Laskar-laskar Beng Kauw di
bawah pimpinan Cu Goan Ciang, Ci Tat, Siang Gie Cun dan CiuSiu Wi telah
berhasil menggempur pasukan-pasukan Goan (Mongol). Setelah itu, laskar-laskar
tersebut juga berhasil menduduki beberapa kota penting, kemudian terus menuju
Kota raja.
Akan tetapi, di saat
laskar-laskar B eng Kauw memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang itu, justru
terjadi pula suatu pergolakan dalamBeng Kauw sendiri.
Ternyata Cu Goan Ciang, Ci
Tat, Siang Gie Cun dan Ciu Siu Wi bersekongkol mengkhianati Thio Bu Ki ketua
Beng Kauw, lantaran khawatir Thio Bu Ki akan menjadi kaisar.
Betapa kecewanya Thio Bu Ki,
padahal ia sama sekali tidak berkeinginan untuk menjadi Kaisar. Tujuan
perjuangan Beng Kauw yang dipimpinnya hanya mengusir penjajah, agar Dinasti
Song bisa bangkit kembali.
Namun dengan adanya
pengkhianatan itu, akhirnya Thio Bu Kipun menyerahkan kedudukannya kepada
yoSiauw. Karena itu, maka terjadilah perpeaahan dalam Beng Kauw, banyak yang
bergabung dengan Cu Goan Ciang, otomatis membuat laskarnya semakin kuat,
sehingga berhasil merebut Kota raja, dan akhirnya runtuhlah Dinasti Goan
(Mongol).
Pada tahun 1368, Cu Goan Ciang
mengangkat dirinya sebagai Kaisar. Berhubung merasa dirinya berasal dari Beng
Kauw, maka dinasti yang didirikannya dinamai pula Dinasti Beng (Ming).
seluruh rakyat di Tionggoan
diberi kesempatan untuk berpesta pora atas biaya dari Kotaraja. Bayangkan
Betapa gembiranya rakyat jelata, sebab kini mereka telah bebas dari jajahan
Mongol.
Mulailah Cu Goan Ciang
menganugerahkan pangkat dan kedudukan kepada para bawahannya yang setia serta
berjasa, tentunya termasuk Ci Tat, siang Gie Cun dan ciu siu Wi,
Cu Goan Ciang memang cerdik.
Ia pun membebaskan berbagai macam pajak yang menjadi beban rakyat. Karena itu,
rakyat pun sangat memujanya, sejak Cu Goan Ciang menjadi kaisar, rakyat pun
mulai hidup makmur pula.
Namun masih ada satu hal yang
mengganjal dalam hati Cu Goan Ciang, yakni mengenai Thio Bu Ki. la khawatir
suatu hari nanti, Thio Bu Ki akan bangkit memberontaknya.
oleh karena itu, Cu Goan Ciang
mengutus pasukan pilih a n untuk membasmi sisa-sisa anggota Beng Kauw yang
tidak mau tunduk, bahkan ia pun menurunkan perintah membunuh Thio Bu Ki. sejak
itu, Thio Bu Ki dan sisa anggota Beng Kauw jadi buronan.
Bab 1. Melepaskan Kedudukan sebagai Ketua Partai Go Bi
Tampak seekor kuda berjalan
santai di tempat sepi. Yang duduk di atas punggung kuda itu adalah Thio Bu Ki
danTio
Beng. Wajah mereka lesu tak
bersemangat, bahkan sangat muram pula.
"Aaaah..."
Thio Bu Ki menghela nafas
panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Tak disangka sama sekali
sungguh tak disangka"
"Cu Goan Ciang sangat
licik" Caci Tio Beng dengan berkertak gigi.
"Engkau yang menghimpun
kekuatan Beng Kauw, tapi dia malah yang memetik hasilnya Kini dia sudah menjadi
kaisar, menurunkan perintah pula membunuh kita Dia bukan manusia, dia adalah
binatang"
"Tapi...." Thio Bu
Ki menghela nafas lagi. "setelah dia
menjadi kaisar, rakyat pun
mulai hidup makmur-"
"Bu Ki Koko," ujar
Tio Beng dengan suara rendah,
"seandainya pada waKiu
itu, engkau perintahkan segenap Beng Kauw untuk menumpasnya, mungkin kini
engkau sudah menjadi kaisar."
"Beng Moay..." Thio
Bu Ki menggelengkan kepala. "Pada waKiu itu memang bisa kuturunkan
perintah itu, namun itu akan merugikan Beng Kauw sendiri."
"Hmm" dengus Tio
Beng. "Justru itu, Gwakongmu in Thian Ceng, Wie It siauw, Po Tay Hweeshio
swee Put Tek, Pheng Hweeshio dan lainnya malah menjadi korban. Mereka dibantai
oleh pasukan pilihan Cu Goan
Ciang, kini hanya tersisa yo siauw."
"Itu... memang
takdir."
"Itu bukan takdir,
melainkan kebodohanmu. Dia menggunakan siasat licik, agar engkau menyerahkan
kedudukan ketua kepada yo siauw."
"Sudahlah, Jangan
diungkit lagi kejadian itu" Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala,
"sesungguhnya aku pun
tidak mau menjadi kaisar. Biarlah dia yang menjadi kaisar. Bukankah kini rakyat
sudah mulai hidup makmur? Hanya saja...." Thio Bu Ki berhenti sejenak,
lalu melanjutkan.
"Tidak seharusnya dia
mengirim pasukan pilihan untuk memburu kita."
"Hmmnn" dengus Tio
Beng dengan mata berapi-api.
"Kalau bertemu pasukan
Beng sekarang, aku pasti tidak akan memberi ampun"
"Beng Moay...." Thio
Bu Ki menghela nafas panjang.
"Dia mampu meruntuhkan.
Dinasti Goan. maka pantas menjadi kaisar mendirikan Dinasti Beng-"
"Aku...." Mendadak
Tio Beng menangis terisak-isak.
"sebaliknya aku malah
menjadi pengkhianat bangsaku sendiri. Padahal seharusnya aku memimpin laskar
Mongol untuk menumpas Beng Kauw. Tapi...."
"Beng Moay, aku yang
bersalah dalam hal ini." kata Thio Bu Ki perlahan.
"Karena...."
"Engkau tidak
bersalah,"potong Tio Beng cepat.
"Kita berdua sama sekali
tidak bersalah, sebab... saling mencinta."
"Beng Moay Thio Bu Ki
teringat sesuatu.
"Kita harus berangkat ke
gunung Go Bi."
"Kenapa?" tanya Tio
Beng.
"Tentunya engkau ingat,
Ciu Ci Jiak menyerahkan kedudukan ketua Go Bi Pay kepadaku, tapi kini keadaan
sangat tidak mengijinkan, maka aku harus menyerahkan lagi kedudukan ketua
kepada pihak Go Bi Pay."
"Betul." Tio Beng
manggut-manggut dan menambahkan, "setelah itu, kita mencari suatu tempat
yang sepi-" "Ha ha" Thio Bu Ki tertawa gembira,
"itulah tujuanku, lebih
baik kita hidup tenang dan bahagia di suatu tempat, tidak usah mencampuri
urusan rimba persilatan maupun urusan lain,"
"Aku setuju." Tio
Beng mengangguk dengan wajah ceria. "Kalau begitu, mari kita segera
berangkat ke gunung Go Bi"
"Baik-" Thio Bu Ki
manggut-manggut. lalu mulai memacu kudanya menuju gunung Go Bi.
Beberapa hari kemudian, Thio
Bu Ki dan Tio Beng sudah sampai di kaki gunung Go Bi.
Pendiri Go Bi Pay adalah Kwee
siang, putri bungsu Kwee Ceng dan oey yong- Hingga pada Biat Coat suthay,
partai tersebut tidak pernah menerima murid lelaki, semuanya terdiri dari kaum
wanita.
sementara kuda tunggangan
mereka terus berjalan santai mendaki, mendadak muncul beberapa biarawati
menghadang. Namun ketika melihat Thio Bu Ki dan Tio Beng, terbelalaklah mereka
dan sebera memberi hormat.
"Ciangbunjin (Ketua),
terimalah hormat kami" ucap mereka serentak.
Ternyata mereka adalah Ceng
Hi, Ceng Kong, Ceng Hun dan Ceng Huisuthaw.
"Tidak usah banyak
peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil tersenyum.
"Ciangbunjin, mari ikut
kami ke atas" ujar Ceng Hi suthay-
Thio Bu Ki manggut-manggut
sambil memacu kudanya, sedangkan para biarawati itu mengerahkan ginkang menuju
ke atas. Berselang beberapa saat kemudian, mereka semua
sudah berada di dalam kuil-
Kemudian muncullah Ceng Ciauw, Ceng Hun, Ceng Hi suthay dan lainnya, dan mereka
segera memberi hormat pada Thio Bu Ki.
"Ciangbunjin, terimalah
hormat kami" ucap mereka serentak.
"Tidak usah banyak
peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil menatap mereka,
"oh ya, Ciu Ci Jiak
pernah ke mari?"
"Tidak pernah."
Ceng Hi suthay menggelengkan
kepala dengan wajah muram.
"Kami sama sekali tidak
tahu sumoay berada di mana."
"Aaah..." Thio Bu Ki
menghela nafas panjang.
"Ciangbunjin, Nona
Tio," ucap Ceng Hi suthay.
"silakan duduk"
Thio Bu Ki dan Tio Beng duduk.
"Aku ke mari... ingin
menyerahkan kembali kedudukan ketua kepada salah seorang di antara
kalian." ujarnya sungguh-sungguh.
"Ciangbunjin...."
Para biarawati itu tertegun. Mereka
memandang Thio Bu Ki dengan
tidak mengerti.
"Tentunya kalian tahu,
posisiku kini sangat terpojok." kata Thio Bu Ki sambil menghela nafas,
"sebab Cu Goan
Ciang...."
"Kami semua sudah tahu
tentang itu."
Ceng Hi suthay
menggeleng-gelengkan kepala.
"Cu Goan Ciang memang
licik sekali. Dia menduduki taHia dengan suatu siasat busuk. Kenapa Ciangbunjin
diam saja?"
Thio Bu Ki tersenyum getir,
sejenak kemudian barulah berkata.
"Kini keadaan negeri
telah aman dan rakyat pun sudah mulai hidup makmur," sahut Thio Bu Ki.
"Apakah aku harus
menyundut peperangan lagi? Bukankah akan membuat rakyat sengsara lagi?"
"Ciangbunjin berjiwa
besar, kami kagum dan salut sekali," ucap Ceng Hi Suthay dan melanjutkan,
"Ciangbunjin, kepandaian
kami semua masih rendah, bagaimana mungkin seorang di antara kami mampu
menggantikan kedudukan Ciangbunjin?"
Thio Bu Ki tersenyum.
"Aku telah menerima
sebuah buku catatan mengenai semua ilmu andalan partai Go Bi dari Ciu Ci Jiak,
maka aku akan menggembleng kalian berdasarkan buku catatan itu" ujarnya.
"Terima kasih,
Ciangbunjin," ucap para biarawati itu sambil memberi hormat dengan wajah
berseri-seri.
"Kami pasti belajar dengan
tekun, agar tidak mengecewakan Ciangbunjin,"
"Bagus, bagus"
Thio Bu Ki manggut-manggut
sambil tersenyum.
"Mulai besok aku akan
menggembleng kalian."
"Terima kas ih,
Ciangbunjin," ucap mereka sekaligus memberi hormat lagi.
Keesokan harinya, mulailah
Thio Bu Ki menggembleng mereka dengan sesungguh hati, sedangkan para biarawati
Go Bi Pay itu pun belajar dengan tekun dan tidak mengenal lelah, sehingga
kepandaian mereka bertambah maju dengan pesat sekali, tentunya sangat
menggembirakan Thio Bu Ki.
-ooo00000ooo-
Hari ini Thio Bu Ki memanggil
para biarawati untuk berkumpul di ruang tengah, setelah mereka berkumpul, Thio
Bu Ki memandang mereka satu persatu dengan penuh perhatian.
"Sudah sebulan lebih aku
menggembleng kalian, maka kepandaian kalian maju pesat sekali,"
ujar Thio Bu Ki dan
melanjutkan,
"oleh karena itu, aku dan
Tio Beng akan berpamit. namun sebelumnya aku ingin menunjuk seseorang
menggantikan kedudukanku."
Para biarawati itu saling
memandang, kemudian Ceng Hi suthay bertanya
"Ciangbunjin dan Nona Tio
mau ke mana?"
"Kami ingin pergi ke
suatu tempat yang sepi, hidup tenang, damai dan bahagia di sana,"jawab
Thio Bu Ki.
"Ciangbunjin...."
Mata Ceng Hi suthay mulai basah.
"Kami...."
"Jadi aku menunjukmu
menggantikan kedudukanku."
Thio Bu Ki menunjuk Ceng Hi
suthay.
"Ceng Hi, mulai saat ini
engkau adalah ketua partai Go Bi."
"Ciangbunjin,
aku...." Ceng Hi suthay menggelengkan
kepala.
"Aku sangat bodoh,
bagaimana mungkin menjadi ketua? Ciangbunjin...."
"Bagus"
Thio Bu Ki tersenyum,
"sesungguhnya engkau
paling cerdik, bahkan kepandaianmu lebih tinggi dari yang lain, penuh kesabaran
dan berhati bajik. oleh karena itu, aku yakin engkau mampu memajukan partai Go
Bi."
"Ciangbunjin...."
"Bagaimana kalian?"
tanya Thio Bu Kipada yang lain.
"Kalian setuju kutunjuk
Ceng Hi sebagai ketua partai Go Bi?"
"setuju" sahut
mereka serentak-
"Pilihan Ciangbunjin
memang tepat sekali."
"sumoay sekalian,
aku...."
Ceng Hi suthay
menggeleng-gelengkan kepala, "sesungguhnya aku tidak pantas menjadi ketua
Go Bi Pay."
"Hanya Suci (Kakak
Seperguruan) yang pantas," ujar Ceng Hun Suthay.
"Kami semua memberi
selamat kepada suci."
"Terimakasih,"
Ceng Hi suthay cepat-cepat
membalas hormat mereka.
"Aku bersumpah pasti akan
memajukan Go Bi Pay"
"Bagus"
Thio Bu Ki tersenyum, lalu
melepaskan sebuah cincin besi Tiat Ci Goan di jarinya dan dimasukkan ke dalam
jari Ceng Hi suthay seraya berkata.
"Ceng Hi, mulai sekarang
engkau adalah ketua Go Bi Pay angkatan ke enam, aku Thio Bu Ki menyerahkan
jabatan ketua kepadamu."
"Terima kasih," ucap
Ceng Hi suthay, lalu bersujud di depan tempat abu cikal bakal go Bi Pay Kwee
siang Lie Hiap dan tempat abu ketua Go Bi Pay angkatan ke tiga Biat Coat
suthay. setelah itu, ia pun bersujud di hadapan Thio Bu Ki, namun Thio Bu Ki
segera membangunkannya.
"Ceng Hi," ujar Thio
Bu Ki sambil menyerahkan sebuah bungkusan.
"Di dalam bungkusan ini
terdapat sebuah kitab yang berisi inti sari ilmu silat Go Bi Pay. Engkau harus
mempelajarinya."
"Ya." Ceng Hi suthay
menerima bungkusan itu dengan rasa terharu.
"Terimakasih"
ucapnya.
"Di dalam bungkusan itu
pun terdapat kutungan It THian Kiam, yang masih bisa disambung." Thio Bu
Ki memberitahukan.
"Ya." Ceng Hi suthay
mengangguk-
Thio Bu Ki menarik nafas lega,
kemudian berpamit kepada Ceng Hi suthay dan lainnya.
"sampai jumpa"
ucapnya sambil menarik Tio Beng meninggalkan kuil Go Bi Pay itu.
Ceng Hi suthay dan lainnya
mengantar mereka sampai di luar kuil.
"selamat jalan" ujar
Ceng Hi suthay.
"sampai jumpa" sahut
Tio Beng sambil tersenyum.
Mereka berdua meloncat ke
punggung kuda, dan tak lama kuda itu pun berjalan perlahan meninggalkan tempat
tersebut.
"Aaaah..." Thio Bu
Ki menarik nafas lega.
"Kini aku telah bebas
dari beban itu"
"Aku tahu engkau
bermaksud baik" ujar Tio Beng sambil tersenyum,
"oh, ya?"
Thio Bu Ki juga tersenyum.
"Beritahukanlah apa
maksudmu itu"
"Kini kita adalah
buronan, maka engkau menyerahkan jabatan ketua kepada Ceng Hi suthay itu agar
tidak menyusahkan Go Bi Pay, bukan?"
"Betul." Thio Bu Ki
mengangguk-
"BuKi Koko, apa rencanamu
sekarang?" tanya Tio Beng perlahan.
"Mencari suatu tempat
yang sepi, kita mengasingkan diri di tempat itu," sahut Thio Bu Ki.
"Bagaimana
menurutmu?" "setuju." Tio Beng mengangguk
"oh ya, ada satu tempat
yang sangat cocok untuk kita, bahkan tempat itu juga merupakan tempat kenangan
kita."
"Aku tahu-" Thio Bu
Ki tampak gembira sekali-"Yang engkau maksudkan itu pasti Peng Hwee
To-" "Betul." Tio Beng mengangguk-
"sekarang mari kita
berangkat ke pesisir utara, kita beli sebuah perahu di sana"
"Baik-" Thio Bu Ki
manggut- manggut. lalu memacu kudanya ke utara.
Tujuh delapan hari kemudian,
mereka sudah tiba di pesisir utara. Tio Beng membeli sebuah kapal, kemudian
mereka berdua berlayar ke Peng Hwee To-
Akan tetapi, ketika kapal
tersebut berada di Pak Hat (laut utara), mendadak terjadi badai, sehingga kapal
itu terdampar di sebuah pulau yang kosong.
"Beng Moay..." ujar
Thio Bu Ki sambil memandang pulau itu
"Tak disangka kita malah
terdampar di pulau kosong ini."
"Untung kita tidak mati
di Pak Hat."
Tio Beng menggeleng-telengkan
kepala.
"Kapal kita telah rusak
berat, maka kita tidak bisa berlayar ke pulau Peng Hwee To-"
"Tidak apa-apa-"
Thio Bu Ki tersenyum-
"Pulau ini indah sekali.
Kita tinggal di pulau ini saja-"
"Baik-"
Tio Beng mengangguk sambil
menatapnya dengan mesra-
Mereka berdua meloncat ke
pulau itu, lalu berjalan ke dalam. Berselang beberapa saat kemudian, mereka
melihat belasan burung Hong Hoang (burung Phoenix) beterbangan tidak begitu
tinggi.
"Eh?"
Thio Bu Ki terlieran-heran.
"Dipulau ini kok terdapat
burung Hong Hoang yang sudah langka?"
"Wah" seru Tio Beng
girang. "Bukan main indahnya burung itu"
Tiba-tiba burung-burung Hong
Hoang itu terbang merendah lalu hinggap di tanah, membuat Tio Beng gembira
sekali, la berjalan perlahan-lahan mendekati burung-burung itu sungguh
mengherankan, burung-burung itu sama sekali tidak takut kepadanya.
"Burung Hong Hong—"
panggil Tio Beng sambil mendekati salah seekor burung tersebut, lalu
membelai-belai kepalanya.
Burung itu mengeluarkan suara
nyaring dan merdu, kelihatannya mereka girang sekali.
"Bu Ki Koko" seru
Tio Beng. "Burung-burung ini sangat jinak kemarilah"
Thio Bu Ki segera
menghampirinya, dan burung-burung itu tetap berada di tempat, sambil tersenyum
Thio Bu Ki membelai-belai burung-burung tersebut.
"Beng Moay, kalau kita
tinggal di sini akan ditemani burung-burung ini. Ha ha sungguh
menyenangkan"
"Bu Ki Koko, bagaimana
kalau pulau ini kita namai pulau Hong Hoang to?"
"Tepat." Thio Bu Ki
manggut-manggut.
"Kita akan hidup tenang,
damai dan bahagia di pulau ini."
"Bu Ki Koko," ujar
Tio Beng sambil menundukkan kepala.
"Burung-burung itu
menjadi saksi pernikahan kita di pulau ini."
"Betul."
Thio Bu Ki manggut-manggut dan
menambahkan,
"Juga merupakan tamu
kita. Ha ha ha..."
"Kita...." Wajah Tio
Beng agak memerah-
"Kita... harus sembahyang
kepada Langit dan Bumi." "Tentu." Thio Bu Ki mengangguk.
Mereka berdua lalu bersujud
kepada Langit dan Bumi, setelah itu mereka pun bersumpah setia sebadai suami
tsteri.
sejak itu, mereka berdua hidup
bahagia di pulau tersebut dan apa yang terjadi di tionggoan, mereka tidak tahu
sama sekali.
Pulau itu memang subur sekali.
Buah apa pun terdapat di situ sebulan kemudian, Thio Bu Kipun mulai bercocok
tanam.