Bab 34 Pertarungan Di Markas Kay Pang
Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu duduk berhadapan di dalam kamar, wajah mereka kelihatan serius sekali,
bahkan kadang-kadang Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Tak disangka Kay Pang
akan menghadapi serbuan daripihak golongan hitam yang dipimpin si Mo-
Mudah-mudahan aku dan Kakak seng Hwi dapat membantu su Pangcu"
"Cuma engkau dan saudara
seng Hwi?" tanya Lok Kong cu.
ya-" Thio Han Liong
mengangguk sambil tersenyum. "Lalu bagaimana aku?" An Lok Kong cu
cemberut.
"Engkau menjadi penonton
saja," sahut Thio Han Liong sambil menatapnya dengan penuh perhatian.
"Adik An Lok, kalau
engkau anak gadis, tentu cantik sekali."
"oh?" Wajah An Lok
Kong cu berseri.
"Engkau senang kalau aku
anak gadis?"
"Adik An Lok," uiar
Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"Engkau anak lelaki atau
anak gadis, bagiku sama saja. yang penting kita adalah teman...."
"Kakak Han
Liong...." An Lok Kong cu tampak kecewa,
namun Thio Han Liong tidak
memperhatikannya.
"Adik An Lok," bisik
Thio Han Liong.
"Kelihatannya Kakak Seng
Hwijatuh hati pada Su Pangcu. Mereka memang merupakan pasangan yang
serasi."
"Itu adalah urusan
mereka, bagaimana dengan kita?" tanya An Lok Kong cu kelepasan berbicara
sehingga membuat wajahnya memerah seketika.
"Kita?" Thio Han
Liong tertegun.
"Kenapa kita?"
"Tidak ada apa-apa."
An Lok Kong cu cepat-cepat menundukkan kepalanya, sedangkan Thio Han Liong
menggaruk-garuk kepala.
"Heran" gumamnya.
"Kenapa malam ini sikapmu
agak aneh? Aku... aku menjadi bingung sekali."
"Tidak ada apa-apa."
An Lok Kong Cu tersenyum.
"Jangan bingung"
" "Sungguh
mengherankan" gumam Thio Han Liong lagi.
"Sikapmu membuat aku
menjadi bingung sekali. Suka cemberut, kadang-kadang membanting kaki dan...
sering bersikap malu-malu pula. Aku sungguh tidak mengerti, mungkin ke dua
orang tuamu terlampau memanjakanmu."
"Kira-kira
begitulah," sahut An Lok Kong cu lalu mengalihkan pembicaraan.
Kelihatannya Su Pangcu juga
tertarik kepada saudara Seng Hwi. Kemungkinan besar mereka akan terang kap
menjadi suami isterl."
"Syukurlah kalau
begitu" ucap Thio Han Liong.
"Mereka berdua pasti akan
hidup bahagia."
"Kakak Han Liong,
bagaimana kalau kita keluar sebentar?"
"Mau ke mana?"
"Duduk-duduk di
pekarangan, Itu... sungguh mengasyikkan lho"
Thio Han Liong berpikir
sejenak, setelah itu barulah mengangguk.-
"Baiklah. Mari kita ke
pekarangan"
Mereka berdua segera
meninggalkan kamar itu menuju pekarangan depan, sampai di sana mereka melihat
dua orang sedang duduk sambil bercakap-cakap, ternyata seng Hwi dan su Hong
sek-
"Kakak seng Hwi"
panggil Thio Han Dong.
"saudara kecil" seng
Hwi salah tingkah, dan itu membuat An Lok Kong cu tertawa geli.
"Hi hi hi sudah saling
jatuh hati, kenapa harus malu-malu?" ujarnya sambil menatap mereka.
"Eh? saudara.
Cu...." Wajah su Hong sek langsung
memerah.
"Kalian belum
tidur?"
"Kami sedang berbicara
mengenai si Mo, lalu keluar untuk mencari angin sebentar " sahut Thio Han
Liong.
"Tidak tahunya Kakak seng
Hwi dan su Pangcu berada di sini."
Kami pun sedang membicarakan
si Mo, namun kami tidak tahu siapa Kwee In Loan dan bagaimana
kepandaiannya," ujar su Hong sek-
Kepandaian Kwee In Loan jauh
di atas si Mo-" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kwee In Loan adalah
mantan kakak seperguruan Bibi yo sian sian dari Ku-buran Tua."
"Hah? Apa?" su Hong
sek terbelalak.
"Ia kakak seperguruan
Kakak yo?"
"su Pangcu kenal Bibi
yo?" Thio Han Liong heran.
"ya." su Hong sek
mengangguk-
"Ayahmu dan Kakak yo
berdua menyelamatkan Kay Pang."
"ooo" Thio Han Liong
manggut-manggut.
"Bibi Yo pernah
mengalahkan Kwee In Nio, maka Kwee In Nio pergi ke Kwan Gwa menemui Hiat Mo-
Kini Kwee In Hio telah menguasai ilmu Hiat Mo Ciang."
"Hiat Mo?" su Hong
sek mengerutkan kening.
" ya." Thio Han
Liong mengangguk.
"Kepandaian Hiat Mo
tinggi sekali, terutama ilmu Hiat Mo Ciangnya. Kalau Kwee In Loan juga ikut
menyerbu ke mari, rasanya sulit bagi kita untuk melawannya."
"Itu...." Air muka
su Hong sek tampak berubah.
"Jangan khawatir su
Pangcu" ujar seng Hwi.
"Mudah-mudahan ilmu Cing
Hwee Ciang ku dapat menandingi ilmu Hiat Mo Ciang itu"
Terima kasih, sa udara seng
Hwi. Namun... aku merasa tidak enak menyeret dirimu," su Hong sek
meng-geleng-gelengkan kepala-
"Tidak apa-apa-"
seng Hwi tersenyum.
"su Pangcu," sela An
Lok Kong cu sambil tertawa.
"saudara seng Hwi sudah
jatuh cinta padamu, tentunya dia harus bantu."
"Eh?" Wajah su Hong
sek memerah-
"Mulutmu kok usil sih?
Nanti kusuruh Han Liong menghajarmu lho"
"Kakak Han Liong amat
sayang kepadaku, bagaimana mungkin dia akan menghajar aku?" sahut An Lok
Kong cu sambil tersenyum.
"Kalau engkau kurang ajar
dan nakal, aku pasti menjewer telingamu," ujar Thio Han Liong.
"Saudara An Lok"
Seng Hwi menatapnya.
"Engkau berasal dari
keluarga yang berpangkat tinggi dalam istana, sebaiknya engkau jangan
berkecimpung dalam rimba persilatan"
"Aku memang tidak
berkecimpung dalam rimba persilatan, aku cuma ingin pesiar saja. setelah itu,
aku akan pulang ke Kota raja." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Adik An Lok, kapan
engkau akan pulang ke Kotaraja?" tanya Thio Han Liong.
"Apa?" An Lok Kong
cu melotot.
"Engkau meng-hendakiku
cepat-cepat pulang ke Kotaraja?"
"Aku...."
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu.
"Aku justru tidak mau
pulang, akan terus ikut engkau"
"Eh? Adik An Lok».."
"Pokoknya aku akan terus
ikut engkau, aku tidak mau pulang" ujar An Lok Kong cu.
"Engkau bisa berbuat apa
terhadap diriku? Mau mengusirku? Huh Pokoknya aku tidak mau pulang"
"Tidak mau ya sudahlah
Kenapa jadi sewot?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalian berdua...."
su Hong sek tertawa geli.
"Persis seperti anak
kecil lho"
Di saat itulah mendadak muncul
Ci Hoat dan Gan Kang Tianglo, yang kemudian menghampiri mereka sambil tertawa.
"Ha ha Kalian belum
tidur, sedang bercakap-cakap di sini" ci Hoat Tianglo memandang mereka.
"Kami sedang membicarakan
ketua golongan hitam itu," sahut su Hong sek.
"Tak disangka sama
sekali, ternyata dia mantan kakak seperguruan Kakak yo sian sian"
"Hah?" Hoat dan Coan
Kang Tianglo terperanjat
"Dia mantan kakak seperguruan
Yo sian sian, Kwee In Loan?"
"ya." su Hong sek
mengangguk.
"Bahkan kini telah
menguasai ilmu Hiat Mo Dang."
"Apa?" Air muka Ci
Hoat dan Coan Kang Tianglo langsung berubah hebat
"Hiat Mo Ciang?"
"ya. Dia belajar dari
Hiat Mo-"
"Hiat Mo?" Ci Hoat
dan Gan Kang Tianglo saling memandang, kemudian menghela nafas panjang.
"Kalau Hiat Mo muncui di
rimba persilatan Tionggoan, pasti akan menimbulkan bencana."
"Tianglo tahu tentang
Hiat Mo?" tanya su Hong sek-"Hanya pernah mendengar" jawab Ci
Hoat Tianglo.
"Kalau tidak salah,
kira-kira delapanpuluh tahun lampau, dalam rimba persilatan muncul seorang
pemuda berpakaian merah, yang berkepandaian tinggi sekali. Tapi dia sering
membunuh kaum pesilat, dan mengaku dirinya Hiat Mo-setelah itu, dia menghilang
entah ke mana?"
"Kata Han Liong, Hiat Mo
berasal dari Kwan Gwa." su Hong sek memberitahukan.
"Han Liong" ci Hoat
Tianglo menatapnya.
"Engkau tahu dari
mana?"
"Lam Khie Locianpwee yang
menceritakan kepadaku," jawab Thio Han Liong.
" Kalau begitu pasti
benar," ujar ci Hoat Tianglo.
"Tidak mungkin Lam Khie
membohongimu. seandainya Kwee In Loanjuga ikut menyerbu ke mari, rasanya kita
tidak dapat melawannya."
"Jangan khawatir,
Tianglo".seng Hwi tersenyum.
"Aku sudah siap berkorban
demi Kay Pang."
"Bagus, bagus" Ci
Hoat dan Gan Kang Tianglo tertawa gelak-
"Ha ha ha..."
Wajah su Hong sek langsung
memerah, dan cepat-cepat ia menundukkan wajahnya dalam-dalam- sedang-kan seng
Hwi bergirang dalam hati, sebab kelihatannya ke dua Tianglo itu menyetujui hubungannya
dengan su Hong sek-
"Sudah larut malam, lebih
baik kita tidur," ujar su Hong sek dengan suara rendah-
"siapa tahu pihak si Mo
akan menyerbu esok-"
"Betul-" Ci Hoat
Tianglo manggut-manggut.
"Kita harus beristirahat
sekarang, agar bersemangat esok."
Mereka kembali ke markas,
namun Thio Han Liong dan An Lok Kong cu tidak langsung tidur, mereka duduk
berhadapan di dalam kamar.
"Aaah-»" Mendadak
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
Kakak Han Liong" An Lok
Kong cu memandangnya. "Kenapa engkau menghela nafas panjang?"
"Aku sedang berpikir,
bagaimana seandainya Kwee In Loan juga ikut menyerbu ke mari? siapa yang dapat
melawannya?" sahut Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaiannya begitu
tinggi...."
"Sudahlah Kakak Han Liong"
An Lok Kong cu tersenyum.
"Jangan terus memikirkan
itu, lebih baik engkau beristirahat saja."
"Baiklah-" Thio Han
Liong mengangguk-
"seperti biasa, engkau
tidur di ranjang, aku tidur di kursi."
Kakak Han Liong" ,An Lok
Kong cu tersenyum. "Bagaimana kalau malam ini engkau tidur di
ranjang?"
"Aku lebih besar darimu,
maka aku harus mengalah," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh ¦
"Ayoh, cepatlah engkau
tidur"
An Lok Kong cu membaringkan
dirinya ke tempat tidur, justru menghadap ke arah Thio Han Liong.
"Kakak Han
Liong...."
"Kalau aku seorang gadis,
apakah engkau mau tidur bersamaku?" tanya An Lok Kong cu mendadak.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong tersenyum.
"Seandainya engkau
seorang gadis, aku justru akan tidur di luar."
"Engkau...." An Lok
Kong cu cemberut.
"Lho? Kenapa?" Thio
Han Liong heran.
"Kalau engkau seorang
gadis, sedangkan aku masih tetap tidur di dalam kamar ini, bukankah aku tak
tahu diri dan tak tahu malu?"
"Hmra" dengus An Lok
Kong cu, lalu membalikkan badannya.
"Eeeh?" Thio Han
Liong menggaruk-garuk kepala. "Kok sikapmu begitu aneh malam ini...?"
-ooo00000ooo-
Ketika su Hong sek- ke dua
Tianglo, seng Hwi, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk di ruang depan
markas Kay Pang sambil bercakap-cakap, mendadak seorang pengemis berlari-lari
ke ruang itu.
"Lapor pada Pangcu,
golongan hitam yang dipimpin Si Mo sudah menuju ke mari"
"Ng" Su Hong Sek
mengangguk.
"Cepatlah kalian bersiap
untuk bertarung dengan Kay Pang"
"ya, Pangcu."
Pengemis itu manggut-manggut, lalu cepat-cepat meninggalkan ruangan-itu.
"Mari kita keluar
menyambut kedatangan mereka" ujar Su Hong Sek sambil bangkit eiari tempat
duduknya.
"Baik." Ci Hoat dan
Coan- Kang Tianglo mengangguk. Mereka semua lalu menuju
"Kakak Han Liong..."
bisik An Lok Kong cu setelah berada di pekarangan-.
"Tegang juga ya"
"ingat Begitu pertarungan
mulai, engkau harus bersembunyi" pesan Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"Kakak Han Liong" An
Lok Kong Cu tersenyum. "Kepandaianku cukup tinggi, aku tidak usah
bersembunyi." "ingat" pesan Thio Han Liong lagi.
"Pokoknya engkau tidak
boleh ikut bertarung, aku pasti marah"
"Ya." An Lok Kong Cu
mengangguk dan bergirang dalam hati, sebab Thio Han Liong begitu
memperhatikannya.
"Aku... aku pasti menurut
perkataanmu." "Bagus"Thio Han Liong memegang bahunya.
"Engkau memang harus
menuruti perkataanku, sebab aku adalah saudaramu."
"Kakak Han
Liong...." Ketika An Lok Kong cu ingin
mengatakan sesuatu, mendadak
terdengar suara tawa yang amat menyeramkan.
"Itu adalah suara tawa si
Mo-" Thio Han Liong memberitahukan.
"Adik An Lok, cepatlah
engkau bersembunyi di balik pohon"
"Aku... aku mau di sini
saja," sahut An Lok Kong cu.
Kelihatannya ia tidak mau
berpisah dengan Thio Han Liong.
"Adik An Lok—."
ucapan Thio Han Liong terputus, karena muncul beberapa orang, yakni si Mo, Kwan
Pek Him, Liong san sin TUng (si Tongkat sakti Dari Gunung Liong san), Hek Bin
Koay (siluman Mata Hkam) dan Pek Bin Koay (siluman Mata Putin).
"Ha ha ha" si Mo
tertawa gelak-
"su Pangcu, berhubung
engkau berani menolak ajakan kami untuk bergabung, maka hari ini kami ke mari
untuk membasmi kalian semua"
"Si Mo" bentak seng
Hwi dingin-"Engkau kira gampang membasmi kami?"
"He he he" si mo
menatap seng Hwi, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu, kemudian
manggut-manggutseraya berkata,
"Su Pangcu Engkau minta
bantuan kepada ketiga orang itu?"
"si Mo" sahut seng
Hwi dingin-
"Jangan bertingkah di
hadapanku, aku sama sekali tidak takut menghadapimu"
"oh?" si Mo menatap
tajam.
"siapa engkau, kenapa
mencampuri urusan Kay Pang?"
"Aku adalah teman baik su
pangcu, maka aku harus membantunya" seng Hwi juga menatapnya dengan
dingin-
"si Mo, namaku seng
Hwi"
"seng Hwi..." gumam
si Mo-
"Aku tidak pernah
mendengar namamu, lebih baik engkau jangan turut campur"
Aku pasti akan melawanmu"
sahut seng Hwi bernada menantang.
"He he he Bagus,
bagus" si Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Engkau orang kecil tak bernama,
berani menantangku?" "Kenapa tidak?" tantang seng Hwi lagi.
"Aku justru ingin tahu
berapa tinggi kepandaianmu, begitu berani menyerbu ke mari"
"oh?" Wajah si Mo
bertambah seram.
"Aku pun berani
menantangmu" ujar Thio Han Liong mendadak sambil menudingnya.
"Anak muda...." si
Mo menatapnya tajam, kemudian
terbelalak seraya berseru tak
tertahan.
"Engkau...."
"Tidak salah" sahut
pemuda itu.
"Aku Thio Han Liong,
tentunya si Mo belum melupakanku, bukan?"
"Ha ha ha" si Mo
tertawa gelak-
"Engkau juga ingin
membantu Kay Pang?"
"Ya" Thio Han Liong
mengangguk-
"Bagus, bagus" si Mo
manggut-manggut.
"Muridku akan melawanmu, sedangkan
aku akan membunuh orang yang tak tahu diri itu"
"Ha ha ha" seng Hwi
tertawa,
"si Mo, kelihatannya
engkau yang akan mampus di tanganku"
"oh, ya?" si Mo
segera memberi isyarat.
Seketika juga Liong San Sin
TUng, HekBin Koay dan PekBin Koay maju ke depan, pi saat bersamaan, su Hong
sek- Ci Hoat dan Gan Rang Tianglo juga melangkah maju.
su Hong sek berhadapan dengan
Liong san sin TUng, ci Hoat Tianglo berhadapan dengan Hek Bin Koay, Gan Kang
Tianglo berhadapan dengan Pek Bin Koay, sedang Kwan Pek Him mendekati Thio Han
Liong.
"saudara Kwan" tanya
Thio Han Liong.
"engkau ingin bertarung
denganku?"
"Tidak-" Kwan Pek
Him menggelengkan kepala.
"Aku cuma ingin
bercakap-cakap dengan engkau saja."
"oh?" Thio Han Liong
menatapnya.
"Bercakap-cakap tentang
apa?"
"Kalau mereka sudah mulai
bertarung, barulah kita bercakap-cakap," sahut Kwan Pek Him.
"Baik," Thio Han
Liong manggut-manggut.
sementara si Mo dan seng Hwi
terus saling memandang, mendadak si Mo berseru,
"serang"
seketika juga para anak buahnya
menyerang para anggota Kay Pang. Di saat bersamaan, si Mo pun mulai menyerang
seng Hwi. Begitupula Liong san sin TUng, HekBin Koay dan Pek Bin Koay, mereka
segera menyerang su Hong sek- Ci Hoat
dan coan Kang Tianglo.. Maka
terjadilah pertarungan yang amat dahsyat
Di saat pertarungan itu
berlangsung, Kwan Pek Him mulai bercakap-cakap dengan Thio Han Liong.
"saudara Thio, berapa
tahun kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" tanya Kwan Pek Him.
"Aku baik-baik saja.
Engkau?" Thio Han Liong tersenyum. "Akupun baik-baik saja." Kwan
Pek Him memberitahukan. "Kini Pek yun Kok telah dijadikan markas golongan
hitam.", "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Kalau tidak salah, Kwee
In Loan yang menjadi ketua, kan?"
"ya." Kwan Pek Him
mengangguk-
"oh ya, Ciu Lan Hio tidak
bersamamu?"
"Tidak-" Thio Han
Liong menggelengkan kepala-
"Dia sudah pulang ke
tempat tinggalnya beberapa tahun lalu- Engkau tidak pernah bertemu dia?"
"yaah" Kwan Pek Him
menghela nafas.
"sudah beberapa tahun aku
tidak bertemu dia. Aku...."
"Engkau rindu sekali
kepadanya?" tanya Thio Han Liong sambil tersenyum.
"ya." Kwan Pek Him
mengangguk- sementara pertarungan berlangsung lebih seru, sengit dan dahsyat
sedangkan Thio Hail Liong dan Kwan Pek Himpun terus bercakap-cakap dengan serius
sekali, dan itu membuat An Lok Kong cu tidak habis pikir-
"Bagaimana kalian
berdua?" tanyanya sambil mengerutkan kening.
"Mereka bertarung
mati-matian, kalian berdua malah asyik mengobrol"
"Biarkan saja" sahut
Thio Han Liong.
"Lho? Bukankah engkau
harus membantu Kay Pang? Kenapa malah terus mengobrol dengan dia?"
"Kalau aku turut
bertarung, lawanku justru dia."
"Oooh" An Lok Kong
cu manggut-manggut.
"Kalau mereka seperti
kalian, tentunya tidak usah bertarung."
gurunya adalah Si Mo yang amat
jahat dan kejam. Ketika aku masih kecil, aku nyaris dibunuhnya." Thio Han
Liong memberitahukan.
"ohr An Lok Keng cu
terbelalak-"Maaf" ucap Kwan Pek Him. "saudara Thio, siapa
saudara ini?"
"Dia adalah kawan
akrabku, namanya Cu An Lok-" Thio Han Liong memberitahukan.
"oooh" Kwan Pek Him
seoera memberi hormat.
"Selamat bertemu saudara
Cu"
"selamat bertemu saudara
Kwan" An Lok Keng cu juga memberi hormat, namun ia merasa tidak senang
terhadap pemuda itu.
sementara pertarungan itu
semakin dahsyat, si Mo dan seng Hwi sudah bertarung puluhan jurus, tetapi, si
Mo masih tidak dapat mengalahkannya, Itu membuat si Mo penasaran sekali, maka
ia mulai mengerahkan Lweekangnya untuk mengeluarkan ilmu Ha Mo Kang.
si Mo menjongkokkan badannya,
dan mulutnya mengeluarkan suara "Krok Krok" mirip suara kodok-
Menyaksikan itu, seng Hwi pun
segera menghimpun Lweekang. Perlahan-lahan sepasang telapak tangannya berubah
kehijau-hijauan.
Ha a h?" si Mo tampak
terkejut, "IImu pukulan cing Hwee Ciang" "Betul" seng Hwi
mengangguk.
"Baik" si Mo
tertawa, dingin-
"Mari kita mengadu
pukulan Ha Mo Kang lebih tinggi atau Cing hwe Ciang yang lebih unggul"
Mendadak si Mo meloncat
menyerang seng Hwi, namun seng Hwi menangkis dengan Ciang Hwee Ci-ang.
"Blam" Terdengar
suara benturan dahsyat, yang me-mekakkan telinga, yang lain langsung berhenti
bertarung dan mata mereka mengarah pada si Mo dan seng Hwi.
si Mo termundur-mundur
beberapa langkah, sedangkan seng Hwi hanya dua langkah-Betapa penasarannya si
Mo- la menjongkokkah badannya lagi sambil mengerahkan Ha mo Kangnya hingga pada
puncaknya, seng Hwi pun menghimpun Lweekangnya sepenuhnya-
sekonyong-konyong si Mo
meloncat laksana kilat menyerang seng Hwi Di saat bersamaan, seng Hwi
menggerakkan sepasang tangannya untuk menangkis serangan itu. sepasang telapak
tangannya tampak kehijau-hijauan.
Blaaam Blaaam... Terdengar
suara benturan yang amat dahsyat dan memekakkan telinga, si Mo terpental
beberapa depa, lalu roboh dengan mulut mengeluarkan darah segar.
"Guru Guru?" Kwan
Pek Him segera melesat menghampirinya.
sedangkan seng Hwi
termundur-mundur beberapa langkah dengan wajah pucat pias, namun sama sekali
tidak terluka.
saudara seng Hwi...." su
Hong sek segera mendekatinya. "Engkau terluka?"
"Tidak-" seng Hwi
tersenyum.
"su Pangcu, terima-kasih
atas perhatianmu."
"saudara seng
Hwi...." su Hong sek tersenyum sipu-
seng Hwi memandang lalu
mendekati si Mo yang sudah bangkit berdiri seraya berkata,
"si Mo Cepatlah kalian
enyah dari sini Kami tidak akan turun tanganjahat terhadap kalian"
"Hmm" dengus si Mo-
"suatu hari nanti, Kay
Pang pasti musnah di tangan kami"
"Ha ha ha" ci Hoat
Tianglo tertawa gelak-
"Engkau sudah terluka
parah, tapi masih omong besar Ha ha ha—"
"Kalau seng Hwi tidak
berbelas kasihan kepadamu, mungkin engkau sudah terkapar menjadi mayat"
sela Gan Kang Tianglo mengejeknya-
"Kalian...
kalian...." saking geramnya si Mo memuntahkan
darah segar-
"Uaaakh"
"Guru" Kwan Pek Him
memapahnya.
"Mari kita pergi"
si Mo mengangguk, lalu memberi
isyarat kepada yang lain, agar meninggalkan markas Kay Pang. setelah mereka
pergi, barulah su Hong sek dan lainnya masuk ke markas.
"Ha ha ha" ci Hoat
Tianglo tertawa gelak-
"Aku tak menyangka sama
sekali, seng Hwi berkepandaian begitu tinggi, bahkan telah menyelamatkan Kay
Pang Kami sungguh berhuta budi kepadamu"
"ci Hoat Tianglo"
Wajah seng Hwi tampak agak kemerah-merahan.
"Jangan berkata begitu,
aku membantu Kay Pang tanpa pamrih lho-"
"Tapi" ucap su Hong
sek dengan suara rendah-
"Kami tetap berhutang
budi kepadamu-"
"su Pangcu—-"
"Hi hi hi" Mendadak
An Lok Keng cu tertawa geli-
"sudah saling jatuh hati,
namun masih begitu, sungkan, yang satu memanggil saudara seng Hwi, yang lain
memanggil su Pangcu. Bukankah menggelikan, sekali?"
"Adik An Lok" tegur
Thio Han liong .-
"Kenapa mulutmu usil
sekali? Tidak baik engkau bersikap demikian."
"Kakak Han Liong,"
sahut An Lok Kong cu sambil tersenyum.
"Aku bicara sesungguhnya,
saudara seng Hwi dan su Pangcu sudah saling jatuh hati maka tidak perlu
berbasa-basi lagi."
"Eh? Adik An Lok-.»"
Thio Han Liong melotot.
"Kakak Han Liong" An
Lok Kong cu terbelalak-
"Tampangmu galak juga di
saat melotot, aku takut sekali lho"
"Ha ha ha" CiHoat
Tianglo tertawa gelak-
"Apa yang dikatakan An
Lok memang benar. Kalau sudah saling jatuh hati, kenapa masih harus
berbasa-basi?"
"Ci Hoat
Tianglo...." Wajah su Hong sek langsung
memerah..
"Su Pangcu" Gan
Kang, Tianglo memandangnya seraya berkata,
"Usiamu sudah tiga
puluhan, maka..."
"Gan Kang
Tianglo...." su Hong sek membanting-
bantingkan kaki, dan cemberut,
Itu membuat Thio Han Liong melongo- Namun ia lalu tertawa mendadak, dan itu
membuat semua orang menjadi terheran-heran.
"Kakak Hang Liong."
An Lok Kong cu menatapnya, heran seraya bertanya,
"Kenapa engkau mendadak
tertawa, apa yang menggelikan hatimu?"
"Su Pangcu»." sahut
Thio Han Liong yang masih tertawa. "Han Liong" tanya su Hong sek.
"Kenapa aku?"
"Barusan su Pangcu
membanting-banting kaki dan cemberut, sikap su Pangcu sungguh mirip sikap Adik
An Lok," sahut Thio Han Liong memberitahukan.
"Heran? Kenapa su Pangcu
dan dia bisa bersikap begitu, sedangkan aku tidak?"
"Han Liong...." Su
Hong Sek cemberut lagi, begitu pula An
Lok Keng cu. Sudah barang
tentu membuat Thio Han Liong tertawa gelak lagi.
"Ha ha ha TUuh, cemberut
lagi"
"Ha ha ha Ha ha
ha.-" Ci Hoat dan Gan Kang Tianglo juga tertawa gelak-aelak-
"Kaum wanita memang suka
cemberut. Tapi An Lok adalah anak lelakL—"
"Dia terlalu manja"
sahut Thio Han liong.
"Maka suka cemberut Ha ha
ha..."
Kakak Han Liong" Mendadak
An Lok Keng cu mencubit lengannya.
"Aduuuh" jerit Thio
Han Liong kesakitan.
"Kenapa engkau
mencubitku?"
"siapa suruh mulutmu
begitu usil?" sahut An Lok Keng cu.
"Belum pernah ditampar
orang ya?"
"Adik An Lok" Thio
Han Liong melotot.
"Kenapa engkau begitu
galak? Lenganku masih terasa sakit lho"
"Biar tahu rasa"
ujar An Lok Keng cu sambil terscnyum-senyum.
"saudara... Seng
Hwi" tanya su Hong sek-
"Tadi engkau menggunakan
ilmu pukulan sehingga bisa melukai si Mo?"
"Ilmu pukulan cing Hwee
Ciang." seng Hwi memberitahukan.
"Aku belajar dari sebuah
kitab-"
"siapa yang
memberitahukanmu kitab itu?"
"Ayahku."
"saudara seng Hwi"
Su Hong sek menatapnya-
"Bolehkah aku tahu siapa
ayahmu?"
"Ayahku adalah Hun Goan
Pek Lek Chiu-seng Run"jawab seng Hwi dengan jujur.
"Hah? Apa?" Su Hong
Sek Tianglo terbelalak, Ci Hoat dan Coan Rang.
"Seng Kun adalah
ayahmu?"
"Ya." seng Hwi
mengangguk-
"Lalu engkau dengan Han
Liong?" su Hong sek memandang mereka dengan mulut ternganga lebar.
"Kami adalah kawan
baik" sahut Seng Hwi lalu menuturkan tentang semua kejadian itu, dan
menambahkan,
"Kalau Han Liang tidak
menjernihkan kesalah-pahamanku, aku pasti jadi orang yang paling berdosa di
rimba persilatan."
"Syukurlah engkau keburu
tahu tentang itu, kalau tidak» " su Hong sek menggeleng-gelengkan kepala.
"Oleh karena itu, hingga
saat ini aku masih merasa berterima kasih kepada Han Liong," ujar seng
Hwi.
"Seandainya tidak ada dia
di saat itu, aku...."
"Kakak seng Hwi"
Thio Han Liong tersenyum, "semua itu telah berlalu, jangan diungkit
lagi" "saudara kecil»»" Seng Hwi manggut-manggut. "saudara
seng Hwi" tanya Su Hong sek mendadak-
"Menurutmu, apakah pihak
golongan hitam itu akan menyerbu ke mari lagi?"
"Menurut aku tidak"
sahut Seng Hwi-
"Sebab luka si Mo cukup
parah, itu akan membuat nyali Kwee In Loan menjadi ciut."
"Ngmmm" su Hong sek
manggut-manggut
"Oh ya, kapan kalian akan
meninggalkan markas kami ini?" "Besok," sahut Thio Han Liong dan
menambahkan,
"su Pangtu, yang akan
meninggalkan markas ini hanya aku dan Adik An Lok- Kakak seng Hwi tidak akan
pergi, dia harus tetap di sini."
"saudara kecil..."
Wajah seng Hwi agak kemerah-merahan.
"Benar kan?" Thio
Han Liong memandangnya sambil tersenyum.
"Karena Kakak seng Hwi
masih harus melindungi Kay Pang dari serbuan pihak golongan hitam."
"Dan juga—" sambung
An Lok Keng cu.
"Harus terus mendampingi
su Pangcu yang cantik jelita."
"Eh? Engkau—." su
Pangcu melototi An Lok Keng cu, kemudian bertanya kepada Han Liong.
"Kalian mau pergi
besok?"
"Ya." Thio Han Liong
mengangguk-
"Kami harus melanjutkan
perjalanan ke gunung Bu TUng."
"Han Liong, tolong
sampaikan salamku kepada Guru Besar Thio sam Hong dan lainnya" pesan su
Hong sek-
"Ya, pasti
kusampaikan."
"Terima kasih, Han
Liong," ucap su Hong sek sambil tersenyum lembut
"Terima kasih-—"
Keesokan harinya, Thio Han
Liong dan An Lok Keng cu meninggalkan markas Kay Pang. Mereka berdua
melanjutkan perjalanan menuju gunung Bu Tong. Dalam perjalanan, An Lok Keng cu
tampak gembira sekali, bahkan sering bercanda ria dengan Thio Han Liong justru
Thio Han Liong sama sekali tidak tahu, bahwa An Lok Keng cu adalah seorang
gadis, bahkan putri kaisar.