Bab 60 Lam Khie Terkena Pukulan Beracun
Agak bingung juga Thio Han
Liong melakukan perjalanan, karena tidak tahu harus ke mana mencari Yo Ngie
Kuang. Beberapa hari kemudian, ia tiba di sebuah kota yang cukup besar. Ketika
ia sedang berjalan santai, mendadak melihat seorang tua memasuki rumah makan.
Begitu melihat orangtua itu,
Thio Han Liong segera mengikutinya, ke dalam rumah makan tersebut.
"Pak Hong
Lociancwee" seru Thio Han Liong memanggil orangtua itu.
"Han Liong" sahut
orangtua itu dan tampak girang sekali, ternyata memang Pak Hong (si Gila Dari
Utara).
"Duduklah di sini"
Thio Han Liong mengangguk lalu
duduk di hadapan Pak Hong, sedangkan Pak Hong langsung memesan beberapa macam
hidangan dan arak wangi.
"Locianpwee...."
Thio Han Liong tersenyum.
"Tak disangka kita
berjumpa di sini."
"Sungguh kebetulan"
pak Hong tertawa gembira.
"Oh ya, engkau dan Dewi
Kecapi berhasil mencari Bu sim Hoatsu?"
Thio Han Liong mengangguk
kemudian menutur tentang kejadian itu sejelas-jelasnya dan Pak Hong mendengar
dengan penuh perhatian.
"Aaaah...." Pak Hong
menghela nafas panjang.
"Akhirnya Bu sim Hoatsu
yang jahat itu mati juga Dewi Kecapi sudah pulang ke daerahnya?"
"Dia sudah pulang ke
daerahnya."
"Han Liong" Pak Hong
menatapnya sambil bertanya.
"Kenapa engkau berada di
kota ini? sebetulnya engkau mau ke mana?"
"Aku sedang mencari
seseorang, namun tidak tahu harus ke mana mencarinya." Thio Han Liong
meng- geleng-gelengkan kepala.
"Maka tanpa sengaja aku
tiba di kota ini."
"Engkau mencari siapa?"
"Yo Ngie Kuang."
"Yo Ngie Kuang?"
gumam Pak Hong.
"Aku tidak pernah
mendengar nama tersebut. sebetulnya siapa dia?"
"Dia...." Thio Han
Liong menceritakan tentang Kam Ek
Thian yang tinggal di gunung
Altai.
"Yo Ngie Kuang adalah
murid ayah Kam Ek Thian, namun ketika Kam Ek Thian, dan isterinya ke Tionggoan
menyusul siauw Cui, Yo Ngie Kuang justru mencuri sebuah kitab pusaka."
"Oh?" Pak Hong
terbelalak.
"Kitab pusaka apa?"
"Lian Hoa Cin Keng."
"Lian Hoa Cin Keng?"
pak Hong mengerutkan kening.
"Kalau begitu, Kam Ek
Thian berasal dari aliran Lian Hoa (Bunga Teratai)?"
"Ya " Thio Han Liong
mengangguk "Kok Locian-pwee tahu?"
"Guruku yang
memberitahukan kepadaku." sahut Pak Hong.
"Aliran Lian Hoa itu
tidak pernah memasuki daerah Tionggoan. engkau sungguh beruntung memperoleh
Thian ciok sin sui itu"
"Yaah" Thio Han
Liong tersenyum.
"Kalau sebelumnya aku
tidak menyelamatkan nyawa siauw Cui, putri Kam Ek Thian, mungkin agak sulit
bagiku memperoleh Thian ciok sin sui"
"Ngmm" Pak Hong
manggut-manggut.
"oh ya, aku dengar belum
lama ini aliran Tong Hai memasuki daerah , Tionggoan, bahkan berhasil
mengalahkan beberapa ketua partai besar di Tionggoan."
"Betul" Thio Han
Liong mengangguk
"Engkau yang berhasil
menundukkan Tong Hai sianli, maka mereka pulang ke Tong Hai. Ya, kan?" Pak
Hong tersenyum.
"Ya."
"Han Liong" Pak Hong
tertawa gelak.
"Secara langsung engkau
telah mengharumkan rimba persilatan Tionggoan. Aku kagum dan merasa bangga
sekali."
"Locianpwee...."
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Karena itu, aku diundang
ke pulau Khong Khong To di pulau Tong Hai. "
"oh?" Pak Hong
tertegun.
"Kenapa engkau diundang
ke sana?"
"Untuk menterjemahkan
sebuah kitab bertulisan Thian Tok sebab ayah Tong Hai sianli tidak mengerti
tulisan Thian Tok."
"Ternyata begitu"
Pak Hong tertawa.
"Terus terang aku pun
tidak mengerti tulisan Thian Tok. oh ya siapa yang mengajarmu tulisan
India?"
"BuBeng siansu."
Thio Han Liong memberitahukan.
"Maka aku mengerti
tulisan Thian Tok."
"oooh" Pak Hong
manggut-manggut.
"Kalau begitu, engkau
juga bisa berbahasa Thian Tok?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk
"Hebat engkau" Pak
Hong mengacungkan jempolnya ke hadapan Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Itu sungguh di luar
dugaan, oh ya, kitab apa itu?" "Kitab Ih Kin Keng." Thio Han
Liong memberitahukan. "Kalau tidak salah, kitab itu adalah kitab ilmu
silat." "oooh" Pak Hong manggut-manggut dan bertanya.
"Kapan engkau akan
berangkat ke pulau Khong Khong To?"
"Dalam waktu tiga bulan,
sebab aku masih harus mencari Yo Ngie Kuang," jawab Thio Han Liong.
"Kalau begitu..."
Wajah pak Hong berseri.
"Masih keburu."
"Maksud Locianpwee?"
tanya Thio Han Liong heran.
"Han Liong" pak Hong
menjelaskan.
"Aku baru datang dari
Tayli, tujuanku memang mencarimu."
"Kenapa Locianpwee
mencariku?"
"Aku ke Tayli menemui Lam
Khie, ternyata dia...."
Pak Hong menggeleng-gelengkan
kepala.
"Dia berbaring di tempat
tidur...."
"Lam Khie Locianpwee
sakit?" tanya Thio Han Liong terkejut.
"Dia terkena pukulan
beracun," jawab Pak Hong.
"Kalau dia tidak memiliki
Lweekang tinggi, mungkin telah binasa."
"Oh?" Thio Han Liong
mengerutkan kening.
"Siapa yang
memukulnya?"
"Dia tidak mau
memberitahukan kepadaku." Pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Katanya tiada obat yang
dapat memunahkan racun itu, dan dia hanya bisa bertahan satu bulan lagi. oleh
karena itu aku cepat-cepat kembali ke Tionggoan mencarimu. sebab aku tahu
engkau mahir ilmu pengobatan, siapa tahu engkau dapat menyembuhkannya."
"Kalau begitu, kita masih
sempat ke Tayli kan?"
"Ya."
"Baiklah." Thio Han
Liong manggut-manggut.
"Usai makan kita langsung
berangkat ke Tayli."
"Itu yang
kuharapkan," sahut Pak Hong.
"Han Liong, engkau memang
seorang pendekar muda yang berhati mulia, selalu mementingkan orang lain."
Seusai makan mereka berdua
lalu meninggalkan rumah makan itu, dan langsung menuju daerah Tayli. Karena
harus memburu waktu, maka mereka menggunakan ilmu ginkang, agar bisa tiba di
Tayli selekasnya. Kira-kira sepuluh hari kemudian, mereka berdua sudah tiba di
daerah Tayli. pak Hong mengajak Thio Han Liong ke tempat tinggal Lam Khie.
Pemandangan di tempat tinggal
Lam Khie sungguh indah menakjubkan. sayup,sayup terdengar suara gemuruh air
terjun bagaikan alunan musik. Tak seberapa lama kemudian, tampak sebuah gubuk
di hadapan mereka.
"Itu gubuk Lam
Khie." Pak Hong memberitahukan. "Mari kita ke sana"
Thio Han Liong mengangguk dan
mengikuti Pak Hong menuju gubuk itu. Perlahan-lahan Pak Hong mendorong pintu
gubuk tersebut. Tampak Lam Khie berbaring di ranjang kayu.
"Lam Khie" seru Pak
Hong.
"Aku membawa Han Liong ke
mari, mudah-mudahan dia bisa mengobatimu"
"Pak Hong...." Lam
Khie menggeleng-gelengkan kepala,
kemudian memandang Thio Han
Liong dengan mata redup, "Engkau...."
"Locianpwee" Thio
Han Liong mendekatinya, lalu memeriksanya dengan cermat sekali.
"Untung Locianpwee
memiliki Lweekang yang amat tinggi. Kalau tidak, nyawa Locianpwee pasti sudah
melayang." katanya.
"Aaaah." Lam Khie
menghela nafas panjang.
"Aku... aku sudah tidak
tahan lagi...."
"Han Liong, bagaimana
keadaan Lam Khie, apakah masih bisa ditolong?"
"Keadaan Lam Khie
Locianpwee sudah parah sekali, tapi masih bisa ditolong." sahut Thio Han
Liong memberitahukan.
"Sebab aku membawa
pemunah racun yang diramu dengan daun dan akar soat san Ling che. obat pemunah
racun itu dapat menyembuhkan Lam Khie Locianpwee."
"Oh?" Wajah Pak Hong
berseri.
"Syukurlah"
Thio Han Liong mengambil dua
butir obat pemunah racun, lalu dimasukkan ke mulut Lam Khie.
"Locianpwee," ujar
Thio Han Liong. "Percayalah Locianpwee pasti bisa sembuh"
Lam Khie tersenyum getir.
Mendadak Thio Han Liong membopongnya dan itu membuat pak Hong terbelalak.
"Eh? Mau dibopong ke
mana?"
"Ke depan," sahut
Thio Han Liong sambil membopong Lam Khie ke halaman, lalu menaruhnya ke bawah.
"Locianpwee duduk
bersila, aku akan membantu Locianpwee mendesak ke luar racun yang di dalam
tubuh Locianpwee."
"Han Liong...." Lam
Khie menggeleng-gelengkan kepala
sambil duduk bersila.
"Tidak mungkin aku akan
sembuh...."
Thio Han Liong tersenyum. la
duduk di belakang Lam Khie. sepasang telapak tangannya ditempelkan di punggung
orangtua itu, kemudian mengerahkan Kiu Yang sin Kang ke dalam tubuhnya.
Seketika juga Lam Khie
merasakan adanya aliran hangat menerobos ke dalam tubuhnya melalui punggungnya,
karena itu, ia pun mencoba menghimpun Lwee-kangnya sambil memejamkan matanya.
Pak Hong berdiri diam di situ
sambil menatap mereka dengan penuh perhatian. Berselang beberapa saat Lam Khie
muntah.
"Uaaakh Uaaakh..."
Lam Khie memuntahkan cairan kehijau-hijauan. setelah itu, wajahnya yang semula
agak kehijau-hijauan mulai berubah kemerah-merahan.
Setelah Lam Khie muntah, tak
lama Thio Han Liong berhenti mengerahkan Kiu Yang sin Kang lalu bangkit berdiri
"Bagaimana Han
Liong?" tanya Pak Hong.
"Racun yang ada di dalam
tubuh Lam Khie Locianpwee sudah punah," jawab Thio Han Liong
memberitahukan.
"Dua hari lagi Lam Khie
Locianpwee pasti pulih." "Oooh" Pak Hong menarik nafas lega.
"Syukurlah"
Di saat bersamaan, Lam Khie
bangkit berdiri, lalu memandang Thio Han Liong dengan penuh rasa haru.
"Terima kasih, Han
Liong," ucapnya.
"Locianpwee" Thio
Han Liong tersenyum.
"Jangan berterimakasih
kepadaku, tapi berterima kasihlah kepada Pak Hong Locianpwee"
"Pak Hong, terima
kasih," ucap Lam Khie.
"Ha ha ha" Pak Hong
tertawa.
"Syukurlah engkau tidak
mampus, aku gembira sekali"
"Pak Hong, aku telah
berhutang budi kepadamu. Aku...."
"Lam Khie," potong
Pak Hong.
"Jangan berkata begitu,
aku merasa tidak enak"
"Locianpwee," ujar
Thio Han Liong mendadak.
"Aku mohon pamit."
"Han Liong" Pak Hong
melotot.
"Engkau sudah gila ya?
Baru datang sudah mau pulang. Jangan begitu"
"Locianpwee..." Thio
Han Liong menghela nafas panjang. "Aku harus memburu waktu mencari Yo Ngie
Kuang." "Han Liong" Lam Khie menatapnya lembut.
"Biar bagaimanapun engkau
tidak boleh begitu cepat kembali ke Tionggoan, harus tinggal di Tayli beberapa
hari."
"Tapi...."
"Tidak ada tapi-tapian,
pokoknya engkau harus tinggal di Tayli beberapa hari" tandas Pak Hong.
"Locianpwee...."
"Han Liong," ujar
Lam Khie.
"Aku akan mengajakmu
pergi menemui Raja Tayli yaitu Toan Hong Ya."
"Aku...."
"Jangan menolak Han
Liong" sela Pak Hong.
"Itu tidak baik, "
"Baiklah." Thio Han
Liong manggut-manggut.
"oh ya, Lam Khie
Locianpwee. Siapa yang melukaimu?"
"Tan Beng Song,"
jawab Lam Khie sambil menarik nafas panjang.
"Adik
seperguruanku."
"Oh?" Thio Han Liong
dan Pak Hong tertegun.
"Kenapa dia melukai
Locianpwee dengan pukulan beracun?"
"Aaaah.." Lam Khie
menghela nafas panjang lagi.
"Dua puluh tahun yang
lalu, aku memergokinya melakukan, suatu kejahatan, maka aku lapor kepada guru.
Karena itu, dia diusir oleh guru. Sejak itu dia amat dendam padaku. Tak
disangka dua puluh tahun kemudian, dia justru ke mari melukaiku."
"Kepandaiannya lebih
tinggi dari Locianpwee?" tanya Thio Han Liong heran.
"Yaah" Lam Khie
menggeleng-gelengkan kepala.
"Dua puluh tahun lalu
kepandaiannya masih di bawahku. Namun tak disangka dua puiuh tahun kemudian,
kepandaiannya begitu tinggi. Aku... aku hanya dapat bertahan dua puluh jurus
saja."
"Lam Khie," tanya
Pak Hong.
"Tahukah engkau ilmu
pukulan apa itu?"
"Aku tidak tahu. Namun
yang jelas ilmu pukulan itu mengandung racun," sahut Lam Khie.
"Untung aku memiliki
Lweekang sakti Hud Bun Pan Yok sin Kang, maka aku bisa bertahan hingga saat
ini. Kalau tidak, aku pasti sudah binasa."
Bagian 31
"Ha ha ha" Pak Hong
tertawa gelak.
"Engkau memang panjang
umur. Kalau aku tidak berhasil mencari Han Liong, engkau pasti binasa."
"Betul." Lam Khie
manggut-manggut sambil tersenyum.
"Ayoh, mari kita masuk ke
gubuk" Pak Hong dan Thio Han Liong mengangguk, kemudian mereka bertiga
masuk ke gubuk itu.
"Han Liong" Lam Khie
memandangnya seraya bertanya, "Bagaimana keadaanmu selama ini?"
"Aku...." Thio Han
Liong menceritakan semua dan
menambahkan.
"Kini aku harus mencari
Yo Ngie Kuang dan pergi ke pulau Khong Khong To."
"Ngmm" Lam Khie
manggut-manggut.
"Itu memang harus engkau
laksanakan, sebab engkau telah berjanji."
"Ya." Thio Han Liong
mengangguk.
"Han Liong" Lam Khie
memberi usul. "Apabila dalam waktu dua bulan engkau tidak berhasil mencari
Yo Ngie Kuang, maka engkau harus pergi ke pulau Khong Khong To."
"Betul." Thio Han
Liong manggut-manggut.
"Terimakasih atas
petunjuk Locianpwee."
Mereka bertiga terus
bercakap-cakap. Tak terasa hari sudah gelap. Dua hari kemudian, Lam Khie sudah
pulih. la mengajak Pak Hong dan Thio Han Liang ke istana Tayli menemui Toan
Hong Ya.
Dengan penuh kegembiraan dan
kehangatan Raja Tayli menyambut kedatangan mereka, lalu mempersilakan mereka
duduk, dan para dayang segera menyuguhkan arak wangi.
"Ha ha ha" Toan Hong
Ya tertawa gembira sambil mengangkat cawannya..
"Mari kita
bersulang"
Mereka bersulang sambil
tertawa. setelah itu Lam Khie berkata memberitahukan kepada Raja Tayli.
"Han Liong mahir ilmu
pengobatan. Kalau Pak Hong tidak membawanya ke tempat tinggalku, aku... aku
pasti sudah binasa."
"Lho?" Toan Hong Ya
terkejut.
"Kenapa?"
"Sebab aku terkena
pukulan beracun...." Lam Khie menutur
tentang kejadian itu.
"Kini aku telah pulih
berkat jasa Han Liong."
"Oooh" Toan Hong Ya
manggut-manggut.
"Sungguh di luar dugaan,
padahal Han Liong masih muda" "Kepandaiannya amat tinggi,"
sambung pak Hong. "Kami berdua bukan tandingannya."
"oh?" Toan Hong Ya
tampak kurang percaya.
"Benarkah itu?"
"Benar." Lam Khie
manggut-manggut. "Kepandaiannya memang amat tinggi sekali."
"Bukan main" Toan
Hong Ya semakin kagum pada Thio Han Liong.
Di saat bersamaan, tampak
seorang dayang tergopoh-gopoh memasuki ruang itu dengan wajah pucat pasi.
"Hong Ya" lapor
dayang itu.
"Penyakit Putra Mahkota
kambuh, sekujur badannya dingin sekali"
"Cepat panggil
tabib" sahut Toan Hong Ya.
"Tabib istana sedang
bepergian...."
"Hah?" Wajah Toan
Hong Ya langsung berubah pucat pias, kemudian bangkit berdiri dan berjalan
mondar-mandir sambil bergumam.
"Celaka Betul-betul
celaka"
"Hong Ya," ujar Pak
Hong.
"Bagaimana kalau Han
Liong yang memeriksa Putramu itu?"
"Itu...." Toan Hong
Ya memandang Thio Han Liong.
"Hong Ya," ujar Thio
Han Liong sungguh-sungguh. "Aku bersedia mengobati Putra Hong Ya."
"Baik." Toan Hong Ya manggut-manggut. "Mari ikut aku ke kamar
Putraku"
Toan Hong Ya melangkah ke
dalam diikuti Lam Khie, Pak Hong dan Thio Han Liong.
Tak lama kemudian, sampailah
mereka di sebuah kamar. Para dayang yang berdiri di sana segera memberi hormat,
Toan Hong Ya segera melangkah ke dalam dan diikuti Lam Khie, Pak Hong dan Thio
Han Liong.
"Putraku...." Toan
Hong Ya menghampiri Toan Chuan Ke
yang berbaring di tempat
tidur. Anak itu berusia sekitar dua belas tahun, badannya kurus sekali.
"Bagaimana
keadaanmu?"
"Ayahanda,
ananda...." Toan chuan Kie menatap Toan
Hong Ya dengan mata redup,
"Hong Ya," tanya
Thio Han Liong.
"Bolehkah aku mulai
memeriksanya?"
"Silakan" sahut Toan
Hong Ya.
Thio Han Liong mulai memeriksa
nadi Toan chuai Kie. Kemudian keningnya tampak berkerut-kerut. Lama sekali
barulah ia berhenti memeriksanya.
"Han Liong..." tanya
Toan Hong Ya cemas.
"Bagai mana keadaan
Putraku?"
"Hong Ya," Thio Han
Liong memberitahukan.
"Kalau Lam Khie
Locianpwee tidak mengajakku ke mari putra Hong Ya pasti tidak tertolong."
"oh?" Toan Hong Ya
menatapnya.
"Kalau begitu.."
"Hong Ya tidak usah
cemas." Thio Han Liong KM senyum.
"Aku sanggup menyembuhkan
penyakitnya."
"Han Liong," tanya
Toan Hong Ya.
"sebetulnya Putraku
mengidap penyakit apa? Kenapa tabib istana dan tabib lain tidak
mengetahuinya?"
"Putra Hong Ya mengidap
penyakit Hian Thian pui Cok (Kekurangan Hawa Hangat) di dalam tubuhnya sehingga
tubuhnya kian hari kian bertambah lemah." Thio Han Liong memberitahukan.
"itu adalah penyakit
bawaan lahir, lagipula Putra Hong Ya lahir tujuh bulan. Karena itu, kondisi
badannya amat lemah ketika lahir."
"Betul." Toan Hong
Ya manggut-manggut.
"Karena itu, maka sejak
lahir putra Hong Ya sudah diberikan obat kuat yang tidak cocok dengan tubuhnya
maka membuat tubuhnya sering kedinginan ketika ia mulai tumbuh besar."
Thio Han Liong menjelaskan.
"oh karena itu, tubuhnya
harus diisi dengan hawa hangat" "Han Liong..." ujar Toan Hong
Ya. "Tolonglah Putraku"
"Ng" Thio Han Liong
mengangguk, lalu membuka baju Toan chuan Kie. setelah itu, sepasang telapak
tangannya ditempelkan pada pusar anak itu, sekaligus mengerahkan Kiu Yang sin
Kang ke dalam tubuhnya.
Toan Hong Ya, Lam Khie dan Pak
Hong terus memperhatikan. Berselang beberapa saat, wajah Toan chuan Kie yang
pucat pias tampak mulai memerah, bahkan tubuhnya tidak menggigil lagi.
Betapa girangnya Toan Hong Ya
menyaksikan keadaan putranya begitu pula Lam Khie dan Pak Hong.
Thio Han Liong tampak
tersenyum, kemudian berhenti mengerahkan Kiu Yang sin Kangnya.
"Adik kecil,"
ujarnya lembut.
"Engkau jangan khawatir,
sebab kini engkau sudah sembuh, hanya masih harus makan obat."
"Terimakasih," ucap
Toan chuan Kie.
Thio Han Liong segera membuka
resep. lalu diberikan kepada Toan Hong Ya.
"Beli tiga bungkus saja.
setelah makan obat itu, Putra Hong Ya pasti sehat seperti anak lain."
katanya.
"Terimakasih, Han
Liong," ucap Toan Hong Ya sambil menerima resep itu
"Terimakasih...."
"Ayahanda" panggil
Toan chuan Kie sambil bangun. "Ananda sudah tidak merasa dingin
lagi."
"Jangan bangun, Nak
Tetaplah berbaring di tempat tidur saja" ujar Toan Hong Ya.
"Tidak apa-apa, Hong
Ya," sela Thio Han Liong.
"Dia memang harus
bergerak, tidak boleh terus berbaring di tempat tidur."
"oooh" Toan Hong Ya
manggut-manggut.
"Kakak..." Toan
chuan Kie mendekati Thio Han Liong. "Kakak sungguh hebat, aku ingin
seperti Kakak" "Bagus" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Kalau begitu engkau
harus berguru kepada Lam Khie Locianpwee."
"Ya." Toan chuan Kie
mengangguk.
"Han Liong" Lam Khie
heran.
"Kenapa engkau menyuruh
dia berguru kepadaku?"
"sebab Locianpwee
memiliki ilmu Hud Bun Pan Yok sin Kang, yang amat bermanfaat bagi
tubuhnya."
"oooh" Lam Khie
manggut-manggut.
"Ternyata begitu Baiklah
aku pasti menerimanya sebagai murid."
"Ha ha ha" Toan Hong
Ya tertawa gelak.
"Engkau memang saudaraku
yang baik Ha ha ha..."
"Aaah..." Lam Khie
menghela nafas panjang.
"Tidak percuma aku
mengajak Han Liong ke mari. Dia menyelamatkan nyawaku dan nyawa Chuan Kie. Kita
berhutang budi kepadanya."
"Lam Khie Locianpwee,
jangan berkata begitu" ujar Thio Han Liong cepat.
"Aku... aku menjadi tidak
enak"
"Ha ha ha" Toan Hong
Ya tertawa terbahak-bahak
"Han Liong, kami memang
berhutang budi kepadamu"
"Hong Ya" Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Jangan berkata begitu.
Menolong sesama manusia adalah tugas kita bersama."
"Bagus, bagus" Toan
Hong Ya manggut-manggut
"Kalau aku memberimu uang
emas atau uang perak tentunya engkau akan menolak. Ya kan?"
"Ya." Thio Han Liong
mengangguk.
"Karena itu..." ujar
Toan Hong Ya serius.
"Aku akan menghadiahkan
suatu benda kepadamu. Itu hadiah dari Raja Bhutan untukku. Namun alangkah
baiknya ku hadiahkan kepadamu."
"Hong Ya...."
"Engkau jangan menolak,
sebab engkau mahir ilmu pengobatan, maka benda itu amat berguna bagimu."
seru Toan Hong Ya.
"Hong Ya," tanya Pak
Hong.
"sebetulnya engkau ingin
menghadiahkan apa kepada Han Liong?"
"Im Ko (Buah Yang
Mengandung Hawa Dingin" jawab Toan Hong Ya memberitahukan.
"Hadiah dari Raja Bhutan,
kini akan kuhadiahkan kepada Han Liong."
"Im Ko?" Thio Han
Liong terperanjat.
"Itu buah yang langka,
tergolong buah ajaib pula."
"BetuL" Toan Hong Ya
manggut-manggut
"Raja Bhutan pun
memberitahukan kepadaku. Namun beliau sama sekali tidak tahu cara makannya,
maka buah itu beliau hadiahkan kepadaku."
"oooh" Thio Han
Liong manggut-manggut.
"Akupun tidak tahu
khasiat buah itu, jadi lebih baik kuhadiahkan kepadamu saja," ujar Toan
Hong Ya sambil tersenyum.
"sebab engkau mahir ilmu
pengobatan tentunya tahu harus diapakan buah itu."
"Tapi...." Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Buah itu amat berharga,
lebih baik Toan Hong Ya menyimpannya."
"Percuma." Toan Hong
Ya menggeleng-gelengkan kepala.
"sudah hampir sepuluh
tahun aku menyimpan buah lm Ko itu, buktinya tidak bermanfaat bagiku. oleh
karena itu, alangkah baiknya kuhadiahkan kepadamu."
"Tapi...."
"Han Liong," desak
Lam Khie.
"Engkau tidak boleh
menolak, sebab kemungkinan besar ada gunanya engkau menyimpan buah itu."
"Baiklah." Thio Han
Liong mengangguk.
"Aku akan ke kamarku
mengambil buah itu," ujar Toan Hong Ya lalu berjalan ke kamarnya. Tak
seberapa lama kemudian ia sudah kembali dan membawa sebuah kotak kecil.
"Han Liong, buah itu
kusimpan di dalam kotak kecil ini. Terimalah"
"Terimakasih, Hong
Ya," ucap Thio Han Liong sambil menerima kotak kecil itu, kemudian
disimpan di dalam bajunya.
"Han Liong," tanya
Pak Hong ingin mengetahuinya.
"Bolehkah engkau
memberitahukan tentang khasiat obat itu?"
"Khasiatnya mempertinggi
Lweekang orang yang belajar lm Kang (Tenaga Yang Mengandung Hawa Dingin)."
"Itupun harus tahu
dosisnya, sebab kalau kelebihan dosis, orang tersebut akan berubah jadi
banci."
"oh?" Pak Hong
terbelalak.
"Bagaimana kalau wanita
yang memakannya?"
"Apabila kelebihan dosis,
maka seumur hidup wanita itu tidak bisa punya anak, maka harus tahu jelas
mengenai itu." Thio Han Liong menjelaskan.
"Aku tahu tentang buah
itu dari BuBeng siansu."
"oooh" Pak Hong
manggut-manggut.
"Han Liong, sungguh luas
pengetahuanmu Aku semakin kagum pada mu. "
"Locianpwee...."
Wajah Thio Han Liong tampak kemerah-
merahan.
"Jangan terlampau memuji
diriku"
"Engkau memang luar
biasa." Pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau mahir silat,
sastra dan lain sebagainya. Itu membuat kami kagum sekali."
"Betul." Toan Hong
Ya manggut-manggut.
"Han Liong, boleh
dikatakan engkau Pendekar sakti."
"Hong Ya...." Thio
Han Liong menundukkan kepala.
"Han Liong," Lam
Khie menepuk bahunya.
"Engkau memang pemuda
yang baiki sama sekali tidak bersifat angkuh. Aku salut kepadamu, sungguh"
"Locianpwee...."
Thio Han Liong mendongakkan kepalanya,
kemudian memandang Toan Hong
Ya seraya berkata.
"Hong Ya, aku mau mohon
pamit." "Apa?" Toan Hong Ya terbelalak. "Kenapa begitu
cepat?"
"Sebab aku harus
cepat-cepat kembali ke Tionggoan mencari seseorang. setelah itu, aku masih
memburu waktu untuk ke Tong Hai." Thio Han Liong memberitahukan.
"Oleh karena itu, aku
harus mohon pamit sekarang."
"Han Liong, bagaimana
kalau engkau berangkat esok saja agar kita bisa mengobrol malam ini?" kata
Toan Hong Ya dengan tersenyum. Thio Han Liong berpikir sejenak, kemudian
mengangguk,
"Ya, Hong Ya."
"Ha ha ha" Toan Hong
Ya tertawa gembira. "Pokoknya malam ini aku harus menjamu kalian Ha ha
ha..."
Malam harinya, Toan Hong Ya
menjamu mereka bertiga, bahkan perjamuan itu dimeriahkan pula dengan musik dan
berbagai tarian. Keesokan harinya, berangkatlah Thio Han Liong kembali ke
Tionggoan.