Jodoh Si Mata keranjang Jilid 40

Sesuai dengan rencana yang mereka atur ketika lari tadi, keduanya tanpa banyak cakap lagi memondong dua orang gadis yang sudah lemas dan tidak mampu bergerak mau pun bersuara itu, dan membawanya lari menuju ke belakang di mana terdapat beberapa buah kereta keluarga dan banyak kuda-kuda yang pilihan.

Para pelayan hanya memandang dengan melongo akan tetapi tidak berani menegur atau banyak bertanya ketika melihat dua orang kepercayaan majikan mereka itu memasang dua ekor kuda di depan sebuah kereta, lalu memapah dua orang siocia mereka ke dalam kereta dan menjalankan kereta keluar dari situ. Mereka hanya mengira bahwa dua orang nona mereka itu agaknya tiba-tiba terserang penyakit lumpuh dan dua orang kepercayaan itu tentu akan membawa mereka mencari tabib dalam keadaan tergesa-gesa.

Akan tetapi ketika kereta sampai di pintu gerbang belakang, dari mana kereta-kereta dari istana itu biasanya keluar, lima orang penjaga pintu gerbang menghadang di tengah jalan dan mengangkat tangan memberi isyarat agar kereta dihentikan.

"Minggir!” bentak Sim Ki Liong. "Apakah kalian tidak melihat bahwa aku yang membawa kereta keluar?”

"Maaf, Taihiap. Akan tetapi kami mendengar bahwa Cang Siocia dan Teng Siocia engkau bawa dalam kereta. Kami harus mempertanggung jawabkan ini. Hendak dibawa ke mana mereka itu dan mengapa? Apa yang terjadi denga mereka, Taihiap?"

“Keparat, apakah kalian tidak percaya kepadaku? Minggir!” bentak Sim Ki Liong yang tak mau membuang banyak waktu.

Sementara itu tanpa banyak cakap lagi Su Bi Hwa menggerakkan tangan lima kali. Lima orang penjaga itu menjerit dan roboh, tewas karena yang memasuki tubuh mereka adalah jarum-jarum beracun yang disambitkan Su Bi Hwa. Sim Ki Liong langsung melarikan dua ekor kuda yang menarik kereta keluar dari situ dengan cepat.

Para penjaga lain yang melihat lima orang rekan mereka tewas langsung berteriak-teriak sehingga gegerlah seisi istana. Apa lagi ketika Nyonya Cang mendengar bahwa puteri dan keponakannya dilarikan oleh dua orang kepercayaan itu, dia mejadi bingung karena tidak tahu apa yang telah terjadi. Rasanya sukar diterima akal bahwa dua orang kepercayaan itu menculik dan melarikan dua orang gadis itu. Untuk apa diculik?

Selagi semua orang kebingungan karena ketika itu Menteri Cang tidak berada di rumah, muncullah Cang Sun yang ketika peristiwa itu terjadi sedang keluar istana dan berkunjung ke rumah seorang sahabatnya. Tentu saja dia terkejut sekali mendengar bahwa Liong Ki dan Liong Bi melarikan Cang Hui dan Cin Nio dengan sebuah kereta. Dia memang mulai curiga terhadap kedua orang itu, apa lagi mengingat sikap Liong Bi yang selalu berusaha merayunya.

"Pengawal, cepat kerahkan pasukan pengawal dan kejar kereta itu!” kata Cang Sun yang merasa gelisah sekali. Selagi semua orang sibuk, muncullah Kui Hong!

"Nona Cia... ahh, nona Cia...!”

Nyonya Cang merangkul Cia Kui Hong dan menangis. "Mereka melarikan Cang Hui dan Cin Nio….”

Sementara itu Cang Sun juga tertegun melihat munculnya gadis yang selama ini selalu mengisi hatinya sebelum dia bertemu Mayang.

"Nona Kui Hong...!” katanya, lalu segera disambungnya, "Nona, kau harus menolong Hui-moi dan Ci-moi. Mereka berdua dilarikan Liong Ki dan Liong Bi dengan kereta!"

"Mereka itu dua orang penjahat besar yang kejam! Aku akan mengejar mereka!” kata Kui Hong.

Dia pun segera melompat dan berlari cepat meninggalkan rumah itu. Di pintu gerbang dia rnendapat keterangan dari penjaga bahwa kereta itu dilarikan ke arah barat. Pantas saja dia tadi tidak berpapasan karena dia masuk kota melalui pintu gerbang selatan. Melihat seekor kuda milik para penjaga, dia lalu berkata.

“Aku pinjam kuda kalian sebentar!”

Para penjaga telah mengenal Kui Hong yang mereka kagumi ketika gadis itu dulu pernah tinggal di rumah Menteri Cang. Mereka tahu bahwa gadis itu lihai sekali, bahkan kabarnya kini sudah menjadi ketua Cin-ling-pai.

“Silakan, nona!”

Kui Hong membalapkan kudanya melakukan pengejaran. Biar pun kereta itu sudah amat jauh meninggalkan pintu gerbang kota raja, karena memang kedua orang itu memilih kuda terbaik sehingga kedua kuda itu berlari cepat sekali, namun jejak kereta itu nampak jelas sehingga Kui Hong dapat terus melakukan pengejaran.

"Hong-moi, perlahan dulu... !” Suara itu terdengar jelas sekali walau pun lirih, seolah-olah orang yang bersuara itu berbisik di dekat telinganya. Tahulah dia bahwa itu adalah suara Hay Hay dan bahwa orang yang selama ini tidak pernah meninggalkan hatinya itu sudah menggunakan ilmu mengirim suara dari jarak jauh yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki tenaga sakti yang amat kuat.

Kui Hong menahan kudanya lantas menengok. Benar saja. Seperti terbang saja bayangan itu datang dari belakang dan cepatnya bukan main. Dia harus mengakui bahwa dia sendiri tidak rnungkin dapat menandingi ilmu berlari cepat Hay Hay.

Memang salah satu di antara guru-guru Hay Hay, yaitu See-thian La-ma, adalah seorang ahli ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang sukar dicari bandingnya. Dan tampaknya Hay Hay sudah menguasai ilmu-ilmu peninggalan para gurunya dengan baik, bahkan mungkin lebih baik dibandingkan gurunya sendiri sesudah pemuda ini mendapat gemblengan dari Song Lojin, seorang sakti yang menyempurnakan semua ilmunya.

"Hay-ko bagaimana dengan mereka tadi?"

"Hek-tok Sian-su melarikan diri, orang-orang Pek-lian-kauw juga lari. Mayang berada di rumah Cang Taijin."

"Hay-ko, kenapa engkau menahanku? Bukankah kita harus cepat mengejar dan menyusul kereta itu?" Dia menunjuk ke depan dan kereta itu kini nampak sudah jauh sekali.

"Hong-moi, kita harus berhati-hati menghadapi dua iblis itu. Kalau kita mengejar seperti ini dan mampu menyusul, tentu mereka akan mempergunakan dua orang gadis itu sebagai sandera dan kalau mereka mengancam dua orang gadis bangsawan itu, apa yang dapat kita lakukan?"

Kui Hong mengangguk. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

"Kita menyamar sebagai dua orang perampok yang menghadang perjalanan mereka dan menutupi muka dengan sapu tangan. Kalau mereka mengira kita perampok, tentu mereka akan menyerang dan kita mendapat kesempatan untuk menyelamatkan dua orang gadis tawanan itu."

"Engkau benar, Hay-ko. Mari kita cepat menyamar dan mengejar."

Kui Hong Ialu menggunakan sapu tangan menutupi mukanya dari bawah mata ke bawah, dan membungkus rambut kepalanya dengan kain pula sehingga sukarlah mengenal ketua Cin-ling-pai ini. Hay Hay juga menggunakan sapu tangan lebar untuk menutupi mukanya, lalu mengacaukan rambutnya sehingga riap-riapan.

"Hong-moi, sembunyikan sepasang pedangmu agar tidak dikenal," kata Hay Hay.

Kui Hong segera menyimpan sepasang pedang di balik bajunya yang longgar. Kemudian gadis itu menatap wajah Hay Hay yang sudah tertutup sapu tangan. Mereka hanya saling beradu pandang mata. Sejenak sinar mata mereka bertaut lalu dengan suara menggetar Kui Hong berkata,

“Hay-ko, betapa banyaknya yang ingin kubicarakan denganmu, tetapi waktunya tidak ada. Kelak saja kalau urusan ini sudah selesai. Mari kita kejar mereka!" Dia pun melompat ke atas punggung kudanya, lalu membalapkan kuda ke depan. Hay Hay juga melesat cepat, mengerahkan ginkang-nya mengejar kuda itu…..

********************

Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa rnerasa lega. Memang semua cita-cita mereka hancur dan gagal, dan tidak mungkin lagi mereka menjadi orang kepercayaan Menteri Cang, namun setidaknya mereka masih berhasil menyelamatkan diri. Dengan adanya Cang Hui dan Cin Nio sebagai sandera, maka takkan ada orang yang berani menggannggu mereka, apa lagi menyerang mereka.

Kini Ki Liong masih memiliki harapan tipis, yaitu dengan menyandera Cang Hui, mungkin Menteri Cang akan mengalah demi keselamatan puterinya dan akan suka menerimanya sebagai menantu. Mengingat betapa dia pernah berjasa dan menjadi orang kepercayaan Menteri Cang, dan mengingat pula bahwa bangsawan tinggi itu tentu akan menjaga nama baik keluarganya dari pada aib, besar kemungkinan niatnya itu akan terkabul.

Kini kereta itu sudah tiba di luar kota raja, mendekati kaki sebuah bukit, dan hati mereka sudah merasa senang. Dua orang gadis yang mereka tawan masih rebah setengah duduk dalam keadaan lemas tak mampu bergerak di dalam kereta. Ki Liong memegang kendali dan Bi Hwa duduk di sampingnya sambil mengawasi dua orang tawanan mereka.

“Aihh, engkau mau enak sendiri saja," kata Bi Hwa bersungut-sungut, "Kita menculik dua orang gadis, hanya akan menyenangkan engkau saja. Tentunya aku hanya akan menjadi penonton yang panas perut."

Ki Liong tertawa dan mengelus dagu perempuan yang duduk di sampingnya. “Ah, engkau ini masih mempunyai cemburu? Ha-ha-ha, jangan berpendapat sepicik itu, Bi Hwa. Kalau tadi ada Cang Sun, tentu pemuda itu akan kuculik pula untukmu. Yang penting bukanlah kesenangan, melainkan keselamatan kita lebih dahulu. Dengan adanya mereka maka kita akan selamat. Siapa tahu kelak Cang Taijin akan mau menerimaku sebagai mantu. Kalau hal itu terjadi, tentu aku tidak akan melupakan engkau, manis."

Tiba-tiba mereka menjadi tegang dan memandang tajam ke depan. Ada dua orang yang mukanya tertutup sapu tangan menghadang di depan. Dua orang itu mengangkat tangan ke atas dan memberi isyarat untuk berhenti. Dari pakaian mereka dapat diketahui bahwa mereka adalah seorang pria dan seorang wanita.

Akan tetapi baik Ki Liong mau pun Bi Hwa tidak mengenal mereka karena wajah mereka tertutup sapu tangan, bahkan wanita itu kepalanya dikerudungi, dan yang pria rambutnya riap-riapan. Karena tidak ingin kuda yang menarik kereta itu menjadi ketakutan sehingga sulit dikendalikan, terpaksa Ki Liong menahan kedua ekor kuda yang sudah kelelahan itu.

“Heii, kalian mau apa?!" bentaknya penuh wibawa. “Minggir!"

"Kalian yang cepat turun dan serahkan kereta berikut kuda itu kepada kami," kata laki-laki bertopeng yang rambutnya riap-riapan. Suaranya parau dan dalam. Tahulah Ki Liong dan Bi Hwa bahwa mereka berhadapan dengan dua orang perampok yang hendak merampas kereta dan kuda. Mereka marah bercampur geli.

"Hemm, kalian sudah bosan hidup!" bentak Su Bi Hwa lalu tangannya bergerak.

Jarum-jarum beracun meluncur menjadi sinar hitam kehijauan menyambar ke arah kedua orang perampok itu. Akan tetapi kemarahan dua orang itu kini berubah menjadi kekagetan dan keheranan. Dua orang ‘perampok’ itu menggerakkan tangan mengibas, lantas semua jarum itu runtuh oleh hawa pukulan dari tangan mereka! Kibasan seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sinkang (tangan sakti) yang sangat kuat.

"Keparat, kalian benar-benar ingin mampus!" Bi Hwa hendak melompat turun, akan tetapi tiba-tiba Ki Liong memegang pergelangan tangannya.

"Jangan turun, jaga dan todong kedua tawanan kita,” bisiknya.

Bi Hwa adalah seorang wanita yang berpengalaman dan cerdik, maka seketika dia pun sadar. Pedang yang tadinya telah dia cabut untuk ‘menghajar’ kedua orang perampok itu kini sebaliknya dia todongkan kearah dua orang tawanan yang sudah tidak berdaya.

Ki Liong yang masih duduk memegang kendali kuda di bagian depan kereta, kini tertawa bergelak, "Ha-ha-ha-ha, Kui Hong dan Hay Hay, kalian kira aku begitu bodoh untuk dapat kalian tipu? Jangan kalian bergerak, karena begitu kalian bergerak, nona Cang Hui dan Teng Cin Nio akan kami bunuh!"

Tentu saja Hay Hay dan Hui Hong terkejut bukan main. Tak mereka sangka bahwa Ki Liong demikian cerdiknya sehingga tidak dapat mereka pancing meninggalkan dua tawanannya. Mereka merasa tidak ada gunanya lagi menyamar, rnaka mereka merenggut lepas sapu tangan penutup kepala dan muka.

"Ki Liong, engkau benar-benar iblis cerdik," kata Hay Hay, suaranya tenang saja biar pun di dalam hatinya dia merasa khawatir. "Bagaimana engkau dapat mengenal kami?"

"Heh-heh-heh, Hay Hay, kau kira aku begitu bodoh? Ingat, sudah lama aku mengenal Kui Hong. Aku pernah tergila-gila kepadanya, dan aku ingat benar bentuk dan sinar matanya, ingat akan bentuk tubuhnya. Kalau bukan dia, siapa lagi yang dapat meruntuhkan jarum-jarum Tok-ciang Bi-Moli semudah itu? Dan yang pria tentu saja engkau, karena tadi kalian berdua yang menentang kami. Nah, mudah sekali, bukan? Kalianlah yang bodoh. Jangan bergerak kalau menghendaki dua orang nona itu tidak mampus lebih dulu!"

Hay Hay menahan nafas, merasa tidak berdaya. Menggunakan sihir? Dia tahu bahwa Ki Liong terialu lihai untuk dikuasai dengan sihir, karena tentu pemuda itu sudah siap siaga. Dan Su Bi Hwa adalah seorang tokoh Pek-lian-kauw, tentu saja dia pun ahli sihir dan bila mereka berdua sudah siap siaga menjaga diri, maka sukarlah menguasai mereka dengan sihirnya. Berbahaya, tentu pedang di tangan iblis betina itu akan membunuh kedua orang gadis tawanan itu.

Selagi Hay Hay merasa bingung dan tak berdaya, tiba-tiba Kui Hong mengeluarkan suara mengejek. "Huh, engkau iblis bermuka manusia, serigala berkedok domba, kau jahanam busuk dan terkutuk Sim Ki Liong! Kau kira dapat menggertak kami dengan menyandera kedua gadis bangsawan itu? Bunuhlah mereka kalau engkau mau membunuh, akan tetapi ingat, jika engkau dan siluman itu membunuh mereka, aku dan Hay-ko akan menangkap kalian dan engkau tentu masih ingat bahwa aku adalah cucu Pendekar Sadis! Dan engkau lebih mengetahui bahwa kakekku yang pernah menjadi gurumu itu dijuluki Pendakar Sadis bukan sekedar omong kosong. Tentu aku juga tahu bagaimana caranya menyiksa kalian sesadis-sadisnya sebelum kalian mampus sehingga kalian akan mati seribu kali!”

Bulu tengkuk Ki Liong dan Bi Hwa langsung meremang mendengar ancaman ini,. Mereka yakin bahwa jika sedang marah, bukan tak mungkin kalau ancaman ketua Cin-ling-pai itu akan dilaksanakan!

Ki Liong dan Bi Hwa saling lirik. Muka mereka berubah agak pucat mendengar ancaman Kui Hong itu. Mereka berdua maklum bahwa kalau mereka membunuh dua orang gadis tawanan, pasti mereka harus melawan Kui Hong dan Hay Hay. Dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan menang! Bila mereka tertawan dan ketua Cin-ling-pai, cucu Pendekar Sadis itu melaksanakan ancamannya, wahh, sungguh rnengerikan sekali membayangkan derita siksaan yang akan mereka alami.

Diam-diam Hay Hay merasa kagum sekali pada Kui Hong. Gadis pujaan hatinya itu telah menggunakan siasat yang tepat sekali. Gertak dilawan dengan gertakan yang lebih hebat lagi! Dia tahu bahwa dalam keadaan bingung dan ragu, bisa saja kedua orang manusia sesat itu menjadi nekat dan benar-benar membunuh dua orang gadis bangsawan, maka dia pun cepat bicara dengan suara yang juga mengandung ejekan.

"Nah, kalian sudah mendengar sendiri ancaman cucu Pendekar Sadis! Aku sendiri hanya akan menyaksikan dari jauh karena aku pasti tidak tega melihat siksaan yang hanya dapat terjadi di neraka! Bagaimana pun juga akhirnya dua orang tawanan kalian akan mati kalian bunuh, dan kalian mati disiksa pangcu (ketua) dari Cin-ling-pai. Nah, bagaimana kalau kita biarkan kalian berempat tetap hidup?”

Dalam keadaan panik dan bingung, kata-kata Hay Hay itu merupakan pegangan harapan terakhir bagi Sim Ki Liong. "Aku setuju! Cia Kui Hong, aku menawarkan penukaran nyawa kami berdua dengan nyawa dua orang tawanan kami."

Kui Hong tersenyum mengejek. "Ki Liong, kalau menurut kata hatiku, tidak mungkin aku sudi melepaskanmu untuk ke dua kalinya. Dulu Mayang memohon dan mintakan ampun bagimu karena dia tertarik dan terbujuk rayuanmu. Aku membiarkan engkau pergi karena mengira bahwa engkau akan berubah dan kembali ke jalan benar. Ternyata engkau malah mengkhianati Mayang! Karena Mayang tidak berada di sini, maka biarlah kakaknya yang mengambil keputusan. Hay-ko, terserah kepadamu apa yang harus kita lakukan terhadap dua iblis ini."

Hay Hay bersikap acuh tak acuh dan suaranya sambil lalu saja ketika dia bertanya, "Sim Ki Liong, mengadakan perjanjian dengan orang semacam engkau sungguh merugikan diri sendiri karena engkau adalah seorang pengkhianat yang tidak suka memegang janji. Nah, tawaran penukaran yang kau maksudkan itu bagaimana? Jelaskan, aku dan nona Cia Kui Hong akan mempertimbangkannya. Akan tetapi awas, kalau engkau bertindak curang apa yang diancamkan nona Cia Kui Hong tadi pasti akan menjadi kenyataan."

Sikap dan suara Hay Hay juga seperti orang yang tidak begitu mempedulikan nasib kedua gadis bangsawan itu sehingga Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa merasa di bawah angin. Kalau saja yang mereka hadapi itu bukan Kui Hong dan Hay Hay, pikir mereka.

Kalau yang mereka hadapi itu Menteri Cang, pasti menteri itu tidak bersikap acuh seperti ini, tentu akan memperhatikan apa yang mereka tuntut dan memenuhinya tanpa banyak berbantah lagi. Namun dua orang ini tidak dapat mereka gertak dan agaknya tidak peduli apakah mereka akan membunuh kedua orang gadis itu atau tidak. Sebaliknya merekalah yang terancam!

"Kui Hong dan Hay Hay, kalau kalian mau berjanji tidak akan menyerang kami dan mau membiarkan kami pergi dari sini, maka kami pun akan menyerahkan dua orang gadis di dalam kereta ini kepada kalian. Kami percaya akan janji kalian, terutama sekaii janji yang keluar dari mulut ketua Cin-ling-pai. Jika kalian tidak mau, apa boleh buat, dua orang nona ini akan kami bunuh, kemudian melawan kalian untuk kami mati-matian mengadu nyawa. Bagaimana pun juga kami sudah untung membunuh dua orang gadis tawanan ini."

Hay Hay pura-pura meragu, lalu bertanya sambil menoleh kepada Kui Hong, “Bagaimana pendapatmu, Pangcu (ketua)? Rasanya sungguh sayang membiarkan dua tikus busuk ini pergi, setelah kita dengan mudah akan dapat menangkapnya dan menyeretnya ke depan Menteri Cang, atau menyiksa kemudian membunuh mereka di sini seperti dua ekor tikus. Bagaimana pendapatmu dengan penawaran mereka itu?"

Kui Hong juga memperlihatkan sikap ragu-ragu. "Hemmm, aku pun merasa sayang kalau harus melepaskan dua iblis busuk yang layak mampus ini. Akan tetapi, bagaimana pun juga nyawa mereka tidak ada harganya. Dua orang nona itu jauh lebih berharga. Biarlah untuk sekali ini kita mengalah dan membiarkan mereka pergi, akan tetapi lain kali kita tak akan mengampuni mereka lagi."

"Nah, Cia Kui Hong, sebagai ketua Cin-ling-pai berjanjilah bahwa engkau dan Hay Hay tak akan menyerang kami dan akan membiarkan kami pergi," kata Sim Ki Liong, diam-diam merasa girang sekali.

Bagi dia dan Bi Hwa, yang terpenting pada saat itu adalah kebebasan dan keselamatan mereka. Yang lain-lain tidak ada artinya. Kalau mereka masih hidup, tentu mereka akan dapat bercita-cita lagi, mengejar segala macam kesenangan lagi.

Kui Hong mengangguk. "Baik, sekali ini aku berjanji akan membiarkan kalian pergi, tetapi lain kali kita bertemu lagi, aku pasti tidak akan mengampuni kalian. Nah, pergilah cepat!”

Setelah rnendengar janji Kui Hong, Sim Ki Liong memandang dengan wajah berseri dan ia menjadi berani. Dia yakin bahwa orang seperti Cia Kui Hong sampai mati pun tidak akan sudi melanggar janjinya

"Bi Hwa, tinggalkan mereka!” katanya kepada Su Bi Hwa.

Biar pun hatinya ragu-ragu dan khawatir, akan tetapi Bi Hwa percaya kepada Ki Liog dan melihat Ki Liong melompat turun dari kereta, dia pun meninggalkan dua orang tawanan itu. Ki Liong tersenyum dan berkata kepada Kui Hong.

"Nah Kui Hong, ambillah mereka dan biarkan kami membawa kereta itu. Atau kalian tukar saja dengan dua ekor kuda kalian, bukankah kalian masih untung sebuah kereta dalam penukaran ini?"

Kui Hong menudingkan telunjuknya ke arah bekas suheng-nya itu. "Sim Ki Liong manusia iblis yang tidak tahu malu. Kalau engkau dan iblis betina ini mau pergi, cepatlah pergi dari sini sebelum aku kehilangan kesabaranku dan lupa diri, lupa janji! Semua kuda dan kereta ini milik Menteri Cang, kalian hanya mencuri. Nah, cepat menggelinding pergi dari sini!”

Ki Liong menyeringai, hatinya panas sekali akan tetapi dia tidak berdaya. Kalau dia tidak menerima, apakah yang dapat dia lakukan? Marah dan menyerang mereka? Kalau begitu jelas di luar perjanjian dan berarti dia yang mencari penyakit, malah mungkin saja mencari mati. Karena merasa betapa Kui Hong sudah diikat janji, untuk melampiaskan kemarahan hatinya maka dia pun berseru marah.

"Cia Kui Hong, aku tidak akan melupakan penghinaan ini. Ingatlah baik-baik, sekali waktu engkau akan terjatuh ke tanganku dan engkau akan membayar semua hutang-hutangmu kepadaku berikut bunganya!” Sesudah berkata demikian dia pun memberi isyarat kepada Bi Hwa, lalu mereka berdua membalikkan tubuh dan berlari cepat meninggalkan tempat itu.

"Hemm, ingin sekali aku memukul pecah kepala yang isinya pikiran busuk itu!” kata Hay Hay.

"Sabarlah, yang paling penting kita menyelamatkan Cang Siocia" kata Kui Hong sambil mendekati kereta. Melihat Cang Hui dan Cin Nio dalam keadaan lemas tertotok, Kui Hong menggerakkan jari tangannya membebaskan mereka dari pengaruh totokan. Begitu dapat menggerakkan tubuhnya, Cang Hui lalu merangkul Kui Hong sambil menangis.

"Enci Hong...!”

Kui Hong menepuk-nepuk pundak Cang Hui. "Harap tenangkan hatimu, Nona Cang. Iblis itu tidak mengganggumu, bukan?"

Cang Hui mengerti apa yang dimaksudkan Kui Hong, maka dia menggeleng kepala, "Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, enci Hong. Mereka itu tiba-tiba saja datang dan menotok lalu menculik kami. Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan Mayang dan mengapa pula mereka berdua yang selama ini telah diperlakukan dengan baik oleh ayah, kini malah berbalik menculik aku dan Cin Nio."

Kui Hong mengerutkan sepasang alisnya, "Nona Cang, agaknya engkau belum mengenal betul siapa mereka tadi?"

"Tentu saja aku mengenal mereka. Mereka berdua telah diterima sebagai pembantu dan pengawal keluarga kami oleh ayah. Mereka adalah kakak beradik bernama Liong Ki dan Liong Bi!” kata Cang Hui heran.

Kui Hong menghela napas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala. "Rumah ayahmu sudah kemasukan dua orang manusia iblis yang sangat jahat, Nona. Akan tetapi panjang ceritanya dan nanti kita bicarakan dalam perjalanan pulang. Kami akan mengantar kalian pulang. Siapakah nona ini?" tanya Kui Hong menunjuk kepada Cin Nio. Saat dia berada di istana Menteri Cang dahulu, Cin Nio belum berada di sana maka dia tidak mengenalnya.

"Dia adalah saudara misanku bernama Tan Cin Nio dan tinggal bersama kami. Siapakah pendekar ini?" Cang Hui memandang kepada Hay Hay, juga Cin Nio memandang.

"Aku, jiwi Siocia (nona berdua)? Namaku Tang Hay akan tetapi panggil saja aku Hay Hay. Ahh, sekarang aku mengerti kenapa Sim Ki Liong yang jahat itu menculik kalian. Kiranya kalian adalah dua orang nona bangsawan yang cantik jelita bagaikan dua tangkai bunga yang sedang mekar merekah dengan harumnya...”

"Ihhhh...” Cang Hui terkejut mendengar ucapan yang memuji dan merayu itu. Dia menoleh kepada Kui Hong dengan sinar mata bertanya-tanya mengapa Kui Hong dapat berkawan dengan pria yang kurang ajar itu!

Kui Hong tersenyum. “Saudara Tang Hay atau Hay Hay ini adalah seorang pendekar yang dikenal baik oleh ayahmu. Jangan terkejut melihat dan mendengar sikapnya yang seperti merayu karena memang julukannya adalah Pendekar Mata Keranjang! Akan tetapi hatinya bersih. Hay-ko, jagalah sikap dan kata katamu supaya tidak mengejutkan nona Cang dan nona Teng.”

Hay Hay tersenyum. Girang hatinya mendengar ucapan Kui Hong tadi karena ucapan itu jelas membuktikan bahwa Kui Hong sudah mengenalnya dan tidak akan merasa cemburu kalau dia memuji-muji kecantikan wanita dengan sejujurnya.

"Ji-wi Siocia, harap ji-wi sudi memaafkan apa bila sikapku tidak berkenan di hati ji-wi. Dua orang dara seperti jiwi yang anggun seperti bidadari, tentu memiliki belas kasihan seperti bidadari pula dan sudi memaafkan seorang hamba rendah macam diriku.”

Cang Hui adalah seorang gadis yang lincah jenaka dan selalu gembira. Biar pun baru saja terbebas dari ancaman yang lebih mengerikan dari pada maut, namun setelah mendengar keterangan Kui Hong tentang Hay Hay dan mendengar ucapannya yang terakhir itu, mau tidak mau kini dia terkekeh geli. "Aduh, setiap gadis harus berhati-hati sekali menjaga diri kalau bertemu dengan Taihiap ini! Kalau tidak hati-hati tentu akan mudah jatuh bangun!”

Hay Hay menjadi semakin gembira. Kiranya puteri Menteri Cang Ku Ceng adalah seorang gadis yang lincah jenaka. "Maaf, Siocia. Apanya yang jatuh bangun itu?"

"Apanya? Tentu saja hatinya!" kata Cang Hui. "Enci Hong, sekarang ceritakan, apa arti kata-katamu tentang diri Liong Ki dan Liong Bi tadi?”

"Mari kita naik kereta. Hay-ko, engkau yang menjadi kusir," kata Kui Hong.

Hay Hay tertawa dan mereka semua naik ke dalam kereta. Tiga orang itu duduk di dalam dan Hay Hay duduk di depan, di tempat kusir. Dua ekor kuda itu memang kuda pilihan, dan kuda yang tadi dituggangi Kui Hong diikat di belakang kereta.

Dalam perjalanan kernbali ke kota raja itulah Kui Hong memberi penjelasan kepada Cang Hui dan Cin Nio tentang dua orang yang selama ini dipercaya oleh keluarga Cang itu.

"Orang yang kalian kenal sebagai Liong Ki itu sebetulnya bernama Sim Ki Liong, dan dia sebenarnya adalah murid dari kakekku, akan tetapi sudah menyeleweng dan tidak diakui lagi bahkan menjadi musuh besarku. Dia seorang pengkhianat, curang dan licik, seorang yang berbahaya sekali karena dia pandai bersikap seperti seorang pendekar budiman. Dia pernah membantu gerakan pemberontak yang telah dihancurkan. Ia amat jahat dan palsu. Untunglah bahwa engkau dapat terlepas dari tangannya, Nona."

Mendadak Teng Cin Nio menangis. Gadis ini merasa betapa jantungnya seperti ditusuk-tusuk ketika mendengar ucapan Kui Hong. Dia sudah menjadi korban kejahatan Sim Ki Liong! Hanya Mayang seorang yang tahu akan peristiwa itu, dan hanya karena bujukan Mayang sampai hari ini dia masih hidup, karena aib itu membuat dia ingin bunuh diri saja.

"Enci Cin, mengapa engkau menangis?” tanya Cang Hui. "Sepatutnya kita bersyukur telah terbebas dari tangan dua orang manusia iblis itu.”

"Adik Hui, aku teringat akan Mayang. Kalau mereka itu begitu jahatnya, kenapa Mayang datang bersama mereka ke rumah keluarga Cang? Mengapa Mayang mau berdekatan dengan mereka, padahal kita tahu benar bahwa Mayang adalah seorang gadis yang amat baik?"

"Ah, hal itu memang perlu dijelaskan agar tidak salah sangka." kata Kui Hong. “Memang Nona benar kalau mengatakan bahwa Mayang adalah seorang gadis yang baik dan gagah perkasa. Bagaimana tidak akan demikian kalau dia merupakan adik dari Pendekar Mata Keranjang ini?"

“Aihhh, Hong-moi, mengapa engkau suka sekali menyebut mata keranjang? Engkau bisa membuat aku benar-benar merasa mata keranjang!”

"Memang kau mata keranjang, habis disuruh mengatakan apa? Akan tetapi aku sekarang tahu bahwa seluruh pria di dunia ini, bahkan seluruh makhluk jantan di dunia ini, semua mata keranjang! Hanya ada yang kadarnya kecil, ada yang besar, ada yang jujur seperti engkau, ada yang berpura-pura, ada yang kasar dan ada yang halus, ada yang mampu mengendalikan diri dan ada yang menjadi hamba nafsunya."

"Enci Kui Hong, kalau memang Mayang seorang pendekar wanita yang perkasa, kenapa dia ikut-ikutan menyelundup ke dalam keluarga Cang?" Kini Cin Nio mendesak karena dia merasa penasaran.

"Karena Mayang pernah terpikat dan jatuh cinta kepadanya, itulah sebabnya. Ketika aku akan membunuhnya dalam pertempuran menghancurkan pemberontak, Mayang mintakan ampun untuknya, karena Mayang berharap agar Ki Liong dapat sadar dari kesesatannya. Dan entah bagaimana Mayang dapat bergaul pula dengan Tok-ciang Bi Moli Su Bi Hwa, dan mau saja diajak menyusup ke dalam keluarga Cang. Hal itu tentu ada sebabnya dan nanti Mayang bisa menjelaskan kepada kita. Mungkin Mayang tidak tahu siapa sebetulnya iblis betina yang memakai nama Liong Bi itu. Namun kemudian agaknya dia mengetahui juga rahasia mereka dan karenanya ia menentang mereka yang dibantu pula oleh Hek-tok Sian-su, seorang datuk yang lihai."

"Kakek itu diakui guru oleh mereka, malah mereka mengajak kakek itu menghadap ayah!” kata Cang Hui terkejut.

"Sungguh berbahaya sekali. Untung sekarang rahasia mereka telah diketahui dan mereka tidak akan mungkin berani lagi muncul di rumah keluarga Cang," kata Kui Hong. "Hampir saja Mayang menjadi korban pada waktu dikeroyok oleh dua orang iblis itu, ketika aku dan kemudian Hay-koko ini muncul lalu membantu Mayang.”

"Aku yakin bahwa Mayang tentu mempunyai alasan yang kuat mengapa dia dapat datang bersama mereka menghadap ayah," kata Cang Hui. "Sekarang di manakah Mayang dan bagaimana keadaannya?"

"Dia menderita luka, akan tetapi agaknya tidak parah dan sekarang telah berada di rumah keluargamu, Siocia. Tadi dia dilindungi oleh kakaknya dan diantar ke sana."

Kereta telah tiba di pekarangan gedung tempat tinggal keluarga Cang. Tentu saja mereka disambut dengan penuh kegembiraan, bukan saja oleh Cang Sun, ibunya serta Mayang, bahkan semua pengawal merasa gembira dan lega karena tadi mereka tentu saja merasa khawatir dan tentu mereka akan mendapat hukuman berat dari Menteri Cang jika sampai terjadi sesuatu atas diri Cang Siocia.....

********************
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar