Bab 23 Menantang Para Ketua
Thio Han Liong masih tetap
duduk di tepi sungai sambil melamun. Sementara hari pun sudah mulai senja.
Tiba-tiba terdengar suara tawa gelak. seorang tua berpakaian sastrawan muncul
di belakang Thio Han Liong, orang tua berpakaian sastrawan itu adalah Lam Khie
(orang Aneh Dari Selatan):
"Ha ha ha Anak muda,
kenapa engkau duduk melamun di situ?" Thio Han Liong menoleh, kemudian
memanggil dengan suara lemah.
"Locianpwee...."
"Eh?" Lam Khie
terbelalak.
"Kenapa engkau menjadi
kurus dan tidak karuan? Apa yang telah terjadi atas dirimu?" "
"Aku...." Thio Han
Liong menggeleng-geicngkan kepala.
"Anak muda" Lam Khie
dtidukdi sisinya.
"Beritahu-kanlah padaku
apa masalahmu, mungkin aku bisa membantumu."
"Locianpwee, aku sedang
melakukan pejalanan ke gunung Soat San bersama seorang gadis bernama Tan Giok
Cu, tapi...."
Thio Han Liong memberitahukan
tentang kejadian itu. "Apa?" Lam Khie tampak terkejut sekali.
"orang tua berjubah merah menculik gadis itu?" "Ya." Thio
Han Liong mengangguk.
"orang tua berjubah merah
itu pun bilang, kalau kelak aku mampu mengalahkannya, barulah dia akan
mengembalikan Giok Cu kepadaku, itu... itu bagaimana mungkin? Kepandaian orang
tua berjubah merah itu sangat tinggi sekali."
"Tidak salah." Lam
Khie manggut-manggut.
"Sebab orang tua beri
ubah merah itu adalah Hiat Mo-Justru sungguh mengherankan, kenapa dia datang di
Tionggoan dan membunuh para murid tujuh partai besar?"
"Locianpwee kenal Hiat Mo
im?"
"Tidak kenal, namun
pernah mendengar dari kakekku.." Lam Khie memberitahukan.
"Tempat tinggal Hiat Mo
di Kwan Gwa. Kira-kira dua ratus tahun lalu, Hiat Mo pernah datang di
Tionggoan, dan membantai kaum rimba persilatan golongan putih- sudah barang
tentu hal itu membuat gusar empat jago di Tionggoan. Mereka berempat adalah
Tong sla-Oey yok su, si Tok ouw yang Hong, Lam Ti-Toan Hong ya dan Pak Kay Ang
cit Kong.
Mereka berempat bertarung
dengan Hiat Mo, namun kemudian Tokiouw yang Hong malah berbalik menyerang Pak
Kay-Ang cit Kong. Maka, terjadilah pertarungan tiga lawan dua, akhirnya Hiat Mo
pun jadi musuh tiga jago lain itu. Kejadian tersebut merupakan suatu rahasia
bagi rimba persilatan masa itu.."
"Locianpwee," tanya
Thio Han Liong.
"Hiat Mo itu adalah Hiat
Mo yang sekang juga?"
"Tentunya bukan,"
sahut Lam Khie-
"sebab tidak mungkin Hiat
Mo itu hidup sampai sekarang. Mungkin Hiat Mo sekarang adalah anak atau cucu
Hiat Mo yang dulu itu-"
"Aaaah—" Thio Han
Liong menghela nafas panjang.
Kalau begitu, bagaimana
mungkin aku dapat mengalahkannya kelak?"
"Anak muda" Lam Khie
menatapnya tajam.
"Kenapa engkau begitu
cepat putus asa? Belum apa-apa sudah menjadi begini macam. Kalau aku adalah
kakekmu, engkau sudah kuhajar sampai babak belur."-—
"Locianpwee»»" Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana kepandaian
Locianpwee dibandingkan dengan Hiat mo itu?"
"Kepandaianku lebih
rendah" jawab Lam Khie dengan jujur. "Sebab ilmu Hiat Mo Kangnya
sangat hebat sekali."
"Locianpwee saja tidak
dapat melawannya, apalagi aku kelak?" Thio Han Liong menghela nafas
panjang lagi.
Mendadak Lam Khie mengayunkan
tangannya, ternyata ia menampar Thio Han Liong. Plaak
"Aduuh "jerit Thio
Han Liong kesakitan. "Kenapa Locianpwee menamparku? Kenapa?"
"Ayahmu begitu gagah,
mampu menghimpun kekuatan Beng Kauw untuk meruntuhkan Dinasti Goan, namun
sebaliknya engkau begitu tak berguna" bentak Lam Khie gusar.
"Sikapmu ini telah
mempermalukan ayahmu, maka aku mewakili ayahmu menghajarmu" Plaaak Lam
Khie menampar Thio Han Liong, lagi.
Kali ini Thio Han Liong tidak
berani menjerit la berdiri diam di tempat, kemudian berkata dengan terisak-
isak
"Terima kasih atas
kebaikan Locianpwee telah menamparku." Thio Han Liong menatapnya.
"Kini aku sudah sadar,
Terima kasih Locianpwee."
"Engkau masih muda
sekali, tapi menghadapi sedikit masalah sudah begini macam Dimana letak
kegagahan dan
ketabahanmu? Lagi pula
bukankah engkau bole berlatih, agar kelak mampu mengalahkan Hiat mo itu?"
"Ya, Locianpwee."
Thio Han Liong mengangguk.
"Baiklah." Lam Khie
menatapnya.
"Kini engkau telah sadar,
maka aku harus pergi. Kita akan berjumpa lagi kelak-"
Lam Khie melesat pergi, dan
Thio Han Liong tetap berdiri di tempat. Lama sekali ia berpikir, akhirnya
mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanannya ke gunung soat san.
-ooo00000ooo-
Di ruang tengah di dalam
markas Hek Liong Peng, tampak Kwee In Loan duduk dengan wajah dingin, sedangkan
si Mo dan muridnya diam saja.
"Jadi yang menggagalkan
rencana kita itu adalah Tong Koay, Lam Khie dan Pak Hong?" tanya ketua Hek
Liong Pang itu.
"Ya." si Mo
mengangguk"-
"Itu sungguh di luar
dugaan, bukan kesalahanku."
"Aku tahu, itu memang
bukan kesalahanmu." Kwee In Loan manggut-manggut.
"Tapi perbuatan mereka
bertiga sungguh menjengkelkan hatiku. Rasanya aku ingin menghabiskan
mereka."
Ketua," ujar si Mo
serius. " Aku punya suatu rencana lain." "Apa rencanamu
itu?"
Ketua boleh menantang para
ketua tujuh partai besar untuk bertanding, siapa yang kalah, harus tunduk
kepada Hek Liong pang."
(Lanjut ke jilid 12)
Jilid 12
"Ngmmm" Kwee In Loan
manggut-manggut. "Memang bagus rencanamu itu Aku akan bertanding dengan
mereka satu persatu, tentunya mereka tidak berani mengeroyokku."
"Itu sudah pasti."
Si Mo tertawa.
"Bagaimana mungkin para
ketua itu berani mengeroyokmu?"
Tapi bagaimana dengan Tang
Koay, Lam Khie dan Pak Hong? Mungkinkah mereka akan membantu para ketua
itu?"
"Aku tidak yakin. Karena
itu merupakan pertandingan yang adil, maka mereka pasti tidak akan mau turut
campur."
"Ngmm" Kwee In Loan
manggut-manggut gembira dan menambahkan.
"Aku pasti dapat
mengalahkan para ketua itu Setelah itu, semua partai besar dalam rimba
persilatan akan tunduk kepada kita. Mulai saat itu, Hek Liong Pang yang
berkuasa dalam rimba persilatan."
"Ha ha ha" Si Mo
tertawa gelak. "Aku yakin berhasil."
Terus terang, aku cuma takut
kepada satu orang." Kwee In Loan-memberitahukan secara jujur.
"Siapa orang itu?"
"Hiat Mo," jawab
Kwee In Loan. "Sebab kepandaiannya tinggi sekali, bahkanjuga memiliki ilmu
hitam dan sebuah suling pusaka."
"Apa kegunaannya suling
pusaka itu?" tanya Si Mo.
"Apabila Hiat Mo
mengerahkan Iweekangnya meniup suling pusaka itu, maka dapat mempengaruhi
pikiran orang lain. Kalau nada suara suling itu meninggi, dapat menggempur
Iweekang lawan."
"ohi ya?" si Mo
terbelalak.
"Kok engkau tahu begitu
jelas?"
"sudah lama aku tinggal
di Kwan Gwa. Ketika baru tiba di Kwan Gwa, aku pernah bertemu Hiat Mo-..."
Kwee In Loan memberitahukan.
"Kami bertanding, namun
aku cuma dapat bertahan sampai seratus jurus. Dapat dibayangkan, betapa
tingginya kepandaiannya itu."
"Haaah.-." Mulut si
Mo ternganga lebar. "Kalau begitu, dia boleh dikatakan jago yang tanpa
tanding di kolong langit."
" Kira-kira
begitulah," sahut Kwee In Loan.
"oh ya, kita harus segera
menulis surat tantangan untuk para ketua tujuh partai besar, bukan?"
"ya." si Mo
mengangguk- "Lalu kita suruh beberapa orang mengantar surat tantangan itu
ke berbagai tempat."
"Ng" Kwee In Loan
manggut-manggut. "Dalam surat tantangan harus dicantumkan tanggal satu
bulan depan, dan para ketua itu harus berkumpul di Pek yun Kok (Lembah Awan
putih) untuk bertanding melawanku."
"Baik," si Mo
tersenyum, "Itu merupakan kejutan bagipara ketua itu Ha ha ha..."
"Pek Him" panggil
Kwee In Loan.
"ya." Kwan Pek Him
langsung memberi hormat,
"siap terima
perintah-"
"TUgasmu mengantar surat
tantangan ke kuil siauw Lim sie dan ke gunung Bu Tong san. Jangan lalai"
ya. Ketua." Kwan pek Him
mengangguk-
Aku pasti melaksanakah tugas
itu dengan baik," "Bagus, bagus" Kwee In Loan tersenyum.
Di ruang meditasi sam Cing
Koan, tampak Thio sam Hong, song Wan Kiauw, jie Lian ciu, jie Thay Giam dan
Thio song Kee, sedang duduk bersila dengan wajah serius-
"Aaaah—" Thio sam
Hong menghela nafas panjang-Ternyata yang dimaksudkan In Lie Heng adalah Hiat
Mo-"
"guru tahu tentang Hiat
Mo itu?" tanya song wan Kiauw-
Tidak begitu jelas-" Thio
sam Hong menggeleng-gelengkan kepala-
"Namun ketika guru masih
kecil, guru pernah mendengar sedikit tentang Hiat Mo dari ketua siauw Lim Pay
masa itu Kira-kira dua ratus tahun lalu, di rimba persilatan telah muncul
seorang berjubah merah yang wajah dan jenggotnya pun merah semua- Dia terus
membantai para kaum rimba persilatan, baik golongan putih maupun golongan
hitam, sehingga memperoleh julukan Hiat Mo- Akan tetapi, setelah itu dia
menghilang begitu saja, dan tiada kabar beritanya lagi-"
"oh?" song Wan Kiuw
terkejut-
"guru, Hiat Mo itu
berasal dari perguruan mana?"
"Entahlah-" Thio sam
Hong menggelengkan kepala-
"Kalau tidak salahi dia
datang dari Kwan Gwa."
"Kini muncul Hiat Mo,
mungkinkah Hiat Mo yang dulu itu?" tanya jie Lian ciu.
"Tidak mungkin,"
sahut Thio sam Hong.
"Guru tidak percaya Hiat
Mo itu begitu panjang umur."
"Kalau begitu..."
ujar song Wan Kiauw. "Mungkin anak cucu Hiat Mo yang dulu itu."
"Itu memang
mungkin." Thio Sam Hong manggut-manggut.
Kalau tidak salah, Hiat Mo
memiliki ilmu Hiat Mo Kang yang amat hebat. Terus terang, guru masih tidak
sanggup melawannya."
"oh?" song wan Kiauw
terbelalak- "Begitu hebat ilmu Hiat Mo Kang itu? Lalu siapa yang mampu
melawannya?"
"Tiada seorang jago pun
yang sanggup melawannya-" Thio sam Hong menghela nafas panjang.
"Tapi kemungkinan besar
sembilan Dhalai Lhama Tibet masih sanggup melawannya, sebab mereka memiliki
semacam ilmu istimewa."
"Guru, apabila Hiat Mo
ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan, tentunya gampang sekali."
"Tidak salah-" Thio
sam Hong manggut-manggut.
"Tapi—." ucapan Thio
sam Hong terputus, karena salah seorang murid song wan Kiauw memberi laporan
dari pintu ruang itu.
"Guru, ada utusan Hek
Liong Pang ke mari"
"oh?" song Wan Kiauw
mengerutkan kening. "siapa dia?"
"Kwan Pek Him, murid si
Mo- Dia ke mari menyampaikan sepucuk surat tantangan."
"Surat tantangan?"
song waa Kiauw tersentaki lalu bersama jie Lian ciu berjalan ke ruang depan.
Tampak seorang pemuda bermuka
pucat berdiri di situ. Begitu melihat song wan Kiauw dan jie Lian ciu,
segoralah ia memberi hormat.
"Maaf" ucapnya
memberitahukan. "Aku ke mari untuk menyampaikan surat tantangan."
"surat tantangan dari
siapa?" tanya jie Lian ciu.
"Dari ketua Hek Liong
Pang," sahut Kwan Pek Him sambil menyerahkan sepucuk surat.
Ketua Hek Liong Pang
mengundang para ketua tujuh partai besar ke Pek yun Kok"
"Ngmm" jie Lian ciu
manggut-manggut. Dibacanya surat tantangan itu, kemudian diberikan kepada song
wan Kiauw.
"Tanggal satu bulan depan
kami para ketua tujuh partai besar harus berkumpul di Pek yun Kok untuk
bertanding dengan ketua Hek Liong Pang?" tanya jie Lian ciu dengan kening
berkerut-kerut.
"ya." Kwan Pek Him
mengangguk- "Maka ketua Hek Liong Pang mengharap kehadiran ketua Bu Tong
Pay."
"Ha ha ha" jie Lian
ciu tertawa gelak.
"Beritahukan kepada ketua
Hek Liong Pang, bahwa Bu Tong Pay tidak akan mundur"
"Pasti kusampaikan kepada
ketua Hek Liong pang," ujar Kwan Pek Him dan setelah itu ia berpamit.
song Wan Kiauw dan jie Lian
ciu berjalan masuk menuju ruang meditasi. Thio sam Hong memandang mereka seraya
bertanya.
"surat tantangan apa itu?"
"Ini surat tantangan dari
ketua Hek Liong Pang," jawab song Wan Kiauw sambil menyerahkan surat
tersebut kepada Thio sam Hong.
seusai membaca surat tantangan
itu, kening Thio sam Hong pun berkerut-kerut.
"Aaah—" Thio sam
Hong menghela nafas panjang. " Ketua Hek Liong Pang berani menantang para
ketua tujuh partai besar, berarti kepandaiannya sudah tinggi -sekali. Kalau
tidaki bagaimana mungkin dia berani menyebarkan surat tantangan?"
"Guru" jie Lian ciu
memberitahukan. " Ketika siauw Lim Pay menyelenggarakan pertemuan, justru
muncul si Mo dengan suatu rencana busuk-"
"Engkau sudah
memberitahukan tentang kejadian itu-" Thio sam Hong manggut-manggut
"Kali ini ketua Hek Liong
mengundang para ketua tujuh partai besar ke Pek yun Kok untuk bertanding.
Apakah
merupakan suatu rencana
busuk?" tanya jie Lian ciu sambil memandang gurunya.
"Mungkin tidaki"
sahut Thio sam Hong. "Hanya saja dia akan bertanding satu lawan satu. Nah,
mumpung masih ada waktu, alangkah baiknya engkau terus berlatih."
"ya, guru."Jie Lian
ciu mengangguk-
"Aaah—" Thio Sam
Hong menghela nafas panjang. "Entah bagaimana keadaan Bu Ki dan
anaknya?"
Di dalam sebuah rimba, Lam
Khie tampak santai sekali, la sedang membakar seekor kelinci sambil
bersenandung. Tak seberapa lama kemudian, kelinci yang dibakarnya itu sudah
matang sehingga menyiarkan aroma yang harum sekali.
"Wuah" Lam Khie
mengendus wangi kelinci bakar itu, lalu mengeluarkan seguci araki Akan tetapi,
ketika ia baru mau makan, mendadak muncul dua orang sambil tertawa-tawa. Dua
orang itu ternyata Tong Koay dan pak Hong.
"Ha ha ha" Tong Koay
tertawa.
"Jangan makan sendiri,
harus bagi kami"
"Kalian...." Lam
Khie melotot. "Kenapa kalian muncul
sekarang? Tahu saja kelinci
bakarku telah matang" "Ha ha" Pak Hong tertawa g elaki
"Sebetulnya kami sudah
lama berada di tempat ini, namun...."
"Jadi kalian berdua
membiarkan aku membakar kelinci ini seorang diri, setelah matang barulah
muncul?" tanya Lam Khie dan melotot lagi.
"Memang begitulah,"
sahut Pak Hong.
"Hmm" dengus Lam Khie-
"Kalau begitu, jangan harap kalian mendapatkan bagian"
"Engkau mampu menghadapi
kami berdua?" tanya Pak Hong sambil tersenyum.
"Baik Hari ini aku akan
menghadapi kalian berdua" ujar Lam Khie sungguh-sungguh.
"Ha ha ha" Tong Koay
tertawa.
"Sudahlah Kami tidak akan
minta kelinci bakar itu, silakan engkau makan sendiri"
"Ngmmm" Lam Khie
manggut-manggut.
Di saat itulah mendadak Tong
Koay dan Pak Hong Uakh...
Uakhh, sepertinya mau muntah-
Lam Khie melirik mereka,
kemudian mulai menikmati daging kelinci bakar itu- Tong Koay dan Pak Hong
sating memandang dan setelah itu....
"Uaaakh"
"Uaaakh"
Mereka berdua muntah-muntah di
hadapan Lam Khie, dan itu sungguh membuat perut Lam Khie menjadi mual. Akhirnya
ia punjkut-ikutan muntah,
sedangkan Tong Koay dan Pak Hong langsung tertawa terbahak-
"Ha ha ha Ha ha
ha..."
"Kalian berdua sungguh
keterlaluan" bentak Lam Khie gusar.
"Pokoknya aku tidak akan
bagi kalian daging kelinci bakar ini"
Tiba-tiba ia mengayunkan
tangannya yang memegang kelinci bakar itu, dan seketika itu juga kelinci bakar
itu terlempar jauh.
"Haaah...?" Mulut
Pak Hong ternganga lebar.
"Ke-napa kelinci bakar
itu dibuang?"
"Dari pada dibagikan
kepada kalian, lebih baik dibuang saja," sahut Lam Khie dengan wajah merah
padam.
"Kali ini kalian btreiua
mempermainkan aku, kelak aku pasti membalasnya"
"Lam Khie," ujar
Tang Koay sambil tersenyum. "Jangan gusar, kami cuma bergurau"
"Tapi tahukah kalian?" Lam Khie melotot. "Dari semalam perutku
belum diisi?"
"Tenang" Tang Koay
tertawa, lalu mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam bajunya dan diberikan
kepada Lam Khie.
"Kami bawakan makanan
kesukaan-mu, tentunya engkau akan gembira."
"Apa ini?" tanya Lam
Khie heran. "Buka saja" sahut Tang Koay.
Lam Khie membuka bungkusan
itu, yang ternyata berisi dua ekor ayam bakar. Seketika juga Lam Khie
terbelalak.
"Ayam bakar ini...."
"Silakan
menghabiskannya" sahut Tang Koay.
"Dua ekor ayam bakar itu
memang untukmu."
"oh?" Lam Khie
Melongo.
"Ha ha ha" Tang Koay
tertawa. "Kalau kami tidak membawa ayam bakar ini, bagaimana mungkin kami
berani bergurau denganmu? Ayohi makanlah"
"Terima kasih" ucap
Lam Khie dan mulai menikmati ayam bakar itu sambil minum pula.
"oh ya Kenapa kalian ke
mari? Tentunya ada sesuatu penting bukan?"
"Kami ke mari ingin
memberitahukan, bahwa ketua Hek Liong Pang sudah menyebarkan surat tantangan
kepada para ketua tujuh partai besar untuk bertanding di Pek Yun Kok-"
"T0ng Koay, itu adalah
urusan mereka" sahut Lam Khie.
"Betul." Tong Koay
manggut-manggut.
"Itu adalah urusan ketua
Hek Liong Pang dengan para ketua itu, tapi kelihatannya ketua Hek Liong pang
ingin menundukkan partai-partai itu"
"Maksudmu kita harus
turut campur?" tanya Lam Khie-
"Turut campur sih tidaki
namun kita bisa membantu secara diam-diam" sahut Tong Koay.
"oh?" Lam Khie
heran.
"Caranya?"
"Tentunya engkau tahu
siapa ketua Hek Liong Pang itu." Tong Koay menatapnya.
"Maka kita segera
berangkat ke Ciong Lam san."
"Aku tidak tahu siapa
ketua Hek Liong Pang itu, tidak tahu...." Lam Khie menggeleng-gelengkan
kepala.
"Lam Khie," ujar Pak
Hong.
"Biar bagaimanapun kita
harus menyelamatkan tujuh partai besar itu. sebab kalau tujuh partai besar itu
dikuasai Hek Liong pang, apa jadinya rimba persilatan?"
"Tumben" Lam Khie
memandang mereka dengan heran. "Kalian memikirkan juga nasib rimba
persilatan?"
"Sebab si Mo berada di
pihak Hek Liong pang, sedangkan dia begitu licik dan jahat," ujar Tang
Koay.
"Aku yakin dia sedang
memperalat ketua Hek Liong Pang itu"
"Lalu...." Lam Khie
mengerutkan kening. "untuk apa kita ke
Ciong Lam San?"
"Di belakang Ciong Lam
San..." sahut Tang Koay.
"Tentunya engkau tahu
maksudku."
"oooh" Lam Khie
manggut-manggut.
"Maksud kalian untuk
memberitahukan kepada yo Sian sian tentang kemunculan ketua Hek Liong Pang
itu?"
"Ya." Tang Koay
mengangguk.
"Karena ketua Hek Liong
Pang itu adalah Kwee In Loan.".
"Aku sudah menduga itu
Dia adalah murid murtad partai Kuburan Tua," uiar Lam Khie.
"Tapi-....-"
"Engkau kenal baik ke dua
orang tua yo Sian Sian, maka kalau engkau yang berteriak di depan kuburan tua
itu, yo Sian Sian pasti membukanya."
"Itu...." Lam Khie
berpikir sejenaki kemudian mengangguk.
"Baiklah, mari kita
berangkat sekarang juga"
Lam Khie, Tang Koay dan Pak Hong
berdiri di depan sebuah kuburan tua yang amat besar, yakni tempat tinggal yo
Sian Sian.
"Lam Khie," ujar
Tang Koay
. "Engkau boleh mulai
berteriak memanggil yo Sian Sian."
Lam Khie mengangguk, kemudian
mulai berteriak menggunakan Iweekang. Maka, suaranya bergema ke dalam, kuburan
tua itu
"Nonaa yo Aku Lam
Khie-Toan Thian Ngie datang berkunjung, harap keluar sebentar"
Seusai berteriak, Lam Khie dan
lainnya menunggu dengan sabar. Lama sekali barulah pintu rahasia kuburan, tua
itu terbuka dan muncul empat wanita, setelah itu barulah muncul yo sian sian.
"cianpwee" yo sian
sian memberi hormat kepada Lam Khie-"Ada urusan apa Cianpwee datang
berkunjung?"
"Nona yo" Lam Khie
tersenyum. "Kami ke mari memang ingin menyampaikan sesuatu. Mereka berdua
adalah Tong Koay dan Pak Hong."
"selamat bertemu
Cianpwee" ucap yo sian sian sambil memberi hormat kepada mereka.
"Ha ha ha" Tong Koay
tertawa gelak-
"Sungguh tak disangka.
Nona yo masih sedemikian muda"
"Terima kasih atas pujian
cianpwee," ucap yo sian sian dan bertanya-
"Cianpwee-cianpwee ke
mari untuk menyampaikan apa?" "Nona yo" Lam Khie memberitahukan.
"Kwee In Loan, kakak
seperguruan Nona sudah muncul dalam rimba persilatan."
"oh?" yo sian sian
tersentak-
"Dia sudah muncul dalam
rimba persilatan?"
"Betul-" Lam Khie
mengangguk.
"Bahkan dia menjadi ketua
Hek Liong Pang dan mengangkat si Mo sebagai wakilnya. Kini dia—-"
Lam Khie menutur tentang ketua
Hek Liong Pang menyebarkan surat tantangan kepada para ketua tujuh partai
besar, dan yo sian sian mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Tak disangka
itu...." yo sian sian menggeleng-gelengkan
kepala.
"Kalau begitu, aku
terpaksa harus menghadapinya."
"Nona yo, itu adalah
urusan perguruanmu, kami tidak akan turut campur" ujar Lam Khie dan
menambahkan,
"seandainya kakak
seperguruanmu tidak berambisi untuk menguasai rimba persilatan, tentunya kami
pun tidak akan ke mari memberitahukan kepadamu."
"Terima kasih untuk
itu," ucap yo sian sian.
"Nona yo" Lam Khie
tampak serius.
"Engkau harus
berhati-hati menghadapi kakak seperguruanmu itu, sebab kini kepandaiannya sudah
tinggi sekali. Dia mampu mengalahkan si Mo-"
"oooh" yo sian sian
manggut-manggut, kemudian tersenyum seraya berkata.
"Biar bagaimanapun, aku harus
dapat menaklukkannya. Kalau tidak, dia pasti akan menimbulkan bencana dalam
rimba persilatan."
"Bagus, bagus" Lam
Khie tertawa gelak-
"Engkau memang harus
menaklukkannya."
"ohya" yo sian sian
memandang mereka sambil tersenyum.
"Biasanya kalian bertiga
seperti api dengan bensin, begitu ketemu pasti ribut atau bertarung. Kenapa
kali ini kalian bertiga justru tampak begitu akur?"
"Ha ha ha" Pak Hong
tertawa.
"Kami sudah terikat oleh
suatu janji, beberapa tahun lagi kami akan bertanding di puncak gunung Heng
san, maka kini adalah masa gencatan senjata."
Kalau kalian bertanding kelak,
aku ingin menyaksikannya" ujar yo sian sian.
"Sekaligus menjadi wasit
kalian. Tentunya kalian tidak berkeberatan kan?"
"Kami setuju engkau
menjadi wasit. Kalau begitu, engkau jangan ingkar janji lho" ujar Tong
Koay.
"Baik" yo sian sian
mengangguk.
" Kalau begitu...."
Lam Khie menatapnya.
"Nona yo, kami mohon
pamit, agar tidak mengganggu ketenanganmu-"
"Baiklah." Yo sian
sian manggut-manggut.
"Nona yo," ucap Lam
Khie-
"sampai jumpa kelak"
"sampai jumpa,
Cianpwee" sahut yo sian sian.
setelah mereka bertiga melesat
pergi, barulah yo sian sian kembali masuk kuburan-tua itu.
-ooo00000ooo-