Bab 4 Penyerbuan yang Tak Terduga
sang waKiu terus berlalu, tak
terasa beberapa tahun telah lewat. Bayi itu bertubuh kuat dan sehat, tak pernah
sakit dan dengan cepat ia sudah menjadi anak yang mungil. Di antara ke tiga
orang utu, Ciu Ci Jiak yang paling memanjakannya.
Apabila Thio Bu Ki atau Tio
Beng mau menghukumnya karena ia terlalu nakal, maka Ciu Ci Jiaklah yang selalu
membelanya, ftu membuat Thio Bu Ki dan Tio Beng menggeleng-gelengkan kepala.
Namun mereka berdua bersyukur dalam hati karena Ciu Ci Jiak sangat menyayangi
Han Liong.
"Bibi" panggil Thio
Han Liong sambiL menarik tangan Ciu Ci Jiak
"Temani Han Liong ke
depan melihat bulan purnama"
"sudah malam, Han Liong
tidak boleh ke luar" sahut Ciu Ci Jiak lembut.
"Bibi-..." Thio Han
Liong menghempas-hempaskan kakinya.
"Kalau Bibi tidak mau
menemani Han Liong melihat bulan purnama, malam ini Han Liong tidak mau
tidur."
"Han Liong...."
Ciu Ci Jiak
menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum lembut.
"Baiklah. Mari kita ke
pekarangan melihat bulan purnama" "Terima kasih," ucap Thio Han
Liong girang. "Bibi baik sekali"
Ciu Ci Jiak menggandeng anak
itu ke pekarangan. Ternyata Thio Bu Ki dan Tio Beng yang berada di kamar
sebelah masih belum tidur, maka mereka berdua tahu tentang itu
"Ci Jiak terlalu
memanjakan Han Liong, aku khawatir Han Liong akan menjadi nakal sekali-"
ujar Tio Beng sambil menghela nafas panjang.
"Jangan mengkhawatirkan
itu" Thio Bu Ki tersenyum.
"Ci Jiak memanjakannya
karena menyayanginya, otomatis juga akan mendidiknya pula."
"Han Liong memang nakal
tapi cerdik" ujar Tio Beng sambil tersenyum geli-
"Kalau kita mau
menghukumnya, dia langsung menangis sekeras-kerasnya agar Ci Jiak datang
membelanya."
"Dia cerdik dan banyak
akalnya." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.
"Mudah-mudahan dia tidak
licik"
sementara itu, Ciu Ci Jiak dan
Thio Han Liong sudah duduk di pekarangan sambil menikmati keindahan bulan
purnama.
"Bibi" Thio Han
Liong memandang bulan purnama seraya bertanya.
"Betulkah ada dewi di
dalam bulan?"
"Betul." Ciu Ci Jiak
mengangguk.
"Dewi itu disebut Dewi
Bulan. Dia cantik dan lemah lembut, tapi paling tidak suka kepada anak
nakal."
"Apakah Dewi Bulan akan
menghukum Han Liong kalau Han Liong nakal?" tanya anak kectL itu.
"Tentu." Ciu Ci Jiak
manggut-manggut-
"Maka Han Liong tidak
boleh terlalu nakal, sebab Dewi Bulan pasti menghukummu. Dewi Bulan sayang
kepada anak kecil?"
"Kalau begitu-—"
Thio Han Liong menyengir.
"Dewi Bulan pasti tidak
akan menghukum Han Liong."
"Apabila cuma nakal
sedikit, Dewi Bulan pasti tidak akan menghukummu," ujar Ciu Ci Jiak sambil
tersenyum.
"Tapi engkau harus ingat,
jadi anak baik harus berbaKti kepada orangtua, tidak boleh kurang ajar."
"ya. Bibi-" Thio Han
Liong mengangguk-"Han Liong mau menjadi anak yang berbaKti-"
"Anak baik Anak baik. Ciu
Ci Jiak memeluknya dengan penuh cinta kasih-
"Ayahmu adalah seorang
pendekar yang gagah, maka engkau harus seperti ayahmu" ujarnya.
"Ayah itu dan bibi
berkepandaian tinggi?" tanya Thio Han Liong mendadak-
(Lanjut Kejilid 2)
Jilid 2
Ciu Ci Jiak mengangguk.
"Kepandaian ayahmu memang
tinggi sekali, maka dia diangkat menjadi Bu Lim Beng Cu (Ketua Rimba
Persilatan) di Tionggoan."
"Oh?" Thio Han Liong
tampak bangga sekali.
"Tapi kenapa ayah, ibu
dan bibi tinggal di pulau ini?"
"Karena ayahmu sudah
tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi, maka tinggal di sini."
"Bibi, kalau Han Liong
sudah dewasa kelak, apakah harus terus tinggal di pulau ini?"
"Itu urusan kelak."
Ciu Ci Jiak membelainya.
"Tentunya kami tidak akan
membiarkanmu terus tinggal di sini, sebab engkau harus tahu dan kenal dunia
luar."
"Bibi," tanya Thio
Han Liong.
"Tempat lain juga seperti
di pulau ini?"
"Han Liong"
Ciu Ci Jiak tersenyum lembut,
"Kelak engkau akan
mengetahuinya. Sekarang sudah larut malam, mari kita tidur!!"
"Ya, Bibi."
Thio Han Liong mengangguk.
Mereka berdua masuk ke dalam
gubuk. Thio Han Liong tidur bersama Ciu Ci Jiak. Itu dikarenakan Thio Bu Ki
tidur bersama Tio Beng, kalau Thio Bu Ki tidur bersama Ciu Ci Jiak, maka Thio
Han Liong pun harus tidur bersama Tio Beng. Tio Beng sudah mulai mengajar Thio
Han Liong ilmu surat, sedangkan Thio Bu Ki mengajarnya cara-cara melatih Kiu
Yang Sin Kang. ciu Ci Jiak juga tidak tinggal diam, ia pun mulai mengajarkan
teori-teori Kiu Im Pek Kut Jiauw kepada Thio Han Liong yang dilakukannya secara
diam-diam.
Kini Thio Han Liong sudah
berumur tujuh tahun. Anak itu tampan tapi agak nakal, la telah memiliki dasar
Kiu yang sin Kang, oleh karena itu Thio Bu Ki mulai mengajarnya Thay Kek Kun
(Ilmu Pukulan Taichi) ciptaan guru besar Thio sam Hong atau Thio Kun Po (Chang
KwunBo).
Di saat Thio Han Liong dan ciu
Ci Jiak pergi ke pantai, Thio Bu Ki dan Tio Beng bercakap-cakap dengan serius
sekali-
"Kini Han Liong sudah
berumur tujuh tahun, apakah dia harus terus tinggal dipulau ini?" tanya
Tio Beng.
"Bagaimana
menurutmu?" Thio Bu Ki balik bertanya. "Menurut aku..." sahut
Tio Beng setelah berpikir sejenak-
"setelah dia dewasa, kita
harus membiarkannya pergi ke Tionggoan."
"Ngmm" Thio Bu Ki
manggut-manggut.
"itu urusan kelak,
tentunya dia harus ke gunung Bu Tong dan ke siauw Lim sie-"
"Ke siauw Lim sie?"
Tio Beng heran.
"Kenapa Han Liong harus
ke siauw Lim sie?"
"Beng Moay" Thio Bu
Ki tersenyum.
"Engkau sudah lupa kepada
Cia sun ayah angkatku?"
"oooh" Tio Beng
manggut-manggut.
"Betul Han Liong memang
harus ke siauw Lim sie menemui ayah angkatmu."
"Aaah—" Mendadak
Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Bu Ki Koko" Tio Beng memandangnya
dengan heran. "Kenapa engkau menghela nafas?"
"Aku teringat akan Thay
suhu, para paman dan ayah angkatku. Entah bagaimana keadaan mereka?" sahut
Thio Bu Ki sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Percayalah" Tio
Beng tersenyum-"Mereka pasti baik-baik saja-" "Mudah-mudahan
begitu" ucap Thio Bu Ki-
"Entah kapan klta akan
bertemu mereka lagi?"
sementara itu, Ciu Ci Jiak dan
Thio Han Liong juga sedang bercakap-cakap dengan asyik sekali. Mereka berdua
duduk di atas sebuah batu.
"Han Liong" ujar ciu
Ci Jiak-
"Engkau sudah ingat semua
teori-teori Kiu Im Pek Kut Jiauw yang kuberitahukan kepadamu?"
"Han Liong sudah ingat
semua," sahut Thio Han Liong dan bertanya-
"Kenapa Han Liong tidak
boleh memberitahukan kepada ayah?"
"Sebab ilmu Kiu Im Pek
Kut Jiauw sangat ganas, maka ayahmu pasti marah kepada kita-"
"ya. Bibi-" Thio Han
Liong mengangguk.
"Bibi cuma
memberitahukanmu semua gerakan Kiu Im Pek Kut Jiauw, tapi tidak mengajarmu Kiu
Im sin Kang," kata Ciu Ci Jiak sambil memandangnya-
"Kenapa begitu?"
Thio Han Liong tampak tercengang.
"Sebab...."
Ciu Ci Jiak menjelaskan,
"Ilmu Kiu Im Pek Put
Jiauw sangat ganas, lihay dan hebat. Maka ayahmu pasti melarangmu belajar ilmu
tersebut."
"Kalau begitu..."
Thio Han Liong menatapnya seraya bertanya.
"Kenapa Bibi mengajar Han
Liong teori-teori ilmu itu?"
"Agar kelak engkau dapat
mempergunakannya,"jawab Ciu Ci Jiak-
"Namun engkau pun harus
melatihnya dengan cara mempraktekkannya."
"ya. Bibi." Thio Han
Liong mengangguk.
"oh ya, apakah di
Tionggoan banyak orang berkepandaian tinggi?"
"Banyak sekali." Ciu
Ci Jiak memberitahukan.
"Di Tionggoan terdapat
beberapa partai besar, yaitu partai siauw Lim, Bu Tong, Kun Lun, Hwa san, Khong
Tong, Go Bi dan Kay Pang (Partai Pengemis)."
"Partai mana yang paling
kuat?"
"Siauw Lim Pay. Namun Bu
Tong Pay sudah menyamai siauw Lim Pay." Ciu Ci Jiak tersenyum.
"Pendiri Bu Tong Pay
bernama Thio sam Hong, yang usianya sudah seratus lebih-"
"Pendiri Bu Tong Pay itu
masih hidup?" tanya Thio Han Liong dengan mata terbelalak,
"ya." Ciu Ci Jiak
mengangguk.
"Beliau adalah Thay
Sucouwmu."
"Apa?" Thio Han
Liong tertegun.
"Pendiri Bu Tong Pay itu
adalah Thay sucouw?"
"ya." Ciu Ci Jiak
menjelaskan.
"Beliau adalah guru
kakekmu, kakekmu, Thio Cui san. Ayahmu adalah ketua Beng Kauw yang berhasil meruntuhkan
Dinasti Goan."
Ciu Ci Jiak menutur tentang
semua itu, dan Thio Han Liong mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Bibi," ujarnya
seusai Ciu Ci Jiak menutur.
"Kelak Han Liong harus
seperti ayah,Tapi... kenapa Cu Goan ciang bisa menjadi kaisar, sedangkan ayah
malah hidup di pulau ini?"
"Cu Goan ciang bisa
menjadi kaisar karena kelicikannya." Ciu Ci Jiak memberitahukan.
"Ayahmu hidup di pulau
ini lantaran tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi."
"oooh" Thio Han
Liong manggut-manggut mengerti-"oh ya" ciu Ci Jiak memberitahukan
lagi.
Engkau masih punya seorang
kakek angkat, beliau berada di siauw Lim sie-"
Kakek angkat?" Thio Han
Liong tercengang. "Kim Mo say ong-cia sun adalah kakek angkatmu." Ciu
Ci Jiak menjelaskan.
"sebab ayahmu mengangkatnya
sebagai ayah, maka beliau adalah kakek angkatmu."
"Bibi, apakah kakek
angkatku itu masih hidup?"
"Mungkin masih
hidup-.-," ujar ciu Ci Jiak dan menutur riwayat Kim Mo say ong-cia sun.
"Sungguh kasihan nasib
kakek angkat itu" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
Kalau kelak aku ke Tionggoan,
pasti ke siauw Lim sie menjenguk kakek-"
"Ngmm" Ciu Ci Jiak
manggut-manggut.
Di saat mereka berdua sedang
asyik bercakap-cakap, sebuah kapal perang berlabuh di pantai pulau itu. Mereka
berdua sama sekali tidak mengetahuinya, karena saking asyiknya bercakap-cakap.
Tampak puluhan pasukan
kerajaan meloncat turun dari kapal perang itu, menyusul adalah sembilan orang
Hweeshio yang memakaijubah beraneka warna Ternyata mereka adalah para pengawal
istana yang berkepandaian tinggi dan sembilan Dhalai Lhama dari Tibet-
Dalam beberapa tahun ini, cu
Goan ciang masih tetap merasa cemas, lebih-lebih setelah Thio Bu Ki dan Tio
Beng tiada kabar beritanya- Maka, ia mengutus beberapa orang kepercayaannya
untuk menyelidiki jejak Thio Bu Ki-
Akhirnya Cu Goan ciang
memperoleh informasi bahwa Thio Bu Ki dan Tio Beng berada di sebuah pulau di
Pak Hai (Laut utara), maka ia mengutus Lie WiEkiong, pemimpin pengawal istana
bersama puluhan pengawal istana ke pulau tersebut untuk menangkap Thio Bu Ki.
Akan tetapi, Lie WiEkiong
menyatakan tidak sanggup menangkap Thio Bu Ki yang berkepandaian sangat tinggi
itu, kemudian ia pun memberitahukan bahwa ia kenal beberapa Dhalai Lhama di
Tibet yang berkepandaian tinggi, alangkah baiknya minta bantuan mereka untuk
menangkap Thio Bu Ki. Cu cioan ciang setuju. Lie WiEkiong segera berangkat ke
Tibet. Belasan hari kemudian, Lie WiEkiong sudah kembali ke istana bersama
sembilan Dhalai Lhama, tentunya sangat menggembirakan cu Goan ciang.
setelah para Dhalai Lhama itu
berbicara serius dengan cu Goan Ciang, barulah berangkat ke pulau tersebut
dengan sebuah kapal perang. sementara itu, Ciu Ci Jiak masih asyik
bercakap-cakap dengan Thio Han Liong. Tiba-tiba kening ciu Ci Jiak berkerut,
lalu menolehkan kepalanya. Betapa terkejutnya hati Ciu Ci Jiak ketika melihat
para pengawal istana dan Dhalai Lhama yang sedang menghampiri mereka.
"Han Liong, mari kita
pulang"
Mereka berdua segera beranjak
meninggalkan tempat itu, namun sekonyong-konyong berkelebat beberapa bayangan
ke hadapan mereka, yang ternyata adalah para Dhalai Lhama itu.
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama jubah merah tertawa gelak. "Kalian berdua mau ke mana?"
"siapa kalian?" bentak Ciu Ci Jiak. "Mau apa kalian datang ke
pulau ini?"
"Kami adalah Dhalai Lhama
dari Tibet," sahut Dhalai Lhama jubah merah memberitahukan.
"Kami ke mari untuk
menangkap Thio Bu Ki."
"Hm" dengus Ciu Ci
Jiak dingin-
"Cepatlah kalian
tinggalkan pulau ini Kalau tidak."
"Ciu Lie Hiap (Pendekar
wanita Ciu)" Lie WiEkiong memberi hormat.
"Kami ke mari atas
perintah kaisar untuk mengundang Thio Tayhiap ke istana."
"sungguh keterlaluan cu
Goan ciang masih ingin menangkap Thio Bu Ki?"
Wajah Ciu Ci Jiak tampak gusar
sekali.
"Thio Bu Ki sudah tinggal
di pulau ini mengasingkan diri, namun kalian masih memburunya"
"Maaf" ujar Lie
WiEkiong, pemimpin pengawal istana. "ini adalah perintah kaisar-"
"Hm" dengus Ciu Ci Jiak dingin-
"Lebih baik kalian cepat
meninggalkan pulau ini Kalau tidak, aku tidak akan berlaku sungkan kepada kalian"
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama tertawa gelak, kemudian bertanya kepada Lie WiEkiong.
"siapa wanita itu?"
"Dia bernama Ciu Ci Jiak,
mantan ketua GoBi Pay,"jawab Lie WiEkiong memberitahukan.
"Kepandaiannya tinggi
sekali."
"Bagus, bagus"
Dhalai Lhama jubah merah tertawa lagi.
"Ha ha Aku ingin mencoba
kepandaiannya"
sementara Ciu Ci Jiak memang
sudah bersiap menghadapi pertarungan, sebelum Dhalai Lhama jubah merah
mendekatinya, ia cepat-cepat berbisik kepada Thio Han Liong.
" Cepat pulang,
memberitahukan kepada ayahmu"
Thio Han Liong mengangguki
kemudian mendadak berlari pergi. Akan tetapi, di saat bersamaan berkelebat
sosok bayangan ke hadapannya, yang ternyata Dhalai Lhama jubah kuning.
"Bocah Engkau tidak akan
bisa kabur" ujar Dhalai Lhama jubah kuning itu sambil menjulurkan
tangannya untuk menangkap Thio Han Liong.
Mendadak badan Thio Han Liong
berputar, sungguh di luar dugaan karena anak kecil itu berhasil berkelit. Perlu
diketahui, Thio Han Liong sering berlatih dengan ciu Ci Jiak,
"Hm" dengus Dhalai
Lhama jubah kuning. "Tak disangka engkau dapat berkelit, bocah"
Tangan Dhalai Lhama jubah
kuning bergerak mencengkeram lengan Thio Han Liong. Anak kecil itu masih ingin
berkelit, namun kali ini ia tidak berhasil, dan lengannya telah dicengkeram
oleh Dhalai Lhama jubah kuning....
"Dasar tak tahu
malu" caci Thio Han Liong.
"cuma berani terhadap
anak kecil, kalau ayahku datang...."
"Ayahmu bernama Thio Bu
Ki?" tanya Dhalai Lhama jubah kuning,
"ya-" Thio Han Liong
mengangguk,-
"Bagus, bagus Ha ha
ha" Dhalai Lhama jubah kuning tertawa gelak-
"Kami ke mari justru
ingin menangkap ayahmu-"
Thio Han Liong tidak menyahut.
Tapi kemudian mendadak ia menggigit tangan Dhalai Lhama jubah kuning.
"Aduh" jerit Dhalai
Lhama jubah kuning kesakitan, kemudian dengan tiba-tiba ia mengayunkan tangan
kirinya.
"Aduuuh..." jerit
Thio Han Liong, la kena ditampar sehingga matanya berkunang-kunang.
"Hei, Dhalai Lhama
keparat" caci Ciu Ci Jiak- Jangan menyiksa anak kecil, hadapilah aku"
"Ha ha" Dhalai Lhama
berjubah merah mendekatinya-
"Mari kita bertarung, aku
ingin tahu berapa tinggi kepandaianmu"
"Baik" Ciu Ci Jiak
mengangguk sekaligus menyerangnya.
"Bagus, bagus"
Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak sambil mengelaki kemudian balas
menyerang.
Terjadilah pertarungan yang
amat sengit dan seru. sementara Dhalai Lhama jubah kuning telah menotokjalan
darah Thio Han Liong, sehingga membuat anak kecil itu menjadi lumpuh.
Pertarungan itu semakin
menegangkan. Mendadak Ciu Ci Jiak bersiul panjang sambil menyerang Dhalai Lhama
jubah merah- Ternyata Ciu Ci Jiak mulai mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut
Jiauw.Jarirjari tangannya yang menyerupai cakar mengarah ke ubun-ubun Dhalai
Lhama jubah merah. Bukan main terkejutnya Dhalai Lhama jubah merah itu la
segera membentak keras sambil mengelak ke samping untuk menghindarinya. Thio
Han Liong menyaksikan pertarungan itu
dengan penuh perhatian,
lebih-lebih ketika Ciu Ci Jiak mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw.
Mendadak maju empat Dhalai
Lhama jubah hijau, hitam, biru danputih. Ke empat Dhalai Lhama itu pun ikut
menyerang Ciu Ci Jiak-
"Tak tahu malu Tak tahu
malu" seru Thio Han Liong, yang walau badannya tertotok lumpuh, namun
mulutnya masih bisa bersuara-
"Kalian semua adalah
Hweeshio-hweeshio yang tak tahu malu"
Plaaak. Mendadak Dhalai Lhama
jubah kuning menamparnya-
"Aduuuh—" jerit Thio
Han Liong kesakitan, la menatap Dhalai Lhama itu dengan mata berapi-api.
"Hweeshio sialan cepat
bebaskan aku, mari kita berkelahi"
"Diam" bentak Dhalai
Lhama jubah kuning.
" Kalau tidak, pipimu
akan kutampar sampai bengkak"
Thio Han Liong terpaksa diam,
lalu menyaksikan pertarungan itu. Anak kecil itu terkejut bukan main, sebab Ciu
Ci Jiak mulai terdesak- Ternyata ke lima Dhalai Lhama itu menyerang Ciu Ci Jiak
dengan Hgo Heng Mle Hun Tin (Formasi Lima Elemen yang Menyesatkan sukma).
Formasi tersebut memang lihay
sekali, membuat Ciu Ci Jiak terdesak dan tak mampu balas menyerang, sekonyong-
konyong Ciu Ci Jiak memekik keras,
dan menyerang mereka dengan Kui Im sin Kang.
Ke lima Dhalai Lhama menangkis
serangan itu serentak dengan Lweekang sepenuhnya. Dapat dibayangkan betapa
dahsyatnya Lweekang gabungan mereka berlima. Blaaam... Lweekang mereka beradu
dengan Kiu Im sin Kang.
Ke lima Dhalai Lhama itu
terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkahi sedangkan ciu Ci Jiak terpental
beberapa depa dengan mulut mengeluarkan darah segar-
"Bibi..Bibi-.." seru
Thio Han Liong dengan wajah pucat pias-
"Bibi—-"
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama jubah merah tertawa gelak-
"Hebat juga engkau Coba
sambut pukulan kami"
Tiba-tiba ke lima Dhalai Lhama
itu berbaris- yang paling depan adalah Dhalai Lhama jubah merahi yang
dibelakangnya memegang bahunya, begitu pula yang lain. Dhalai Lhama jubah merah
mulai bergerak mendekati Ciu Ci Jiak, otomatis yang lain pun ikut bergerak dan
tetap memegang bahu yang di depannya. Kening ciu Ci Jiak berkerut-kerut, la
menghimpun Kiu Im Sin Kang sampai pada puncaknya, siap menangkis serangan para
Dhalai Lhama itu. Mendadak Dhalai Lhama jubah merah membentak keras, dan
seketika juga yang paling belakang langsung menyalurkan Lweekangnya ke depan,
yang di depannya menyalurkan depan dan seterusnya.
Begitu sampai pada Dhalai
Lhama berjubah merahi langsung saja ia menyerang ciu Ci Jiak, tapi ciu Ci Jiak
menangkis serangan itu dengan Kiu Im sin Kang. Blaaam... Terdengar suara
benturan yang amat dahsyat.
"Aaaakh—" jerit ciu
Ci Jiak, la terpental belasan depa ke belakang dengan mulut menyemburkan darah
segar.
"Bibi..Bibi..."
teriak Thio Han Liong dengan wajah pucat pias.
Ciu Ci Jiak jatuh terkapar, la
berusaha bangun, namun tidak berhasil.
"Han... Han
Liong...." ciu Ci Jiak memandang anak kecil itu.
"Bibi...."
Di saat bersamaan, berkelebat
dua sosok bayangan ke tempat ciu Ci Jiak, yang tidak lain adalah Thio Bu Ki dan
Tio Beng.
"Ayah Ibu..." teriak
Thio Han Liong memanggil mereka.
Thio Bu Ki memandang putranya
sejenak, lalu membungkukkan badannya untuk memeriksa Ciu Ci Jiak,
"Bu Ki Koko, bagaimana
keadaannya?" tanya Tio Beng dengan cemas. Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan
kepala.
"Tidak bisa
ditolong?" tanya Tio Beng, yang matanya sudah mulai basah-
Thio Bu Ki
menggeleng-gelengkan kepala lagi, sedangkan ciu Ci Jiak terus memandangnya
dengan mata redup,
"Bu Ki Koko..."
panggilnya dengan suara lemah sekali-"Aku—-"
"Engkau mau pesan apa, Ci
Jiak?" tanya Thio Bu Ki dengan mata berkaca-kaca- la tahu bahwa tak lama
lagi nyawa Ciu Ci Jiak akan melayang.
"Aku... aku cinta
kepadamu...." Mendadak kepala Ciu Ci
Jiak. terkulai dan nafasnya
pun putus seketika.
Ci Jiak-..." Thio Bu Ki
terisak-isak- Begitu pula Tio Beng. "Ayah, bagaimana keadaan bibi?"
tanya Thio Han Liong. "Han Liong," sahut Thio Bu Ki dengan air mata
meleleh-"Bibimu sudah tiada."
"Bibi...Bibi..."
Thio Han Liong langsung menangis meraung-raung.
"Bibi..."
Thio Bu Ki dan Tio Beng
memandang para Dhalai Lhama itu, kemudian Thio Bu Ki bertanya.
"Kalian yang
membunuhnya?"
"Kami bertarung."
sahut Dhalai Lhama jubah merah-
"Dia terkena pukulan
kami."
"Apakah kalian Dhalai
Lhama dari Tibet?" Thio Bu Ki menatap mereka dengan tajam sekali.
"ya." Dhalai Lhama
jubah merah mengangguk-
"Kalian punya dendam
kesumat dengan kami?" tanya Thio Bu Ki sepatah demi sepatah-
"Tidak-" Dhalai
Lhama jubah merah menggelengkan kepala-
"Kalau begitu-—"
Wajah Thio Bu Ki berubah dingin sekali. "Kenapa kalian membunuh Ciu Ci
Jiak?"
"Kami bertarung. Kalau di
dalam pertarungan ada yang mati, wajar kan?" sahui Dhalai Lhama berjubah
merah sambil tersenyum.
"Engkau pasti Thio Bu Ki
yang sangat tersohor itu, bukan?" "Tidak salah-" Thio Bu Ki
manggut-manggut.
"Kalian telah membunuh
Ciu Ci Jiak, kini bagaimana tanggung-jawab kalian?"
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama jubah merah tertawa gelak-
"Terus terang, kami
diutus ke mari untuk menangkapmu-Maka lebih baik engkau ikut kami daripada
melawan."
"Aku tahu siapa yang
mengutus kalian ke mari." Thio Bu Ki menatap Lie WiEkiong.
"Cu Goan ciang
bukan?"
"Betul." Lie
WiEkiong mengangguk-
"Kami diutus ke mari
untuk menangkapmu, maka—-"
"Tapi kenapa para Dhalai
Lhama itu membunuh Ciu Ci Jiak?" tanya Thio Bu Ki dingin-
"Dan kenapa Dhalai Lhama
jubah kuning itu menawan putraku?"
"Itu...." Lie
WiEkiong tergagap-gagap, lalu memandang
para Dhalai Lhama-
"Wanita itu tidak kuat
menahan pukulan kami, maka dia terluka parah dan akhirnya binasa," ujar
Dhalai Lhama jubah merah.
"Hmm" dengus Thio
BuKi dingin,
Aku tidak pernah bermusuhan
dengan pihak kalian, tapi kenapa kalian...."
"Ha ha ha"
Dhalai Lhama jubah merah
tertawa gelak-
"Tentunya engkau ingin
hidup, maka engkau harus menyerahkan Kiu yang dan Kiu Im Cin Keng kepada
kami-Kalau tidak—-"
"Kalau tidak, kalian akan
membunuh kami?" tanya Thio Bu Ki dan merasa heran, bagaimana para Dhalai
Lhama itu tahu tentang Kiu yang dan Kiu Im Cin Keng? la sungguh tak habis
pikir.
"Betul." Dhalai
Lhama jubah merah manggut-manggut. "Nah, cepat serahkan kitab-kitab itu
kepada kami"
"Sayang sekali"
sahut Thio Bu Ki sambil menggelengkan kepala. "Kitab-kitab itu tidak
berada di tanganku."
sementara Tio Beng tidak
menyahut. Ternyata ia sedang mencari akal untuk menolong putranya.
"Ha ha ha" Dalai
Lhama jubah merah tertawa terbahak-bahak-
"Kalau begitu, engkau
lebih sayang kitab-kitab itu daripada nyawamu sendiri. Baiklah-"
Bersamaan deng«n itu, mendadak
Tio Beng melesat ke arah Thio Han Liong. Akan tetapi, Dhalai Lhama jubah kuning
bergerak cepat, langsung menendang anak kecil itu ke arah para pengawal istana
seraya berseru.
"Jaga anak itu"
Betapa gusarnya Tio Beng. la
langsung menyerang Dhalai Lhama jubah kuning dengan sengit sekali.
"Ha ha" Dhalai Lhama
jubah kuning tertawa sambil berkelit.
Di saat itu pula Tio Beng
melesat kembali ke sisi Thio Bu Ki.
"Bagaimana?" tanya
Tio Beng dengan cemas. "Han Liong berada di tangan mereka."
"Tenang" sahut Thio Bu Ki.
sementara para Dhalai Lhama
sudah mengepung mereka berdua, sedangkan Lie WiEkiong menjaga Thio Han Liong,
"Kalian kejam"
bentak anak kecil itu.
"Kenapa kaisar mengutus
kalian ke mari membunuh bibiku?"
"Sesungguhnya kaisar
tidak menyuruh para Dhalai Lhama itu membunuh bibimu."
Lie WiEkiong
menggeleng-gelengkan kepala.
"Buktinya bibiku telah
binasa ditangan para Dhalai Lhama itu, aku... aku dendam kepada kalian"
Lie WiEkiong mengerutkan
kening. Dipandangnya Thio Han Liong, kemudian menghela nafas panjang. sementara
suasana semakin mencekam, sebab Thio Bu Ki dan Tio Beng sudah siap bertarung
dengan para Dhalai Lhama itu.
"Engkau tidak mau
menyerahkan kitab-kitab itu?" tanya Dhalai Lhama jubah merah dengan suara
nyaring.
"Kitab itu tak ada di
tanganku," sahut Thio Bu Ki. "Kalaupun ada, tidak akan kuserahkan
kepada kalian"
"Baik," Dhalai Lhama
jubah merah manggut-manggut dengan wajah gusar-
"Kalau begitu, kalian
berdua cari mati"
"Kalian yang akan
mampus" sahut Tio Beng sengit.
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama jubah merah tertawa g elaki kemudian berseru.
"Serang mereka"
Mulailah para Dhalai Lhama itu
menyerang Thio Bu Ki dan Tio Beng dengan cara mengepung. Thio Bu Ki dan Tio
Beng berkelit, kemudian ke dua-duanya balas menyerang dengan serentak. Thio Bu
Ki menyerang mereka dengan ilmu Kian Kun Tay lo Ie- Mula-mula para Dhalai Lhama
itu tampak kebingungan menghadapi serangan-serangan Thio Bu Ki- Di saat itulah
Dhalai Lhama jubah merah berseru.
"Kiu Kiong Gan Thian
(sembilan istana Memutar Langit)"
seketika sembilan Dhalai Lhama
itu berputar-putar, dan makin lama makin cepat, sehingga membuat Thio Bu Ki dan
Tio Beng merasa pusing sekali, otomatis membuat Ilmu Kiam Kun Taylo Ie tak
berfungsi sama sekali. Ternyata Kiu Kiong Gan Thian adalah semacam formasi yang
membingungkan pihak lawan.
"Pejamkan mata" ujar
Thio Bu Ki kepada Tio Beng.
Tio Beng menurutjustru ia
nyaris terkena pukulan yang dilancarkan salah satu Dhalai Lhama, namun ia
cepat-cepat berkelit dan membuka matanya lagi. sedangkan Thio Bu Ki tetap
memejamkan matanya melayani para Dhalai Lhama itu. la menggunakan
pendengarannya yang amat tajam, dan di samping itu, ia pun mulai mengerahkan
Kiu Yang sin Kang.
"serang wanita itu"
seru Dhalai Lhama jubah merah.
seketika tiga Dhalai Lhama
langsung menyerang Tio Beng, namun mendadak Thio Bu Ki maju sekaligus menangkis
serangan-serangan itu dengan ilmu pukulan Kiu yang sin Kang.
Blaaam Terdengar suara
benturan.
Ke tiga Dhalai Lhama itu
terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, sedangkan Thio Bu Ki tetap
berdiri di tempat. Dhalai Lhama berjubah merah terkejut juga menyaksikannya,
dan segeralah ia berseru.
"Ngo Heng GanTe (Lima
Elemen Memutar Bumi)"
Dhalai Lhama jubah merahi
kuning, hijau, hitam dan putih langsung bergerak cepat menyerang Thio Bu Ki dan
Tio Beng. namun Thio Bu Ki menangkis dengan ilmu pukulan Kiu yang sin Kang.
Blaaam Terdengar lagi suara
benturan dahsyat.
Thio Bu Ki dan Tio Beng
terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkahi sedangkan ke lima Dhalai Lhama
terpental beberapa depa, namun tidak terluka sama sekali.
"Thio Bu Ki, engkau
memang hebat" ujar Dhalai Lhama jubah merah dan kemudian berseru.
"Kiu Kiong ApTe (Sembilan
istana Menekan Bumi)"
Para Dhalai Lhama itu
berputar-putar, lalu mendadak berbaris menyerupai seekor naga-yang paling depan
adalah Dhalai Lhama jubah merah dengan sepasang tangannya
bergerak-gerak- yang di
belakangnya memegang bahunya, begitu pula yang lainnya.
Menyaksikan itu, air muka Thio
Bu Ki langsung berubah hebat dan ia cepat-cepat berbisik kepada Tio Beng yang
berdiri di sisinya.
"Apabila Dhalai Lhama
jubah merah itu menyerang, janganlah engkau menangkis serangannya"
"Ya." Tio Beng
mengangguk.-
sedangkan Thio Bu Ki mulai
mengerahkan Kui yang sin Kang hingga puncaknya, kelihatan ia siap menangkis
kalau diserang. Di saat itulah mendadak Dhalai Lhama jubah merah membentak
keras, sekaligus menyerang Thio Bu Ki. Tio Beng meloncat ke belakang, sedangkan
Thio Bu Ki maju dua langkah sambil menangkis serangan itu.
DaaarBlaaam Terdengar seperti
suara ledakan dahsyat-
Serangan yang menyerupai naga
itu terdorong mundur tujuh delapan depa, membuat para Dhalai Lhama itu terjatuh
saling menindih, dan mulut mereka pun mengeluarkan darah-
Bagaimana dengan Thio Bu Ki?
la pun terpental hampir sepuluh depa dan mulutnya menyembur darah segar.
"Bu Ki Koko" seru
Tio Beng dan langsung mendekatinya.
Engkau terluka?"
"Aku...."
Wajah Thio Bu Ki pucat pias,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala-
"Ayah Ayah—" teriak
Thio Han Liong.
sementara para Dhalai Lhama
itu sudah bangkit berdiri dan secepat kilat kembali mengepung Thio Bu Ki dan
Tio Beng.
"Ha ha" Dhalai Lhama
jubah merah tertawa.
"Thio Bu Ki, engkau
memang tidak bernama kosong."
"Terimakasih atas
pujianmu," sahut Thio Bu Ki sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Betulkah engkau tidak
mau menyerahkan kitab Kiu Im dan Kiu yang cin Keng?" tanya Dhalai Lhama
jubah merah-
"Tidak." sahut Thio
Bu Ki tegas-
"Kalau begitu, kami
terpaksa membunuh kalian berdua" ujar Dhalai Lhama jubah merah dan
berseru-
"serang mereka dengan
Liak Hwee Tan (Bom Api)"
seketika juga para Dhalai
Lhama melempar suatu benda ke arah Thio Bu Ki dan Tio Beng.
Dar..Daar...Daaar.... Benda
itu adalah Liak HweeTan, yang
begitu meledak langsung pula
menyala.
" Celaka" keluh Thio
Bu Ki.
sementara para Dhalai Lhama
itu terus melempar Liak Hwee Tan ke arah mereka berdua.
Pakaian Thio Bu Ki dan Tio
Beng sudah terbakar, begitu pula badan mereka- Di saat itu, mendadak Thio Bu Ki
menyambar Tio Beng, sekaligus melesat pergi-
"Ayah.. Ibu
..Ayah..." teriak Thio Han Liong memanggil ayah dan ibunya-
Akan tetapi, ke dua
orangtuanya sudah tidak kelihatan, maka anak kecil itu mulai menangis-
Kenapa para Dhalai Lhama itu
tidak mengejar mereka? Ternyata mereka telah terluka, lagi pula Thio Bu Ki dan
Tio Beng telah terbakar, dan juga Thio Han Liong masih berada di tangan mereka-
Maka Dhalai Lhama jubah merah yakin bahwa Thio Bu Ki dan Tio Beng akan kembali
ke situ-
"WiEkiong," ujar
Dhalai Lhama jubah merah kepada pemimpin pengawal istana.
"Suruh anak buahmu pergi
mencari Thio Bu Ki dan Tio Beng Mereka telah terbakar, tidak mungkin bisa kabur
jauh."
Lie WiEkiong mengangguk, lalu
memberi perintah kepada para anak buahnya pergi mencari Thio Bu Ki dan Tio
Beng.
Ketika hari mulai sore,
barulah para anak buah Lie WiEkiong kembali, namun mereka tidak berhasil
menemukan Thio Bu Ki dan Tio Beng.
"Hmm" dengus Dhalai
Lhama jubah merahi lalu mendekati Thio Han Liong yang ditotok lumpuh itu seraya
bertanya.
" Kedua orangtuamu
bersembunyi dimana?"
"Aku berada di sini, mana
tahu ke dua orangtuaku bersembunyi di mana?" sahut Thio Han Liong ketus
dan dengan mata berapi-api menatapnya.
"Kalian jahat dan
curang"
Plaaak Dhalai Lhama jubah
merah langsung menamparnya.
Thio Han Liong sama sekali
tidak menjerit, namun tidak mau bersikap lemah di hadapan para Dhalai Lhama
itu.
"Selain ke gubuk itu, ke
dua orangtuamu sering ke mana?" tanya Dhalai Lhama jubah kuning.
"Entahlah-" Thio Han
Liong menggelengkan kepala. "Setahuku, ayah dan ibuku selalu berada di
rumah." "Hm" dengus Dhalai Lhama jubah kuning. "Engkau
jangan berdusta"
"Untuk apa aku
berdusta?" sahut Thio Han Liong. Padahal sesungguhnya ia tahu ke dua
orangtuanya bersembunyi di mana, namun ia tidak mau memberitahukan.
Mendadak Dhalai Lhama jubah
kuning menotok Giok Tiong Hiat, jalan darah di bagian dada Thio Han Liong,
sehingga dada anak kecil itu terasa sakit sekali. Namun ia sama sekali tidak
mengeluarkan suara jeritan, hanya keringatnya terus mengucur dari keningnya.
"Ha ha ha" Dhalai
Lhama jubah kuning tertawa gelaki
"Bocah Aku ingin lihat
engkau bisa bertahan berapa lama Ha ha ha..."
Thio Han Liong sama sekali
tidak mengeluarkan suara, namun wajahnya sudah berubah kebiru-biruan.
"Dhalai Lhama jubah
kuning" ujar Lie WiEkiong.
"Kelihatannya dia tidak
tahu ke dua orangtuanya bersembunyi di mana, cepatlah bebaskan totokan itu,
jangan menyiksanya"
Lie WiEkiong merasa tidak
sampai hati menyaksikan penderitaan anak kecii itu. Dhalai Lhama jubah kuning
tertawa lagi lalu membebaskan totokannya-
Rasa sakit di dada Thio Han
Liong hilang seketika. Walau Thio Han Liong sangat membenci Lie WiEkiong, namun
tetap berterima kasih kepadanya dalam hati.
"Hari sudah mulai senja,
mari kita kembali kEkapal" ujar Dhalai Lhama jubah merah.
Mereka segera menuju kapal
perang itu. Karena Thio Han Liong tidak bisa bergerak, terpaksalah Lie WiEkiong
membopongnya.
sebetulnya Thio Bu Ki dan Tio
Beng bersembunyi di mana? Ternyata mereka berdua bersembunyi di sebuah gua,
Thio Han Liong yang menemukan gua itu, lalu memberitahukan kepada ciu Ci Jiak
dan ke dua orang-tuanya.
Gua tersebut berada di balik
rumput merambat yang amat lebat, maka para anak buah Lie WiEkiong tidak tahu
bahwa di tempat yang mereka lewati terdapat sebuah gua.
setelah mereka pergi, barulah
Thio Bu Ki menarik nafas lega. la memandang Tio Beng sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Begitu cula Tio Beng, ia malah menangis sedih.
"Bu Ki Koko, entah
bagaimana nasib anak kita? Aku...
aku...."
"Aaaah-." keluh Thio
Bu Ki. la duduk bersandar pada dinding gua. Tubuhnya terbakar, begitu pula
wajahnya.
"Aku... aku telah
terluka...."
"Parah sekali?"
tanya Tio Beng cemas.
"Ng" Thio Bu Ki
mengangguk.
"Beng Moay, tubuh dan
wajahmu terbakar-"
"Itu tidak jadi
masalah" sahut Tio Beng dengan air mata meleleh.
"yang kupikirkan adalah
Han Liong, yang masih berada di tangan mereka. Kita... kita harus berupaya
menyelamatkannya. "
Thio Bu Ki menggelengkan
kepala.
"Aku sudah terluka dalam,
tak mungkin bisa menyelamatkan Han Liong," ujar Thio BuKi sambil menghela
nafas panjang.
"Kalau begitu," Tio
Beng mulai menangis.
"Han Liong pasti celaka
di tanganpara Dhalai Lhama itu"
"Beng Moay, aku yakin
tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri Han Liong," ujar Thio Bu Ki
sungguh-sungguh.
"Sebab anak kita banyak
akalnya, lagi pula para Dhalai Lhama itu masih mengharapkan kitab Kiu Im dan
Kiu yang cin Keng. Karena itu, mereka tidak akan mencelakai Han Liong."
"Aaaah—" keluh Tio
Beng.
"sungguh jahat Cu Goan
ciang sudah sekian tahun kita hidup mengasingkan diri di sini, tapi dia masih
ingin membunuh kita. Aku... aku harus membunuhnya kelak"
"Beng moay..." Thio
Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.
"Bu Ki Koko?" tanya
Tio Beng sambil menangis.
"Bagaimana kita? Haruskah
kita terus bersembunyi di dalam gua ini?"
"Setelah kapal perang itu
pergi, barulah kita meninggalkan gua ini," sahut Thio Bu Ki
"Lalu bagaimana.... Han
Liong?" Air mata Tio Beng
berderai-derai.
"Kita membiarkannya
dibawa pergi oleh para Dhalai Lhama itu?"
"Apa boleh buat."
Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menambahkan.
"Kita bisa mencarinya
kelak."
"Tapi belum tentu Han
Liong akan selamat." Tio Beng mulai menangis lagi.
"Selama kita tidak bisa
berbuat apa-apa, sebab aku terluka parah, sedangkan engkau tak mampu melawan
mereka."
"Aaaah.. Han Liong Han
Liong..."
"Tenanglah, Beng
Moay"
"Bu Ki Koko, bagaimana
mungkin aku bisa tenang, sebab Han Liong berada di tangan para Dhalai Lhama
itu"
"Aku yakin Han Liong bisa
meloloskan diri, sebab dia sangat cerdik dan banyak akalnya."
"Aaaah Bu Ki
Koko...." Mendadak Tio Beng mendekap di
dadanya.
"Auuuh" jerit Thio
Bu Ki dengan wajah meringis-ringis, tak lama mulutnya menyemburkan darah segar.
"uaaakh—"
"Bu Ki Koko-—" Bukan
main terkejutnya Tio Beng.
"Engkau...." Thio Bu
Ki diam saja, sejenak kemudian baru
menyahut.
"Dadaku terluka-"
"Maaf, aku— aku tidak
sengaja," ujar Tio Beng sambil memandangnya dengan cemas-
"Engkau akan
sembuh?"
"Ng" Thio Bu Ki
mengangguk, kemudian menghela nafas panjang.
"Mungkin membutuhkan
waktu yang lama sekali, dan seandainya aku sembuh, kepandaiankupun
akan...."
"Musnah?" tanya Tio
Beng cemas-"Ya-" Thio Bu Ki manggut-manggut-
"Aaaahhhh. Bu Ki
Koko—" Tio Beng menangis terisak-isak dan bergumam-
"Entah bagaimana nasib
Han Liong."