Mutiara Hitam Chapter 2

Kho Ping Hoo, Mutiara Hitam, Bab 6-10. ‘Nanti dulu, paling penting aku harus menyelidiki keadaan tempat ini, mencari jalan keluar.! kata Hauw Lam sambil mengulur kedua lengan ke depan, meraba-raba.
Anonim
 Chapter 02

Aku bukan Yu Kang Tianglo..!! Suling Emas memotong dengan suara keras. Ia sudah mengenal siapa Yu Kang Tianglo. Dahulu pernah ia bekerja sama, dengan Yu Kang, tiga puluh tahun yang lalu. Ketika itu Yu Kang adalah seorang tokoh dari Khong-sim Kai-pang berusia tiga puluh tahun, yang berusaha membalas dendam kematian ayahnya di tangan seorang di antara Enam Iblis Dunia bernama It-gan Kai-ong. Karena ketika itu It-gan Kai-ong merupakan seorang tokoh jahat, Suling Emas lalu turun tangan, membantu Yu Kang merobohkan It-gan Kai-ong sehingga Yu Kang dapat membalas dendam (baca cerita SULING EMAS ).

Aneh sekali, pikirnya. Biarpun Yu Kang dan dia memang memiliki bentuk tubuh yang hampir sama, akan tetapi seingatnya, Yu Kang dahulu lebih tua dari padanya. Sedikitnya lebih tua lima tahun! Agaknya, Yu Kang juga seperti dia, mengasingkan diri sehingga para pengemis ini tidak dapat membedakan antara dia dan Yu Kang.

Harap Tianglo mengingat akan perkumpulan kita dan menaruh kasihan kepada kami! Semenjak merobobkan It-gan Kai-ong tiga puluh tahun yang lalu, Tianglo menghilang. Kami mengira bahwa Tianglo khawatir akan pembalasan It-gan Kai-ong maka sengaja mengasingkan diri. Akan tetapi setelah belasan tahun yang lalu It-gan Kai-ong tewas mengapa Tianglo masih juga mengasingkan diri?

Apakah Tianglo tidak kasihan kepada saudara-saudara kita yang sudah terlalu lama kehilangan pemimpin yang bijaksana?!

Selagi pengemis bongkok itu bicara dengan penuh permohonan, diam-diam Suling Emas berpikir. Hemm, mengapa tidak? Biarlah Yu Kang menyembunyikan diri dan dia yang menggantikannya! Pertama, karena ia tahu bahwa perkumpulan Khong-sim Kai-pang adalah perkumpulan baik-baik sehingga sudah sepatutnya kalau ia bela. Kedua, dengan menyamar menjadi Yu Kang, Ia dapat menyembunyikan diri daripada pengejaran Lin Lin.

Pada saat itu, hujan turun lagi dengan derasnya dan pengemis tua yang memegang tongkat berseru, Ah, dasar bandel monyet gendut itu! Dia berani muncul lagi!!

Suling Emas kaget dan segera bangun berdiri. Saudara-saudara, biarkanlah aku sendiri menghadapinya.! Ia berkata ketika melihat dua orang pengemis tua itu degan marah hendak menerjang maju. Mendengar ini., dua kakek itu menjadi girang dan menanti di kanan kiri.

Perwira Khitan yang gemuk itu melangkah lebar menghampiri tempat itu, menempuh hujan. Ketika melihat orang yang dicarinya berdiri di depannya dengan muka sebagian tertutup saputangan sedangkan dua orang pengemis tua yang lihai tadi berdiri di kanan kirinya. Ia terkejut. Akan tetapi segera ia menyeringai dan berkata. Terpaksa saya harus mengikuti Taihiap sampai di manapun juga. Saya mempertaruhkan nyawa untuk tugas ini!!

Suling Emas bertanya. Tugasmu adalah mencari orang yang berjuluk Kim-siauw-eng, bukan?!

Betul, Taihiap.!

Dan engkau mengira bahwa akulah orang yang kaucari itu?!

Tidak bisa salah lagi, beginilah menurut petunjuk.!

Apakah engkau pernah bertemu dengan Suling Emas?!

Waah.. belum pernah. Akan tetapi, petunjuknya cocok, dan akan ada seorang atasanku yang pernah bertemu dan akan mengenal Taihiap.!

Kalau begitu, jangan membandel. Katakan kepada atasanmu bahwa yang kausangka Suling Emas itu sebetulnya adalah Yu Kang Tianglo, ketua dari Khong-sim Kai-pang! Sudah, jangan engkau mengganggu kami lagi!! Ia menoleh kepada dua orang pengemis tua sambil berkata, suaranya memerintah, Mari kita pergi!!

Si Perwira Khitan yang gendut itu terkejut dan meragu. Ia melangkah maju.. tetapi..,!

Baru sampai sekian ucapannya, Suling Emas mengulurkan tangannya dan perwira itu tiba-tiba berdiri kaku tak bergerak. Ia telah menjadi korban totokan yang luar biasa sekali! Melihat ini, dua orang pengemis tua yang sudah kegirangan itu menjadi kagum sekali lalu mereka berdua menjatuhkan diri berlutut di depan Suling Emas sambil berkata, Pangcu (Ketua)..!!

Di balik saputangan, Suling Emas tersenyum masam, lalu mengibaskan tangan baju dan berkata karena,.!Bangunlah dan mari kita pergi.!

Dengan muka gembira dan taat sekali, dua orang pengemis tua itu bangkit dan pergilah mereka bertiga menempuh hujan meninggalkan perwira Khitan yang masih berdiri seperti patung. Ketika hujan mulai berhenti, mereka sudah berteduh di dalam sebuah gubuk petani di tengah ladang. Kuda kurus tunggangan Suling Emas tadi berjalan mengikuti majikannya yang memanggilnya Siauw-ma, dan kini makan rumput di pinggir jalan ketika majikannya duduk di dalam gubuk bersama dua orang kakek pengemis.

Dan sekarang, ceritakanlah siapa kalian, dan apa sebabnya kalian memaksa aku yang sudah puluhan tahun mengasingkan diri dan tidak mau mencampuri urusan kai-pang (perkumpulan pengemis) atau mengapa kalian mengganggu ketenanganku hidupku?!

Ketika dua orang kakek pengemis itu secara bergantian mulai bercerita, Suling Emas mendengarkan penuturan yang amat menarik hatinya sehingga ia menaruh perhatian. Tak disangkanya bahwa selama ia mengasingkan diri telah terjadi banyak hal hebat di dunia. kang-ouw.

Selama puluhan tahun, ketika dunia kang-ouw dikuasai oleh Enam Iblis Bumi Langit, dunia pengemis juga terlanda malapetaka karena seorang di antara Enam Iblis, yaitu It-gan Kai-ong, merajai dunia pengemis. Setelah akhirnya It-gan Kai-ong tewas, dunia pengemis yang sudah terbebas dari kekuasaan jahat itu menjadi kacau, kehilangan pimpinan dan terpecah-pecah karena terjadi perebutan kekuasaan antara golongan pengemis yang baik dan golongan pengemis yang jahat. Golongan lain di dunia kang-ouw telah mendapatkan pimpinan-pimpinan baru dan fihak yang jahat dapat dibersihkan. Akan tetapi hanya golongan pengemis saja yang belum mempunyai pemimpin yang kuat sehingga fihak yang jahat selalu menimbulkan kekacauan dan terjadilah pertentangan-pertentangan hebat di antara mereka sendiri. Melihat kelemahan dunia pengemis ini maka orang-orang jahat yang terusir dan tidak mendapatkan tempat di dalam golongan lain, lalu menyelundup masuk ke dalam dunia pengemis untuk mencari kedudukan.

Khong-sim Kai-pang adalah sebuah perkumpulan pengemis yang besar dan berpengaruh, berpusat di kota Kang-hu. Sejak puluhan tahun yang lalu Khong-sim Kai-pang termasuk golongan partai bersih yang mengutamakan kebenaran dan selalu memusuhi kejahatan. Akan tetapi karena sudah puluhan tahun tidak mempunyai ketua yang pandai Khong-sim Kai-pang kehilangan pengaruhnya sebagai perkumpulan besar sehingga tidak dapat menjadi peranan penting dalam dunia pengemis. Namun karena dahulu pernah dipimpin oleh orang-orang bijaksana seperti Yu Kang Tianglo, mendiang ayah Yu Kang, para anggautanya masih setia dan mereka inilah yang merasa prihatin melihat keadaan dunia pengemis yang mulai dicengkeram oleh golongan hitam.

Beberapa kali para tokoh Khong-sim Kai-pang berusaha untuk membersihkan dunia pengemis daripada pengaruh oknum-oknum jahat, akan tetapi setiap kali usaha mereka gagal, bahkan banyak di antara mereka yang tewas dalam bentrokan itu. Akhirnya, dari banyak tokoh Khong-sim Kai-pang hanya tinggal dua orang tokoh yang termasuk orang-orang tingkat tinggi di perkumpulan itu. Mereka ini adalah Gak-lokai si kakek jembel bongkok dan Ciam-lokai si kakek jembel bertongkat. Dua orang kakek ini maklum bahwa kalau Khong-sim Kaipang tidak segera mendapat pimpinan yang tepat dan bijaksana, akan rusaklah keadaannya, tidak hanya keadaan perkumpulan mereka, juga dunia pengemis akan terjatuh ke tangan orang jahat. Mereka teringat akan Yu Kang yang puluhan tahun lamanya tak pernah muncul. Hanya putera mendiang Yu Jin Tianglo itulah kiranya yang akan dapat membangun kembali Khong-sim Kai-pang. Maka mulailah mereka berdua merantau dan mencari Yu Kang Tianglo sampai mereka berjumpa dengan Suling Emas dan mengira bahwa pendekar ini adalah orang yang mereka cari-cari.

Demikianlah Pangcu. Tanpa mengenal lelah kami berdua mencarimu sampai belasan tahun. Kami mendengar bahwa Tianglo merantau ke dunia barat. Kami telah menyusulmu ke sana, hampir celaka di negeri asing itu. Akan tetapi di sana kami mendengar bahwa Tianglo telah kembali ke timur sehingga kami kembali menyusul ke sini, untung dapat bertemu dengan Tianglo di kuil rusak. Agaknya Tuhan memang telah memanggil kembali Tianglo untuk memimpin dunia pengemis, karena kalau Tianglo tidak menaruh kasihan, tentu dunia pengemis akan terjatuh ke tangan iblis-iblis baru dan terseret ke dalam golongan hitam!! Demikian mereka berdua menutup penuturan mereka.

Suling Emas termenung sejenak. Ia mempertimbangkan keadaannya, kemudian menarik napas panjang dan berkata, Apakah kalian hendak menarik aku menduduki kursi ketua Khong-sim Kai-pang? Aku yang sudah biasa merantau bebas seperti burung di udara, bagaimana bisa terikat dan terkurung? Sungguh tak mungkin dapat kulakukan!! Ia menggeleng-geleng kepala dan menarik napas panjang.

Tidak usah sampai begitu, Pangcu!! kata kakek bongkok yang bernama Gaklokai cepat-cepat. Cukup asal pangcu memperkenalkan diri sebagai ketua Khong-sim Kai-pang dan menghadiri pertemuan besar para ketua perkumpulan-perkumpulan pengemis yang akan diadakan di permulaan musim semi. Pertama untuk membangun kembali semangat para anggauta Khong-sim Kai-pang, kedua untuk mencegah dunia pengemis terjatuh ke tangan kaum sesat. Mohon kiranya pangcu tidak akan tega membiarkan kehancuran Khong-sim Kai-pang dan dunia pengemis umumnya.! Setelah berkata demikian kedua orang kakek itu kembali menjatuhkan diri berlutut di depan Suling Emas.

Diam-diam Suling Emas terkenang kepada Yu In Tianglo, seorang tokoh Khong-sim Kai-pang yang bijaksana dan putera ketua ini, Yu Kang, seorang pengemis yang gagah perkasa. Ayah dan anak ini adalah orang-orang gagah yang sudah sepatutnya dibela. Memang kasihan dan sayang sekali kalau perkumpulan pengemis yang sudah terkenal sebagai golongan kaum bersih ini sampai terseret ke dalam lembah kejahatan. Selain ini, juga ia mendapat kesempatan untuk menyembunyikan diri dari kejaran orang-orang Khitan! Kalau ia sudah mengaku sebagai ketua Khong-sim Kai-pang, mustahil kalau para petugas yang diutus Lin Lin itu akan mengejarnya lagi dan menyangkanya Suling Emas!

Baiklah,! Akhirnya ia berkata. Akan kucoba sekuat tenagaku mencegah kaum sesat menguasai dunia pengemis. Akan tetapi aku hanya mau menjadi pangcu dari Khong-sim Kai-pang dengan syarat, pertama apabila semua sudah beres, aku tidak mau tetap tinggal di satu tempat. Urusan kai-pang boleh kalian urus sedangkan aku tetap akan melakukan perantauan seperti biasa, tanpa ada yang mengganggu. Kedua, aku tidak ingin memperkenalkan mukaku kepada orang lain sehingga dalam kedudukan sebagai pangcu, aku akan selalu menutup mukaku. Kalian pun harus bersumpah bahwa kau tidak pernah melihat mukaku. Mengerti?!

Dua orang kakek pengemis yang merasa yakin bahwa pendekar ini tentulah Yu Kang Tianglo menjadi gembira sekali. Dengan bercucuran air mata saking girangnya mereka menyanggupi semua permintaan Suling Emas.

Cukup, sekarang pergilah kalian. Tunggu kedatanganku di Kang-hu waktu bulan purnama yang akan datang. Bukankah pusat Khong-sim Kai-pang masih berada di kuil tua, di luar kota Kang-hu?!

Dua orang kakek itu makin girang dan tidak ragu-ragu lagi mereka sekarang bahwa orang ini tentulah Yu Kang putera mendiang ketua Yu Jin Tianglo yang lenyap ketika berusia tiga belas tahun dan ketika Khong-sim Kai-pang diserbu penjahat. Mereka mengangguk-angguk dan dengan mata basah air mata saking terharunya kakek bongkok berkata, Tentu saja masih di sana, Pangcu. Siapa dapat melupakan kuil itu?

Suling Emas menarik napas panjang memberi tanda dengan tangan agar kedua orang kakek itu pergi. Setelah mereka pergi, baru ia melompat ke atas punggung kudanya menepuk-nepuk leher kudanya sambil berkata lirih,

Siauw-ma, mau tak mau kita harus mengalami hal-hal baru di antara para pengemis itu. Terpaksa Siauw-ma, terpaksa..! Ataukah.. lebih baik ke Khitan..? Ah, tidak..! Jangan! Biarlah untuk sementara aku menjadi ketua pengemis!!

Berjalanlah kuda itu perlahan-lahan. Hujan telah berhenti dan tak lama kemudian terdengarlah suara suling ditiup, suaranya mengalun dan mengharukan, menggetarkan jiwa tertekan dan batin menderita.

***

Pada masa itu, Kerajaan Sung dipimpin oleh kaisarnya yang ke dua, yaitu Sung Thai Cung. Sungguhpun kemajuan di jaman Kerajaan Sung ini tidak dapat menandingi kerajaan-kerajaan yang lalu sebelum jaman Lima Wangsa, namun jika dibandingkan dengan jaman pemerintahan Sung Thai Cu kaisar pertama Kerajaan Sung, maka pemerintahan kaisar ke dua ini boleh dibilang mengalami kemajuan. Hasil yang dicapai lebih besar. Ia telah berhasil menjatuhkan Kerajaan Hou-han di Shan-si, Kerajaan Wu-yue di selatan, dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya, kemudian memasukkan daerah kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan ini ke dalam wilayah Sung.

Namun harus diakui bahwa terhadap dua buah kerajaan, yaitu kerajaan bangsa Khitan di timur laut yang terutama, dan Kerajaan Nan-cao di daerah Yu-nan, Kaisar Sung Thai Cung tidak berdaya. Mula-mula memang diusahakannya untuk menaklukkan dua buah kerajaan ini, namun selalu gagal. Bahkan berkali-kali bala tentara Sung terpukul mundur sehingga akhirnya kaisar tidak mendesak lagi. Hanya perang dan bentrokan kecil-kecilan terjadi di perbatasan, namun tidak ada artinya. Bahkan akhirnya, Kerajaan Sung mengambil sikap dan politik lunak, mendekati dua kerajaan ini dan bahkan mengirim upeti-upeti sebagai tanda persahabatan!

Tidaklah amat mengherankan apabila ditinjau keadaan dua kerajaan di sebelah utara dan sebelah selatan itu. Semenjak dipegang oleh Ratu Yalina, Kerajaan Khitan menjadi sebuah kerajaan yang amat kuat sehingga sukar dikalahkan, bahkan bangsa Khitan telah menaklukkan bangsa-bangsa nomad lain yang berkeliaran di daerah utara sehingga kerajaannya menjadi makin besar. Adapun Kerajaan Nan-cao, sungguhpun hanya merupakan kerajaan kecil, namun yang berkuasa di situ adalah kaum Agama Beng-kauw yang mempunyai banyak orang pandai, setia dan berdisiplin.

Karena cerita ini banyak menyangkut keadaan Kerajaan Khitan, maka marilah kita menjenguk keadaan kerajaan di sebelah utara dan timur laut itu. Bangsa Khitan adalah bangsa nomad yang besar, terdiri dari orang-orang gagah perkasa dan ulet. Keadaan hidup mereka yang selalu berpindah-pindah untuk mencari tempat yang lebih baik dan untuk menyesuaikan diri dengan iklim yang buruk, kesukaran hidup berjuang dengan alam, membuat mereka menjadi bangsa yang ulet, tabah dan pantang mundur.

Semenjak bangsa Khitan dipimpin oleh Ratu Yalina, kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Di dalam cerita CINTA BERNODA DARAH , diceritakan betapa Ratu Yalina ini di waktu kecilnya diangkat sebagai anak oleh seorang jenderal besar bangsa Han, dan di waktu remaja menerima gemblengan ilmu silat dari orang-orang pandai. Bahkan sebelum menjadi ratu, secara kebetulan sekali ia telah menemukan sebuah pusaka peninggalan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan ketua Beng-kauw di Nan-cao, yaitu catatan ilmu yang dahsyat, yang dirahasiakan. Setelah mewarisi ilmu yang disebut Cap-sha-sin-kun (Tiga Belas Jurus Ilmu Silat Sakti) inilah maka ilmu kepandaian Ratu Yalina amat hebat dan sukar dicari tandingannya.

Di waktu masih remaja, Ratu Yalina ini pernah mengalami derita batin yang takkan dapat ia lupakan selama hidup. Antara dia dan Suling Emas, terjalin kasih asmara yang amat mendalam. Keadaanlah yang memaksa mereka berpisah, yang tidak memungkinkan perjodohan di antara mereka. Apa sebabnya? Bukan lain oleh karena kebetulan sekali bahwa Suling Emas adalah kakak angkatnya! sendiri, putera kandung ayah angkatnya, Jenderal Kam! Sebetulnya hal ini bukanlah menjadi halangan benar bagi Puteri Yalina yang ketika itu belum menjadi ratu. Akan tetapi Suling Emas yang berkeras tidak mau, bukan hanya karena masih saudara angkat, juga terutama sekali karena Yalina amat diperlukan oleh bangsanya untuk menjadi Ratu sehingga Suling Emas mengalah dan pergi!

Akan tetapi, sebelum mereka saling berpisah untuk puluhan tahun lamanya itu, Suling Emas telah memenuhi permohonan Ratu Yalina untuk tinggal di dalam istananya selama sebulan. Menjadi suami di luar nikah! Biarpun tidak berhasil menjadi suami isteri, namun mereka telah saling menumpahkan cinta kasih mereka yang mendalam, tak kuasa menahan rindu hati yang tak tercapai karena halangan keadaan lahir.

Betapa tersiksa dan menderita batin Ratu Yalina ketika kekasihnya sudah pergi, ia mendapat kenyataan bahwa ia mengandung! Peristiwa yang bagi setiap orang isteri merupakan kebahagiaan mutlak ini, bagi Ratu Yalina bahkan merupakan derita dan siksa batin! Betapa tidak? Ia seorang ratu! Seorang ratu dan bukan seorang isteri. Ia tidak bersuami. Ia secara resmi masih seorang gadis! Dan ia mengandung! Kalau saja Ratu Yalina tidak teringat akan kedudukannya, tidak ingat akan bangsanya yang dikasihinya, tentu ia sudah melarikan diri dari Khitan, melarikan diri untuk mencari Suling Emas, kekasih dan.. suaminya, biarpun hanya suami tidak sah!

Ratu Yalina merasa tersiksa. Ia berduka dan juga malu. Bagaimana kalau nanti bangsanya mengetahui bahwa ratunya yang masih belum menikah itu mengandung? Hampir saja Ratu Yalina putus asa. Lebih baik mati membunuh diri daripada menanggung aib yang hebat! Akan tetapi, untung baginya bahwa panglimanya, orang yang paling dipercayanya karena panglima ini diam-diam juga mencintainya tahu akan rahasianya. Panglima ini Panglima Kayabu namanya, seorang Khitan yang gagah perkasa, tahu bahwa antara ratunya dan Suling Emas terjalin cinta kasih yang mendalam. Tahu pula bahwa demi bangsanya, ratunya rela berkorban perasaan, berpisah dari kekasihnya. Ia tahu pula bahwa Suling Emas ditahan dalam istana ratunya sampai sebulan sebelum mereka berdua saling berpisah. Kemudian ia tahu pula bahwa ratunya telah mengandung!

Secara rahasia, dijumpailah Ratu Yalina. Pada saat itulah terbukti kesetiaan Panglima Kayabu. Karena panglima ini telah dapat menduga kesemuanya, sambil menangis Ratu Yalina membuka rahasianya dan menyerahkan nasibnya ke tangan panglimanya yang juga menjadi sahabat satu-satunya dalam menghadapi peristiwa hebat ini. Kayabu menghiburnya dan memberi usul bahwa Sang Ratu seyogianya memelihara kandungannya dan secara rahasia kelak melahirkan anak. Sementara itu, dia sendiri secara serentak akan memillh seorang gadis Khitan dan mengawininya, kemudian kelak kalau Sang Ratu melahirkan anak, anak itu akan diakuinya sebagai anaknya sendiri! Tentu saja ia akan menyuruh isterinya itu bersikap seolah-olah mengandung sehingga kelak tidak akan mencurigakan kalau melahirkan! anak.

Rahasia yang hebat! Akan tetapi, karena tidak ada jalan lain, demi untuk menjaga nama baiknya sebagai ratu, dan demi menjaga agar bangsanya tidak menjadi kacau, Ratu Yalina melakukan sandiwara ini sesuai dengan rencana Panglima Kayabu! Panglima ini, yang tentu saja luka dan patah hatinya, memaksa diri memilih dan mengawini seorang gadis Khitan yang cantik.

Semua berjalan sesuai dengan rencana, yaitu Ratu Yalina dapat menyembunyikan keadaannya yang mengandung dari mata rakyatnya. Di lain fihak, isteri Panglima Kayabu pura-pura mengandung!. Akan tetapi, ketika. tiba waktunya Sang Ratu melahirkan, di dalam kamar rahasia dan secara rahasia dihadiri oleh isteri Panglima Kayabu dan seorang dukun beranak, terjadilah hal yang sama sekali di luar dugaan mereka. Sang Ratu Yalina melahirkan sepasang anak kembar! Pertama seorang bayi laki-laki dan kedua seorang bayi perempuan!

Kalau saja kelahiran macam ini tidak terjadi di Khitan, tentu tidak akan mendatangkan kebingungan. Akan tetapi, telah menjadi kepercayaan umum di Khitan bahwa kembar laki-laki dan perempuan merupakan pertanda bahwa kedua anak itu adalah titisan atau penjelmaan suami isteri, dan karenanya, kedua orang anak itu harus dipisahkan dan kelak harus dijodohkan sebagai suami isteri! Ketika dukun beranak dan isteri Panglima Kayabu menyatakan hal ini, yang dingerti pula oleh Ratu Yalina, ratu yang malang ini menangis sedih dan roboh pingsan. Isteri Panglima Kayabu menjadi sibuk dan cepat-cepat memberi laporan secara diam-diam kepada suaminya. Panglima Kayabu cepat memasuki kamar itu dan untung Ratu Yalina sudah siuman dan kini ratu itu menangis terisak-isak di atas pembaringan.

Harap Paduka jangan gelisah.! panglima yang setia itu menghibur.

Aduh.. Kayabu.. lebih baik mati saja aku kalau begini..!! Yalina menangis. Kayabu, kautolonglah aku.. kaucarilah dia, suruh datang ke sini, biar dia yang akan memutuskan keadaan ini..!

Panglima Kayabu mengerutkan keningnya. Ia maklum siapa yang dimaksudkan ratunya itu. Akan tetapi dalam keadaan seperti itu, kalau mencari dan memanggil Suling Emas, bukan merupakan hal yang baik. Kalau terpaksa rahasia ini dibuka, tentu akan timbul kegemparan di kalangan rakyat, tentu akan menimbulkan aib dan hal ini amat merugikan karena pada waktu itu, Khitan dikepung musuh dari selatan dan dari barat.

Harap Paduka tenang saja. Biarlah hamba mengakui anak laki-laki ini sebagai putera hamba, sedangkan anak perempuan ini, secara diam-diam kita singkirkan agar dipelihara orang lain dan kelak kalau mereka berdua sudah besar, mudah saja hamba menariknya sebagai mantu.!

Ucapan ini mengiris jantung Yalina. Dengan sepasang mata penuh air mata dan dengan muka pucat ia mengulurkan kedua tangan ke depan dan berkata kepada dukun beranak yang sedang mengurus dua orang anak yang menangis nyaring seperti berlumba itu.

Ke sinikan anak-anakku.. biarlah aku melihat mereka.. biarkan aku mencium dan memeluk mereka.. ahhh .. !! Ia menangis tersedu-sedu. Isteri Panglima Kayabu ikut menangis, demikian pula dukun beranak, wanita tua itu yang merasa terharu sekali. Kayabu sendiri, seorang panglima gagah perkasa yang pantang mengeluarkan air mata, merasa betapa sepasang matanya panas dan jantungnya serasa diremas. Wanita yang pernah menjatuhkan hatinya itu kini demikian sengsara, sama sekali tidak seperti seorang ratu yang berwibawa, sama sekali bukan seperti seorang wanita yang ia tahu amat perkasa dan sakti, melainkan seperti seorang wanita yang lemah, seorang wanita yang ditinggalkan kekasih, seorang ibu yang rindu akan anak-anaknya!

Anakku.. anakku.. ! Bagaimana aku dapat berpisah dari mereka ini..! Ratu Yalina mencium kedua anaknya. Hampir ia pingsan saking sedihnya ketika melihat bahwa anaknya yang laki-laki memiliki mata dan hidung kekasihnya! Anakku-anakku.. di mana Ayahmu.. ? Anak-anakku.. bagaimana kalian tega meninggalkan Ibumu..?! Ratu Yalina mencium lagi, kemudian menjerit lirih dan roboh pingsan sambil memeluk kedua anaknya yang mulai menangis lagi.

Cepat-cepat, bawa pulang anak laki-laki itu!! kata Panglima Kayabu kepada isterinya. Untung bahwa peristiwa kelahiran itu terjadinya pada waktu tengah malam sehingga tidak sampai diketahui orang lain. Dan kau, Bibi, dapatkah engkau membantu? Aku harus dapat menyerahkan anak perempuan ini kepada seorang yang boleh dipercaya!!

Hamba.. hamba sanggup membantu.. hamba.. mempunyai keponakan. Biarlah puteri ini dipeliharanya, hamba tanggung takkan bocor rahasia ini..! kata Si Dukun Beranak sambil terisak menangis.

Tentu saja jangan sampai bocor. Kalau bocor, engkau sekeluargamu akan dijatuhi hukuman mati!! Kata Kayabu yang diam-diam merasa girang bahwa anak perempuan itu ada yang megurusnya. Tentu saja tidak sukar baginya memerintahkan siapa saja memelihara anak itu, akan tetapi justeru sukarnya, jangan sampai ada yang tahu akan rahasia besar ini.

Lewat tengah malam, kamar Ratu Yalina menjadi sunyi kembali. Kedua orang anak yang baru lahir itu sudah dibawa pergi dari kamar. Yang laki-laki dibawa oleh isteri Panglima Kayabu, sedangkan yang perempuan dibawa pergi oleh dukun beranak yang keluar dari istana melalui pintu rahasia di sebelah belakang, lalu nenek tua itu menghilang di dalam gelap.

Akan tetapi pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali para penjaga istana menjadi gempar ketika menemukan nenek dukun beranak itu menggeletak tak bernyawa lagi di sebelah belakang istana!

Tentu saja Panglima Kayabu yang mendengar laporan ini merasa seakan-akan dicabut jantungnya saking kaget dan heran. Cepat ia sendiri mendatangi tempat pembunuhan itu, sehingga para pengawal menjadi heran mengapa panglima besar mereka begitu menaruh perhatian atas kematian seorang nenek dukun beranak.

Pembunuhan terjadi di dekat istana, hal ini amat gawat demi keselamatan Ratu.! kata panglima yang cerdik ini.

Lebih-lebih kaget dan herannya ketika memeriksa keadaan mayat dukun beranak itu. Panglima Kayabu mendapat kenyataan bahwa tubuh itu tidak terluka sama sekali, akan tetapi tanda-tanda biru di pelipis menyatakan bahwa nenek ini menderita luka hebat di dalam kepala akibat pukulan yang dahsyat, mengandung hawa sakti, pukulan seorang ahli yang memiliki kepandaian tinggi. Tentang anak perempuan yang baru dilahirkan semalam, tidak ada tanda-tanda dan bekas-bekasnya sama sekali!

Kematian nenek ini sebenarnya malah melegakan hati Kayabu karena lenyaplah kekhawatiran akan bocornya rahasia besar itu. Akan tetapi kalau ia mengingat akan lenyapnya anak perempuan. Ia mengerutkan keningnya dan menjadi bingung! Tak mungkin ia dapat mengumumkan kehilangan anak perempuan itu dan menyuruh anak buahnya menyelidiki atau mencari. Maka secara diam-diam ia sendiri melakukan penyelidikan dan mencari, namun sia-sia belaka. Anak perempuan itu lenyap tak meninggalkan bekas sama sekali, bahkan di seluruh Khitan tidak terdapat seorang anak bayi perempuan yang baru dilahirkan. Jelas bahwa anak itu dibawa oleh pembunuh nenek dukun, dibawa keluar dari Khitan atau dibawa sembunyi di tempat rahasia. Akan tetapi siapakah pembawanya?

Hal ini menjadi rahasia dan teka-teki yang tak terpecahkan. Dan tentu saja hal ini menambah kesengsaraan hati Ratu Yalina. Memang agak terhibur hatinya melihat Talibu, yaitu putera kandungnya yang menjadi putera Panglima Kayabu. Ketika Talibu berusia lima tahun, secara resmi ia diangkat anak oleh Ratu Yalina! Upacara pengangkatan ini dilakukan secara resmi dan dirayakan oleh semua orang Khitan. Gembiralah hati bangsa Khitan yang tadinya merasa prlhatin melihat ratu mereka yang terkasih itu tidak mau menikah. Akan tetapi setelah melihat Sang Ratu itu mengangkat putera, dan putera itu pun bukan anak orang biasa melainkan putera Panglima Besar Kayabu, legalah hati mereka. Kini mereka telah mempunyai seorang pangeran mahkota! Tentu saja tak seorang pun di antara mereka tahu betapa hati Sang Ratu itu jauh lebih lega dan bahagia daripada mereka. Diam-diam hati Ratu Yalina bahagia sekali karena pengangkatan Talibu sebagai puteranya itu merupakan Pesta pertemuan dan berkumpulnya kembali secara resmi antara seorang ibu dan anak kandungnya!

Pada waktu itu panglima Kayabu sendiri telah mempunyai seorang anak perempuan terlahir ketika Talibu berusia dua tahun. Anak perempuan yang cantik ini bernama Puteri Mimi yang menjadi adik kandung! dan teman bermain Pangeran Talibu sejak kecil. Kalau melihat keadaan Puteranya yang kini benar-benar telah menjadi puteranya, bahkan menjadi putera mahkota, bahagialah hati Ratu Yalina. Akan tetapi makin besar anak itu, makin gelisah dan prihatin hatinya. Bagaimana ia tidak akan merasa gelisah dan prihatin kalau mengingat bahwa puteranya ini telah kehilangan saudara kembarnya, telah kehilangan calon jodohnya!? Bagaimana takkan gelisah dan bingung hatinya karena menurut kepercayaan bangsanya, anak kembar laki perempuan kalau tidak dijodohkan, tentu akan hidup menderita dan mengalami malapetaka? Kalau teringat akan hal ini, Ratu Yalina menjadi sedih sekali dan teringat kekasihnya, Suling Emas, ayah daripada kedua orang anaknya itu!

Kekhawatiran akan hilangnya anak perempuannya itulah yang membuat akhirnya Ratu Yalina berkeras memberi perintah kepada Panglima Kayabu untuk berusaha mencari dan memanggil Suling Emas ke Khitan. Apapun yang terjadi, ayah dari anak-anaknya itulah yang harus mengambil keputusan! Ayah kandung anak-anak itu sendiri yang harus menentukan nasib sepasang anak kembar yang terpisah secara ajaib itu. Dan Panglima Kayabu hanya mentaati perintah, mengirim pasukan dan pembantu-pembantunya yang cukup pandai untuk mencari dan memanggil Suling Emas. Bahkan setelah bertahun-tahun gagal menjumpai Suling Emas dan Pangeran Talibu sudah makin besar, Ratu Yalina menulis segulung surat untuk diberikan kepada Suling Emas kalau orang-orangnya berhasil menjumpai pendekar itu.

Sementara itu, Pangeran Talibu makin besar makin gagah dan tampan. Semua rakyat mencinta pangeran ini. Selain tampan, juga putera mahkota ini digembleng ilmu surat dan ilmu silat. Tidak hanya Panglima Kayabu yang menurunkan kepandaiannya kepada putera mahkota, juga Sang Ratu Yalina sendiri menurunkan ilmu silat saktinya Yaitu Khong-in-ban-kin dan Khong-in-liu-san. Adapun ilmu silat ajaib Cap-sha-sin-kun ia ajarkan pula secara hati-hati dan perlahan-lahan karena ilmu ini bukan ilmu sembarangan dan kalau belum matang keadaan seorang ahli silat, tak mungkin dapat mempelaiarinya dengan sempurna.

Sebelum kita melanjutkan cerita ini, lebih baik kita menengok keadaan anak perempuan yang lenyap tanpa bekas itu. Ke manakah menghilangnya anak perempan itu, adik kembar Pangeran Talibu? Dan apakah yang terjadi lewat tengah malam itu di belakang istana Ratu Yalina?

Ketika itu, nenek dukun beranak memondong bayi perempuan yang dibungkusnya dengan selimut. Ia bergegas keluar dari pintu rahasia yang membawanya keluar dari istana dan muncul diluar taman bunga. Nenek ini tersenyum-senyum girang. Peristiwa aneh yang ia alami di dalam istana ini tak dapat tidak akan mendatangkan untung besar kepadanya. Betapa tidak? Rahasia Sang Ratu berada di tangannya. Yang dibungkus selimut ini merupakan sebagian rahasia besar itu. Sebagai orang yang mengetahui rahasia itu tentu hidupnya terjamin. Dan juga keponakannya akan hidup mewah dan mulia kelak, sebagai pengasuh dan pemelihara puteri Sang Ratu! Nenek ini sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi ada bayangan berkelebat mengikutinya.

Tiba-tiba nenek itu berhenti melangkah, kaget memandang ke depan. Di depannya telah berdiri sesosok bayangan orang. Malam itu bulan sepotong menyinarkan cahayanya yang suram, akan tetapi cukup untuk membuat ia dapat melihat orang yang seperti setan tiba-tiba saja berdiri di depannya. Seorang perempuan! Seorang perempuan berpakaian serba putih! Tubuhnya ramping padat, dengan lekuk-lengkung mencolok. Pendeknya tubuh seorang wanita muda yang montok, tubuh yang sedang mekar dalam usia muda. Akan tetapi muka dan kepala wanita muda ini tertutup anyaman benang sutera hitam Membuat wajahnya hanya nampak bayangannya saja, bayangan seram sekali karena sepasang matanya mengeluarkan sinar seperti bukan mata manusia! Lebih tepat kalau mata itu dimiliki iblis, atau setidaknya sepasang mata harimau liar!

Apa. eh, siapa.?! Nenek ini tergagap dan ketakutan.

Hi-hik!! Wanita aneh itu terkekeh dan sekali tangannya merenggut, anak dalam buntalan selimut itu telah berada di tangannya. Nenek dukun beranak terkejut dan kemarahannya mengatasi takutnya, kedua tangannya diulur hendak merampas kembali anak itu.

Huh, macam engkau mana ada harga merawat anak Lin Lin?! Tangan kirinya menyambar ke depan. Terdengar bunyi krekk!! dan tubuh nenek itu terguling tak bernyawa lagi! Sambil tertawa-tawa yang mengatasi tangis anak perempuan itu, wanita aneh itu sekali berkelebat lenyap ke dalam gelap. Suara ketawanya yang nyaring melengking amat menyeramkan, memecah kesunyian malam dan pasti akan membuat hati orang yang bagaimana tabahnya tergetar.

Siapakah wanita aneh yang menyeramkan ini? Melihat gerak-geriknya ia seorang yang memiliki ilmu kepandaian luar biasa hebatnya. Larinya amat cepat, seperti terbang saja sehingga ketika fajar menyingsing keesokan harinya, ia sudah berada di tempat yang ratusan li jauhnya dari Kota Raja Khitan. Ketika itu ia masih berlari terus memasuki sebuah hutan lebat, jauh di sebelah selatan. Orang tentu akan heran sekali melihat bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda, belum tiga puluh tahun usianya! Wajahnya cantik jelita, tubuhnya ramping padat, pakaiannya serba putih terbuat dari sutera halus yang membungkus ketat tubuhnya, membayangkan lengkung lekuk tubuhnya yang menggairahkan. Anehnya muka dan kepalanya tersembunyi di belakang kain penutup atau tirai! sulaman benang sutera hitam sehingga garis-garis mukanya yang cantik hanya nampak remang-remang. Akan tetapi, sepasang mata di balik tirai itu jelas tampak berkilat-kilat menakutkan, mata yang jeli dan indah, namun dengan sinar mata yang liar dan mengerikan.

Wanita ini sesungguhnya bukan orang asing bagi Ratu Yalina. Dia ini adalah kakak angkatnya sendiri, puteri ayah angkatnya. Mendiang ayah angkat Ratu Yalina, yang bernama Jenderal Kam Si Ek, seorang jenderal dari Hou-han yang perkasa dan pandai, mula-mula menikah dengan puteri Beng-kauwcu, yang bernama Liu Lu Sian yang berjuluk Tok-siauw-kwi (Iblis Cilik Beracun) dan berputera Suling Emas! Kemudian Jenderal Kam bererai dari Liu Lu Sian, menikah lagi dan mempunyai dua orang anak. Pertama adalah Kam Bu Sin yang kini menjadi mantu dari ketua Beng-kauw yang baru dan bersama istrinya tinggal di selatan. Adapun yang kedua adalah Kam Sian Eng, seorang anak perempuan yang cantik. Sayang sekali bahwa, seperti juga halnya Ratu Yalina, Kam Sian Eng ini gagal dalam asmara dan mengalami penderitaan batin yang lebih parah lagi. Gadis yang bernasib malang ini telah menjatuhkan cinta kasihnya kepada seorang laki-laki yang jahat, putera pangeran dan bernama Suma Boan. Dapat dibayangkan betapa hancur hatinya ketika Kam Sian Eng akhirnya mendapat kenyataan betapa laki-laki yang dicintainya itu membalasnya dengan kekejian, bahkan memperkosanya. Kehancuran cinta kasih yang diinjak-injak oleh kekasihnya ini membuat Kam Sian Eng menjadi tertekan batinnya yang membuatnya seperti gila! (Baca cerita CINTA BERNODA DARAH )
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar