Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 70: Ketua Hwa san Pay Dan Ketua Khong Tong Pay Tewas

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 70: Ketua Hwa san Pay Dan Ketua Khong Tong Pay Tewas
Bab 70 Ketua Hwa san Pay Dan Ketua Khong Tong Pay Tewas

Di dalam kuil tua yang terletak di gunung Wu san, tampak Ban Tok Lo Mo clan muridnya sedang bercakap-cakap dengan serius sekali.

"Engkau memang tidak becus" caci Ban Tok LoMo.

"Racun yang begitu ganas tidak membinasakan Thio Han Liong dan kekasihnya itu, bahkan mereka dapat meloloskan diri dari perangkap itu Cara bagaimana engkau mengatur perangkap itu? Dasar goblok"

"Guru" Tan Beng song menundukkan kepala.

"Mereka berdua kebal terhadap racun. cara bagaimana mereka berdua bisa lolos dari perangkap itu, aku pun tidak habis pikir."

"Eng kau memang gobLok, Ban Tok Lo Mo menudingnya.

"Sudah berusia setengah abad, tapi tak punya otak sama sekali"

"Guru, aku justru terus berpikir...."

"Berpikir apa?"

"Kita tidak perlu mengusik Thio Han Liong dan kekasihnya, lebih baik kita menyorot ke arah tujuh partai besar itu."

"Tapi...." Ban Tok Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala.

"Thio Han Liong dan kekasihnya justru merupakan halangan bagi kita. Kalau kita tidak turun tangan lebih dulu

membunuh mereka, niscaya mereka akan menghalang-halangi rencana kita."

"Guru, kini mereka sudah kembali ke Kota raja. Kemungkinan besar mereka tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi."

"Oh?" Ban Tok Lo Mo mengerutkan kening.

"Itu bagaimana mungkin?"

"Guru," ujar Tan Beng song sambil tersenyum.

"Kalau kita tidak mengganggu Bu Tong Pay, mereka pasti tidak akan mengusik kita."

"Ngmm" Ban Tok Lo Mo manggut-manggut.

"Ternyata engkau punya otak juga, tidak salah perkataanmu barusan. Lalu apa tindakan kita? Apakah engkau mempunyai ide?"

"Bukankah Guru ingin jadi jago yang tanpa tanding?"

"Betul."

"Karena itu, kita harus membunuh beberapa ketua partai besar," ujar Tan Beng song dan menambahkan,

"Selama ini kita cuma membunuh para muridnya, kini kita harus membunuh ketua partai. Itu pasti menggemparkan dunia persilatan, dan sudah barang tentu nama Guru akan membumbung tinggi."

"Kalau begitu..," tanya Ban Tok Lo Mo.

"Kita harus turun tangan terhadap partai mana?"

"Hwa san pay dan Khong Tong pay," sahut Tan Beng song memberitahukan.

"Kedua partai itu agak lemah, gampang bagi Guru membunuh ketuanya."

"Tidak salah." Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "setelah itu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" "Itu adalah urusan nanti, maka dibicarakan nanti saja." "Ha ha ha" Ban Tok lo Mo tertawa gelak.

"Baik, mari kita berangkat ke Hwa san Pay Ha ha ha..."

Hari itu ketua Hwa san Pay bercakap-cakap dengan beberapa murid handalnya di ruang depan. Ternyata mereka sedang membicarakan situasi dunia persilatan.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu sungguh memusingkan kaum rimba persilatan golongan putih," ujar salah seorang murid.

"Setelah membunuh, mereka berdua menghilang entah ke mana."

"Aaaah..." Ketua Hwa san Pay menghela nafas panjang.

"Aku justru merasa heran, kenapa siauw Lim Pay diam saja?"

"Siauw Lim Pay memang tidak bisa bertindak, sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya bermain kucing-kucingan dengan tujuh partai besar. Kalau pun pihak siauw Lim Pay mengundang para ketua partai untuk berunding, itu pun percuma," ujar murid tertua sambil menggeleng gelengkan kepala.

"Sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak akan muncul menantang. Mungkin karena itu maka pihak Siauw Lim Pay diam saja."

"Itu memang masuk akal." Ketua Hwa sanpay manggut-manggut.

"Selama ini Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak pernah menantang partai yang manapun, hanya membunuh secara diam-diam."

"Tapi biar bagaimanapun, kita harus bersiap-siap." ujar murid tertua sambil mengerutkan kening.

"Aku khawatir sewaktu-waktu Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan menyerbu kita."

Bagian 36

"Benar." Ketua Hwa San mengangguk perlahan.

"Kita semua harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan, tidak boleh lengah sama sekali."

"Guru" Murid kedua memberitahukan. "Belum lama ini, dalam rimba persilatan telah muncul seorang pendekar wanita yang cantik jelita, yang ke mana-mana pasti pakai tandu digotong empat lelaki kekar. Dia setalu membunuh para penjahat, sehingga para penjahat amat takut kepadanya."

"oh? Siapa pendekar wanita itu?"

"Tiada seorang rimba persilatan mengetahui namanya, hanya tahu julukannya saja."

Murid kedua melanjutkan. "Julukannya adalah Lian Hoa Nio cu."

"Lian Hoa Nio cu?" Ketua Hwa San tercengang.

"Aku kok belum pernah mendengarnya?"

"Dia baru muncul di rimba persilatan, maka Guru tidak pernah mendengar julukannya"

"Bagaimana ilmu silatnya?" Tinggi sekali."

"Lian Hoa Nio cu itu berasal dari perguruan mana?"

"Tidak tahu."

"Heran?" gumam Ketua Hiwa San Pay. "Mungkinkah dia bukan berasal dari Tionggoan?"

"Maksud Guru Lian Hoa Nio cu berasal dari Kwan Gwa (Luar perbatasan)?" tanya murid tertua.

"Ya." Ketua Hwa San Pay manggut-manggut.

"Seperti halnya Ban Tok Lo Mo dan muridnya, bukankah kita juga tidak tahu asal usul mereka?"

"oh ya" Murid kedua memberitahukan.

"Dengar-dengar Lian Hoa Nio Cu sedang mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya."

"oh?" ketua Hwa San Pay tersentak.

"Mau apa Lian Hoa Nio Cu mencari mereka?"

"Kalau tidak salah, Lian Hoa Nio Cu ingin membasmi Ban Tok Lo Mo dan muridnya."

"oooh" Ketua Hwa San Pay menarik nafas lega.

"Pantas Ban Tok Lo Mo dan muridnya terus bersembunyi, ternyata mereka takut kepada Lian Hoa Nio Cu...."

"He he he He he he..." Mendadak terdengar suara tawa yang menyeramkan, kemudian melayang turun dua sosok bayangan manusia.

"Siapa kalian?" bentak ketua Hwa San Pay.

"Ban Tok Lo Mo" terdengar suara sahutan.

"Tidak salah." Yang melayang turun itu adalah Ban Tok Lo Mo dan muridnya, dan kini mereka berdiri di tengah-tengah ruang itu. "Ban Tok Lo Mo?" Betapa terkejutnya ketua Hwa San Pay.

"Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa gelak.

"Tak disangka kalian sedang membicarakan kami, kebetulan kami ke mari"

"Mau apa kalian ke mari?" tanya ketua Hwa San Pay dingin.

"Mau membunuhmu dan membantai para muridmu," sahut Ban Tok Lo Mo sambil tertawa terkekeh. "He he he..."

"Ban Tok Lo Mo, kami Hwa San Pay tidak pernah bermusuhan dengan kalian Kenapa kalian...."

Belum juga usai ketua Hwa San Pay berbicara, Tan Beng song sudah mulai membantai beberapa murid Hwa San Pay yang berdiri di situ..

"Aaaakh Aaaakh..." Terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Ternyata mereka terkena ilmu pukulan beracun.

"Ha ha ha" Tan Beng song tertawa gelak.

Beberapa murid handal Hwa San Pay langsung menyerang Tan Beng song, sedangkan ketua Hwa San Pay mulai mendekati Ban Tok Lo Mo dengan pedang terhunus.

"He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Ketua Hwa San Pay, ajalmu telah tiba hari ini"

"Lihat serangan" bentak ketua Hwa San Pay sambil menyerang.

Hwa San Pay memang terkenal ilmu pedangnya, maka ketua Hwa San Pay menyerang Ban Tok Lo Mo dengan pedang. Akan tetapi, dengan gampang sekali si iblis Tua itu mengelak. lalu balas menyerang dengan ilmu pukulan beracun.

Ketua Hwa San Pay berkelit ke sana ke mari. sesekali ia pun balas menyerang dengan jurus jurus andalannya. Cepat

sekali puluhan jurus telah berlalu, ketua Hwa San Pay mulai berada di bawah angin.

Sementara beberapa murid handal Hwa San Pay pun telah binasa. Tan Beng song tertawa puas dan itu sungguh mengejutkan ketua Hwa San Pay. oleh karena itu, ia menjadi nekad menyerang Ban Tok Lo Mo.

"Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa, kemudian menyerangnya bertubi-tubi dengan ilmu pukulan Ban Tok Ciang (Ilmu Pukulan selaksa Racun)

"Aaaakh..." Terdengar suara jeritan ketua Hwa San Pay, ternyata dadanya telah terkena ilmu pukulan beracun, dan tak lama kemudian nyawanya pun melayang.

"He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh- kekeh. "Muridku, mari kita pergi"

"Ya, Guru" sahut Tan Beng song. Mereka berdua lalu melesat pergi, sayup-sayup masih terdengar suara tawa mereka. Ketua Hwa San Pay telah tewas, itu merupakan kejadian yang amat tragis sekali. Namun, tentang kejadian itu belum tersiar dalam rimba persilatan.

Ketua Khong Tong Pay termenung di ruang depan. Beberapa muridnya juga duduk di situ, tapi tiada seorang pun berani bersuara. Lama sekali barulah ketua Khong Tong Pay itu menghela nafas, kemudian berkata.

"Kelihatannya situasi rimba persilatan semakin gawat. sudah banyak kaum rimba persilatan golongan putih dibunuh oleh Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Kita harus berhati-hati. sewaktu-waktu mereka berdua akan menyerbu ke mari."

"Guru" Murid tertua memberitahukan.

"Belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul

seorang pendekar wanita, yang berjuluk Lian Hoa Nio Cu." "oh?" Ketua Khong Tong Pay tertegun.

"Pendekar wanita itu berasal dari pintu perguruan mana?"

"Entahlah. Tiada seorang rimba persilatan mengetahuinya. Melihat dandanannya yang agak aneh, mungkin berasal dari luar Tionggoan. Lian Hoa Nio Cu duduk di dalam tandu yang digotong empat lelaki kekar. Pendekar wanita itu selalu membunuh para penjahat."

"Syukurlah" ucap ketua Khong Tong Pay dan melanjutkan. "Yang mengherankan adalah Ban Tok Lo Mo dan muridnya. setelah membunuh, mereka menghilang entah ke mana."

"Guru, kenapa siauw Lim Pay tinggal diam?" "Siauw Lim Pay?" dengus ketua Khong Tong Pay.

"Kong Bun Hong Tio, ketua siauw Lim Pay itu merasa partainya di atas partai lain, maka tampak angkuh dan selalu ingin memimpin."

"Ketua siauw Lim Pay menghendaki ketua partai lain ke siauw Lim Pay tanpa diundang, itu seakan ketua partai lain bermohon kepada siauw Lim Pay Huh siauw Lim Pay...."

"Kenapa Guru kelihatan begitu membenci siauw Lim Pay?"

"Hingga kini Tiga Tetua siauw Lim Pay masih hidup, itu membuat siauw Lim Pay semakin angkuh."

Tapi ini menyangkut keselamatan rimba persilatan, maka alangkah baiknya Guru berunding dengan ketua siauw Lim Pay."

"Kalau siauw Lim Pay tidak mau mengundang, aku tidak akan ke sana," sahut ketua Khong Tong Pay.

"Bu Tong Pay pun sok tinggi, padahal Thio sam Hong dulunya cuma seorang kacung di siauw Lim sie, dia berguru kepada Kak Wan Taysu. setelah mendirikan Bu Tong Pay, Thio sam Hong pun mulai bertingkah. Padahal Thio Cui san murid kelimanya kawin dengan In soso, yang berasal dari Mo Kauw.

sedangkan Kim Mo Say ong mencuri sebuah kitab pusaka milik partai kita. Kim Mo say ong adalah saudara angkat Thio Cui San."

"Guru...." Murid-muridnya terperangah dan tidak mengerti,

kenapa hari ini guru mereka marah-marah kepada siauw Lim Pay dan Bu Tong Pay? Apakah ada sesuatu terganjet dalam hati ketua Khong Tong Pay itu? Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara tawa yang menyeramkan, lalu berkelebat dua sosok bayangan ke ruang itu.

"He he he Bagus Bagus, engkau mencaci siauw Lim Pay dan Bu Tong pay Aku senang sekali mendengarnya"

"Siapa kalian?" bentak ketua Khong Tong Pay.

"Ban Tok Lo Mo" Tampak dua orang berdiri di situ, yang ternyata Ban Tok Lo Mo dan muridnya.

"Hah?" Bukan main terkejutnya ketua Khong Tong Pay. "Mau apa kalian ke mari?"
" Ketua Khong Tong" sahut Ban Tok Lo Mo.

"Sebab ajalmu telah tiba hari ini, maka kami ke mari" "Ban Tok Lo Mo" Betapa gusarnya ketua Khong Tong Pay. "Baik, mari kita bertarung"

"Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh.

"Muridku, bunuhlah murid-muridnya"

"Ya, Guru." Tan Beng song mulai menyerang para murid Khong Tong Pay. Ketua Khong Tong Pay pun mulai menyerang Ban Tok Lo Mo dengan sengit sekali.

Ban Tok Lo Mo menyambut serangan-serangannya sambil tertawa, lalu balas menyerang dengan ilmu pukulan Ban Tok Ciang. Puluhan jurus kemudian, terdengar suara jeritan yang menyayat hati, yaitu suara jeritan ketua Khong Tong Pay.

Ternyata dadanya terkena ilmu pukulan beracun, dan tak lama kemudian nyawanya pun melayang.

"He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Muridku, mari kita pergi"

"Ya, Guru" Tan Beng Song mengangguk, lalu melesat pergi mengikuti Ban Tok Lo Mo yang masih tertawa terkekeh-kekeh.

Tujuh delapan hari kemudian, gemparlah rimba persilatan atas kematian ketua hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay. Berita tersebut juga sudah masuk ke telinga para ketua partai lain.

"Omitohud..." ucap Kong Bung Hong Tio, lalu menghela nafas panjang.

"Tak disangka kedua ketua itu binasa begitu mengenaskan."

"Suheng" Kong Ti Seng Ceng menggeleng-gelengkan kepala.

"Kita harus bertanggung jawab tentang itu."

"Aku tahu maksudmu, tapi ketika itu kita tidak bisa bertindak apa-apa. Sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya bermain gerilya dengan semua partai. Setelah membunuh, mereka berdua lalu bersembunyi.Jadi sulit bagi kita untuk bertindak terhadap mereka. Ban Tok LO Mo sungguh licik. Dia tidak mau secara terang-terangan menantang kita, melainkan menggunakan siasat busuk."

"Suheng...." Kong Ti Seng Ceng menghela nafas panjang.

"Perlukah kejadian itu kita laporkan kepada ketiga paman guru?"

"Sutee" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala.

"Ketiga paman guru sudah tua sekali, maka mereka jangan kita ganggu."

"Suheng" Kong TiSeng Ceng mengerutkan kening.

"Bagaimana kalau Ban Tok Lo Mo dan muridnya datang ke mari?"

"Omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio.

"Kita terpaksa harus mengerahkan kekuatan Lo Han Tong dan Tat Mo Tong untuk mengeroyok Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu."

"Bagaimana kalau kita mengundang para ketua lain untuk berunding?" tanya Kong Ti seng ceng.

"Itu malah akan mencelakai mereka," sahut Kong Bun Hong Tio sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti akan mencegat mereka di tengah jalan, dan itu sungguh berbahaya sekali."

"Kalau begitu, kita dan partai lain cuma menunggu kemunculan Ban Tok Lo Mo dan muridnya?"

"Ya." Kong Bun Hong Ho manggut-manggut

"Hanya jalan itu yang dapat kita tempuh, karena tiada jalan lain lagi."

"suheng, menurut dugaanku," Kong Ti seng Ceng mengemukakan pendapatnya.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya masih tidak berani menyerbu kita maupun Bu Tong Pay."

" Kenapa?" tanya Kong Bun Hong Tio.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti tahu kekuatan siauw Lim Pay kita, sedangkan bU Tong Pay masih ada Thio sam Hong. Itu akan membuat Ban Tok Lo Mo dan muridnya merasa segan"

"Omitohud" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut.

"Jadi kini yang dalam bahaya adalah Go Bi Pay, Kun Lun Pay dan Kay Pang...."

Pembicaraan seperti itu juga terjadi dipartai lain. Para ketua mengambil keputusan untuk diam di tempat guna menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Begitu pula di Bu Tong Pay Jie Lian ciu dan lainnya duduk di ruang dalam.

"Tak disangka kedua ketua itu binasa di tangan Ban Tok Lo Mo," ujar Jie Lian ciu sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ban Tok Lo Mo itu memang licik sekali." Wajah song wan Kiauw penuh kegusaran.

"Kini entah giliran partai mana?"

"Kini yang dalam bahaya adalah Kun Lun Pay dan Go Bi Pay," sahut Jie Lian ciu.

"Kenapa engkau berkata begitu?" song wan Kiauw heran.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya tentu tidak berani menyerang siauw Lim Pay, Kay Pang maupun kita. sebab siauw Lim Pay amat kuat, sedangkan Kay Pang pasti dibantu Im sie Popo. Jie Lian ciu menjelaskan.

"oooh" song Wan Kiauw manggut-manggut.

"Mereka berdua pun tidak akan berani ke mari, karena guru masih hidup,"

"Betul." Jie Lian ciu mengangguk.

"Kepandaian Ban Tok Lo Mo itu memang tinggi sekali. Entah kita berempat mampu melawannya apa tidak?"

"Apabila Ban Tok Lo Mo dan muridnya muncul di sini, aku yakin guru pasti muncul pula," sahut song wan Kiauw.

"Sebab guru memiliki perasaan yang kuat sekali."

"Benar." Jie Lian ciu manggut-manggut, kemudian menghela nafas panjang.

"Kini entah berada di mana Thio Han Liong dan An Lok Keng cu?"

"Mungkin mereka sudah kembali ke Kota raja untuk menikah," sahut song wan Kiauw.

"Mudah-mudahan begitu" ucap Jie Lian ciu.

"Lebih baik mereka tidak mencampuri urusan rimba persilatan lagi, hidup tenang dan bahagia di Pulau Hong Hoang To."

"Ng" song Wan Kiauw manggut-manggut. "Memang lebih baik begitu."

"Ha ha ha Ha ha ha..." Ban Tok Lo Mo terus tertawa terbahak-bahak ketika kembali ke gunung Wu san.

"Kini rimba persilatan pasti sudah menjadi gempar" "Betul, Guru," sahut Tan Beng song.
"Ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay telah binasa di tangan Guru, itu pasti amat menggemparkan rimba persilatan."

"He he he Kita beristirahat lagi, biar partai lain jadi kebingungan karena kita menghilang tanpa meninggalkan jejak."

"Guru," ujar Tan Beng song.

Kapan kita akan menyerang siauw Lim Pay?"

"Akan kita bicarakan nanti," sahut Ban Tok Lo Mo dan menambahkan.

"Setelah kita menghabiskan siauw Lim Pay, barulah bisa menjadi jago tanpa tanding di kolong langit."

"Betul Guru." Tan Beng song mengangguk.

"Siauw Lim Pay merupakan partai yang paling kuat di Tionggoan, juga disebut sebagai gudang ilmu silat. Kalau Guru berhasil membunuh ketua siauw Lim Pay, tentunya kita akan memperoleh semua kitab pusaka yang tersimpan di dalam kuil siauw Lim sic."

"Hahaha"Ban Tok Lo Mo tertawa.

"Setelah kita acak-acak rimba persilatan Tionggoan, barulah kita pulang ke pulau Ban Tok To"

"Ya, Guru." Tan Beng song mengangguk. dan tiba-tiba teringat sesuatu.

"oh ya, Guru...."

"Ada apa?"

"Kalau tidak salah, Lian Hoa Nio Cu sedang mencari kita."

"Mau apa dia mencari kita?"

"Dengar- dengar pendekar wanita itu berniat membasmi kita."

"oh?" Kening Ban Tok Lo Mo berkerut.

"Hmm Kalau aku bertemu dia, pasti kupermak dia menjadi sebuah tengkorak"

"Lian Hoa Nio Cu amat cantik, kalau dijadikan sebuah tengkorak. sungguh sayang sekali. Lebih baik kita jadikan dia boneka."

"Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Aku sudah tua sekali, tiada nafsu birahi lagi." "Kalau begitu...." Tan Beng song tersenyum.
"Kalau Guru berhasil menangkapnya, berikan padaku saja"

"Engkau memang goblok" bentak Ban Tok Lo Mo.

"Kepandaiannya begitu tinggi bagaimana mungkin aku menangkapnya?"

"Guru," bisik Tan Beng song. "Pergunakan racun agar dia pingsan" "Tapi...," ujarkan Tok Lo Mo.

"Harus lihat bagaimana situasi. Kalau perlu aku akan membunuhnya . "

"Guru...."

"Diam" bentak Ban Tok Lo Mo.

"Usiamu sudah setengah abad, tapi masih memikirkan wanita. Kalau tak tahan, carilah wanita lain"

"Wanita lain tidak cantik, lagipula bagaimana mungkin wanita lain akan suka padaku?"

"Goblok engkau" Ban Tok Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala.

"Di setiap kota pasti terdapat rumah bordil. Bukankah engkau bisa ke sana mencari wanita cantik?"

"Tapi... aku tidak punya uang."

"Bukankah engkau bisa mencuri?"

"Guru...." Tan Beng song menggeleng-gelengkan kemala.

"Lebih baik pulang ke gunung Wu san."

"Engkau takut bertemu musuh bukan?" tanya Ban Tok Lo Mo sambil tertawa.

"Takut sih tidak, hanya saja... aku ingin beristirahat di kuil tua itu. Di sana kita bisa makan sepuas-puasnya."

"Engkau memang malas" Ban Tok Lo Mo melotot.

"Ayoh, agar cepat tiba di gunung Wu san, kita harus menggunakan ilmu meringankan tubuh"

"Baik." Tan Beng song mengangguk.

Mereka segera melesat pergi menggunakan ginkang, dan keesokan harinya tibalah di gunung Wu san dan langsung menuju kuil tua itu.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar