Bab 7 Rimba Persilatan Mulai Dilanda Badai
Dalam tiga tahun ini sudah
banyak perubahan di daratan Tionggoan. sejak Cu Goan ciang jadi kaisar, rakyat
bisa hidup makmur, sebab Cu Goan Ciang sangat memperhatikan nasib rakyat
jelata, membuat pengairan dan lain sebagainya.
oleh karena itu, rakyat jelata
amat mencintai sang kaisar, sejarah pun mencatat bahwa Cu cioan ciang merupakan
kaisar yang baik, adil dan bijaksana. sebaliknya, dalam rimba persilatan justru
mulai timbul suatu badai. Dalam tiga tahun ini, sudah banyak Hweeshio-hweeshio
siauw Lim Pay jadi korban keganasan ilmu pukulan cing Hwee ciang.
siapa pembunuh itu? Tiada
seorang pun yang tahu oleh karena itu, ketua siauw Lim Pay, Kong Bun Hong Tin
mengutus belasan Hweeshio tingkatan Goan, pergi menyalidikinya. Akan tetapi,
belasan Hweeshio itupun jadi korban. Bayangkan, betapa gusarnya Kong Bun Hong
Tio-Akhirnya ketua siauw Lim Pay mengutus Kong Ti seng Ceng adik seperguruannya
pergi menyalidiki pembunuhan itu.
Berhubung tiada seorang pun
kaum rimba persilatan yang tahu siapa pembunuh itu, maka diberi julukan si
Pembunuh Misterius.
Belum lama ini, dalam rimba
persilatan muncul empat jago yang berkepandaian tinggi sekali. Mereka adalah
Tong Koay
(siluman Dari Timur) oey
suBin, si Mo (iblis Dari Barat) Buyung Hok, Lam Khie (orang Aneh Dari selatan)
Toan Thian Hie dan Pak Hong (si Gila Dari utara) Lim Bun Kim.
Kemunculan ke empat jago itu
sangat menggemparkan rimba persilatan. Tiada seorang pun mengetahui asal-usul
mereka, bahkan Tong Koay Oey su Bin telah mengalahkan ketua Kun Lun pay dan
ketua Hwa san Pay- Ini merupakan kejadian yang sangat mengejutkan rimba
persilatan.
Hari ini,jie Lian ciu dan
saudara-saudara seperguruannya berkumpul di ruang meditasi. Mereka menyampaikan
sesuatu yang amat penting pada Thio sam Hong guru besar itu.
"Jadi belum ada yang tahu
siapa pembunuh misterius itu?" tanya Thio sam Hong sambil mengerutkan
kaning.
"Memang belum ada yang
tahu," jawab jie Lian cui, ketua Bu Tong Pay.
"sudah banyak
Hweeshio-hweeshio siauw Lim Pay tingkatan Goan yang jadi korban. Dan kini Kong
Ti seng Ceng telah meninggalkan siauw Lim Sie untuk menyalidiki pembunuh
misterius itu."
"oh?" Thio sam Hong
tampak terkejut.
"Urusan ini sudah gawat
sekali. Kalau tidak, bagaimana mungkin Kong Ti seng Ceng sendiri pergi
menyalidiki pembunuh misterius itu?"
"Kelihatannya memang
sudah gawat sekali," timpal Jie Lian ciu.
"Bahkan belum lama ini,
dalam rimba persilatan telah muncul empat jago yang berkepandaian tinggi
sekali."
"siapa mereka itu?"
tanya Thio sam Hong.
"Tiada seorang pun kaum
rimba persilatan yang tahu asal-usul mereka." jawab jie Lian Ciu
memberitahukan. Mereka berempat adalah Tong Koay-Oey su Bin, si Mo-Buyung Hok,
Lam Khie-Toan Thian Ngie, dan pak Hong-Lim Bun Kim. Ke empatnya telah bertanding
di puncak gunung Hwa san. Konon mereka sama kuatnya. Namun.... Tong Koay Oey
Su-Bin dapat mengalahkan ketua Kun Lun Pay dan ketua Hwa san Pay.
"oh?" Thio sam Hong
tampak tertegun, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.
"Ketika guru masih kecil,
guru pernah dengar ada empat jago yang berkepandaian luar biasa. Mereka
berempat adalah Tong sia (si sesat Dari Timur) oey yok su, si Tok (si Racun
Dari Barat) ouw yang Hong, Lam Ti (Raja Dari selatan) Toan Hong ya dan Pak Kay
(si Pengemis sakti Dari utara) Ang cit Kong. Kepandaian mereka seimbang dan
pernah bertanding di puncak gunung Hwa San. Kini justru muncul empat jago,
kelihatannya mereka berempat ingin menyamai keempat jago masa lalu itu."
"Tong Koay She Oey,
mungkinkah dia punya hubungan dengan Tong si -oey yok su?" tanya Jie Thay
Giam.
"Tidak mungkin,"
sahut Thio sam Hong.
"sebab Tong sip-Oey yok
su cuma punya seorang anak perempuan bernama oey yong yang menikah dengan Kwee
Ceng, maka guru yakin Tong
Koay-oey su Bin tidak punya hubungan dengan oey yok su."
"yang paling jahat dan
kejam adalah si Mo-Buyung Hok, dia sering membunuh para pesilat golongan
putih" ujar jie Lian ciu.
"oh?" Thio sam Hong
terkejut, kemudian menghela nafas panjang.
"Aaah Kelihatannya darah
akan membanjiri rimba persilatan. Kini telah berdiri tujuh partai besar dalam
rimba persilatan. Tentunya partai Kun Lun dan Hwa San tidak akan tinggal
diam."
"Guru," tanya jie
Lian ciu mendadak-
"Kita harus bagaimana
apabila pihak Kun Lun pay dan Hwa San Pay ke mari minta bantuan?"
"Lian cu", Thio sam
Hong menatapnya tajam.
"Guru sudah berada di
ruang meditasi ini, aku tidak mau memusingkan urusan apa pun. Engkau adalah
ketua Bu Tong Pay, berundinglah dengan saudara-saudara seperguruanmu"
"ya, Guru."Jie Lian
ciu mengangguk-
"Aeeahi.." Mendadak
Thio sam Hong menghela nafas panjang.
"sudah sepuluh tahun
lebih tiada kabar beritanya mengenai Thio Bu Ki, dia entah berada di mana dan
bagaimana keadaannya, Guru sudah tua sekali, ingin melihatnya sebelum
ajal datang menjemput
guru." Wajah Jie Lian ciu berubah murung.
Kami pun rindu sekali
padanya" "Guru" In Lie Heng memberitahukan,
"ciu Ci Jiak pun tiada
kabar beritanya, murid pernah ke Go Bi San menemui Ceng Hi suthay. Ketua Go Bi
Pay itu tidak tahu mengenai Ciu Ci Jiak."
"Aaah—" Thio sam
Hong menghela nafas panjang lagi.
"Sebetulnya Bu Ki berada
di mana?"
"Guru" ujar Jie Lian
ciu.
"Kami akan berusaha
mencarinya- Guru tenang saja."
"Guru berharap sebelum
ajal bisa bertemu Bu Ki, guru rindu sekali padanya...."
Thio sam Hong menggeleng-gelengkan
kepala dan bergumam.
"Apakah dia sudah menikah
dengan Tio Beng dan sudah punya anak pula?"
"Besok murid akan pergi
cari Bu Ki." ujar Jie Lian ciu.
"Lebih baik aku saja yang
pergi cari Bu Ki." sela song wan Kiauw.
"Bagaimana menurut
guru?"
"Baik" Thio sam Hong
manggut-manggut dan berpesan.
"Namun engkau harus
berhati-hati, jangan terulang lagi kejadian masa lampau itu"
"ya, Guru"
Song Wan Kiauw mengangguk-
Keesokan harinya, berangkatlah song wan Kiauw pergi mencari Thio Bu Ki, ia
mengambil arah utara.
Bagaimana keadaan Thio Bu Ki
dan Tio Beng yang tinggal diculau Hong Hoang to? Ternyata muka mereka agak
rusak seperti bekas terbakar. Bahkan Iwekang Thio Bu Kipun lenyap sebagian
besar, lantaran terluka parah, tergempur oleh Iweakang gabungan dari sembilan
Dhalai Lhama.
"Aaaah—" Thio Bu Ki
menghela nafas panjang. "Aku tidak sangka nasib kita akanjadi
begini."
"Bu Ki Koko" Tio
Beng memandang bulan purnama yang bergantung di langit.
"sudah tiga
tahun...."
"Beng Moay" Thio Bu
Ki menatapnya.
"Wajahmu...."
"Bu Ki Koko" ujar
Tio Beng dengan air mata meleleh-
"Aku tidak memikirkan
wajahku, melainkan memikirkan Han Liong anak kita itu-"
"Aaathh" Thio Bu Ki
menghela nafas lagi-
"Sudah tiga tahun, entah
bagaimana keadaannya?"
"Mungkinkah dia masih
hidup?" gumam Tio Beng sambil menundukkan kepala, air matanya
berderai-derai.
"Han Liong...."
"Beng Moay." ujar
Thio Bu Ki sungguh-sungguh-
"Lebih baik engkau ke
Tionggoan mencarinya. Aku seorang diri di pulau ini tidak apa-apa-"
Tio Beng terisak-isak
"Bagaimana mungkin aku
me-ninggalkanmu seorang diri di pulauini? Kepandaianmu telah musnah sebagian
besar."
"Beng Moay...-" Thio
Bu Ki membelainya.
"Engkau tidak usah
memikirkan diriku, lebih baik engkau ke Tionggoan mencari Han Liong. Dia— dia
anak kita satu-satunya."
"Tapi—." Tio Beng
menggeleng-gelengkan kepala gelisah-
"Kalau mau ke Tionggoan,
mari kita pergi bersama"
"Tidak bisa"
Thio Bu Ki menghela nafas
panjang,
"sebab
kepandaianku—" Tio Beng terisak-isak.
"Beng Moay, sebetulnya
aku rindu sekali pada Thay suhu dan paman-paman yang di gunung Bu Tong. namun
keadaanku...." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.
"Semua ini adalah
perbuatan cu Goan ciang keparat itu," ujar Tio Beng dengan mata
berapi-api.
"Aku harus membunuhnya
kelak"
Thio Bu Ki
menggeleng-gelengkan kepala.
"Beng Moay... engkau
tidak mau ke Tionggoan mencari Han Liong?"
Tio Beng menatapnya dengan air
mata berlinang-linang.
"Sebetulnya aku memang
ingin ke Tionggoan mencari Han Liong, tapi berat rasanya meninggalkan engkau
seorang diri di sini."
"Beng Moay." Thio Bu
Ki tersenyum. "Engkau boleh pergi ke Tionggoan mencari Han Liong, jangan
memikirkan aku"
"Tidak" Tio Beng
menggelengkan kepala.
"Aku tunggu sampai
keadaanmu pulih baru kita pergi bersama."
"Tapi—" Thio Bu Ki
menghela nafas panjang.
"Masih lama sekali."
"Tidak apa-apa,"
Thio Beng tersenyum menghiburnya.
"Lagipula aku yakin tidak
akan terjadi suatu apa pun atas diri anak kita, tidak mungkin cu Goan ciang
akan membunuhnya-"
"Kupikir memang begitu.
Maka aku tidak terlalu mencemaskannya," ujar Thio Bu Ki.
"Tapi...."
"kanapa?"
"yang kucemaskan adalah
para Dhalai Lhama itu akan membawanya ke Tibet, sebab mereka menghendaki
kitab-kitab Kiu fm dan Kiu Yang cin kang."
"Bu Ki Koko," ujar Thio
Beng dengan kaning berkerut.
Aku justru masih bingung,
kalau para Dhalai Lhama itu menghendaki kitab-kitab tersebut, kanapa mereka
tidak datang ke mari lagi?"
"Maksudmu Han Liong
ditukar dengan kitab-kitab itu?"
"ya"
"Benar" Thio Bu Ki
manggut-manggut.
"Memang mengherankan,
tujuan mereka menangkap Han Liong cuma dijadikan sandera, itu pasti bukan
perintah dari Cu Goan ciang. Tapi, kanapa para Dhalai Lhama itu tidak mengutus
orang ke mari?"
"Mungkinkah...."
suara Thio Beng agak bergemetar.
"Han Liong telah dibunuh
mereka?"
"Itu tidak mungkin"
Thio Bu Ki menggelengkan kepala.
Aku pikir kemungkinan besar
telah terjadi sesuatu di tengah jalan."
"Maksudmu Han Liong
ditolong orang?"
"Kira-kira
begitulah"
"Kalau Han Liong ditolong
orang, kanapa dia tidak pulang?"
"Beng Moay...." Thio
Bu Ki tersenyum.
"Tentunya dia tidak tahu
jalan pulang, lagipula dia pasti merahasiakan identitas dirinya."
"Ngmmm" Thio Beng
manggut-manggut.
"oh ya. Bu Ki Koko,
kira-kira kapan keadaanmu bisa pulih seperti sedia kala?"
"Mungkin masih
membutuhkan waktu beberapa tahun," Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau aku tidak memiliki
Kiu yang Sin Kang, aku pasti sudah mati."
"Bu Ki Koko" tanya
Thio Beng mendadak.
"Apakah tiada cara
menghancurkan formasi para Dhalai Lhama itu?"
"Menghancurkan formasi
itu memang bisa, namun tidak gampang menghadapi tenaga dalam gabungan mereka,
itu merupakan ilmu yang sangat istimewa, Harus ditanyakan pada
Thay Suhu Thio Sam Hong,
mungkin Thay Suhu sudah mampu memecahkannya."
Thio Beng menghela nafas
panjang,
"Hingga saat ini, aku
belum bisa melupakan kematian ciu Ci Jiak, Aku... aku harus menuntut balas pada
para Dhalai Lhama itu"
"Beng Moay...." Thio
Bu Ki tersenyum getir.
"Menuntut balas pakai
apa? Kepandaianmu...."
"Engkau tidak mau balas
dendam?"
"Kita berdua tidak mampu
melawan mereka," Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.
"Setelah aku pulih kelak
kita pergi menemui Thay Suhu untuk mohon petunjuk. Barulah kita cari para
Dhalai Lhama itu."
"ya" Thio Beng
mengangguk.
Sementara itu, Kong Ti Seng
Ceng masih terus melakukan perjalanan untuk menyalidiki pembunuh misterius
"Paderi sakti itu telah menjelajahi beberapa daerah dan berbagai kota.
namun tetap tidak menemukan jejak pembunuh misterius tersebut.
Selama perjalanan ini, Kong Ti
seng Ceng juga mandengar tentang kemunculan keempat jago dari timur, barat,
selatan, dan utara itu- yang mengejutkannya ialah si Mo (iblis Dari
Barat), sebab si Mo masih
terus membantai kaum golongan putih.
oleh karena itu, secara tidak
langsung kaum golongan hitam mengangkatnya sebagai Hek To Beng Cu (Ketua
golongan Hitam), sedangkan golongan sesat mengangkat Tong Keay (siluman Dari
Timur) sebagai ketua golongan sesat. Lam Khie (orang Aneh Dari selatan) dan Pak
Hong (si Gila Dari utara) tetap bergerak seorang diri.
"omitohud" ucap Kong
Ti seng Ceng dalam hati.
"Sungguh di luar dugaan,
rimba persilatan kini jadi kacau balau, bahkan dilanda banjir darah pula"
Kong Ti seng Ceng terus
melanjutkan perjalanan. Ketika memasuki sebuah lembah, mendadak terdengar suara
tawa yang sangat memekakkan telinga membuat tersentak kang Ti Seng Ceng.
Berdasarkan suara tawanya yang sangat dahsyat dapat diketahui betapa tingginya
Lweakang pemilik suara itu.
"Ha ha ha Ha ha
ha...."
Tak lama muncullah seorang
lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun berwajah tampan dan gagah-
"Selamat bertemu Kong Ti
seng Ceng, terimalah hormatku"
"omitohud" sahut
Kong Ti seng Ceng sambil menatapnya tajam.
"Bolehkah aku tahu siapa
engkau, orang gagah?"
Lelaki itu tertawa.
"Aku bukan orang gagah,
melainkan adalah orang yang berhati kejam."
"omitohud" ucap Kong
Ti Seng Ceng.
"Tahun harus berubah,
lautan kesengsaraan tiada batas, cepatlah engkau bertobat"
"Aku akan bertobat
setelah membunuh musuh-musuhku" sahut lelaki itu sambil tersenyum.
"siapa musuh-musuhmu
itu?" tanya Kong Ti seng Ceng.
"Banyak sekali"
jawab lelaki itu.
"Termasuk, siauw Lim
Pay"
"omitohud" ucap Kong
Ti seng ceng.
"Jadi, engkaukah pembunuh
misterius itu?"
"Betul" Lelaki itu
mengangguk-
"Aku yang akan membunuh
para Hweeshio siauw Lim Pay tingkatan Goan."
"omitohud" Kong Ti
seng Ceng terbelalak kaget. "kanapa engkau membunuh mereka?" "Ha
ha ha" Lelaki itu tertawa gelak-
"Tentunya aku punya
dendam dengan siauw Lim Pay, bahkan aku pun ingin membunuh Tiga Tetua siauw Lim
Pay
pula, yaitu Touw Lan, touw ki
dan touw Ciat berikut Kim Mo say ong-cia sun"
"omitohud" Kong Ti
seng Ceng semakin terkejut.
"kanapa engkau ingin
membunuh Tiga Tetua kami?"
"Ha ha ha"
Lelaki itu tertawa lagi.
"Karena mereka bertiga
telah melindungi cia sun, maka aku harus membunuh mereka. Namun
sekarang...."
"Engkau ingin bunuh
aku?" tanya Kong Ti seng ceng dengan kaning berkerut,
"ya" Lelaki itu
mengangguk pasti.
"omitohud Bolehkah aku
tahu siapa engkau dan kanapa engkau mandandam pada siauw Lim Pay?"
"Padri tua Engkau tidak
perlu tahu, bersiap-siaplah menerima pukulanku Kalau engkau mampu bertahan
sampai sepuluh jurus, aku akan melepaskan engkau kembali ke siauw Lim
sie."
"omitohud" kang Ti
seng Ceng tersenyum.
"Baiklah, Tapi, kalau aku
mampu bertahan sampai sepuluh jurus, engkau harus memberitahukan pada ku
tentang dirimu."
"Baik." Lelaki itu
mengangguk, lalu menarik nafas dalam-dalam sekaligus mengerahkan Lweakangnya.
kang Ti seng Ceng juga mulai
mengerahkan Iweakangnya. Namun mandadak padri tua itu tersentak, ternyata ia
melihat sepasang telapak tangan lelaki itu mengeluarkan cehaya agak
kehijau-hijauan. Karena itu, sang padri tua pun segera menghimpun Kim kang sin
kang (Tenaga sakti Arhat) untuk melindungi diri
"kong Ti seng Ceng,"
seru lelaki itu sambil menyerang, jurus pertama
sepasang telapak tangan lelaki
itu berkelebat-kelebat mengerah pada kong Ti seng Ceng. Tapi padri tua itu
tidak berkelit, malah menangkis dengan Kim kang Hok Mo cieng (Ilmu pukulan
Arhat Penakluk iblis).
Ini adalah ilmu pukulan
andalan siauw Lim Pay. Dapat dibayangkan, betapa hebatnya ilmu pukulan
tersebut, sebab ilmu pukulan itu adalah ilmu pukulan keras, sedangkan lelaki
itu menggunakan cing Hwee Cieng yang bersifat lemas dan mengandung api. suara
benturan seketika terdengar dari beradunya ke dua pukulan itu. kong Ti seng
Ceng dan lelaki ilu sama-sama terdorong beberapa langkah-
"He he he kong Ti seng
Ceng, ilmu pukulanmu hebat juga"
kong Ti seng Ceng diam saja-
Wajahnya tampak pucat pias- Ternyata ketika ke dua pukulan itu beradu, Kong Ti
seng ceng merasa ada tenaga yang amat dahsyat menghantam dadanya, sehingga
membuat dadanya jadi panas seperti terbakar.
"omitohud" ucap Kong
Tiseng ceng kemudian.
"Ilmu pukulan ceng Hwee
Ciang sungguh dahsyat dan hebat. Pantas para muridku tak sanggup
melawanmu."
"Ha ha ha" Lelaki
itu tertawa terbahak-bahak.
"Coba sambut seranganku
lagi"
Ketika lelaki itu kembali
menyerang, Kong Ti seng ceng cepat mengibaskan lengan jubahnya untuk menangkis.
Blaar... Terdengar suara
seperti ledakan menggelegar keras.
Kong Ti seng Ceng terlontar
deras lima enam langkah, sedangkan lelaki itu cuma terdorong dua langkah- Yang
mengejutkan adalah lengan jubah Kong Ti seng Ceng, hangus terbakar.
"Ha ha ha" Lelaki
itu terus tertawa, kemudian menyarang lagi.
Kong Ti seng Ceng terus
menangkis, pada jurus ke tujuh kelihatannya padri tua itu mulai tak sanggup
menerima pukulan yang dilancarkan lawannya. "Kong Ti seng Ceng" seru
lelaki itu sambil menyerang,
"Ini adalah jurus ke
delapan"
Kong Ti seng Ceng menangkis
dengan salah satu jurus ilmucukulan Kim Kong Hok Mo Ciang, jurus yang paling
ampuh-
Glaar... Kong Ti seng Ceng
kembali terdorong ke belakang, bahkan hampir sepuluh langkah. Kemudian terduduk
bersila,
sementara lawannya hanya
terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah-
setelah itu dia pun tertawa
terbahak-bahak
"kang Tiseng Ceng, aku
tidak perlu menyerang lagi, sebab engkau sudah terluka dalam, sampai jumpa Ha
ha ha...."
Lelaki itu melesat pergi,
sementara kang Ti seng ceng masih tetap duduk bersila-Ternyata padri tua itu
menghimpun hawa murninya, agar dadanya tidak terlampau sakit.
"uaaakh—" Mendadak
kang Ti seng Ceng muntah darah segar. Namun yang sungguh mengejutkan, darah itu
agak kehijau-hijauan.
"omitohud"
Usai mengucap itu, kong Ti
seng Ceng terkulai pingsan, sesaat kemudian muncul seseorang setengah tua yang
tidak lain song wan Kiauw yang sedang mencari Thio Bu Ki. Betapa terkejutnya
dia ketika melihat seorang Hweeshio tua terkapar di situ. seaereleh ia
mandakatinya.
"kong Ti seng
ceng..."
song Wan Kiauw bertambah
terkejut melihat Hwee-shio tua itu ternyata kang Ti seng Ceng dari siauw Lim
Pay. la cepat-cepat menyadarkannya dengan cara menyalurkan Lweakangnya ke dalam
tubuh kang Ti seng ceng. Tak seberapa lama kemudian, sadarlah kang Tiseng Ceng
dari pingsannya dan sekaligus duduk bersila.
"omitohud" ucap kang
Ti seng Ceng.
"Terima kasih."
"siapa yang melukai seng
Ceng?"
"Aaah-" kang Ti seng
Ceng memperlihatkan dadanya, yang terdapat bekas agak kehijau-hijauan.
"Hah?"
Bukan main terkejutnya song
Wan Kiauw.
"Cing Hwee
Ciang...."
"omitohud" kong Ti
seng Ceng manggut-manggut.
Aku telah bertarung dengan
pembunuh misterius itu, namun pada jurus ke delapan aku sudah terluka."
"oh?" song wan Kiauw
terbelalak.
"Begitu hebat ilmu
pukulan ceng Hwee Ciang itu?"
"ya"
Kong Ti seng Ceng mengangguk-
"Kalau dia menyerang
lagi, aku pasti binasa."
"Kong Ti seng Ceng."
song wan Kiauw agak heran.
"keenapa pembunuh
misterius itu tidak menyerang lagi?"
"omitohud"
Kong Ti seng ceng
menggelengkan kepala. "Aku justru tidak habis pikir tentang itu, mungkin
dia menghendakiku menyampaikan kejadian ini pada ke tiga paman guruku."
"Maksud seng Ceng, ke
tiga Tetua siauw Lim Pay?"
"Betul."
Kong Ti seng Ceng mengangguk
sambil menghela nafas panjang.
"Pembunuh itu
memberitahukan padaku, bahwa dia akan ke siauw Lim sie membunuh ke tiga paman
guruku dan Cia sun."
"Hah?"
song wan Kiauw terbelalak
mandangar penuturan itu.
"omitohud Ini merupakan
bencana bagi siauw Lim Pay," ujar Kong Ti seng Ceng dengan wajah murung.
"Seng Ceng tahu siapa
pembunuh misterius itu?"
"Dia masih muda, sekitar
tiga puluh lima tahun," Kong Ti seng Ceng memberitahukan.
"Namun aku sama sekali
tidak tahu siapa dia dan kanapa begitu dendam pada siauw Lim Pay."
"Kong Ti seng Ceng,"
song wan Kiauw menatapnya.
"Bagaimana luka di dada
seng Ceng? Perlukah aku mengantar seng ceng culang ke siauw Lim sie?"
"Tidak usah-" Kong
Tiseng ceng tersenyum getir.
"Aku masih kuat untuk
pulang ke sana oh, ya kanapa song Tayhiap berada di lembah ini?"
"Kebetulan lewat,"
ujar Song Wan Kiauw memberitahukan. "Aku sedang mencari Bu Ki, tapi...
tiada hasilnya."
"Thio Bu Ki?" kang
Ti seng Ceng menggeleng-gelengkan kepala.
"sudah sepuluh tahun
lebih tiada kabar beritanya. Apa rencanamu sekarang?"
"Mau pulang ke Bu Tong
san."
"Kalau begitu, sampaikan
salamku pada gurumu Thio sam Hong"
"ya"
"omitohud Baiklah, kita
berpisah di sini, aku harus segera pulang ke Siauw Lim sie-"
"selamat jalan, seng
Ceng" ucap song wan Kiauw.
"omitohud" sahut
kong Ti seng Ceng lalu melangkah pergi.
Song Wan Kiauw memandang
punggung padri tua itu sambil menghela nafas panjang, sungguh tak disangka
padri itu terluka di tangan pembunuh misterius tersebut, setelah menghela nafas
panjang, song Wan Kiauw melesat pergi meninggalkan lembah itu, tujuannya
kembali ke gunung Bu Tong.
(Lanjut ke jilid 4)
Jilid 4
Song Wan Kiauw terus
melanjutkan perjalanan menuju ke gunung Bu Tong. Sudah sekian lama ia mencari
Thio Bu Ki, namun tidak juga menemukan jejaknya. Akhirnya ia mengambil
keputusan pulang ke gunung Bu Tong. Namun di lembah itu la bertemu Kong Ti Seng
Ceng dalam, keadaan terluka.
Kini Song Wan Kiauw telah
memasuki daerah ouw Lam. Ketika sedang melewati jalan gunung yang agak sempit,
mendadak melayang turun sosok bayangan di hadapannya. Sosok bayangan itu
ternyata seorang tua berusia tujuh puluhan.
"Ha ha ha" Orang tua
itu tertawa gelak.
"Selamat bertemu Song
Tayhiap"
"Maaf" Song Wan
Kiauw tercengang karena ia tidak kenal orang tua itu.
"Siapa Cianpwee?"
"Song Tayhiap" orang
tua itu menatapnya.
"Aku memang tidak pernah
berkecimpung dalam rimba persilatan. Namun setelah usiaku berkepala tujuh, aku
malah tertarik terhadap rimba persilatan, itu membuat diriku terjun ke dalam
rimba persilatan. Engkau adalah murid guru besar Thio Sam Hong yang di
dewa-dewakan, oleh karena itu, aku ingin menjajal kepandaianmu."
"Cianpvee...."
"Jangan mengatakan tidak
mau bertanding dengan aku, sebab akan mempermalukan Bu Tang Pay potong orang
tua itu cepat.
"Engkau harus tahu, aku
adalah Tang Koay (Siluman DariTimur) oey su Bin."
"oh?" song wan Kiauw
tersentak-"Cianpwee"
"Kita bertanding sepuluh
jurus saja," ujar Tong Koay-oey Su Bin bernada memaksa. Kita cuma
bertanding bukan saling membunuh"
"Baiklah" song Wan
Kiauw mengangguk-
"Kita bertanding dengan
tangan kosong atau bersenjata?"
"Ha ha ha" Tong Koay
Oey Su Bin tertawa.
Cukup dengan tangan kosong
saja. Aku dengar Thay Kek Kun ciptaan guru besar Thio sam Hong sangat dahsyat
maka aku ingin menjajalnya."
song Wan Kiauw mengangguk,
lalu segera mengerahkan Lweekangnya. Tong Koay Oey Su Bin pun tak ingin kalah,
segera melakukan hal yang sama.
"song Tayhiap, engkau
boleh menyerang duluan"
"Maaf, Cianpwee"
ucap song wan Kiauw sambil melesat menyerangnya dengan ilmu pukulan Thay Kek
Kun.
"Bagus Bagus" puji
Tong Koay-Oey su Bin, " Lemas tapi cukup mengandung tenaga"
Tong Koay berkelit. Kemudian
ia pun mulai balas menyerang dengan gerakan yang amat aneh. Beberapa jurus kemudian,
song wan Kiauw tampak terdesak, sehingga dirinya terkejut bukan main, karena
tidak menyangka orang tua itu berkepandaian begitu tinggi.
la mengempos semangat untuk
melawan, lalu cepat mengeluarkan jurusr jurus yang ampuh dari ilmu Thay Kek
Kun. Pada jurus ketujuh, mendadak Tong Koay bersiul panjang sambil bergerak
cepat mendadak saja muncul belasan bayangannya menyerang song wan Kiauw. Plaaak
Punggung song Wan Kiauw kena pukul, sehingga membuatnya terhuyung-huyung.
Tong Koay-oey Su Bin pun
menghentikan serangan. Dia berdiri di hadapan song Wan Kiauw sambil tertawa
gelak.
"Ha ha ha ilmuku dapat
mengalahkan Thay Kek Kun yang kesohor itu Ha ha ha..."
"Kepandaian cianpwee
tinggi sekali. Aku— mengaku kalah" ujar song Wan Kiauw dengan kepala
tertunduk, karena merasa malu sekali.
"Jangan merasa malu"
ujar Tong Koay Oey Su Bin.
Kalau aku tidak mengeluarkan
ilmu simpananku, tentunya aku tidak mampu mengalahkanmu."
"Cianpwee menggunakan
ilmu apa?"
"Itu adalah ilmu Buseng
Uh In (Ilmu Tiada Suara Ada Bayangan)." Tong Koay memberitahukan.
"Ha ha ha Kalau ada waktu
dan kesempatan, aku pasti akan ke gunung Bu Tong menantang gurumu itu. sampai
jumpa"
Tong Koay langsung melesat
pergi, sedangkan song wan Kiauw masih berdiri termangu-mangu. Dia benar-benar
tidak menyangka Tong Koay berkepandaian begitu tinggi. Hanya tujuh jurus sudah
mengalahkannya. Benar-benar memalukan. Lama sekali dia berdiri di situ, sebelum
akhirnya melesat pergi menuju ke gunung Bu Tong dengan membawa rasa malu.
-ooo00000ooo-
Thio sam Hong duduk bersila di
ruang meditasi, song wan Kiauw dan saudara seperguruannya duduk di hadapan sang
guru besar dengan mulut membungkam.
Jadi--.." Thio Sam Hong
mulai bersuara. "Engkau tidak berhasil menyelidiki jejak Bu Ki?"
"ya, guru" song Wan Kiauw mengangguk-
Thio sam Hong menghela nafas
panjang, kemudian bergumam- "Bu Ki, sebetulnya engkau berada di
mana?"
"guru—-" song Wan
Kiauw memandang Thio sam Hong, kelihatannya ia ingin menyampaikan sesuatu,
namun sulit dikeluarkannya-
"Engkau ingin menyampaikan
sesuatu?" Thio sam Hong menatapnya.
"Katakanlah"
"Aku bertemu Kong Ti seng
Ceng..." ujar song wan Kiauw.
"Apa?" Thio sam Hong
tersentak-
"Engkau bertemu Kong Ti
seng Ceng?"
"ya" song Wan Kiauw
mengangguk, lalu menceritakan tentang kejadian itu.
Thio Sam Hong mendengar dengan
mata terbelalak, begitu pula saudara seperguruan song Wan Kiauw.
"Pembunuh misterius itu
dapat mengalahkan Kong Ti seng Ceng hanya dalam sepuluh jurus?" tanya Thio
sam Hong kurang percaya.
"Kong Tiseng Ceng yang
memberitahukan. Bahkan paderi tua itu tampak terluka berat di dadanya, karena
terkena pukulan cing Hwee Ciang" ujar song wan Kiauw.
Thio sam Hong
menggeleng-gelengkan kepala.
"Sungguh tak masuk
akal," gumamnya dengan kening berkerut.
"Kong Ti seng Ceng juga memberitahukan,
bahwa pembunuh misterius itu akan membunuh tiga Tetua siauw Lim Pay dan Kim Mo
say ong-cia sun" lanjut song Wan Kiauw memberitahukan.
"Apa?" sentak Thio
sam Hong terkejut bukan main.
"Pembunuh misterius itu
punya dendam kesumat apa dengan pihak siauw Lim Pay dan cia sun?"
"Kong Ti seng Ceng pun
tidak mengetahuinya," ujar song wan Kiauw.
"Katanya pembunuh
misterius itu masih muda, berusia sekitar tiga puluh lima tahun."
"Heran?" Thio sam
Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Sebetulnya siapa dia?"
"guru...." Mendadak
song wan Kiauw menundukkan kepala.
"Murid telah
mempermalukan Bu Tong Pay, harap guru menghukumku"
"Wan Kiauw" Thio sam
Hong tersenyum.
"Engkau sudah tua, bukan
anak kecil lagi. Kenapa masih berkata begitu?"
"guru, murid memang telah
mempermalukan Bu Tong Pay." song wan Kiauw menghela nafas panjang.
"Jelaskanlah" Thio
sam Hong tetap tersenyum.
"Ketika murid sampai di
daerah ouw Lam, mendadak muncul seorang tua. Ternyata Tong Koay- oey su
Bin."
Thio sam Hong menatapnya seraya
bertanya.
"Dia menantangmu
bertanding?"
"Ya" song Wan Kiauw
mengangguk dan menceritakan tentang pertandingan itu.
"Murid telah
mempermalukan Bu Tong Pay."
Thio sam Hong tersenyum, lalu
manggut-manggut sambil berkata.
"Kalau begitu, kepandaian
Tong Koay memang hebat sekali. Dia dapat mengalahkanmu pada jurus ketujuh, itu
pertanda kepandaiannya telah mencapai tingkat kesempurnaan. oleh karena itu.
kau tak perlu merasa malu-"
"Dia juga bilang, apabila
sempat akan kemari bertanding dengan guru," ujar song wan Kiauw
memberitahukan.
"Bagus, bagus Ha ha
ha...."
Thio sam Hong tertawa gembira.
"Kalau dia kemari, guru
akan menyambutnya dengan baik. Ha ha ha..."
song wan Kiauw merasa heran.
"Kenapa guru begitu
gembira?"
"Tentu" Thio sam
Hong tertawa lagi.
"Karena guru akan
menghadapi seorang tokoh yang berkepandaian tinggi, itu sungguh menggembirakan.
Mulai sekarang, kalian semua harus memperdalam ilmu silat masing-masing, guru
akan memberi petunjuk pada kalian
memecahkan ilmu Bu Seng uh In
(Ilmu Tiada Suara Ada Bayangan) itu."
"Terima kasih. Guru"
sahut para murid itu serentak.
sementara itu, Kong Ti seng
Ceng pun sudah tiba di siauw Lim sie- Paderi tua itu langsung menemui Kong Bun
Hong Tio, lalu duduk menghadap.
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio.
"Bagaimana sutee? Engkau
berhasil menyelidiki pembunuh misterius itu?"
"suheng...." Kong
Tiseng Ceng menghela nafas panjang.
Aku sudah bertemu pembunuh
misterius itu. Dia masih muda berusia sekitar tiga puluh lima tahun."
"oh?" Kong Bun Hong
Tio tercengang. "Dia memberitahukanmu alasannya membunuh para murid
kita?"
"Tidak-" Kong Ti
seng Ceng menggelengkan kepala.
"sebab kami bertanding
sepuluh jurus dan pada jurus ke delapan, aku terkena pukulannya."
"omitohud" Kong Bun
Hong Tio terkejut bukan main. "Engkau terluka parah?"
"Untung aku mengerahkan
Kim Kong sin Kang guna melindungi diri Kalau tidak, mungkin aku sudah mati di
lembah itu," Kong Ti seng ceng memberitahukan.
"Dada-ku terkena pukulan
cing Hwee Ciang."
"Coba kulihat lukamu
itu" Kong Bun Hong Tio tampak cemas sekali.
Kong Ti seng Ceng
memperlihatkan luka di dadanya yang masih kelihatan kehijau-hijauan.
Aku pingsan. Ketika siuman aku
melihat song Wan Kiauw duduk di sisiku," ujar Kong Ti seng Ceng.
"song Tayhiap yang
menyadarkanku dengan Lweekangnya."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio-"Syukurlah engkau terhindar dari kematian"
"Suheng, kepandaian orang
itu sungguh tinggi sekali, terutama ilmu pukulan cing Hwee ciangnya.
Kelihatan-nya sudah mencapai tingkat kesempurnaan, sebab sepasang tangannya
memancarkan cahaya kehijau-hijauan."
"omitohud" Kong Bun
Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala,
"sebetulnya siapa orang
itu, kenapa dia memusuhi kita?" "Suheng" Kong Ti seng Ceng
memberitahukan.
orang itu pun ingin membunuh
paman-paman guru kita dan cia sun."
Kong Bun Hong Tio mengerutkan
kening,
"sudah sekian lama ke
tiga paman guru kita mengasingkan diri di dalam gua di belakang kuil bersama
Cia sun jadi rasanya tidak mungkin punya musuh di luar- sedangkan urusan cia
sun sudah beres belasan tahun lalu. tidak mungkin punya musuh di luar."
"Tapi kenapa orang itu
begitu dendam pada kita?"
"omitohud" Kong Bun
Hong Tio mengerutkan kening seraya berkata.
"Hun Goan Pek Lek
Chiu-seng Kun mati di tangan cia sun, kita semua menyaksikan itu Mungkinkah
orang itu punya hubungan dengan seng Kun?"
"Seng Kun?" Kong Ti
seng ceng tersentak-
"orang itu, orang itu
memang agak mirip seng Kun, jangan jangan dia anak dari seng Kun."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio-
"Kalau benar, itu sungguh
merupakan bencana bagi kita-omitohud"
"Suheng, perlukah kita
melapor pada ke tiga paman guru kita?" tanya Kong Ti seng Ceng.
"Jangan" Kong Bun
Hong Tio menggelengkan kepala. "Tidak baik kita mengganggu ke tiga paman
guru."
"Bagaimana kalau orang
itu kemari?" tanya Kong Ti seng Ceng bernada cemas.
"omitohud"jawab Kong
Bun Hong Tio.
"Kita akan menghadapinya,
oleh karena itu, mulai sekarang kita harus berlatih memperdalam kepandaian
kita."
"Ya, suheng" Kong Ti
seng Ceng mengangguk-