Bab 7
˜Wah karena pedangmu ampuh kau jadi sombong, ya? Awas
lehermu!! Lin Lin membentak dan segera gadis ini mainkan Khong-in-liu-san untuk
menerjang lawannya. Hebat terjangannya ini, pedangnya berubah menjadi sinar
kuning bergulung-gulung, makin lama makin tebal merupakan segunduk awan
bergerak perlahan mengurung diri pemuda itu dari segala jurusan.
Pemuda itu mengeluarkan seruan tertahan. Benar-benar tak
disangkanya gadis ini sedemikian lihainya. Ia pun lalu bersilat dengan
pedangnya, ilmu silat yang aneh, gerakan-gerakannya lucu dengan tubuh
megal-megol seperti seorang pelawak beraksi di atas panggung wayang. Hampir
saja Lin Lin tak dapat menahan ketawanya menyaksikan gerakan aneh dan lucu ini.
Akan tetapi ia pun terheran-heran karena ke manapun juga pedangnya menyambar,
selalu dapat dielakkan atau ditangkis oleh pemuda yang gerak-geriknya aneh ini.
Ia sama sekali tidak tahu bahwa pemuda itu banyak mengalah, hanya
mempertahankan diri daripada serangan-serangannya yang dahsyat, tidak berusaha
membalas sungguh-sungguh. Memang pemuda itu tidak ingin merobohkan Lin Lin,
kekagumannya terhadap gadis itu membuat ia mengalah dan hanya ingin menguji kepandaian
orang
˜Hebat.., hebat.. kiam-hoat yang luar biasa!!
berkali-kali pemuda itu memuji. Akan tetapi, makin dipuji makin marahlah Lin
Lin karena pujian itu ia anggap sebagai ejekan. Mana bisa ilmu pedangnya dipuji
kalau sama sekali tidak mampu mendesak lawan?
˜Balaslah! Seranglah! Kau kira aku takut? Kalau kau bisa
mengalahkan aku, baru kau laki-laki sejati!! Ia menantang. Ia berbesar hati
karena ia memiliki ilmu Khong-in-ban-kin dan dengan ilmu ini ia dapat
menggunakan gin-kang yang sempurna sehingga ia tidak khawatir akan termakan
pedang lawan.
Seperempat jam sudah mereka bertanding. Kuda tunggangan
pemuda itu menjadi gelisah, berkali-kali meringkik ketakutan. Pemuda itu gemas
juga. Gadis ini amat menarik hatinya, dan ia tidak tega untuk merobohkan atau
mengalahkannya. Akan tetapi kalau tidak ˜diberi rasa!, tentu tidak tahu akan
kelihaiannya, demikian ia pikir, bangkit harga dirinya sebagai seorang
laki-laki.
˜Baiklah, Nona, lihat pedangku!!
Ia memutar pedangnya cepat sekali dan mengerahkan tenaga
untuk mendesak dan menindih gulungan sinar pedang lawan.
Memang hebat pemuda ini. Amat kuat tenaga desakan hawa
dan sinar pedangnya, mengejutkan hati Lin Lin. Namun cepat gadis ini
menggunakan Khong-in-ban-kin, tubuhnya begitu seakan-akan bayangan, dengan
lincahnya ia menyelinap di antara sinar pedang. Sungguhpun harus ia akui bahwa
semua serangannya sekarang gagal dan buyar, tidak ada kesempatan lagi, namun ia
tetap dapat mempertahankan diri daripada desakan lawan. Makin keras pemuda itu
menekan, makin lincah gerakan Lin Lin sehingga pemuda itu selain kaget juga
heran dan bingung. Tahulah ia sekarang bahwa dara lincah ini adalah murid
seorang sakti, karena hanya beberapa orang saja di dunia kang-ouw, boleh
dihitung dengan jari jumlahnya, yang akan dapat menghindarkan diri daripada
tekanan pedangnya seperti ini.
Pada saat itu, terdengar bentakan keras,
˜Susiok (Paman Guru), inilah iblis betina liar itu!!
˜Hemmm, hemmm, agaknya mengandalkan kecantikannya. Lihat
pinceng menangkapnya!!
˜Mari kita berlumba, Sute, aku pun timbul kegembiraan
hendak menangkap gadis liar ini!! sambung suara ke dua.
˜Hee, Sicu, harap mundur. Biarkan pinceng berdua
main-main dengan budak ini!!
Pemuda itu dan Lin Lin biarpun masih saling gempur,
otomatis kini mengendurkan gerakan dan melirik. Kiranya yang datang adalah dua
orang hwesio muda yang tadi, yang berdiri agak jauh, akan tetapi kini mereka
datang bersama dua orang hwesio setengah tua yang bertubuh tinggi besar dan
keduanya memegang sebatang tongkat hwesio yang panjang dan terbuat daripada
baja. Kedua orang hwesio ini sombong sekali lagaknya dan agaknya mereka
memandang rendah kepada pemuda itu dan Lin Lin.
Tanpa memberi kesempatan lagi, dua orang hwesio setengah
tua itu menerjang maju dari kanan kiri mengeroyok Lin Lin! Benar-benar tak tahu
malu, pikir Lin Lin, suaranya saja hendak berlumba untuk menangkapnya, kiranya
mereka itu hanya ingin mengeroyok mengandalkan senjata yang panjang dan berat.
Mana ada orang yang hendak ˜menangkap! menggunakan tongkat yang begitu panjang
dan berat?
Akan tetapi ketika ia mengayun pedang dengan putaran
lebar, sekaligus menangkis dua batang tongkat itu, terdengar suara keras, bunga
api berpijar dan Lin Lin merasa betapa telapak tangannya tergetar. Ia kaget dan
diam-diam ia mengeluh. Kiranya di samping kesombongan mereka, dua orang hwesio
ini memiliki tenaga lwee-kang yang hebat! Cepat ia menggerakkan tubuh dan
dengan mengandalkan kelincahannya, kini ia menghadapi dua orang pengeroyoknya,
lupa bahwa lawan lamanya, pemuda itu, kini berdiri menonton dan tidak
menyerangnya lagi.
˜Tahan senjata! Melihat gerakan, Ji-wi Suhu adalah
hwesio-hwesio Siauw-lim. Betulkah?!
Dua orang hwesio setengah tua itu melompat mundur,
menahan tongkat mereka lalu memandang pemuda itu. Lin Lin tidak peduli, akan
tetapi ia pun tidak sudi menyerang orang yang menarik senjatanya, maka dengan
pedang melintang di depan dada, ia hanya memandang, sikapnya gagah.
˜Kami memang betul hwesio-hwesio Siauw-lim. Kau siapakah,
Sicu, dan apa yang hendak kau katakan kepada kami?!
˜Siauw-lim-pai adalah partai persilatan yang selalu
menjunjung kebenaran dan keadilan, yang selalu bersih dan terkenal sebagai
pusat orang-orang beribadat yang berilmu tinggi. Akan tetapi mengapa Ji-wi Suhu
datang-datang menyerang seorang wanita?!
˜Gadis liar ini menghina murid-murid keponakan kami!!
˜Hemmm, pemutarbalikan fakta yang menjijikkan! Adalah dua
orang hwesio itulah yang kurang ajar, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan
terhadap wanita terhormat. Ji-wi Suhu akan membersihkan nama partai kalau
sekarang juga memberi hukuman kepada murid-murid sendiri, daripada menyerang
orang yang tidak berdosa.!
˜Orang muda, kau siapakah, berani bicara lancang, memberi
kuliah kepada kami?!
Pemuda itu tersenyum.
˜Aku she Lie bernama Bok Liong, orang biasa saja. Akan
tetapi aku mengenal baik Cheng Han Losuhu, dan pedangku Goat-kong-kiam ini
selalu menghendaki kebenaran dibela oleh orang-orang gagah.!
Cheng Han Hwesio adalah ketua Siauw-lim-pai, maka
mendengar disebutnya nama ini, kedua orang hwesio itu menjadi kaget sekali.
Mereka khawatir kalau-kalau pemuda ini akan mengadu, dan memang akhir-akhir ini
banyak sekali anak buah para hwesio yang tersesat, mabuk oleh kesenangan
duniawi dan mempergunakan kesempatan selagi negara kacau dan ketua dari pusat
tidak sempat melakukan pengawasan, mereka mengumbar nafsu jahatnya. Terutama
sekali yang menimbulkan keadaan memalukan dan buruk ini adalah para penjahat
dan pelarian yang menyembunyikan diri dengan jalan mencukur rambutnya dan
memakai jubah pendeta, tinggal bersembunyi di kelenteng-kelenteng. Merekalah
yang menjadi ˜guru! dan menyeret para hwesio muda yang belum teguh batinnya dan
masih lemah imannya ke jalan sesat. Dua orang hwesio ini hanya merupakan kepala
dari sebuah kelenteng kecil, sudah terlalu lama berkecimpung di dalam
keduniaan, maka hanya pada lahirnya saja seperti pendeta, namun batinnya sudah
menjadi penjahat-penjahat hamba nafsu buruk.
˜Keparat, kau benar kurang ajar! Kaukira kami takut
padamu? Sute, kau hajar dia ini, biar pinceng menangkap Nona liar. Kalau tidak
diberi hajaran, tidak akan kapok orang-orang muda kepala batu ini!!
Dua orang hwesio Siauw-lim-pai itu terlalu memandang
rendah orang muda. Mereka mengandalkan kepandaian yang tinggi dan senjata
tongkat yang berat, pula, memang ilmu tongkat atau ilmu toya dari Siauw-lim-pai
amat terkenal kuat. Namun, pemuda itu adalah murid orang sakti, juga Lin Lin
telah menerima gemblengan dari seorang sakti yang tingkatnya sejajar dengan
ketua Siauw-lim-pai di pusat sendiri! Maka kalau mau dibuat perbandingan,
tingkat dua orang hwesio itu masih jauh di bawah.
˜Aku tidak ingin kau bantu!! seru Lin Lin sambil
menggerakkan pedang menghadapi serangan seorang hwesio.
˜Siapa membantumu, Nona? Aku pun diserang oleh hwesio
palsu ini!! jawab pemuda yang bernama Lie Bok Liong itu sambil menggerakkan
pedang pula menandingi lawannya.
Pertempuran seru terjadi, terpecah menjadi dua. ˜Nona,
adu ilmu antara kita boleh ditentukan sekarang. Siapa yang lebih dulu
mengalahkan lawan, dia yang lebih unggul antara kita!! pemuda itu berseru.
˜Baik, seorang laki-laki tidak melanggar janjinya!! seru
Lin Lin girang. Gadis ini sebentar saja dapat melihat kelemahan lawan dan ia
yakin akan dapat merobohkannya dalam waktu cepat, maka usul pemuda itu
diterimanya dengan girang. Melihat tongkat itu menyodok ke arah dadanya, Lin
Lin sengaja berlaku lambat, membiarkan lawan lengah dan kegirangan. Beberapa
senti meter sebelum ujung tongkat mengenai dadanya, tiba-tiba ia miringkan
tubuhnya menggunakan jurus Pek-wan-hian-ko (Lutung Putih Berikan Buah) dari
ilmu silat ayahnya, tangan kirinya menangkis dengan jari-jari terbuka, dan
pedangnya bergerak cepat ke depan. Inilah gerakan dari Khong-in-liu-san, yang
tidak terduga dan amat cepat datangnya. Hwesio lawannya itu menjerit kesakitan,
tongkatnya terlepas dan pangkal lengannya terobek pedang sampai kelihatan
tulangnya.
Sambil tersenyum manis tapi penuh ejekan, Lin Lin
membalikkan tubuh memandang ke arah pemuda pesek itu, siap untuk mengejek dan
berbangga akan kemenangannya. Akan tetapi tiba-tiba wajahnya berubah merah
sekali. Apa yang dilihatnya? Pemuda itu ternyata sudah lebih dulu merobohkan
lawannya, hwesio lawan pemuda itu sudah rebah dengan pundak berdarah!
˜Nona, kita berhasil dalam waktu yang sama. Hayo kita
berlumba merobohkan dua orang hwesio ceriwis itu!!
Lin Lin melihat betapa hwesio muda yang dua orang tadi telah
melarikan diri tunggang-langgang melihat betapa kedua orang paman guru mereka
telah roboh! Karena dua orang hwesio muda itu yang menjadi biang keladi
pertempuran, dan dua orang hwesio itu yang sebenarnya amat kurang ajar, Lin Lin
menjadi marah sekali dan tubuhnya berkelebat melakukan pengejaran. Ia melihat
sesosok bayangan dengan cepat juga berkelebat di sampingnya. Tahu bahwa pemuda
pesek itu tidak mau kalah, Lin Lin mengerahkan gin-kangnya dan di lain saat ia
sudah tiba di belakang dua orang hwesio itu. Pedangnya menyambar dan dua orang
hwesio itu menjerit, roboh terguling. Dua orang hwesio muda itu terluka
pahanya.
Karena menganggap bahwa dua orang hwesio itu jahat
sekali, Lin Lin kembali menggerakkan pedang hendak membunuh mereka.
˜Tranggg!! Bunga api berpijar ketika pedangnya bertemu
dengan pedang di tangan Lie Bok Liong.
˜Nona, harap jangan bunuh mereka. Mereka adalah
hwesio-hwesio Siauw-lim!!
˜Hwesio Siauw-lim atau hwesio-hwesio langit, siapa takut?
Mereka ini jahat, kalau hwesio-hwesio tua Siauw-lim-pai membela mereka, berarti
mereka pun jahat!!
˜Omitohud.. kasar akan tetapi harus diakui
kebenarannya..! terdengar seruan suara halus dan tahu-tahu di depan mereka
telah berdiri seorang hwesio tua yang putih semua jenggotnya, akan tetapi
mukanya masih segar kemerahan seperti seorang muda. Hwesio ini berjubah kuning,
memegang sebuah tongkat pendeta dan sinar matanya berpengaruh penuh wibawa.
Melihat hwesio ini, Lie Bok Liong segera mengangkat kedua tangan ke depan dada
memberi hormat.
˜Cheng Hie Losuhu! Kebetulan sekali Losuhu datang. Kami
dua orang muda telah berselisih faham dengan beberapa orang anak murid
Siauw-lim-pai, harap Losuhu memberi kebijaksanaan.!
˜Lie-sicu tak perlu bersikap sungkan. Pinceng yang tua
sudah melihat dan mendengar semua. Memang sudah pinceng dengar kenakalan empat
orang anak murid ini, akan tetapi baru sekarang pinceng melihat buktinya.!
Kemudian ia mengalihkan pandang mata kepada Lin Lin dan
berkata,
˜Nona, kepandaianmu hebat bagi seorang semuda Nona.
Memang pantas sekali Pedang Besi Kuning berada di tanganmu! Dua orang anak
murid Siauw-lim-pai yang durhaka ini telah melakukan kesalahan kepadamu, harap
Nona sudi memberi maaf, biar pinceng nanti yang akan menghukum mereka.!
Lin Lin kaget bukan main. Hwesio tua ini dapat mengetahui
segalanya, bahkan tahu pula tentang pedangnya, pedang curian dari gudang
istana. Tentu seorang yang berilmu tinggi, pikirnya. Ia memang marah kepada dua
orang hwesio yang kurang ajar itu, akan tetapi sekarang sudah ada pentolan
Siauw-lim-pai yang mengurus dan hendak menghukum, hatinya puas.
˜Terserah kepada Losuhu. Aku percaya Losuhu akan
benar-benar memberi hukuman berat, kalau tidak, berarti Losuhu membantu orang
jahat!!
Muka hwesio tua itu berubah agak pucat, akan tetapi ia
hanya tertawa dan menjura. Lie Bok Liong lalu mengajak Lin Lin pergi,
˜Marilah, setelah ada Cheng Hie Losuhu, tentu mereka akan
mendapat bagian mereka. Cheng Hie Losuhu terkenal sebagai pengawal
tindak-tanduk dan sepak terjang para anak murid Siauw-lim-pai dan dunia
kang-ouw mengenal belaka kebijaksanaan dan keadilannya. Losuhu, perkenankan
kami pergi.!
Cheng Hie Hwesio menggerakkan tangannya,
mengangguk-angguk.
˜Pergilah.. pergilah dengan hati-hati, orang-orang muda.
Doa restu dan berkahku mengiringi kalian berdua..!
Lin Lin tercengang, hendak marah kepada pemuda pesek itu.
Enak saja, pikirnya, ajak-ajak seakan-akan dia itu memang teman seperjalanan.
Kenal pun tidak! Akan tetapi melihat sikap hwesio yang amat halus dan baik itu,
tak enak hatinya menimbulkan ribut di depannya. Ia pun mengangguk dan berjalan
pergi bersama Lie Bok Liong yang menuntun kudanya.
Sampai lama mereka jalan berendeng, diam saja, tidak
berkata-kata, juga saling lirik saja tidak. Seakan-akan mereka saling tidak
ingat lagi bahwa di sebelah mereka berjalan seorang lain. Tentu saja tidak
demikian hal yang sebetulnya. Bok Liong sekaligus terbetot semangatnya oleh
gadis lincah ini, dan ia berjalan sambil merenung, terheran-heran atas
perubahan di dalam hatinya sendiri, mengapa ia merasakan hal yang aneh ini, hal
yang selama ia hidup belum pernah ia rasai. Adapun Lin Lin, ia sedang
mengumpul-ngumpulkan kata-kata untuk menyerang pemuda pesek lancang ini nanti
setelah mereka jauh dari hwesio tua tadi.
Setelah mereka keluar dari dalam hutan dan berada di
jalan yang sunyi sekali, tiba-tiba Lin Lin berhenti dan berkata ketus,
˜Nah, sekarang tidak ada siapa-siapa yang akan
menghalangi kita membuat perhitungan!!
Pemuda itu seakan-akan baru sadar dari alam mimpi. Ia
menengok dan memandang dengan kaget.
˜Perhitungan? Perhitungan apa, Nona?!
˜Perhitungan apa? Pura-pura tanya lagi. Kau tadi mengajak
adu cepat berlumba merobohkan dua orang hwesio ceriwis. Siapa yang menang? Aku!
Lalu hwesio tua Siauw-lim-pai tadi memuji-muji dan minta maaf. Memuji siapa dan
minta maaf kepada siapa? Aku! Tapi kau memerintah aku ikut denganmu! Sombong!!
Bok Liong cepat menjura, sikapnya sungguh-sungguh. ˜Nona,
harap kau tidak main-main lagi. Maafkanlah kalau sikap dan kata-kataku pernah
menyinggungmu. Aku Lie Bok Liong adalah seorang laki-laki sejati, dan kulihat
sepak terjangmu membuktikan bahwa kau seorang pendekar wanita yang mengagumkan.
Oleh karena itu, terimalah hormatku, Nona, dan sampai mati aku tidak nanti
berani mengangkat senjata terhadapmu lagi. Aku mengaku kalah dan menyerah.!
Watak Lin Lin memang aneh. Dalam segala hal ia selalu
tidak mau kalah. Kalau orang bersikap keras terhadapnya, ia tidak mau kalah
keras, kalau orang galak, ia akan lebih galak lagi. Kini Bok Liong bersikap
merendah dan mengalah dengan suara sungguh-sungguh dan wajah serius, ia pun
tidak mau kalah!
˜Nah, kau sih yang sombong tadinya. Padahal aku juga
tidak mempunyai permusuhan apa-apa dengan orang seperti kau ini. Aku tahu kau
bukan orang jahat, tapi, kalau aku tidak bersikap keras, orang takkan
mengetahui kelihaianku. Nah, kau pun kuminta maklum saja kalau tadi aku
bersikap kaku. Betapapun juga, kau telah membantuku menghadapi hwesio-hwesio
kotor tadi.!
Jantung Bok Liong berdebar-debar. Alangkah girangnya
melihat bahwa nona yang lincah galak ini kiranya dapat juga bicara dengan baik.
Ia menahan senyumnya dan berkata lagi.
˜Nona, terima kasih atas pengertianmu. Kita menjadi
sahabat, hal yang amat kuinginkan semenjak aku melihat kau menghajar
hwesio-hwesio ceriwis di hutan itu. Sekali lagi, namaku Lie Bok Liong, biarpun
bukan seorang tokoh besar di dunia kang-ouw, akan tetapi aku mengenal hampir
semua tokoh kang-ouw, kecuali tokoh-tokoh besar yang masih muda seperti kau.
Bolehkah aku mengetahui nama dan julukanmu? Terus terang saja, aku yang banyak
mengenal ilmu silat, tahu akan dasar-dasar gerakan ilmu silat dari Go-bi-pai, Kun-lun-pai,
Siauw-lim-pai, Hoa-san-pai dan banyak partai persilatan lain lagi, sama sekali
buta akan ilmu silatmu yang luar biasa tadi, Nona.!
Lin Lin merasa diayun-ayun di atas awan saking bangga dan
girangnya mendengar kata-kata pujian yang keluar sejujurnya dari mulut pemuda
itu. Setelah ia pandang-pandang, pemuda berhidung pesek ini, wajahnya menarik
dan menyenangkan hati juga, sikapnya jujur dan sopan tapi tidak bermuka-muka
atau menjilat, sikap sewajarnya dari seorang yang memasang isi hati pada wajahnya.
Timbul rasa suka di hatinya disertai kepercayaan besar.
Apalagi tadi ia mendengar bahwa Bok Liong ini mengenal hampir semua tokoh
kang-ouw. Siapa tahu pemuda ini bisa memberitahu kepadanya tentang Suling Emas,
atau mungkin juga tentang kakaknya, Bu Song. Wajahnya seketika berseri, matanya
bersinar-sinar, bibirnya yang manis itu tersenyum sehingga pemuda itu merasa
betapa tiba-tiba kedua lutut kakinya lemas dan gemetar!
Memang hebat daya pengaruh asmara yang mulai menggerogoti
jantung seorang pemuda. Hanya si pemuda yang bersangkutan sendiri yang dapat
merasakannya. Kalau seorang pemuda sedang bercinta, terutama sekali kalau mulai
jatuh cinta, segala sesuatu pada diri dara yang dicintainya tampak hebat luar
biasa. Kerling mata yang tajam melebihi pedang pusaka langsung menusuk dada
menembus punggung! Senyum sepasang bibir merah membasah bagaikan seribu manis
dari madu yang memabukkan dan membuat kepalanya pening tujuh keliling dengan
mata berkunang-kunang! Kilauan gigi putih berderet rapi yang hanya tampak
sekilas di balik sepasang bibir segar, lebih ampuh daripada sinar petir yang
langsung menyambar kepala memasuki tubuh menyelusup ke seluruh tulang sumsum!
Tidaklah terlalu mengherankan apabila Bok Lieng berdiri dengan kedua lutut
gemetar ketika ia menghadapi wajah Lin Lin yang berseri-seri itu.
˜Kaukira aku seorang yang buta?! demikian Lin Lin mulai
kata-katanya yang kini terdengar manis, hilang sama sekali ketusnya. ˜Aku pun
sekali bertemu saja tahu bahwa kau bukan orang jahat, akan tetapi aku harus yakin
dulu. Twako.. ya, lebih baik kusebut kau Twako, karena kau tentu lebih tua
daripada Sin-ko. Eh, berapa sih usiamu?!
Mau tak mau Bok Liong tersenyum, setelah gadis ini
bersikap jenaka seperti ini, ia merasa betapa sinar matahari menjadi lebih
terang daripada tadi.
˜Usiaku hampir dua puluh dua tahun.!
˜Nah, betul dugaanku. Sin-ko baru dua puluh tahun, aku
sendiri baru tujuh belas. Sampai di mana aku tadi? Oya, tentang nama. Namaku
Lin Lin, she.. Kam.!
˜Kam Lin Lin.. indah benar namamu, Nona.!
˜Wah, kalau kau masih menyebut nona-nonaan segala, aku
pun akan menyebutmu dengan tuan-tuanan. Bagaimana pendapatmu, Tuan Besar?!
Bok Liong tertawa bergelak, kemudian terheran.
Seingatnya, baru kali inilah ia dapat tertawa sampai begitu keras, sampai basah
kedua matanya. Benar-benar mengherankan. Apa yang terjadi dengan dirinya?
˜Habis, aku harus menyebut bagaimana? Ah, kau betul. Kau
menyebutku Twako, kalau begitu kau adikku, Moi-moi.!
˜Nah, begitu baru enak bicara. Terhadap seorang tuan mana
aku sudi mengobrol begini? Lain lagi kalau terhadap seorang kakak..!
˜Maksudmu, terhadap seorang sahabat baik seperti kakak
sendiri,! potong Bok Liong.
˜Sama saja, apa bedanya? Twako, kulihat tadi ilmu silatmu
juga hebat sekali. Siapakah gurumu?!
Kalau orang lain yang menanyakan hal ini, tentu Bok Liong
takkan mau menerangkannya. Selama ia berkecimpung di dunia kang-ouw, hanya
beberapa orang tokoh besar saja yang tahu murid siapa pemuda lihai ini. Akan
tetapi terhadap Lin Lin yang sekaligus sudah merobohkan jantung menawan
hatinya, ia tidak berani berbohong, apalagi tidak menjawab. Ia takut
kalau-kalau gadis yang sekarang sudah ˜jinak! dan baik kepadanya ini akan
mengamuk lagi dan memusuhinya. Tidak ada malapetaka baginya di saat itu yang
akan lebih besar dan hebat daripada dimusuhi Lin Lin!
˜Nona.. eh, Lin-moi. Guruku terkenal dengan namanya yang
sederhana sekali, malah sesungguhnya, orang lain termasuk aku sendiri tak
pernah mengenal namanya karena ia hanya memperkenalkan she yaitu she Gan.
Karena inilah maka di dunia kang-ouw ia dikenal sebagai Gan-lopek (Empat Tua
Gan)!!
Senyum di bibir Lin Lin melebar. ˜Gan-lopek? Hi-hik!
Badut tak pernah mandi yang pantatnya besar, kumis dan jenggotnya dijadikan
sarang semut, paling takut melihat cacing dan ular? Hi-hi-hik, geli hatiku
kalau mengenangkan dia!! Lin Lin menutupi mulut dengan tangan kiri untuk
menyembunyikan tawanya.
Bok Liong membelalakkan kedua matanya yang lebar,
˜Apa? Kau pernah melihat Suhu?!
Lin Lin menggeleng kepala, menahan kekehnya. Agak lama
baru dia dapat bicara.
˜Aku hanya mendengar ceritanya dari kakek gundul pacul.
Wah, kakek dan aku tertawa-tawa sampai perutku menjadi keras dan kakek jatuh
terguling dari atas cabang pohon.! Kembali Lin Lin tertawa terkekeh-kekeh dan
diam-diam Bok Liong menjadi tak senang hatinya karena merasa betapa suhunya,
orang yang ia anggap paling hebat di dunia ini, menjadi buah tertawaan,
sungguhpun ia cukup mengenal suhunya sebagai orang yang luar biasa anehnya dan
kadang-kadang membuat lelucon yang luar biasa.
˜Hemmm, kau pernah mendengar cerita tentang Suhu? Dan
kakek gundul pacul yang menceritakan itu, apakah dia jatuh dari cabang pohon
terus mati?!
Tiba-tiba suara ketawa Lin Lin terhenti.
˜Dia? Mati jatuh dari cabang? Ah, Twako, kau benar-benar
tidak mengenal dia. Dialah yang menurunkan ilmu SERBA KOSONG kepadaku, dia
orang sakti seperti dewa. Mana bisa mati jatuh dari cabang?!
Bok Liong benar-benar tidak mengerti. Luar biasa sekali
dara ini, pikirnya. Kalau kakek gundul pacul itu mengajar ilmu, berarti kakek
itu guru si nona. Akan tetapi kenapa nona ini menyebutnya gundul pacul, sebutan
yang seakan-akan mengejek dan memandang rendah?
˜Ah, kalau begitu beliau seorang sakti? Siapakah beliau
itu, atau kau juga tidak tahu namanya?!
˜Tentu saja aku tahu. Dia disebut Kim-lun Seng-jin.. eh,
kenapa kau, Liong-twako?!
Lin Lin heran melihat pemuda itu meloncat seperti dipagut
ular dan matanya menjadi amat bundar dan lebar.
˜Kim-lun Seng-jin? Beliau itu gurumukah?! tanya Bok
Liong.
Kembali Lin Lin menggeleng kepala.
˜Bukan! Bukan guruku. Dia sahabat baikku.!
Makin heranlah Bok Liong. Masa, kakek sakti yang amat
terkenal di dunia ini yang tingkatnya sekelas dengan gurunya, menjadi sahabat
baik gadis ini?
˜Tapi kau bilang tadi bahwa kau menerima ilmu dari
padanya. Kan itu berarti bahwa dia gurumu.!
˜Bukan! Hanya kenalan biasa saja. Tapi ilmunya SERBA
KOSONG memang boleh juga.! Lin Lin bersikap seakan-akan hal itu merupakan hal
yang ˜bukan apa-apa! baginya, sikap ini sengaja ia ˜pasang! karena melihat
betapa Bok Liong terheran-heran dan agaknya amat menjunjung tinggi Kim-lun
Seng-jin!
˜Serba kosong! Aneh sekali nama ilmu itu. Tapi, Lin-moi,
aku percaya bahwa ilmu yang diturunkan oleh Kim-lun Seng-jin tentulah hebat
bukan main. Ah, maafkan kalau tadi aku bersikap kurang hormat. Siapa mengira
bahwa kau adalah mur.. eh, sahabat baik Kim-lun Seng-jin Locianpwe (Orang Tua
Gagah)? Pantas saja beliau bisa bercerita tentang Suhuku.!
Senang sekali hati Lin Lin, kebanggaannya bukan main
sehingga ia mengangkat dadanya yang sudah membusung. Karena senangnya, ia ingin
memberi sekedar hiburan kepada Bok Liong dengan kata-kata manis.
˜Tapi kakek berkata bahwa biarpun Gan-lopek itu orangnya
lucu dan merupakan seorang badut besar, namun kepandaiannya hebat. Maka
sekarang, melihat kepandaianmu, aku percaya akan kesaktiannya.!
Sekarang Bok Liong teringat akan matanya menatap ke arah
pedang yang tergantung di pinggang Lin Lin. Tadi ketika mendengar ucapan Cheng
Hie Hwesio tentang Pedang Besi Kuning, ia amat terkejut. Ia mendengar pula
tentang lenyapnya pedang pusaka itu dari gudang pusaka istana, dan ia tadi
masih terheran-heran bagaimana pedang itu bisa terjatuh ke tangan Lin Lin.
Betapapun pandainya Lin Lin, kiranya bukanlah hal yang mudah untuk dapat memasuki
istana dan mencuri sebuah pedang pusaka. Akan tetapi sekarang terbukalah
rahasia itu, kalau gadis itu pergi bersama scorang sakti seperti Kim-lun
Seng-jin, soal memasuki istana dan mencuri pedang pusaka bukanlah merupakan hal
yang aneh lagi. Akan tetapi, ia mulai mengenal watak Lin Lin dan karenanya ia
tidak mau bertanya-tanya akan hal pedang itu, takut kalau-kalau Lin Lin akan
menjadi curiga dan marah kepadanya. Sebaliknya ia lalu bertanya.
˜Lin-moi, setelah kita menjadi sahabat dan kenalan sekarang,
bolehkah aku mengetahui apa yang kau kehendaki sehingga kau seorang diri sampai
berada di tempat ini? Hendak pergi ke manakah kau?!
Ini memang merupakan pertanyaan yang dinanti-nanti Lin
Lin. Gadis ini sudah mengambil keputusan untuk minta bantuan Bok Liong. Kakek
gundul Kim-lun Seng-jin biarpun telah mewariskan ilmu dan mengajaknya ke kota
raja, malah ke dalam istana dan mencuri pedang, namun tidak berhasil menolong
dia mendapatkan musuh besarnya, juga kakek angkatnya. Setelah mendengar tentang
sangkaan Kim-lun Seng-jin mengenal asal-usulnya dengan bangsa Khitan, makin
besar keinginan hatinya untuk bertemu dengan Bu Song, karena dialah
satu-satunya orang yang boleh diharapkan akan dapat menceritakan asal-usulnya,
karena ketika ia diambil anak oleh Jenderal Kam, tentu Bu Song sudah besar dan
dapat mengingat semua peristiwa di waktu itu.
˜Liong-twako, sebelum aku menjawab
pertanyaan-pertanyaanmu, lebih dulu kaujawablah. Apakah kau akan suka
membantuku?!
˜Tentu saja! Dengan segala senang hati aku akan membantumu.
Apakah yang dapat kulakukan untukmu, Moi-moi?!
˜Tanpa syarat?!
˜Eh.. tanpa syarat bagaimana? Tentu saja, aku harus
mendengar dulu apa urusanmu itu dan apa yang harus kulakukan.!
Bibir manis itu cemberut, tapi bagi Bok Liong malah
tampak makin manis.
˜Kalau begitu, tak usah kau membantuku. Ucapanmu itu
menyatakan bahwa tidak sepenuh hatimu kau berniat membantuku. Kalau sepenuh
hati suka membantu, tentu tidak akan bertanya-tanya lagi, apa saja urusannya,
akan suka membantu.!
Merah muka Bok Liong mendengar celaan ini, dan diam-diam
ia harus akui bahwa ucapan gadis ini, biarpun terdengar seperti mencari menang
sendiri, namun ada benarnya juga.
˜Baiklah, aku akan membantumu. Akan tetapi, Moi-moi, kau
tentu tahu bahwa biarpun untuk kau sendiri, terpaksa aku tidak mau melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan kebenaran, ringkasnya, aku tidak mau membantu
pihak yang melakukan kejahatan..!
Bok Liong terpaksa menghentikan kata-katanya karena
seketika Lin Lin menjadi marah sekali. Gadis ini berdiri tegak, mengedikkan
kepala, kedua tangan di pinggang, pandang matanya keras.
˜Sudahlah, kita tidak jadi bersahabat. Aku tidak sudi
bersahabat dengan orang yang tidak percaya kepadaku sedangkan aku amat percaya
kepadamu!! Tubuhnya membalik dan berkelebat pergi.
Bukan main kagetnya hati Bok Liong. Ia pun cepat
mengerahkan gin-kangnya untuk mengejar,
˜Nanti dulu, Non.. eh, Moi-moi. Tunggu..! Mari kita
bicara..!!
Akan tetapi Lin Lin tidak mempedulikannya, terus lari
kencang. Karena ia mempergunakan gin-kang dari Khong-in-ban-kin, tentu saja
larinya cepat sekali, mengalahkan kuda betina yang kabur dikejar kuda jantan.
Dan Bok Liong sampai berkeringat karena harus mengerahkan seluruh tenaga
mengejar.
˜Lin-moi.. tunggu dulu..! Aku percaya padamu..!!
Lin Lin mendengar derap kaki kuda. Kiranya Bok Liong yang
melihat betapa gerakan Lin Lin amat gesit dan cepat, kembali ke tempat tadi,
meloncat ke atas punggung kudanya dan membalapkan kuda tunggangnya itu,
melakukan pengejaran. Tapi ilmu lari cepat yang dipergunakan Lin Lin
benar-benar luar biasa sekali. Kalau gadis itu sudah matang dalam melatih
Khong-in-ban-kin, kiranya pemuda itu biarpun berkuda takkan mampu menyusulnya.
Sekarang pun, sukar sekali Bok Liong dapat menyusul. Setelah berkejaran hampir
dua jam dan mereka tiba di luar kota Pao-teng sebelah selatan kota raja,
barulah Lin Lin tersusul. Hal inipun hanya karena gadis itu kehabisan napas,
terpaksa ia berhenti dengan napas memburu. Sepasang pipinya menjadi merah
seperti buah tomat karena darahnya bergerak cepat setelah berlari selama itu.
Bok Liong cepat-cepat melompat turun dari atas kudanya
dan menghadapi Lin Lin yang berdiri cemberut. Bok Liong kembali mengangkat
kedua tangan memberi hormat dan suaranya benar-benar penuh bujuk rayu,
˜Adikku yang baik, Moi-moi yang baik budi, maafkanlah aku
yang tolol. Aku sungguh tidak mengerti mangapa kau marah-marah kepadaku, kalau
kau suka menjelaskan, biarlah aku akan membunuh diri kalau memang aku berbuat
dosa terhadapmu.!
Di dalam hatinya, Lin Lin tertawa geli dan mengira pemuda
itu membadut. Akan tetapi karena ia masih mendongkol, ia menjawab ketus,
˜Kau sudah tidak percaya kepadaku, mengapa masih
memperlihatkan sikap bersahabat?!
˜Siapa bilang aku tidak percaya, Lin-moi? Aku percaya
seribu prosen kepadamu. Percaya mati-matian dan bulat-bulat!! Bok Liong sengaja
bersikap jenaka dan benar saja, dara yang memang pada dasarnya berwatak jenaka
gembira itu sebentar saja sudah hilang marahnya.
˜Kaubilang percaya hanya di mulut tapi di hati kau
menyangka aku akan melakukan hal-hal jahat dan akan menyeretmu ke dalam
perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan kebenaran. Bagus, ya? Lain di mulut
lain di hati, berani sumpah tak berani mati!!
Kini tiba giliran Bok Liong yang tertawa geli di dalam
hatinya. Entah dari mana dara ini memungut kata-kata sindiran yang merupakan
istilah dalam panggung sandiwara itu untuk mengukur watak laki-laki
.
˜Wah, benar aku telah bersalah, Lin-moi, akan tetapi
sungguh mati bukan maksudku untuk tidak percaya kepadamu.!
˜Nah, sekarang bunuh dirilah. Aku ingin sekali lihat!!
kata Lin Lin sambil duduk di atas tanah, dibawah pohon. Peluhnya membasahi
jidat dan leher, diusapnya dengan saputangan sutera.
˜Bunuh diri..? Apa maksudmu..?!
˜Eh, pakai tanya lagi! Kan kau sendiri yang tadi berjanji
hendak bunuh diri kalau berdosa kepadaku. Nah, kau bunuh dirilah. Atau memang
kau pun termasuk golongan yang berani sumpah tak berani mati?!
˜Waduh-waduh, masa kesalahan begitu saja dianggap dosa
besar yang harus ditebus dengan nyawa? Lin-moi, harap jangan main-main.
Biarlah, aku mengaku salah dan tidak akan banyak tanya lagi. Aku akan
membantumu tanpa syarat dan tanpa tanya-tanya lagi. Sekarang katakan, apa yang
dapat kulakukan untuk membantumu? Apakah kesukaranmu?! kata Bok Liong sambil
duduk pula di atas tanah, berhadapan dengan Lin Lin. Kudanya yang juga tampak
lelah itu beristirahat sambil makan rumput gemuk hijau di pinggir jalan,
ekornya dikebut-kebutkan ke kanan kiri mengusir lalat, kelihatan girang dan
lega kuda itu setelah tadi berlumba lari.
Kini wajah Lin Lin tampak sungguh-sungguh. Memang, ia
tadi mendongkol. Akan tetapi tidak mendalam dan puaslah ia sudah dapat balas
menggoda Bok Liong. Kini dengan suara serius ia berkata.
˜Liong-twako, sebetulnya pikiranku amat bingung. Aku
mencari musuh besar tidak bertemu, mencari kakak angkatku juga tidak berhasil,
malah-malah Kakak Bu Sin dan Enci Sian Eng pun sampai sekarang tidak bertemu
kembali denganku, entah lenyap ke mana mereka itu!!
Tahulah sekarang Bok Liong bahwa gadis ini adalah seorang
dara remaja yang hilang dalam arti kata, terpisah daripada dua orang kakaknya.
Ia tidak memotong, melainkan menanti gadis itu melanjutkan penuturannya.
˜Kami bertiga pergi meninggalkan dusun kami di kaki
Gunung Cin-ling-san, dengan niat mencari musuh besar kami, juga mencari kakak
angkatku yang semenjak kami lahir tak pernah kami temui. Celakanya, kami
bercerai-berai dan aku mencari sendiri, dibantu oleh kakek gundul Kim-lun
Seng-jin. Namun hasilnya sia-sia belaka. Kakek gundul itu ternyata tidak becus
membantuku, tak dapat membawaku kepada kakak angkatku, juga tidak tahu di mana
adanya musuh besarku. Nah, sekarang aku minta bantuanmu, Liong-twako, bantulah
aku mencari mereka itu.!
Bok Liong tertawa. Hatinya lega bukan main.
˜Ah, Lin-moi, kau ini memang suka bikin orang bingung.
Kalau tadi-tadi kau bilang hanya bantuan seperti ini saja, tentu aku seribu
kali setuju. Akan kubantu engkau, Moi-moi. Akan tetapi, tentu saja aku harus
tahu lebih dulu siapakah gerangan mereka yang kaucari. Siapakah musuh besarmu
itu?!
˜Aku sendiri juga tidak tahu, akan tetapi menurut dugaan
kami, dia adalah Si Suling Emas.!
Tiba-tiba Bok Liong meloncat sampai satu meter lebih.
Mukanya berubah dan ia memandang kepada Lin Lin dengan bengong. Lin Lin juga
meloncat dan membanting kakinya.
˜Nah-nah-nah, kau kumat lagi! Apakah semua laki-laki
memang pengecut sehingga begitu mendengar nama Suling Emas lantas menjadi
ketakutan macam ini? Kau dan kakek gundul sama saja. Menjemukan benar!!
!Wah, kau yang kumat, bukan aku,! demikian suara hati Bok
Liong. Akan tetapi mulutnya segera berkata, ˜Jangan salah sangka, Lin-moi. Aku
tidak takut, hanya terheran-heran. Kau agaknya tidak tahu orang macam apa dia
itu, maka begitu mudah kau menuduh dia sebagai musuh besarmu. Lin-moi, Suling
Emas adalah seorang pendekar sakti yang dipandang tinggi oleh para tokoh bersih
di dunia kang-ouw. Masa dia membunuh ayah bundamu?!
˜Biar dipandang tinggi oleh semua orang di dunia atau
dipandang tinggi oleh para dewa sekali pun, aku tidak takut! Ihhh, semua orang
takut kepada Suling Emas. Sampai bagaimana sih kepandaiannya? Ingin aku bertemu
dengan dia dan mengajak dia duel sampai selaksa jurus!:
Bok Liong meraba-raba bawah hidungnya yang tidak berkumis
untuk menahan tawa.
˜Baiklah, Lin-moi. Aku akan membantumu dan kurasa kalau
diusahakan benar, bukan tidak mungkin aku akan dapat memperjumpakan kau dengan
Suling Emas.!
Wajah yang cemberut itu seketika berseri dan kembali Bok
Liong merasa dadanya tergetar. Sekarang demikian hebat ia terpengaruh sehingga
jantung di dalam rongga dadanya berloncatan ke atas kemudian jatuh kembali di
tempatnya dalam keadaan terbalik! Mulutnya sampai ternganga ketika ia memandang
wajah Lin Lin, sinar matanya sayu penuh keharuan. Baru kali ini ia menyaksikan
sesuatu yang demikian indahnya sampai mengharukan.
Akan tetapi Lin Lin mana memperhatikan hal ini? Ia sudah
terlampau girang cepat ia menyambar tangan Bok Liong, di guncang-guncangnya.
˜Betul, Liong-twako? Kau bisa mencari dia? Ah, kakek
gundul itu saja tidak becus. Di mana adanya Suling Emas, Liong-ko? Jauh atau
dekat? Hayo kita segera pergi ke sana, ingin kupaksa dia mengaku tentang
pembunuhan itu!!
Kembali Bok Liong tersenyum. Kini ia berani tersenyum dan
ini memudahkan ia menahan tawanya mendengar kata-kata dan melihat sikap yang
lucu ini. Benar-benar seorang dara lincah jenaka yang seperti seekor burung
baru belajar terbang, tidak tahu tingginya gunung lebarnya lautan!
˜Tidak begitu mudah, Lin-moi. Orang macam dia itu tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap. Akan tetapi, aku akan bertanya-tanya
kepada tokoh kang-ouw. Aku mempunyai banyak kenalan di dunia kang-ouw dan dari
mereka, kurasa akhirnya kita akan dapat berjumpa dengan Suling Emas. Sekarang
soal ke dua, tentang kakakmu itu. Siapa dia dan bagaimana mungkin seorang kakak
tidak pernah bertemu dengan adik-adiknya selamanya?!
˜Kakak angkatku itu bernama Kam Bu Song, akan tetapi
ketika ia mengikuti ujian di kota raja empat belas tahun yang lalu, ia memakai
she Liu. Apakah kau bisa mencari keterangan tentang dia?!
˜Kam.. Liu Bu Song? Tak pernah aku mendengar nama ini,
akan tetapi kalau empat belas tahun yang lalu dia di kota raja, tentu saja aku
tidak ingat lagi. Tentu aku masih kanak-kanak waktu itu. Akan tetapi, aku dapat
mencari keterangan di kota raja tentang dia. Sekarang, kau hendak mencari yang
mana lebih dulu? Kalau mencari kakakmu lebih dulu, kita kembali ke kota raja.
Kalau mencari Suling Emas, tidak periu kita ke kota raja.!
Lin Lin termenung. Kedua orang itu sama pentingnya. Akan
tetapi, pertemuan dengan Kim-lun Seng-jin dan cerita tentang ˜Puteri Khitan!
amat menarik hatinya dan membuat ia ingin sekali segera mendengar pemecahan
rahasia ini. Pula, kalau ia mencari Bu Song di kota raja, ada keuntungannya,
yaitu sambil menanti datangnya Bu Sin dan Sian Eng. Mereka berdua itu pasti
akan datang ke kota raja pula.
˜Biar kita mencari Kakak Bu Song lebih dulu, ke kota
raja.! Akhirnya ia berkata.
˜Sekalian menanti munculnya Sin-ko dan Enci Sian Eng.
Liong-twako, kau baik sekali. Perlu kau kuperkenalkan dengan Sin-ko dan
terutama dengan Eng-cici. Wah, dia itu gagah perkasa, ilmu pedangnya hebat dan
dia cantik sekali, Twako!! Setelah berkata demikian ia tertawa-tawa gembira.
Merah muka Bok Liong.
˜Hush, kau bicara apa ini? Kenapa kau bilang kepadaku
tentang Cicimu? Apa perlunya?!
˜Ihhh, kalau aku memuji kecantikan Enciku di depanmu, apa
sih salahnya?! Ia tertawa-tawa lagi dan matanya menggoda. Bok Liong tersenyum
masam, hatinya mengeluh. Engkaulah yang cantik, tidak ada wanita ke dua di
dalam dunia ini yang dapat menggerakkan hatiku seperti engkau, demikian suara
hatinya.
˜Baiklah, kita kembali ke kota raja. Akan tetapi sarung
pedangmu itu harus diganti. Biar nanti kucarikan gantinya.!
˜Sarung pedang? Mengapa?! Lin Lin meraba pedangnya.
˜Moi-moi, tadi aku mendengar dari kata-kata Cheng Hie
Hwesio tentang Pedang Besi Kuning yang hilang dari istana dan berada di
tanganmu. Lebih baik sarungnya yang istimewa itu diganti, sehingga tidak akan
dikenal orang.!
˜Memang inilah pedang itu, kakek gundul dan aku yang
mengambilnya. Wah, kalau kau ikut tentu senang sekali, Liong-twako. Kami berdua
sikat habis semua masakan di dalam dapur istana. Wah, enak-enak, pendeknya,
selama hidup belum pernah kau merasakannya. Sampai sakit perutku, terlalu
kenyang dan perut kakek itu menjadi busung. Dan kami.. kami menyamar seperti
kucing..! Lin Lin terkekeh gembira, menutupi mulutnya dan dengan suara
terputus-putus diseling tawa ia menceritakan pengalamannya di istana.
Bok Liong kagum bukan main. Kagum akan kehebatan Kim-lun
Seng-jin, juga kagum akan manisnya mulut yang bergerak-gerak bicara itu. Kemudian
mereka berdua memasuki kota Pao-teng dan di sebuah toko senjata, Bok Liong
membeli sebuah sarung pedang untuk pedang yang tergantung di pinggang Lin Lin.
Kini pedang itu, tanpa ronce-ronce dan dengan sarung lain, tiada bedanya dengan
pedang biasa, maka tentu tidak akan ada yang tahu bahwa itulah Pedang Besi
Kuning, pedang pusaka rampasan dari bangsa Khitan yang lenyap dari dalam gudang
pusaka istana.
Di kota Pao-teng, Bok Liong mengajak Lin Lin memasuki
sebuah rumah makan yang cukup besar dan bersih. Hari menjelang senja dan perut
mereka telah lapar. Tanpa sungkan-sungkan Lin Lin menyetujui dan seorang
pelayan segera menyambut mereka dengan hormat, apalagi ketika melihat pedang
yang tergantung di punggung Bok Liong dan di punggung Lin Lin.
˜Kau hendak makan apa, Moi-moi?!
˜Apa sajalah. Setelah makan eh.. anu.. semua itu, kiranya
tidak ada makanan yang cukup bagiku.! Ia mengernyitkan hidung dan Bok Liong
maklum bahwa yang dimaksudkan Lin Lin tentu masakan-masakan di dapur istana
itu. Pelayan yang menanti pesanan mereka tentu saja tidak mengerti apa yang
dimaksudkan oleh nona yang cantik jelita dan gagah perkasa ini.
Bok Liong memesan arak wangi, nasi putih, bakmi, bakso
dan beberapa macam sayur-mayur lagi. Pesanan itu dilayani dengan cepat sehingga
beberapa menit kemudian mereka telah mulai makan minum. Kelahapan Bok Liong dan
perutnya yang sudah amat lapar itu membuat Lin Lin dapat makan dengan enak
juga, malah tidak kalah enaknya dengan masakan-masakan dapur istana ketika ia
sudah kekenyangan. Bukanlah masakannya yang menjadi syarat mutlak untuk
kelezatan, melainkan perut lapar. Perut lapar menyedapkan setiap makanan yang
paling sederhana seakalipun!
Suara orang bercakap-cakap riuh rendah memasuki restoran
itu tidak menarik perhatian Lin Lin dan Bok Liong yang sedang enak makan, juga
ketika beberapa orang tamu memesan masakan dengan suara parau, mereka tidak
menengok dan terus makan. Akan tetapi karena tiga orang laki-laki yang baru
datang itu duduknya di meja yang berhadapan dengan Lin Lin, mau tak mau Lin Lin
dapat melihat mereka. Mendadak gadis ini meletakkan sumpit dan mangkoknya,
kemudian ia bangkit dari tempat duduk dengan mata berapi Bok Liong melihat
keadaan gadis ini, sambil menghirup kuah dari mangkok, menoleh lalu mengerutkan
keningnya. Kiranya yang bercakap-cakap dan duduk mengelilingi meja itu adalah
tiga orang laki-laki yang pakaiannya ditambal-tambal, pakaian pengemis gembel!
˜Sssttttt, Lin-moi, tenang dan duduklah. Tak baik membuat
ribut di restoran orang, bikin kacau dan rusak barang orang saja.! bisiknya.
Lin Lin sadar, menekan perasaannya dan duduk kembali.
Seorang pelayan sedang siap untuk mengambilkan pesanan tiga orang pengemis itu,
memandang penuh kekhawatiran dan curiga kepada Lin Lin, akan tetapi ketika
melihat gadis ini duduk kembali, ia cepat-cepat pergi ke dapur. Tidak
mengherankan apabila Lin Lin kaget dan marah melihat tiga orang laki-laki itu,
karena mereka ini adalah tiga orang di antara para pengemis yang malam-malam
mengeroyok dia dan dua orang saudaranya. Sebaliknya, tiga orang pengemis itu agaknya
tidak mengenal Lin Lin, dan hal inipun tidak aneh. Mereka baru satu kali saja
melihat Lin Lin, inipun di waktu malam dan dalam pertempuran. Apalagi ketika
itu Lin Lin ditemani oleh Bu Sin dan Sian Eng, sedangkan sekarang hanya berdua
dengan Bok Liong.
˜Mereka adalah pengemis-pengemis yang dulu ikut
mengeroyok kami,! bisik Lin Lin.
Bok Liong mengangguk-angguk. Gadis itu sudah menceritakan
tentang perselisihannya dengan para pengemis yang dipimpin oleh Si Raja
Pengemis It-gan Kai-ong.
˜Mereka itu tokoh-tokoh Hui-houw-kai-pang (Perkumpulan
Pengemis Harimau Terbang) dan agaknya mereka datang sebagai tamu. Wilayah
mereka bukanlah di Pao-teng sini. Lin-moi, mari kita ke luar.! Bok Liong
memanggil pelayan, membayar dan mengajak Lin Lin keluar dari restoran.
˜Lin-moi, malam ini kita sebaiknya bermalam di sini.
Pengemis-pengemis itu mencurigakan. Pengemis-pengemis Hui-houw-kai-pang
merupakan orang-orang kepercayaan It-gan Kai-ong. Mereka itu bekerja untuk
Kerajaan Wu-yue, kalau datang ke dekat kota raja tentu ada maksud-maksud
tertentu, sebagai mata-mata. Aku akan membayangi mereka.!
˜Liong-ko, kenapa kau akan lakukan hal ini? Apa
hubunganmu dengan urusan itu?!
Bok Liong memandang dengan sinar mata penuh perasaan
ketika ia berkata.
˜Lin-moi, seorang warga negara harus setia kepada
negaranya. Demikian pula aku, harus setia kepada Kerajaan Sung. Kalau aku
melihat persekutuan yang membahayakan negara dan aku diamkan saja bukankah itu
berarti bahwa aku menjadi seorang pengkhianat? Tidak Moi-moi, takkan kudiamkan
saja kalau orang-orang Hui-houw-kai-pang ini mempunyai niat melakukan sesuatu
yang membahayakan negara.!
Kagum hati Lin Lin, Sebagai anak angkat Jenderal Kam,
seorang patriot sejati yang rela mengorbankan diri dan kebahagiaan demi negara,
tentu saja ia tahu akan hal ini, dan ia dapat menghormati sikap ini.
Malam hari itu, Bok Liong dan Lin Lin membayangi tiga
orang pengemis yang memasuki sebuah rumah gedung kecil di sebelah timur kota
Pao-teng. Rumah ini jauh dari tetangga, pekarangannya lebar dan kelihatannya
sunyi. Sebuah rumah kuno yang modelnya seperti rumah pesanggrahan bangsawan,
yang hanya ditinggali sewaktu-waktu saja. Bagi para penduduk Pao-teng, rumah
gedung mungil ini terkenal dengan sebutan ˜Gedung Merah!, karena memang cat
rumah itu merah. Orang-orang hanya tahu bahwa rumah itu milik seorang hanya
bangsawan muda dari An-sui yang kadang-kadang saja datang ke rumah ini di mana
ia mempunyai beberapa orang wanita penghibur yang menjadi selir-selirnya. Kalau
bangsawan muda itu datang, barulah tampak kesibukan di gedung merah ini.
Tukang-tukang masak pandai dipanggil, rombongan penghibur, penari dan penyanyi,
diundang dan sering kali diadakan pesta oleh bangsawan itu bersama
selir-selirnya, kadang-kadang ditemani beberapa orang tamu.
Bangsawan muda itu bukan lain adalah Suma Boan, putera
Pangeran Suma. Memang dia seorang pemuda penghambur nafsu dan uang. Sebetulnya,
hanya kelihatannya saja Suma Boan merupakan seorang kongcu hidung belang yang
menghabiskan waktunya dengan pelesir dan bersenang-senang. Padahal sebetulnya,
dia seorang muda yang mempunyai penuh cita-cita. Tidak sia-sia ia menjadi murid
orang sakti It-gan Kai-ong, karena tidak saja ia memiliki ilmu kepandaian
tinggi, namun juga memiliki cita-cita setinggi langit. Sudah banyak tokoh-tokoh
kang-ouw ia hubungi, dan ia menghimpun tenaga untuk sewaktu-waktu bergerak
melaksanakan tujuan dan cita-citanya, yaitu menggulingkan kedudukan kaisar dan
mengangkat diri sendiri menjadi penggantinya!
Tentu saja cita-citanya ini masih merupakan rahasia dalam
hatinya dan kiranya hanya gurunya dan pembantu-pembantunya yang paling setia
saja yang tahu. Orang lain hanya menganggap bahwa Suma Boan adalah seorang
bangsawan, putera pangeran, masih sanak dengan kaisar, kaya raya dan royal di
samping memiliki ilmu kepandaian silat tinggi.
Maka dari itu, Bok Liong menjadi heran sekali ketika ia
mengintai dari atas genteng gedung merah bersama Lin Lin, ia melihat bahwa tiga
orang pengemis itu mengadakan pertemuan dengan Suma Boan. Hal ini sama sekali
tak pernah diduganya. Suma Boan putera pangeran yang tinggai di An-sui itu
berada di sini? Benar-benar di luar dugaannya, yang sejak dahulu berkelana, Bok
Liong mengenal siapa adanya Suma Boan, murid It-gan Kai-ong yang lihai. Akan
tetapi ia sama sekali tidak tahu akan rahasia putera pangeran ini. Ia tidak
menjadi heran karena Suma Boan berhubungan dengan pengemis, karena guru pemuda
bangsawan itu adalah raja pengemis sendiri! Akan tetapi yang membuat ia
terheran-heran adalah munculnya pemuda bangsawan itu di gedung merah, karena
tadinya ia mengira bahwa tiga orang pengemis itu hendak mengadakan persekutuan
atau pertemuan rahasia dengan musuh-musuh Kerajaan Sung. Maka ia kecewa dan
memberi isyarat kepada Lin Lin untuk pergi dari situ.
Akan tetapi, sebaliknya wajah Lin Lin menengang ketika ia
mengenal Suma Boan. Ia malah memberi isyarat kepada Bok Liong untuk
mendengarkan percakapan mereka di bawah, lalu mendekatkan mulut pada telinga
Bok Liong sambil berbisik.
˜Di rumah dia itulah aku berpisah dengan kedua kakakku.!
Mendengar ini, hati Bok Liong tertarik dan ia segera
mendekam dan mendengarkan percakapan empat orang itu.
˜Mana Suhu? Kenapa tidak datang dan bagaimana hasilnya
dengan surat yang dirampas Hek-giam-lo?!
˜Kai-ong-ya tidak berhasil merampas kembali, tapi memberi
tahu bahwa surat itu agaknya sudah terampas kembali oleh Siang-mou Sin-ni dari
tangan Hek-giam-lo. Sekarang Ong-ya berkenan pergi sendiri menyelidik ke
Yu-nan.!
˜Apa? Suhu mendatangi wilayah Nan-cao?!
˜Betul, Kongcu. Pada pertengahan bulan depan, tepat pada
bulan purnama, di sana diadakan pesta menyambut hari raya kaum Agama Beng-kauw,
sekalian memperingati hari wafat ke seribu dari Kauw-cu (Ketua Agama) yang
telah meninggal dunia. Dalam kesempatan ini, tentu saja Kai-ong-ya dapat
menghadiri karena para tokoh hitam dan putih semua diterima dengan tangan
terbuka oleh Beng-kauw.!
˜Bagus!! Suma Boan kelihatan girang sekali. ˜Hanya sayang
sekali, kalau Suhu memberi tahu, tentu aku akan ikut ke sana, untuk melihat dan
menambah pengalaman.!
˜Kai-ong-ya berpesan agar Kongcu suka menanti kedatangan
Tok-sim Lo-tong yang sudah berjanji akan datang mengunjungi dan sudah siap
memberi bantuan untuk menghadapi Suling Emas.!
˜Hemmm, si keparat itu apakah sudah dapat diketahui Suhu
di mana tempatnya kalau ia datang ke kota raja?!
˜Menurut Kai-ong-ya, sering kali ia berada di dalam
gedung perpustakaan istana.!
˜Heeeee! Apa itu?! Tubuh Suma Boan berkelebat, diikuti
tiga orang pengemis itu yeng sudah melompat keluar dan langsung melayang ke
atas genteng.
Kiranya tadi ketika mendengar percakapan di bawah, Bok
Liong dan Lin Lin menjadi tertarik sekali. Apalagi ketika nama Suling Emas
disebut-sebut, Lin Lin menjadi begitu bernafsu sehingga ia bergerak untuk
membuat lubang lebih besar. Karena kurang hati-hati dan hatinya tegang,
gerakannya mengeluarkan bunyi dan terdengar oleh telinga Suma Boan yang tajam.
˜Keparat, berani kalian main-main di depan
Lui-kong-sian?! bentak Suma Boan sambil menerjang maju. Lui-kong-sian atau Dewa
Geledek adalah julukannya.
Bok Liong maklum akan lihainya lawan, maka cepat ia
memasang kuda-kuda dan menangkis. Dua lengan yang sama kuatnya bertemu dan
akibatnya, keduanya terpental melayang dan tentu akan roboh terguling di atas
genteng kalau tidak cepat-cepat mereka meloncat turun. Lin Lin yang tahu
bahaya, juga mendahului meloncat turun sambil mencabut pedangnya. Baru saja
kakinya menginjak tanah, tiga orang pengemis itu sudah menerjangnya dengan
tongkat, gerakan mereka cepat dan kuat. Namun Lin Lin sudah memutar pedangnya,
tampak sinar kuning bergulung-gulung dari pedang itu menyambut datangnya tiga
bayangan tongkat.
Adapun Suma Boan ketika tertangkis oleh lengan Bok Liong,
terkejut bukan main dan ia menjadi penasaran.
˜Siapakah kau? Apa perlunya kau malam-malam datang
seperti pencuri?! bentaknya ketika ia sudah berhadapan dengan lawannya di atas
tanah. Sayang keadaannya agak gelap sehingga ia tidak dapat mengenal siapa
pemuda yang lihai di depannya ini.
˜Suma-kongcu, suruh orang-orangmu mundur, dan kami akan
segera pergi, tidak akan mengganggumu lagi,! kata Bok Liong sambil memandang ke
arah pertempuran. Akan tetapi ia tidak khawatir akan keselamatan Lin Lin karena
tiga orang pengemis itu telah terdesak hebat oleh sinar pedang kuning yang
bergulung-gulung dahsyat.
˜Enak saja bicara, berani kau datang untuk memerintahku?
Ke neraka kau!! Suma Boan cepat menerjang dengan pukulan-pukulan maut.
Keistimewaan pemuda bangsawan ini adalah ilmu pukulan tangan kosong. Tenaganya
kuat dan ia memiliki banyak tipu muslihat, juga memiliki beberapa pukulan yang
mengandung tenaga beracun. Namun kali ini ia menghadapi lawan yang tangguh,
murid seorang sakti pula, maka semua pukulannya dapat dihalau oleh Bok Liong.
Karena dia seorang pendekar yang gagah dan memang suka mengadu ilmu, apalagi
sudah lama mendengar akan nama besar Lui-kong-sian Suma Boan, Bok Liong juga
tidak mau mencabut pedangnya dan melayani lawannya dengan tangan kosong pula.
Keduanya sama kuat, sama cepat dan masing-masing mewarisi ilmu-ilmu silat yang
tinggi.
Tidak seramai dua orang jago muda ini keadaan Lin Lin dan
para pengeroyoknya. Dalam sekejap mata saja, pedangnya telah merobohkan dua
orang pengeroyok dan pengemis yang ke tiga lari ketakutan menjauhkan diri!
Diam-diam Lin Lin menjadi girang dan juga bangga. Ia pernah dikeroyok orang-orang
seperti ini, ketika bersama Bu Sin dan Sian Eng dahulu, dan mereka bertiga amat
repot menghadapi pengeroyokan banyak pengemis. Akan tetapi sekarang, biarpun
yang mengeroyoknya hanya bertiga, namun dengan pedang curian itu dan dengan
ilmu warisan Kim-lun Seng-jin, terasa betapa lemahnya tiga orang pengeroyoknya
dan betapa mudah ia merobohkan mereka! Lin Lin menoleh dan melihat Bok Liong
masih bertanding hebat dengan pemuda jangkung yang sombong itu.