Bab 74 Ketua Kun Lun Pay Binasa
Ketua Kun Lun Pay dan adik
seperguruannya duduk di ruang dalam dengan wajah serius.
Kelihatannya mereka berdua
sedang memperbincangkan sesuatu.
Ketua Hwa san Pay dan ketua
Khong Tong Pay telah binasa di tangan Ban Tok Lo Mo, bahkan kemudian Ban Tok Lo
Mo dan muridnya menyerang Kay Pang. Untung muncul Lian Hoa Nio cu, maka Kay
Pang terhindar dari petaka."
"Suheng," ujar sang
sutee (Adik seperguruan).
"Kita sama sekali tidak
tahu berasal dari mana Ban Tok Lo Mo dan muridnya, namun kepandaian mereka
sungguh tinggi sekali, terutama ilmu pukulan beracunnya."
"Benar." Ketua Kun
Lun Pay manggut-manggut sambil menghela nafas panjang.
"Aku justru merasa heran,
kenapa siauw Lim Pay diam saja?"
"Suheng, tidak mungkin
siauw Lim Pay diam saja. Aku yakin siauw Lim Pay sedang menunggu kesempatan
untuk bertindak"
"Aku pun berpikir begitu.
Tapi kini yang kuherankan adalah Lian Hoa Nio Cu." ujar ketua Kun Lun Pay.
"Kita pun tidak tahu dia
berasal dari perguruan mana, tapi ilmu kepandaiannya amat tinggi sekali."
"Mungkin dia bukan
berasal dari Tionggoan. sebab menurut informasi, dandanan Lian Hoa Nio Cu agak
aneh."
"Kalau begitu, Ban Tok Lo
Mo pun pasti bukan berasal dari Tionggoan. Lian Hoa Nio Cu terus memburunya,
mungkin mereka mempunyai dendam."
"Mungkin." sang
sutee manggut-manggut
"Lagipula Lian Hoa Nio Cu
selalu membunuh para penjahat. Dia merupakan seorang pendekar wanita membasmi
penjahat."
"Sutee," ujar ketua
Kun Lunpay. "Bagaimana menurutmu, perlukah aku pergi ke kuil siauw Lim sie
untuk berunding dengan ketua siauw Lim Pay?"
"Partai lain belum tentu
ke sana, kenapa suheng harus ke sana untuk berunding?" sahut sang sutee
dengan kening berkerut.
"Kalau aku ke sana,
partai lain pasti ikut ke sana," ujar ketua Kun Lun Pay.
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya harus dibasmi, sebab kalau tidak rimba persilatan tidak akan
aman."
"Aku harap suheng
pertimbangkan lagi sebelum berangkat, sebab aku khawatir Ban Tok Lo Mo dan
muridnya akan menghadang suheng di tengah jalan." Sang sutee mengingatkan.
"Aku akan membawa dua
murid handal, dan aku pun pasti berhati-hati," ujar ketua Kun Lun Pay.
"Itu...." sang sutee
ingin mengatakan sesuatu, tapi
kemudian dibatalkannya. la
hanya memandang ketua Kun Lun Pay sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Sutee" Ketua Kun
Lun Pay tersenyum getir.
"Itu demi keselamatan
rimba persilatan. Apabila terjadi sesuatu atas diriku, maka engkau harus
menggantikan kedudukanku."
"suheng...."
"Sutee, engkau tidak
perlu mencemaskan diriku. Uruslah partai kita baik-baik, aku akan berangkat
esok pagi bersama dua muridku."
"Suheng...." sang
sutee menatapnya seraya berkata.
"Bagaimana kalau aku yang
ke kuil siauw Lim sie?"
"Lebih baik aku saja.
Apabila terjadi sesuatu atas diriku, engkaulah yang menggantikan kedudukan."
"suheng...." sang
sutee menggeleng-gelengkan kepala.
Keesokan harinya, berangkatlah
ketua Kun Lun Pay bersama dua muridnya. Mereka melakukan perjalanan menuju kuil
siauw Lim sie dengan penuh kewaspadaan.
"Suhu," tanya salah
seorang muridnya.
"Mungkinkah Ban Tok Lo Mo
dan muridnya akan tahu kita sedang menuju kuil siauw Lim sie?"
"Entahlah." Ketua
Kun Lun pay menggelengkan kepala. "Yang penting kita harus
berhati-hati."
"Maksud suhu kemungkinan
besar Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan muncul mencegat kita?"
"Ya. Bahkan mereka pun
akan membunuh kita, maka kita harus berhati-hati."
"Ya, suhu." Kedua
murid itu mengangguk.
-ooo00000ooo-
Terdengar suara tawa di dalam
kuil tua di gunung wu san.
Ban Tok Lo Mo kelihatan
gembira sekali, kemudian menatap
Tan Beng Song seraya bertanya.
"Betulkah ketua Kun
Lunpay dan kedua muridnya sudah dalam perjalanan menuju kuil siauw Lim
sie?"
"Betul, suhu." Tan
Beng song mengangguk.
"Ini adalah kesempatan
kita untuk membunuh ketua Kun Lun Pay itu."
"Ngmm" Ban Tok Lo Mo
manggut-manggut.
"Setelah kita membunuh
ketua Kun Lun Pay itu, siauw Lim Pay pasti gusar sekali dan harus bertanggung
jawab pula. Karena ketua Kun Lun Pay dan kedua muridnya ke kuil siauw Lim sie
untuk berunding."
"Betul, suhu." Tan
Beng song tertawa. "Kalau kita sudah membunuhnya, jadi cuma tinggal siauw
Lim, Bu Tong, Go Bi dan Kay Pang."
"Ha ha ha" Ban Tok
Lo Mo tertawa gelak.
"suhu," tanya Tan
Beng song.
"Kapan kita pergi
membunuh Ketua Kun Lun Pay dan kedua muridnya itu?"
"Besok," sahut Ban
Tok LoMo. "oh ya, kita harus membiarkan salah seorang murid itu
hidup,"
"Kenapa?"
"Untuk menyiarkan berita
tentang kematian ketua Kun Lun Pay itu Mungkin murid itu akan lari ke kuil
siauw Lim sie. Ha ha ha"
"Ide yang bagus,
suhu." ujar Tan Beng song dan ikut tertawa.
"Maka seluruh rimba
persilatan akan tahu kematian ketua Kun Lun Pay Ha ha..."
sementara itu, ketua Kun
Lunpay dan kedua muridnya terus melakukan perjalanan menuju kui siauw Lim sie
dengan hati-hati sekali. sampai di sebuah rimba, mendadak ketua Kun Lun Pay
berhenti lalu menengok ke sana ke mari.
"Ada apa, suhu?"
tanya salah seorang muridnya dengan perasaan tegang.
"Heran" sahut ketua
Kun Lun Pay.
"Kenapa hatiku mendadak
terasa tidak enak sekali? Apakah akan terjadi sesuatu?"
"Suhu mendengar sesuatu
yang mencurigakan?"
"Tidak, hanya...
berfirasat buruk saja." Ketua Kun Lun Pay menggeleng-gelengkan kepala dan
berpesan.
"Kalau terjadi sesuatu
atas diriku, kalian harus segera lari ke kuil siauw Lim sie
memberitahukan"
"HeheheHehehe..."
Tiba-tiba terdengar suara tawa terkekeh-kekeh, kemudian muncul dua orang di
hadapan ketua Kun Lun Pay. Kedua orang itu ternyata Ban Tok Lo Mo dan muridnya.
"Siapa kalian?"
bentak ketua Kun Lun Pay.
"Ban Tok Lo Mo"
"Hah?" Bukan main
terkejutnya ketua Kun Lun Pay dan kedua muridnya. Mereka bertiga termundur
beberapa langkah, dan kedua murid itu langsung menghunus pedang masing-masing.
"Ketua Ku Lun" ujar
Ban Tok Lo Mo dingin.
"Ajalmu sudah tiba hari
ini Kalau kalian tidak ke kuil siauw Lim sie, tentunya tidak akan mampus di
sini"
"Ban Tok Lo Mo"
bentak ketua Kun Lun Pay.
"Jangan kau kira aku
takut padamu Ayoh kita bertarung" "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa
terkekeh-kekeh. "Baik, bersiap-siaplah untuk mampus"
Ban Tok Lo Mo mulai
menyerangnya, sedangkan Tan Beng song pun mulai menyerang kedua murid Kun Lun
Pay itu.
Ketua Kun Lun pay mengeluarkan
jurus-jurus andalan, namun Ban Tok LoMo dengan gesit berkelit ke sana ke mari,
kemudian balas menyerang dengan Ban Tok ciang.
Kira-kira tiga puluh jurus
mereka bertarung, mendadak terdengar suara jeritan ketua Kun Lun Pay, yang
ternyata dadanya terpukul Ban Tok Ciang.
"Aaaakh..." Ketua
Kun Lun pay terpental tujuh delapan depa, lalu terkapar dan binasa seketika.
"suhu..." teriak
kedua muridnya. "suhu..."
"He he he" Tan Beng
song tertawa. "Kalian berdua pun harus mampus"
Tan Beng song menghujani
mereka dengan Ban Tok Ciang.
Di saat itulah salah seorang
murid Kun Lun Pay itu berbisik.
"Sutee, cepatlah engkau
kabur"
"Tapi...."
"Sutee, aku akan menangkis
serangannya, engkau harus segera lari ke kuil siauw Lim"
Usai berbisik, ia segera
menangkis serangan yang dilancarkan Tan Beng song. Pada saat itulah sang sutee
itu melesat pergi.
"Aaaakh..." la masih
sempat mendengar suara jeritan suhengnya, dan itu nyaris membuatnya berhenti.
Namun
karena teringat akan pesan
suhengnya, maka ia mengeraskan hati dan terus melesat pergi.
"Ha ha ha"Ban Tok Lo
Mo tertawa gelak. la memang sengaja melepaskan murid Kun Lun Pay itu, kalau
tidak bagaimana mungkin murid Kun Lun Pay itu dapat melarikan diri?
"suhu," ujar Tan
Beng song. "Aku yakin dia pasti lari ke kuil siauw Lim sie"
"Tidak salah." Ban
Tok Lo Mo manggut-manggut dan melanjutkan.
"Sebelum tiba di kuil
itu, dia pasti akan bertemu kaum rimba persilatan dan menceritakan tentang
kejadian ini Maka berita tentang kejadiun ini pasti tersebar luas, ha ha
ha"
"Suhu, sekarang kita ke
mana?"
"Kembali ke kuil tua.
Tapi engkau tetap harus menyamar untuk menyelidiki gerak-gerik partai
lain."
"Ya, Suhu." Tan Beng
Song mengangguk. kemudian mereka melesat pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara, murid Kun Lun Pay
yang melarikan diri itu terus berlari ke arah kuil siauw Lim sie. Keesokan
harinya, ia tiba di sebuah kota dan langsung mampir di rumah makan.
Di saat ia sedang bersantap.
masuklah beberapa pengemis muda, yang semuanya adalah anggota Kay Pang cabang
di kota itu. Ketika melihat murid Kun Lun Pay itu, mereka tampak tertegun dan
segera menghampirinya.
"Eh? Bukankah engkau....
sun cok san?" tanya salah satu
dari mereka.
"Betul." Murid Kun
Lun Pay itu mengangguk, "Kalian anggota Kay Pang, bukan?"
"Betul." Para
anggota Kay Pang itu duduk. "Saudara sun, kenapa engkau berada di
sini?" "Aaaah..." sun cok san menghela nafas panjang.
"Apa yang telah
terjadi?" tanya salah seorang pengemis tegang.
"Guruku telah
binasa."
"Apa?" Para anggota
Kay Pang itu terbelalak.
"Guru-mu telah
binasa?"
"Ya." sun Coksan
mengangguk.
"Ketika kami sedang dalam
perjalanan menuju kuil siauw Lim sie, mendadak muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya.
Ban Tok Lo Mo membunuh guruku, dan muridnya membunuh Suheng ku. Namun aku...
aku berhasil melarikan diri"
"Haaah...?" Bukan
main terkejutnya para anggota Kay Pang
itu
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya...."
"Saudara, kalian pihak
Kay Pang pun harus berhati-hati. sewaktu-waktu Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti
akan menyerang Kay Pang lagi."
"Terima kasih, saudara
Sun," ucap salah seorang pengemis
itu
"Kami pasti beritahukan
kepada pemimpin cabang tentang kejadian ini. oh ya, engkau mau ke mana sekarang?"
"Mau ke kuil siauw Lim
sie."
"Saudara Sun, perlukah
kami mengantarmu ke sana?" "Tidak perlu." sun cok san tersenyum
getir. "Terima kasih atas perhatian saudara."
Usai bersantap. sun cok san
berpamit kepada para anggota Kay Pang itu, lalu melanjutkan perjalanannya
menuju kuil siauw Lim sie. sedangkan para anggota Kay Pang itu segera kembali
ke markas cabang mereka untuk melapor.
Pemimpin Kay Pang cabang, Lu
seng Kong, yang berusia lima puluhan itu sedang duduk di ruang depan dengan
wajah serius.
"Betulkah ketua Kun
Lunpay dan seorang muridnya binasa di tangan Ban Tok LoMo?" tanyanya.
"Betul." Pengemis
yang melapor itu mengangguk.
"Kami bertemu sun cok san
murid Kun Lun Pay. Dia yang memberitahukan hal itu kepada kami."
"Sekarang murid Kun Lun
pay itu berada di mana?" "Melanjutkan perjalanan menuju ke kuil siauw
Lim sie." "Aaah...." Lu seng Kong menghela nafas panjang.
"Kini ketua Kun Lun Pay
pun binasa di tangan Ban Tok Lo Mo...."
"Ketua Kun Lun Pay pergi
ke kuil siauw Lim Sie untuk berunding dengan ketua Siauw Lim Pay, tapi di
tengah jalan malah dibunuh Ban Tok Lo Mo."
"Aku harus segera ke
markas pusat untuk melapor, kalian harus menunggu di markas ini, tidak boleh ke
mana-mana sebelum aku pulang"
"Ya," sahut mereka
serentak.
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti
seng ceng duduk di ruang depan, sedang membicarakan sesuatu dengan serius
sekali.
"Omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio.
"Setelah menyerang Kay
Pang, Ban Tok Lo Mo dan muridnya menghilang entah ke mana? Apakah Lian Hoa Nio
Cu berhasil mencarinya?"
"Mungkin tidak,"
sahut Kong Ti seng Ceng.
"Kalau Lian Hoa Nio Cu
berhasil mencari Ban Tok Lo Mo, tentunya akan tersiar berita itu"
"Aaah..." Kong Bun
Hong Tio menghela nafas panjang.
"Jika Ban Tok Lo Mo dan
muridnya tidak dibasmi, rimba persilatan tidak akan tenang."
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya begitu licik, muncul mendadak dan pergi tanpa meninggalkan jejak.
Mereka berdua entah bersembunyi di mana? oh ya, Suheng, apakah partai lain akan
menyalahkan kita?"
"Maksudmu?"
"Kita diam saja,"
sahut Kong Ti seng Ceng.
"Sama sekali tidak
mengundang partai lain untuk berunding."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio.
"Kita bermaksud baik,
demi keselamatan para ketua lain."
Tapi para ketua partai lain
belum tentu akan mengerti itu, mereka pasti mencela kita secara
diam-diam."
"Itu tidak apa-apa. Yang
penting para ketua partai lain selamat...."
Di saat itulah masuk Goan
Liang Hweeshio, yang kemudian memberi hormat dan melapor.
"Guru, murid Kun Lun Pay
ingin bertemu." "Persilakan dia ke mari" sahut Kong Bun Hong
Tio. "Ya, Guru." Goan Liang segera keluar.
Tak seberapa lama kemudian
tampak sun cok san memasuki ruang itu dengan wajah murung, kemudian memberi
hormat.
"Silakan duduk" ujar
Kong Bun Hong Tio.
"Terima kasih." ucap
sun cok san sambil duduk.
"omitohud" ucap Kong
Ti seng Ceng.
"Wajahmu tampak murung
sekali, apakah telah terjadi sesuatu di Kun Lun Pay?"
"Kong Ti seng Ceng,"
sun cok san memberitahukan.
"Aku bersama Guru dan
suheng berangkat ke mari. Maksud Guru ingin berunding dengan Kong Bun Hong Tio
mengenai Ban Tok Lo Mo, akan tetapi...."
"omitohud
Lanjutkanlah"
"Di tengah
jalan...." sun cok san melanjutkan dengan mata
basah.
"Mendadak muncul Ban Tok
Lo Mo dan muridnya. Guru binasa di tangan Ban Tok Lo Mo, sedangkan suheng
binasa di tangan murid Ban Tok Lo Mo"
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio. "Kami pihak siauw Lim Pay turut berduka cita."
"Kong Bun Hong Tio,"
ujar sun cok san.
"Tolong balaskan dendam
kami sebab Guru binasa karena ke mari."
"Omitohud" Kong Bun
Hong Tio manggut-manggut.
"Kami pasti akan membasmi
Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu."
Terima kasih, Kong Bun Hong
Tio," ucap sun cok san sambil bangkit berdiri sekaligus berpamit.
"Maaf, aku mohon
pamit" "Hati-hatilah" pesan Kong Ti seng Ceng.
"Ya." sun cok san memberi
hormat, lalu meninggalkan kuil Siauw Lim sie.
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti
seng Ceng saling memandang, kemudian menghela nafas panjang.
"Aaaah...." Kong Bun
Hong Tio menggeleng-gelengkan
kemala.
"Kini ketua Kun Lun Pay
pun telah binasa di tangan Ban Tok Lo Mo...."
"Suheng," ujar Kong
Ti seng Ceng.
"Kita harus turut
bertanggung jawab atas kematian ketua Kun Lun Pay, tidak boleh tinggal
diam."
"Omitohud" Kong Bun
HongTlo manggut-manggut.
"Itu memang tanggung
jawab kita. Namun apa yang harus kita lakukan, aku harus memikirkannya beberapa
hari."
Bagian 38
Lu Seng Kong duduk di hadapan
Su Hong Sek dan Seng Hwi. Ternyata pemimpin Kay Pang cabang sudah sampai di
markas pusat Kay Pang.
"Jadi benar ketua Kun Lun
Pay telah binasa di tangan Ban Tok Lo Mo?" tanya Su Hong Sek, ketua Kay
Pang.
"Benar." Lu Seng
Kong mengangguk.
"Sun cok San murid Kun
Lun Pay itu yang memberitahukan kepada beberapa anggota Kay Pang cabang, maka
aku segera ke mari melapor."
"Di mana Sun cok San
sekarang? Apakah dia kembali ke Kun Lun Pay?" tanya Seng Hwi.
"Dia melanjutkan
perjalanan ke kuil Siauw Lim Sie," jawab Lu Seng Kong.
"Aaaah" Seng Hwi
menghela nafas panjang. "Tak disangka ketua Kun Lun Pay juga binasa di
tangan Ban Tok Lo Mo"
"Ketua Kun Lun Pay dan
muridnya ke kuil Siauw Lim Sie untuk berunding, tapi binasa di tengah jalan.
Sudah barang tentu Siauw Lim Pay harus turut bertanggungjawab. Entah bagaimana
tindakan Kong Bun Hong Tio?"
"Tentang itu, partai mana
pun tidak boleh mem-persalahkan Siauw Lim Pay. siauw Lim Pay tidak mau
mengundang ketua lain, itu justru menghindari kejadian itu."
"Memang." Su Hong
Sek manggut-manggut.
"Tapi kepergian ketua Kun
Lun Pay ke kuil Siauw Lim Sie demi keselamatan rimba persilatan. Bcrarti beliau
mati secara gagah."
"Ya." Seng Hwi
mengangguk. "Aku sedang berpikir, apakah Su cok San kembali ke sana
mengambil mayat gurunya?"
"Aku yakin dia pasti ke
sana," sahut su Hong sek.
"Tidak mungkin dia
membiarkan mayat gurunya membusuk di sana."
"isteriku," tanya
seng Hwi mendadak. "Apa langkah kita sekarang?"
"Tetap di tempat,"
sahut su Hong sek dan melanjutkan.
"Kalau siauw Lim Pay
sudah mengambil suatu langkah, barulah kita berunding."
"Ng" seng Hwi
mengangguk. " Kalau begitu, Lian Hoa Nio Cu pasti belum berhasil mencari
Ban Tok Lo Mo."
"Memang." su Hong
sek manggut-manggut.
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya sungguh licik, sehingga jejak mereka sulit dilacak Lian Hoa Nio
Cu."
"Betul." seng Hwi
menghela nafas panjang. "Kini... entah di mana Thio Han Liong dan An Lok
Kong cu. Kelihatannya mereka berdua pun tidak berhasil melacak jejak Ban Tok Lo
Mo."
"Heran" gumam su
Hong sek. "Begitu rahasia tempat persembunyian Ban Tok Lo Mo, hingga Lian
Hoa Nio Cu tidak dapat mengetahuinya."
"Aaah..." seng Hwi
menghela nafas. "Tentang kematian ketua Kun Lun Pay, mungkin Go Bi Pay
masih belum tahu, sebab para murid Go Bi Pay jarang berkeluyuran dalam rimba
persilatan."
"Mudah-mudahan Go Bi Pay
tidak ke kuil siauw Lim sie" ucap su Hong sek.
"Kalau Go Bi Pay juga ke
kuil siauw Lim sie...."
"Aku yakin ketua Go Bi
Pay tidak akan ke sana, karena beliau cerdas," sahut seng Hwi.
"Benar." Su Hong Sek
manggut-manggut. "Jadi kita tidak usah mengkhawatirkan Go Bi"
Seng Hwi dan su Hong sek sama
sekali tidak tahu Thio Han Liong serta An Lok Kong cu berada di Go Bi Pay.
Begitu pula Go Bi Pay, sama sekali tidak tahu akan kejadian itu Maka Thio Han
Liong dan An Lok Kong cu masih tetap tinggal di sana menunggu kemunculan Ban
Tok Lo Mo dan muridnya.
Song Wan Kiauw Jie Lian Ciu
Jie Thay Giam dan Thio song Kee duduk di ruang tengah, membicarakan sesuatu
dengan wajah muram.
"Tak disangka sama
sekali, ketua Kun Lun Pay dan seorang muridnya binasa di tangan Ban Tok Lo
Mo," ujar Jie Lian ciu sambil menghela nafas panjang.
"Kalau ketua Kun Lun Pay
tidak ke kuil siauw Lim sie, tentunya tidak akan binasa di tengah jalan."
song wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala.
"Kong Bun Hong Tio tidak
mau mengundang partai lain untuk berunding, justru demi menghindari kejadian
itu. Namun ketua Kun Lun Pay...."
"Sudah barang tentu siauw
Lim Pay harus turut bertanggungjawab atas kematian ketua Kun Lun Pay, sebab
ketua Kun Lun Pay meninggal dalam perjalanan menuju kuil siauw Lim sie..."
ujar Jie Lian ciu.
"Tidak seharusnya siauw
Lim Pay bertanggungjawab, karena bukan siauw Lim Pay yang mengundang ketua Kun
Lun Pay ke sana, itu kemauan ketua Kun Lun Pay sendiri," sahut Jie Thay
Giam dan menambahkan.
"Kalau harus
bertanggungjawab tentunya semua partai besar. oleh karena itu, aku yakin Kong
Bun Hong Tio pasti akan mengambil suatu langkah."
"Entah langkah apa
itu?" Jie Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkinkah Kong Bun Hong
Tio akan menantang Ban Tok Lo Mo?"
"Mungkin." song Wan
Kiauw mengangguk.
"Sebab Kong Bun Hong Tio
merasa bertanggungjawab atas kematian ketua Kun Lun Pay, maka mengambil langkah
itu."
"Apabila beliau mengambil
langkah itu, lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Thio song Kee.
"Kalau beliau sudah
mengambil langkah itu, barulah kita berunding," sahut Jie Lian Ciu,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Kini Han Liong dan An Lok Kong cu
masih berada di Go Bi Pay, tidak mungkin Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan
menyerbu Go Bi Pay."
"Ban Tok Lo Mo memang
licik," ujar song Wan Kiauw.
"Dia tidak mau bergerak
secara terang-terangan, hanya menggunakan siasat saja."
"Benar." Jie Lian
ciu mengangguk. "Buktinya Lian Hoa Nio Cu tidak dapat melacak jejaknya.
Dan juga sungguh mengherankan, bagaimana Ban Tok Lo Mo bisa tahu ketua Kun Lun
Pay menuju kuil siauw Lim sie?"
"Menurut aku..."
sahut song Wan Kiauw.
"Pasti muridnya menyamar
sebagai orang biasa untuk mengawasi gerak-gerik para ketua partai besar. Kalau
tidak. bagaimana mungkin Ban Tok Lo Mo tahu ketua Ku h Lun Pay sedang melakukan
perjalanan ke kuil siauw Lim sie? Ya, kan?"
"Ng" Jie Lian ciu
mengangguk. "Bukankah Tan Beng song, murid Ban Tok Lo Mo itu pernah
menyamar untuk membunuh Thio Han Liong dan An Lok Kong cu?"
"Tidak salah." Song
Wan Kiauw manggut-manggut. "Maka mereka dapat mengelabui mata Lian Hoa Nio
Cu." "Urusan semakin gawat..." ujar Jie Lian ciu. "Kita
harus
melapor kepada guru. Kalau
tidak, kita pasti di-persalahkan." "Baik," song Wan Kiauw dan
lainnya mengangguk.
"Mari kita ke ruang
meditasi untuk melapor kepada guru"
Mereka berempat pergi ke ruang
meditasi. Begitu mereka duduk, Guru Besar Thio sam Hong pun membuka matanya.
"Ada sesuatu yang akan
kalian laporkan?"
"Ya, Guru," jawab
Jie Lian ciu.
"Apakah terjadi sesuatu
lagi dalam rimba persilatan?" tanya guru besar Thio sam Hong sambil
menatapnya,
"Ya, Guru. Jie Lian ciu
mengangguk.
"Ketika ketua Kun Lun Pay
bersama kedua muridnya pergi ke kuil siauw Lim Pay, mendadak di tengah jalan
muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya."
"oh?" Thio sam Hong
mengerutkan kening.
"Ketua Kun Lun Pay binasa
di tangan Ban Tok Lo Mo,
dansalah seorang muridnya mati
di tangan Tan Beng song. Sedangkan murid yang satu lagi berhasil melarikan
diri"
"Ke mana murid yang dapat
melarikan diri itu?"
"Ke kuil siauw Lim
sie," sahut Jie Lian ciu.
"sebelum tiba di kuil
siauw Lim sie, dia berjumpa anggota Kay pang."
"Ngmm" Thio Sam Hong
manggut-manggut.
"Ban Tok Lo Mo sengaja
melepaskan murid Kun Lun Pay itu."
"oh?" Jie Lian
tercengang.
"Itu agar murid Kun Lun
Pay menyiarkan berita tentang kematian gurunya," ujar Thio sam Hong.
"Kalau bukan itu tujuan
Ban Tok Lo Mo, bagaimana mungkin murid Kun Lun Pay itu dapat melarikan
diri?"
Jie Lian ciu, song Wan Kiauw
dan lainnya saling memandang, kemudian manggut-manggut.
"Guru, kini Han Liong dan
An Lok Kong cu masih berada di Go Bi Pay."Jle Lian ciu memberitahukan.
"Tidak apa-apa."
Thio sam Hong tersenyum.
"Kalian harus percaya,
akhirnya Ban Tok Lo Mo pasti binasa di tangan Han Liong."
"Oh? " Jie Lian ciu,
song wan Kiauw dan lainnya saling memandang lagi, tapi kali ini mereka merasa
heran.
"Aaah...." Thio sam
Hong menghela nafas panjang.
"semua itu sudah
merupakan takdir oh ya, apakah pihak siauw Lim pay sudah mengambil suatu
langkah?"
"Belum." Jie Lian
ciu menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, setelah
pihak siauw Lim Pay mengambil suatu langkah, barulah kalian ke mari
memberitahukan" ujar Thio sam Hong.
"Ya, Guru. " Jie
Lian ciu. Kemudian song Wan Kiauw dan lainnya meninggalkan ruang meditasi,
untuk kembali ke ruang tengah.
"Heran" gumam song
wan Kiauw.
"Kenapa tadi guru bilang,
akhirnya Ban Tok Lo Mo pasti binasa di tangan Han Liong? Betulkah Ban Tok Lo Mo
akan mati di tangan Han Liong?"
"Itu adalah ramalan guru,
mungkin benar," sahut Jie Lian ciu dan menambahkan.
"Kini kita tunggu
bagaimana langkah pihak siauw Lim Pay, setelah itu kita baru berunding dengan
guru."
"Baik," song Wan
Kiauw dan lainnya manggut-manggut.