji, apa yang harus dilakukannya pada Lui-ji?
Beberapa bulan terakhir ini dia makin sayang kepada Lui-ji, dan tanpa
disadarinya benih-benih cinta telah bersemi dihatinya pula.
Hatinya menjadi pedih dan dia
tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan hal ini kepada Lim Tay-ih, dia
menjadi bingung dan putus asa. Dia menyalahkan dirinya sendiri mengapa sampai
terjebak dalam situasi yang sangat tidak mengenakkan ini.
Dia merasa harus mengatakan
kepada Lim Tay-ih apa yang telah terjadi, dan dia mulai berkata: "Tay-ih,
aku....aku.... Ada sesuatu hal yang sangat penting yang harus kubicarakan
denganmu... aku tidak....."
Lim Tay-ih tersenyum manis:
"Ini mengenai Cu siocia bukan?"
Ji Pwe-giok tersipu-sipu.
Lim Tay-ih berkata dengan
lembut: "Aku telah mendengar apa yang terjadi antara kau dan dirinya.....
Dia adalah seorang gadis yang harus dikasihani juga. Aku iri terhadap dirinya
karena dialah yang mendampingi dan menunjangmu selama beberapa bulan terakhir
ini. Dan aku juga telah melihat di matamu bahwa engkau juga mempunyai perasaan
mendalam terhadapnya juga. Cu siocia, Kim moay dan aku semuanya mempunyai
perasaan mendalam terhadapmu, kami semua tidak dapat menanggung beban berpisah
denganmu lagi. Aku ingin kau tahu bahwa aku tidak cemburu dan aku akan belajar
menyayangi pula Cu siocia seperti halnya aku menjadi saudara angkat dengan Kim
Yan-cu"
Ji Pwe-giok tersipu-sipu dan
berkata dengan lembut: "Aku....aku sangat malu... aku tak tahu harus
berkata apa, tetapi terima kasih banyak atas pengertianmu"
Lim Tay-ih tersenyum nakal
sekarang: "Sebenarnya, aku juga tahu teman-teman perempuanmu yang lain
seperti Tong Lin dan Gin Hoa-nio dan Thi Hoa-nio bersaudara..."
Ji Pwe-giok menjadi semakin
malu dan cepat-cepat berkata: "Aku.... tidak ada apa-apa di antara aku dan
nona Tong... Jujur!.... Aku harus menjelaskan hal ini kepada anak murid
keluarga Tong.... Dan Thi-hoa-nio sekarang telah menjadi istri Yang Cu-kang....
aku....."
Lim Tay-ih menyelanya dengan
tersenyum: "Aku hanya bergurau."
Dengan mengeluh ia
menambahkan: "Apakah kau tahu kalau nona Tong sekarang telah menjadi
nikou?"
Ji Pwe-giok berseru dengan
terkejut: "Apa?"
Lim Tay-ih mengeluh: "Aku
dengar setelah engkau menghilang dari perkampungan keluarga Tong, Tong Lin jadi
tidak disukai dan dijauhi oleh keluarganya. Pada suatu malam dia menyelinap
keluar dari perkampungan keluarga Tong dan bermaksud bunuh diri. Untung dia
akhirnya diselamatkan oleh Ji-sim suthay, pemimpin Gobi-pay. Nona Tong memohon
kepada Ji-sim suthay untuk menerimanya menjadi murid. Melihat keteguhan
hatinya, Jisim suthay menyetujuinya. Sebelum orang-orang dari ke tiga-belas
aliran pergi ke sini, Thian-in taysu dari Siau lim-pay mengadakan pertemuan
untuk membahas apa yang harus dilakukan"
Ji Pwe-giok mengernyitkan muka
dan mendengarkan dengan seksama.
Lim Tay-ih melanjutkan:
"Ketiga belas aliran terbelah menjadi dua, satu kelompok tidak ingin turut
campur dalam urusan ini dan kelompok yang lain ingin menangkapmu. Orang-orang
Kun-lun-pay dan Tiam-jong-pay ingin menangkapmu karena mereka berpendapat bahwa
engkau bertanggung jawab atas kematian pemimpin mereka"
Ji Pwe-giok menjadi sedih
mengenang bagaimana gurunya, Thian-kang totiang, mati dengan mengenaskan dalam
rencana keji Ki Go-ceng, Ki Pi-ceng dan Ji Tok-ho.
Lim Tay-ih tahu Ji Pwe-giok
bersedih atas kehilangan gurunya. Lim Tay-ih memegang tangan Ji Pwe-giok
erat-erat untuk menguatkan hatinya.
Dia menambahkan:
"Pemimpin Kun-lun-pay, Shi-kang Totiang dan Bwe Jing-hoa dari
Tiam-jong-pay menghendaki menuntut balas kepadamu atas kematian Thian-kang
totiang dan Cia Thian-pi. Shi-kang totiang adalah sute dari gurumu sedangkan
Bwe Jing-hoa adalah paman guru dari Cia-thian-pi. Anglian pangcu berusaha
sekuat tenaga untuk meyakinkan mereka agar bersabar menunggu sampai hal-hal ini
dapat diselidiki dengan jelas, tetapi keluarga Tong juga ingin memburumu atas
kematian Tong Bu-siang"
Ji Pwe-giok menghela napas
dalam-dalam ketika mendengar hal ini dan berkata dengan sedih: "Kau tidak
bisa menyalahkan mereka, akupun mungkin akan berlaku sama kalau berada dalam
posisi mereka"
Lim Tay-ih juga menghela napas
tapi dia juga bahagia melihat Ji Pwe-giok sebijaksana itu.
Dia berkata: "Para pemimpin
dari 13 aliran berdebat dengan sengit, Ji-sim suthay sangat mendukung pendapat
Anglian Pangcu. Aku pikir, nona Tong pasti mempunyai peran dalam hal ini.
Untungnya, kebanyakan pemimpin bersikap netral seperti: Jut Tun totiang dari
Bu-tong dan Thian-in taysu dari Siau-lim, akan tetapi di tengah-tengah
perdebatan seorang murid Siau-lim dan seorang murid Bu-tong menghampiri ketua
mereka masing-masing dan membisikkan sesuatu di telinga ketua mereka. Setelah
itu, Thian-in taysu dan Jut Tun totiang meninggalkan pembicaraan dan ketika dua
jam kemudian mereka kembali mereka berkata bahwa mereka tidak akan ambil bagian
dalam rencana menghukummu"
Ji Pwe-giok sangat terkejut
dan berkata: "Mengapa kedua locianpwe ini tiba-tiba bersikap tegas?"
Lim Tay-ih menggelengkan
kepalanya dan berkata: "Aku juga tidak tahu, tetapi mendengar bahwa ketua
dari dua aliran terbesar tidak mematuhi perintah Bulim Bengcu lagi, pihak-pihak
yang lain juga menolak untuk mengikuti perintah Ji Tok-ho. Hanya Tiam-jong,
Kunlun dan pihak keluarga Tong yang berkukuh pada pendapat mereka untuk
menangkapmu. Untung akhirnya Lo Cinjin tiba, dia dengan marah mengomeli dan
memaki Shikang, Bwe Jing-hoa dan yang lain untuk tidak ikut-ikut dalam hal
ini"
Ji Pwe-giok tersenyum ketika
mendengar hal ini dan Lim Tay-ih juga tertawa geli mengingat bagaimana Lo
Cinjin mengkuliahi orang-orang itu.
Lim Tay-ih menambahkan dengan
tersenyum: "Begitulah, akhirnya para pemimpin sepakat untuk tidak
mengikuti perintah Ji Tok-ho lagi. Semua begundal Ji Tok-ho ditahan untuk
diinterogasi nantinya. Sekarang mereka ditahan oleh murid-murid Kay-pang dan
Bwe Su-bong cianpwe diberi tugas untuk menjaga mereka"
Ji Pwe-giok bangun dan
menghela napas dalam-dalam, kini semua pertanyaannya telah terjawab.
Dia memandang ke depan dan
melihat Kim Yan-cu dan Cu Lui-ji sedang berbicara, Lim Tay-ih berkata:
"Mari kita kesana"
Ketika dia berjalan
menghampiri, Cu Lui-ji tersipu-sipu dan tidak tahu mau berkata apa, dia hanya
mengelus-elus kucingnya dan menghindari matanya bentrok dengan mata Ji
Pwe-giok. Kim yan-cu tentunya telah mengatakan kepadanya bahwa Lim Tay-ih tidak
keberatan terhadap dirinya dan mengerti posisinya.
Kim Yan-cu tertawa terhadap Ji
Pwe-giok: "Jangan kau lupakan aku! Ingat kau telah mengatakan di gua pada
waktu itu bahwa engkau juga menyukaiku, aku akan lengket terhadapmu seperti
lem"
Tiba-tiba sebuah suara
memanggil: "Ji kongcu... Ji kongcu...”, ternyata itu adalah Tangkwik Ko
yang memanggilnya, Lim Tay-ih berkata: "Pergilah, aku mau bercakap-cakap
dengan nona Cu di sini"
Ji Pwe-giok tersentuh hatinya
dan berkata: "Terima kasih"
Dia berjalan ke arah Tangkwik
Ko dan terkejut melihat Hai Tong-jin, Yang Cu-kang dan Thi Hoa-nio berdiri
saling berdampingan.
Ji Pwe-giok sangat terkejut
dan bertanya: "Saudara Yang, apakah engkau baik-baik?"
Yang Cu-kiang tertawa:
"Ah, cuma sedikit setan-setan tidak akan membahayakan diriku, biarpun aku
tidak bisa mengalahkan mereka aku masih bisa lolos dari mereka. Aku masih belum
ingin mati, aku belum punya anak sekarang"
Thi Hoa-nio menjadi tersipu
malu mendengarnya.
Yang Cu-kiang berkata dengan
serius: "Mempunyai anak adalah hal yang normal, mengapa harus malu?"
Ji Pwe-giok berkata:
"Hai-heng dan Yang-heng, guru kalian Bak-giok-hujin adalah...."
Hai Tong-jin menghela napas
dalam-dalam: "Ya, kami tahu. Tangkwik siansing telah memberitahu kami.....
meskipun dia adalah....., betapapun dia telah membesarkan kami dan mengajari
kami ilmu silat dan jika kau tidak keberatan, kami ingin menguburkan jenasahnya
dengan selayaknya"
Setelah mengatakan hal ini,
air matanya bercucuran, bahkan Yang Cu-kangpun kelihatan sedih. Betapapun juga,
Ki Pi-ceng adalah guru dan orang tua mereka.
Ji Pwe-giok berkata:
"Tentu saja, tapi apa yang hendak kalian berdua lakukan sesudahnya?"
Yang Cu-kiang berkata:
"Tentu saja mempunyai anak! Omong-omong kakak Hai dan aku telah
menjelaskan bahwa kematian Tong Bu-siang tidak ada hubungannya dengan dirimu.
Tong Ki siocia juga telah menjelaskan posisimu. Dia berkata bahwa dia dan Tong
Lin tahu bahwa Tong Bu-siang yang itu adalah gadungan dan itulah sebabnya dia
dan nona Tong Lin membunuhnya. Karena dia ingin menyelidiki siapa dalang di
balik semua ini dia harus menyalahkan seseorang. Selain itu, Hong Sam cianpwe,
Tangkwik siansing juga berkata bahwa engkau tidak terlibat dalam hal ini."
Para anak murid keluarga Tong
merasa malu.
Ji Pwe-giok berpikir bahwa
sampai saat ini Tong-Ki masih merahasiakan bahwa sebenarnya ayahnya telah
meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Hai Tong-jin berkata:
"Aku punya banyak waktu sekarang, aku pikir aku akan berkelana dan
menikmati hidup"
Ji Pwe-giok tersenyum:
"Aku harap kita tetap menjadi sahabat baik"
Yang Cu-kang dan Hai Tong-jing
tersenyum dengan tulus: "Tentu!"
Yang Cu-kang tiba-tiba berkata
sambil tersenyum nakal: "Baiklah.., aku harus pergi sekarang. Aku masih
harus menemui ayah mertua nih"
Thi-hoa-nio mencibir dan
berkata dengan geregetan: "Kau ini memang....."
Ji Pwe-giok dan Hai Tong-jin
tertawa.
Tangkwik siansing, Hong Sam,
Tangkwik Ko sedang berbicara dengan Thian-in taysu dan Jut Tun Totiang,
Tangkwik siansing melambaikan tangannya: "Anak muda, kemarilah...."
Ji Pwe-giok berjalan
menghampiri mereka.
Thian-in taysu kemudian
berkata: "Ji kongcu, terima kasih telah membeberkan rahasia kitab
Giam-ong-ceh, karena dengan ini Siau-lim berhasil menemukan seorang pengkhianat
yang telah kami cari lebih dari 40 tahun lamanya. Siau-lim-si berhutang budi
pada kongcu"
Ji Pwe-giok berkata merendah:
"Thian in taysu, anda terlalu sungkan"
Thian-in taysu menghela napas:
"Hu Pat-ya itu sebenarnya adalah suhengku. Dia sangat berbakat dalam ilmu
silat tapi sayang hatinya tidak setia kepada ajaran Budha. Setelah guruku
wafat, dia melarikan diri keluar dari Siau-lim sambil membawa kitab jurus 100
langkah tinju sakti"
Hong sam berkata:
"Pendeta, dalam pohon yang baikpun pasti ada beberapa buah apel yang
busuk. Anda tidak perlu terlalu memikirkan hal ini"
Thian-in taysu menghela napas:
"Betapapun juga dia menggunakan ilmu Siau-lim untuk melakukan
pembunuhan-pembunuhan terhadap banyak tokoh Bu-lim"
Ji Pwe-giok tidak dapat
menahan rasa ingin tahunya dan bertanya: "Bolehkah saya bertanya,
apa....."
Jut Tun totiang memotong
dengan tersenyum: "Ji kongcu, aku tahu apa yang ingin kau tanyakan. Kau
ingin tahu apa yang membuat kami berubah pikiran?"
Ji Pwe-giok berkata dengan
hormat: "Benar, totiang"
Tangkwik siansing
mengelus-elus jenggot panjangnya dan tertawa: "Itu semua adalah gara-gara
seorang teman lamaku..... engkau juga kenal padanya, Pwe-giok"
Ji Pwe-giok kebingungan.
Tangkwik Ko tersenyum:
"Meskipun engkau pernah bertemu dengannya, tapi engkau belum pernah
melihatnya"
Ji Pwe-giok tiba-tiba teringat
pada seseorang dan berkata: "Hwe sing-diong!"
Tangkwik siansing tertawa:
"Ya, si tua itu telah pindah ke sebuah lembah dan menamai lembah itu
sebagai lembah gema. Sedikitnya sudah 20 tahun terakhir aku bertemu dengannya.
Ji Pwe-giok berkata: "Aku
ingin berterima kasih kepada cianpwe itu atas bantuan-bantuannya"
Tangkwik siansing berkata:
"Si tua bangka itu selalu berpergian semaunya sendiri dan tidak ada
seorangpun yang tahu dimana letak lembah gema. Kalau dia ingin bertemu
denganmu, dia akan pergi mencari dirimu. Dia itu seorang tua bangka yang aneh,
tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang yang berhati lurus."
Jut-tun totiang berkata:
"Beberapa tahun yang lalu cianpwe ini memberi pertolongan kepada kami
ketika Siau-lim dan Bu-tong menghadapi suatu masalah yang sulit. Maka ketika
cianpwe ini meminta kami untuk tidak turut campur pada urusan ini, Thian-in
taysu dan pinto mematuhinya".
Setelah itu Jisim suthay
berjalan menghampiri dan memberi salam kepada tokoh-tokoh yang hadir sebelum
menoleh kepada Ji Pwe-giok: "Omitohud, Ji siauhiap, muridku Konghuan mendoakan
keselamatanmu dan berharap engkau dapat menegakkan kebenaran dan keadilan di
Bu-lim. Nama lama dari Konghuan adalah Tong Lin. Omitohud, pin-ni harus pergi
sekarang. Semoga kalian semua diberkati. Sampai jumpa lagi"
Jisim suthay adalah seorang
nikou yang berumur lebih dari 60 tahun, wajahnya nampak agung, dia adalah
seorang locianpwe yang sangat dihormati di dunia persilatan.
Ji Pwe-giok tidak tahu harus
memikir apa ketika dia mendengar bahwa Tong Lin telah menjadi seorang nikou.
Ang Lian-hoa menghampiri Ji
Pwe-giok dan tersenyum: "Saudara Ji, sudah lama sekali"
Ji Pwe-giok merasa terakhir
kali dia berbicara dengan Ang Lian-hoa seolah-olah pada kehidupannya yang lain.
Ang Lian-hoa menepuk bahunya
dan berkata: "Aku selalu percaya engkau akan dapat menghadapi semua
masalah. Engkau benar-benar seorang yang mengagumkan!"
Ji Pwe-giok bercucuran air
mata kegembiraan: "Saudara Ang Lian-hoa, aku.... jika bukan karena
bantuanmu aku tidak mungkin dapat berada di sini saat ini"
Ang Lian-hoa berkata: "Mimpi
buruk akhirnya telah berlalu, tapi kewajiban baru sekarang ada di
tanganmu"
Pada saat ini, semua tokoh
Bu-lim telah berkumpul, Lim Tay-ih, Cu Lui-ji dan Kim Yan-cu berdiri dekat Ji
Pwe-giok sebagai tanda dukungan mereka terhadap Ji Pwe-giok.
Thian-in taysu berkata:
"Ang-lian pangcu benar, aku merasa Ji Tayhiap harus memimpin Bu-lim
sekarang"
Bwe Ceng-hoa dari Tiam-jong
berkata dengan dingin: "Baik, mungkin semua pendekar menerima Ji kongcu,
tapi... Tiam-jong tidak setuju. Ji kongcu, bagaimana engkau menjelaskan
kematian ketua kami Cia Thian-pi?"
Yang Cu-kiang bertanya kepada
Hai Tong-jin: "Kakak Hai, sejak kapan Ji kongcu menjadi murid
Tiam-jong?"
Hai Tong-jin menyahut:
"Sepengetahuanku Ji kongcu tidak mempunyai hubungan apapun dengan
Tiam-jong-pay"
Yang Cu-kiang berkata:
"Oh... Bwe siansing, kalau begitu mengapa Ji kongcu harus membantumu
menyelidiki kematian ketuamu? Apakah Ji kongcu seorang polisi?"
Bwe Ceng-hoa berkata dengan
marah: "Yang Cu-kiang dan Hai Tong-jin, kalian berdua adalah murid Ki
Pi-ceng! Jangan-jangan kalian sedang merencanakan sesuatu rencana busuk?
Tiam-jong-pai tidak takut pada bajingan-bajingan seperti kalian"
Yang Cu-kiang berkata:
"Baik, mari kita lihat kehebatan Tiam-jong-pai...."
Ji Pwe-giok tahu bahwa Bwe
Ceng-hoa bukan tandingan Yang Cu-kiang dan cepat-cepat menengahi: "Bwe
siansing, saya benar-benar tidak bertanggung jawab atas kematian Cia pangcu.
Saya berani bersumpah mengenai hal ini...."
Ang Lian-hoa berkata:
"Saudara Cia tidak dibunuh Ji kongcu"
Shikang totiang berkata dengan
keras: "Bagaimana dengan kakak seperguruanku? Ji Pwe-giok, engkau adalah
seorang murid Kun-lun! Katakan padaku apa yang telah terjadi"
Shikang totiang mengemukakan
fakta bahwa dia dapat memerintah Ji Pwe-giok karena tidak saja dia adalah
susiok dari Ji Pwe-giok tapi dia juga saat ini adalah ketua Kun-lun-pai.
Tiba-tiba sebuah suara jernih
terdengar : "Berhenti bertengkar!"
Suara itu terdengar jernih,
mendayu-dayu tetapi dingin. Yang berbicara adalah seorang gadis muda, Ji
Pwe-giok mengenalinya. Dia adalah saudara sepupunya Ki Leng-yan. Dua orang
lelaki tampak berjalan mengikuti di belakangnya.
Tiba-tiba Bwe Ceng-hoa berkata
dengan terkejut: "Thian-pi, engkaukah itu?"
Salah seorang dari dua lelaki
itu memang adalah Cia Thian-pi, dia nampak sangat kurus, pucat dan sakit. Tapi
ketika dia melihat Bwe Ceng-hoa dia kelihatan gembira dan berkata: "Bwe
susiok, ya ini aku. Ji kongcu telah membunuh orang yang memalsu sebagai
diriku.... kita tidak boleh salah menuduhnya"
Bwe Ceng-hoa tampak bingung
dan tidak tahu mana yang harus dipercaya.
Ki Leng-yan berkata dengan
dingin: "Aku tahu, Cia Thian-pi seorang tidak cukup untuk meyakinkanmu,
tapi ada seseorang lagi yang dapat bersaksi bahwa Ji Pwe-giok tidak
berdosa"
Dia menunjuk ke lelaki yang
lain, semua orang ini melihat bahwa orang ini adalah Lim Soh-koan atau lebih
tepatnya Lim Soh-koan palsu, Lim Tay-ih sangat marah dan sedih.
Ki Leng-yan berkata dengan
dingin: "Aku menahan orang ini ketika dia berusaha meloloskan diri keluar
propinsi. Katakan kepada semua orang, siapa engkau sebenarnya!"
Lim Soh-kuan berkata:
"Namaku yang sebenarnya adalah Siahou Kosing"
Tiba-tiba beberapa orang
berseru dengan terkejut: "Si pedang seribu ular!"
Si Pedang Seribu Ular Siahou
Kosing adalah seorang tokoh jahat yang berkeliaran di daerah utara dan kabarnya
merupakan seorang teman karib dari Ji Tok-ho. Kadang-kadang mereka melakukan
kejahatan dan pembunuhan bersama-sama, merampok rombongan piaukiok. Berkat ilmu
silatnya yang tinggi dia dapat lolos dari kejaran musuh-musuhnya, tapi sepuluh
tahun yang lalu tiba-tiba tidak terdengar kabar apapun mengenai dia.
Orang-orang menganggapnya telah mati, padahal kenyataannya dia bersekongkol
dengan Ki Pi-ceng, Ki Go-ceng dan Ji Tok-ho.
Siahou Ko-sing berkata:
"Ya, aku memang si Pedang seribu ular. Kakak Ji memerintahkan Cia Thian-pi
palsu untuk membokong pendeta Thiankang dari Kun-lun-pai, sesudah itu Cia
Thian-pi palsu itu turut menghilang. Kami beranggapan bahwa dia telah dibunuh
Ji Pwe-giok dan Ang Lian-hoa. Rencana kami untuk menguasai dunia persilatan
sudah gagal, tidak ada satu katapun yang dapat kukatakan sekarang. Jika kalian
mau, bunuh saja aku, aku tidak keberatan, toh aku sudah hidup cukup lama"
Dia memandang Lim Tay-ih dan
tertawa dingin: "Sebenarnya, aku membunuh ayahmu, aku memimpin kelompok
yang membantai keluargamu!"
Lim Tay-ih menjerit:
"Engkau bajingan!" dia menghunus pedangnya dan menikam jantung Siahou
Kosing.
Semua orang bersorak:
"Bagus, nona Lim!"
Dia lalu menangis
terisak-isak, akhirnya dia berhasil membalaskan dendam ayahnya. Ji Pwe-giok
meraih tangannya dengan lembut, Kim Yan-cu dan Cu Lui-ji berdua berkata:
"Jangan sedih, kakak Tay-ih"
Bwe Ceng-hoa dan Shikang
totiang menghampiri dan membungkuk ke hadapan Ji Pwe-giok: "Mohon maafkan
kami orang tua yang keras kepala dan tolol ini"
Cia Thian-pi menambahkan:
"Tiam-jong-pai tidak mempunyai keberatan sama sekali terhadap Ji Kongcu
sebagai Bulim-bengcu yang baru"
Ji Pwe-giok berkata dengan
sopan: "Bwe locianpwe, tidak usah dipikirkan. Dan terima kasih kepada Cia
pangcu tapi aku takut aku tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi Bengcu"
Shikang Totiang berkata:
"Ji kongcu, mohon maafkan ketidaksopanan pinto. Tapi pinto rasa engkau
harus menjadi Bulim Bengcu yang baru. Sebagai susiokmu, aku merasa engkau
sesuai untuk memimpin dunia persilatan ke era baru. Engkau bukan saja akan
mengembalikan nama baik keluargamu tapi juga almarhum gurumu. Suheng Thian-kang
tentu juga akan ikut berbahagia"
Ji Pwe-giok berkata dengan
hormat: "Susiok Shikang, aku...."
Ji Siok-cin dari Hoa-san juga
berkata: "Aku setuju dengan Shikang totiang"
Thian-in taysu berkata:
"Jut Tun totiang dan pinceng mendukung usulan Ji tayhiap untuk menjadi
Bulim Bengcu yang baru"
Ji Pwe-giok berkata
terbata-bata: "Tapi....tapi.... banyak orang lain yang lebih cocok
daripadaku... Tangkwik siansing dan....."
Tangkwik siansing memotong:
"Jangan engkau paksa aku, aku tidak punya cukup kesabaran untuk memerintah
dunia persilatan.... bocah, jangan kau limpahkan permasalahanmu pada
diriku"
Ji Pwe-giok menatap pada Hong
Sam dan Tangkwik Ko.
Hong Sam berkata: "Adik,
aku sudah tua, di samping itu aku sudah lama ingin mengembara di lautan lepas.
Akhirnya, kini aku punya waktu untuk mewujudkannya"
Tangkwik Ko berkata: "Ji
kongcu, kau pasti sanggup. Aku sudah tua dan tidak ingin terseret urusan dunia
persilatan lagi".
Ji Pwe-giok berkata:
"Baiklah, karena seluruh cianpwe begitu mempercayaiku, aku bersedia
menjadi Bengcu sampai aku menemukan orang lain yang lebih cocok untuk
menggantikanku. Dan aku juga punya satu syarat.... Aku ingin saudara
Ang-lian-hoa untuk menjadi penasehatku"
Setiap orang setuju dengan
usulan ini, Ang-lian-hoa adalah seorang yang pandai dan cerdas dan mempunyai
watak yang baik. Dia pasti bisa membantu Ji Pwe-giok dalam melaksanakan
tugasnya.
Aliran-aliran lain seperti
Kong-tong-pay dan Thian-lam-pai tidak keberatan, terutama disebabkan dengan
tarap kemampuan ilmu silat Jue Qinzi dan Hi Soan mereka sama sekali tidak
mempunyai kesempatan untuk menjadi Bengcu. Di samping itu, Hi Soan menyadari
bahwa Ji Pwe-giok adalah seorang yang pandai dan mempunyai ilmu silat yang
tinggi, dia benar-benar menghargai Ji Pwe-giok dan sangat mendukung usulan itu.
Maka Bulim bengcu baru telah
dinobatkan: Ji Pwe-giok.
Musim semi tiba dan musim semi
berlalu, musim dingin tiba dan musim dingin berlalu. Waktu berlalu dengan
cepat.
Banyak hal terjadi di dunia
persilatan setelah Ji Pwe-giok menjadi bengcu, pertama-tama semua orang munafik
dan orang-orang busuk di kitab Giam-ong-ceh diadili dan dihukum. Sebagai
contoh: Hu Pat-ya dan Hu Pat-naynay dibawa kembali ke biara Siau-lim, ilmu
silat mereka dimusnahkan dan mereka ditawan di dalam sebuah gua di gunung
Siong-san.
Ji Pwe-giok juga memohonkan
ampun untuk Ciong Cing dan Kwe Pian-sian kepada Hay-hong hujin, Ang Lian-hoa
dan Ji Siok-cin. Rupanya Ki Leng-yan melepaskan mereka setelah dia lolos dari
ruangan batu. Ang Lian-hoa, Ji Siok-cin dan Hay-hong hujin setuju untuk
mengampuni Kwe Pian Sian dan Ciong-cing sepanjang mereka bertobat dan tidak
membuat masalah baru di dunia persilatan, kalau tidak mereka tidak akan lolos
dari hukuman. Ji Pwe-giok setuju dengan syarat-syarat ini.
Sedangkan mengenai Ki
Leng-hong, setelah usahanya untuk menguasai dunia persilatan gagal, dia tidak
mempunyai ambisi lagi untuk menguasai dunia persilatan. Dia mengurus adiknya
yang mempunyai kelainan jiwa dan ibunya yang sakit-sakitan. Mereka meninggalkan
Sat-jin-keh dan tinggal di tempat terpencil. Rupanya ketika Ki Song-hoa
mendengar bahwa ayah dan ibunya, Ki Go-ceng dan Ki Pi-ceng mati, Ki Song-hoa
menjadi gila dan berlari ke komplek pekuburan keluarga mereka dan membakarnya,
dia sendiri mati terbakar.
Tangkwik Siansing memberi
hadiah sekarung penuh harta yang diambil dari perkampungan Hu. Hadiah itu
digeletakkan di depan pintu rumah Ji Pwe-giok bersama sebuah surat yang
menyatakan hadiah itu adalah hadiah perkawinan. Dia sendiri akan mencari tempat
baru untuk bertapa karena tempat yang lama sudah diketahui orang banyak.
Hong Sam membeli sebuah kapal
dan berpetualang dengan kapalnya. Dia tidak lagi mempunyai beban. Cu Lui-ji
sudha selamat dan bahagia. Akhirnya dia dapat melakukan apa yang telah
diinginkannya sejak lama. Hai Tong-jin menemaninya dalam berpetualang.
Tangkwik Ko pindah ke sebuah
rumah dekat Ki Leng-hong, dia menjadi gurunya dan mulai mengajarinya ilmu
silat. Dia lebih bahagia sekarang dan kadang-kadang sambil bergurau mengatakan
bahwa sedikit banyak cita-citanya telah tercapai karena sepupunya menjadi Bulim
Bengcu.
Thian-can-kau hidup damai
berdampingan dengan ke tiga belas aliran. Yang Cu-kiang dan Thi-hoa-nio
mengundurkan diri dari dunia persilatan. Kadang-kadang orang mendengar kabar
tentang seorang aneh yang lucu melakukan perbuatan-perbuatan baik tapi tidak pernah
mengatakan namanya. Seorang wanita cantik selalu berada di sisinya sambil
tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Setahun kemudian, rumah Ji
Pwe-giok kosong. Bendera Bengcu diletakkan di sebuah kotak di atas meja, Jut
Tun totiang dan Thian-in taysu kedua-duanya menerima surat dari Ji Pwe-giok.
Dalam surat itu, dia
menyatakan bahwa Ang Lian-hoa adalah orang yang lebih cocok untuk menjadi
Bengcu, Ang Lian-hoa juga menerima sepucuk surat dari Ji Pwe-giok yang
mengatakan Ji Pwe-giok tidak mempunyai cukup kemampuan untuk memimpin dunia
persilatan dan lebih baik menghabiskan waktunya bersama istri-istrinya.
Maka Ang Lian-hoa menjadi
Bengcu yang baru dan Cia Thian-pi menjadi penasehatnya. Kedua-duanya adalah
orang-orang muda yang pandai dan bijaksana. Dengan mereka sebagai pemimpin,
dunia persilatan menjadi aman.
Beberapa tahun kemudian, dunia
persilatan menjadi damai. Orang-orang yang tinggal di kota Kunming sering
melihat seorang muda yang tampan dengan tiga orang wanita cantik berjalan-jalan
sambil tersenyum di sepanjang danau Thian-ci.
Seorang lelaki mempunyai tiga
orang istri cantik sungguh sangat luar biasa, tidak banyak orang yang beruntung
sekalipun hanya untuk mendapatkan seorang istri cantik. Tapi orang-orang juga
menyadari betapa banyak air mata, keringat dan darah yang mengalir sebelum
impian indah itu terwujud.
Tetapi, sesuatu yang lebih
indah bahkan terjadi, yaitu masing-masing istri menggendong bayi yang lucu dan
saling bergurau dengan gembira.
Tentu saja mereka adalah Ji
Pwe-giok, Lim Tay-ih, Kim Yan-cu dan Cu Lui-ji.
SELESAI