Si Kumbang Merah Jilid 57

Hay Hay membelalakkan matanya dan tersenyum girang. "Bagus sekali! Engkau datang tepat pada waktunya, Han Siong!"

Yang muncul ini memang Pek Han Siong! Dia sedang melakukan penyelidikan dan begitu tiba, dia mendengar suara ribut-ribut dan melihat Hay Hay sudah dikepung banyak orang. Juga dia mengenal Han Lojin dan Ji Sun Bi. Terkejutlah Han Siong yang sama sekali tidak mengira bahwa Ang-hong-cu menjadi pimpinan Ho-han-pang, dan juga Ji Sun Bi menjadi pembantu Si Kumbang Merah.

"Jangan khawatir, Hay Hay. Mari kita basmi semua tikus busuk ini!” kata Han Siong yang sudah melayang turun dari atas wuwungan rumah di mana tadi dia bersembunyi.

Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati Han Lojin ketika melihat munculnya Pek Han Siong, orang ke dua sesudah Hay Hay yang paling diseganinya karena dia tahu bahwa pemuda ini juga sukar ditandingi olehnya. Akan tetapi dia mengandalkan anak buahnya yang banyak dan pada saat itu, muncul pula Tang Gun dan Tang Cun Sek dari dalam.

"Mana Ki Liong?" tanya Han Lojin kepada Cun Sek.

"Entah ke mana dia pergi bersama gadis Tibet itu," kata Cun Sek. "Kami menyingkirkan dua orang tawanan wanita lainnya.”

Dia pun terkejut melihat munculnya Pek Han Siong dan Hay Hay. Tanpa banyak cakap lagi Tang Gun lantas mencabut pedang Kwan-im-kiam yang dirampasnya dari sumoi-nya, Siangkoan Bi Lian. Ada pun Tang Cun Sek juga sudah mencabut Hok-mo-kiam, sepasang pedang milik Cia Kui Hong yang telah dirampasnya.

Terkejutlah Han Siong ketika melihat pedang Kwan-im-kiam di tangan Tang Gun. "Kwan-im-kiam...!” serunya. Jika pedang pusaka itu berada di tangan orang yang tak dikenalnya ini, hal itu berarti bahwa Bi Lian berada di situ pula dan mungkin sudah menjadi tawanan sehingga pedangnya dapat dirampas!

"Siangkoan Bi Lian sudah menjadi tawanan mereka, Han Siong. Juga Cia Kui Hong dan Mayang!" kata Hay Hay yang melihat kekagetan sahabatnya.

Hay Hay mengenal Hok-mo Siang-kiam, sepasang pedang milik Kui Hong yang sekarang berada di tangan Tang Cun Sek. Dia pun segera menggerakkan tangannya dan nampak sinar kilat ketika Hong-cu-kiam tercabut dan berada di tangannya. Juga Han Siong sudah mencabut Gin-hwa-kiam sehingga nampak sinar putih berkilauan.

Dua pemuda itu kini sudah berdiri saling membelakangi, siap menghadapi pengeroyokan Han Lojin bersama para pembantunya dan banyak anak buahnya itu. Hay Hay dan Han Siong maklum bahwa mereka menghadapi lawan yang kuat dan jumlahnya banyak. Akan tetapi mereka sudah mengambil keputusan untuk melawan mati-matian, bukan saja untuk menyelamatkan diri sendiri, melainkan juga untuk dapat menyelamatkan tiga orang gadis yang menjadi tawanan di situ.

"Kepung! Tangkap atau bunuh saja mereka!" Kini Han Lojin mengeluarkan perintah bunuh karena sungguh bukan merupakan pekerjaan mudah untuk menangkap hidup-hidup dua orang pemuda perkasa itu, bahkan amat sukar.

Dia sendiri sudah mengeluarkan senjatanya yang luar biasa dan yang selama ini belum pernah dia perlihatkan atau pergunakan, yaitu sebatang rantai baja yang besar dengan dua macam senjata di kedua ujung rantai yang panjangnya dua meter itu. Ujung pertama merupakan sebatang pisau yang kedua sisinya tajam dan runcing, sedangkan ujung ke dua merupakan kaitan yang kokoh dan runcing. Begitu rantai baja itu diputar, terdengarlah suara mendengung bagai kumbang dan angin menyambar-nyambar, tanda bahwa senjata itu digerakkan oleh tenaga yang dahsyat.

Namun senjata seperti itu kurang leluasa digerakkan karena banyaknya teman atau anak buahnya yang mengepung dan mengeroyok, ada bahaya mengenai teman sendiri. Maka dia pun hanya ikut mengepung dan belum ikut menyerang.

Kini yang maju menyerang hanyalah Ji Sun Bi dengan sepasang pedangnya, Tang Cun Sek, Tang Gun dan lima orang pembantu lain yang kepandaiannya sudah lumayan, serta puluhan orang yang mengepung dan mengeroyok, dan terjadilah pertempuran yang hebat di mana Hay Hay dan Han Siong mengamuk bagaikan dua ekor naga sakti.

Han Lojin menoleh ke kanan kiri, mencari-cari dengan pandang matanya. Dia mendongkol sekali karena Sim Ki Liong, pembantu utamanya yang paling lihai, yang diharapkan akan mampu menandingi lawan, belum juga nampak.

Di manakah adanya Sim Ki Liong? Telah terjadi sesuatu yang aneh atas diri Sim Ki Liong. Hati Sim Ki Liong tergoncang hebat semenjak dia melihat Mayang, gadis peranakan Tibet yang menjadi tawanan. Dia telah jatuh cinta seperti yang belum pernah dialaminya! Bukan sekedar bangkit gairahnya, sama sekali bukan, melainkan benar-benar dia jatuh hati!

Karena itu, ketika mereka semua mengeluarkan Tan Hok Seng atau Tang Gun dari dalam kamar tahanan di mana pemuda ini ikut terbius ketika mereka melumpuhkan Bi Lian, dan diperkenalkan dengan pembantu baru ini, mereka bertiga, yaitu Sim Ki Liong, Tang Cun Sek dan Tang Gun, segera berkenalan.

Dari sikap dan percakapan mereka, ketiganya menyatakan cinta kepada tiga orang gadis yang menjadi tawanan. Sim Ki Liong lantas mengajukan usul kepada Cun Sek dan Tang Gun agar mereka bertiga menghadap Bengcu agar mereka dapat memiliki gadis masing-masing yang telah mereka pilih.

"Kalau kita tidak segera menghadap Bengcu dan menyatakan cinta kita terhadap mereka, tentu kita akan kehilangan! Aku yakin bahwa Bengcu tidak akan mau melepaskan mereka bertiga. Kita hanya akan gigit jari saja bila gadis yang kita cinta itu akhirnya nanti menjadi milik Bengcu semua!” demikian dia membujuk.

Cun Sek memang jatuh cinta kepada Kui Hong dan sejak dahulu sudah bangkit birahinya rnelihat Kui Hong. Juga Tang Gun sudah tergila-gila sekali pada Siangkoan Bi Lian yang menjadi sumoi-nya. Maka, sesudah mendengar ucapan Sim Ki Liong itu mereka langsung menyetujui.

Tentu saja kedua orang pemuda itu maklum sepenuhnya bagaimana watak ayah mereka! Ang-hong-cu pasti tidak akan begitu saja melepaskan tiga orang gadis cantik itu, seperti seekor kumbang merah yang selalu kehausan tidak akan melewatkan tiga tangkai bunga yang demikian segar mengharum.

Demikianlah, ketika mereka bertiga dibentak oleh Han Lojin sesudah mereka menyatakan cinta mereka terhadap tiga orang gadis tawanan itu, lantas mereka diperintahkan untuk memisah-misahkan tiga orang gadis itu, ketiganya tak berani membantah dan mereka lalu memasuki lorong tempat tahanan dalam tanah. Biar pun ketiganya memperlihatkan sikap yang sama-sama gembira walau pun permohonan mereka ditolak, namun isi hati mereka berbeda, jauh berbeda seperti bumi langit.

Jika Tang Gun dan Tang Cun Sek merasa bergembira karena mereka akan mendapatkan kesempatan berdua saja dengan gadis yang mereka cinta, dan mereka sudah mengambil keputusan hendak mendahului ayah mereka untuk terlebih dulu memperkosa gadis yang mereka cinta itu selagi mereka terbius, sebaliknya Sim Ki Liong merasa gembira karena dia mendapat kesempatan untuk menolong Mayang!

Ya, terjadi perubahan besar dalam diri atau batin Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid Pendekar Sadis dan isterinya di Pulau Teratai Merah itu. Dia sungguh-sungguh jatuh cinta kepada Mayang! Dia merasa kasihan dan ingin menolong gadis itu, bukan sekedar ingin memuaskan gairah nafsunya seperti Tang Cun Sek dan Tang Gun.

Dengan mudah mereka membuat tiga orang gadis itu roboh terbius dalam kamar tahanan, kemudian mereka membuka pintu kamar itu dan otomatis mereka memondong gadis yang menjadi pilihan hati masing-masing. Melihat tiga orang pembantu utama ini, para penjaga tidak ada yang berani bertanya, bahkan mereka cepat-cepat keluar dari tempat itu ketika Ki Liong memerintahkan mereka pergi. Kemudian, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, tiga orang itu berpencaran, menuju ke kamar tahanan yang lebih kecil sambil memondong gadis pilihan masing-masing.

Kalau Tang Gun dan Tang Cun Sek yang memondong Bi Lian dan Kui Hong bermaksud membawa gadis mereka ke kamar kemudian menggaulinya dengan paksa selagi mereka masih terbius, sebaliknya Ki Liong membawa Mayang ke kamar paling sudut. Memang dia sudah mempersiapkan obat penawar bius.

Dia menutupkan pintu kamar itu, merebahkan Mayang di atas pembaringan, kemudian dia mempergunakan obat penawar bius yang diciumkan di depan hidung gadis itu. Tak lama kemudian Mayang mengeluh lirih sambil menggerakkan pelupuk matanya. Begitu dara itu membuka mata dan melihat Sim Ki Liong yang duduk di dekat pembaringan, dia meloncat dan siap menyerang.

"Tenanglah, Nona, dan jangan berisik," bisik Ki Liong. "Aku telah membawamu ke sini dan menyadarkanmu dari obat bius. Aku sedang menyelamatkanmu, hendak mengajakmu lari dari tempat ini...."

Mayang menghentikan gerakannya yang tadinya siap menerjang itu, lalu dia memandang Ki Liong dengan kedua alis berkerut dan sinar mata penuh kecurigaan. "Engkau? Hendak menolong aku? Bukankah engkau adalah seorang pembantu Ho-han Pangcu yang paling lihai? Namamu Sim Ki Liong, bukan? Tidak perlu kalian membujuk. Sampai mati aku tidak akan mau menyerah!”

“Ssstttt, nona Mayang. Aku bersungguh-sungguh. Engkau harus secepatnya lari dari sini. Aku akan mengawalmu dan aku yang akan menahan serta melindungimu kalau ada yang mengejarmu nanti. Bersiaplah..."

"Hemm, nanti dulu!" Mayang masih tetap merasa curiga. "Sim Ki Liong, jika engkau tidak berbohong, lantas apa artinya ini? Mengapa engkau mendadak mengkhianati pimpinanmu dan hendak menolong aku?” Dengan sinar mata tajam penuh selidik gadis itu mengamati wajah yang tampan itu, masih penuh kecurigaan.

"Nona, tak perlu berpanjang cerita. Waktu kita sedikit sekali. Selagi pangcu masih berada di taman, kita dapat melarikan diri. Kenapa aku menolongmu? Kenapa? Karena aku cinta padamu. Nah, aku telah berterus terang, percaya atau tidak terserah kepadamu. Aku tak ingin melihat engkau celaka!"

Mayang memandang bengong. Bagaimana dia bisa percaya? Secara tiba-tiba ada orang jatuh cinta begitu saja kepadanya! Tetapi harus diakuinya bahwa pemuda ini tampan dan gagah, juga berilmu tinggi.

"Tapi kau... kau jahat! Kau membantu Ang-hong-cu yang jahat!" tiba-tiba dia berkata. "Aku tidak sudi kau tolong!"

Pandang mata pemuda itu tiba-tiba saja nampak sedih dan wajahnya pucat. Dia merasa seperti ditampar. Baru sekarang dia merasa sedih karena ada orang mengatakan bahwa dia jahat! Ahh, betapa inginnya untuk menjadi seorang pendekar, bukan penjahat.

Semua cita-cita untuk hidup senang sekarang sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan sambutan gadis ini terhadap cintanya. Apa pun rela dia korbankan demi cintanya. Pandang mata itu. Ahh, tidak dapat dia menahannya. Ingin dia menangis, ingin dia minta ampun kepada Mayang, ingin dia melihat Mayang tidak menganggapnya sebagai orang jahat.

"Nona, aku memang telah tersesat, akan tetapi setidaknya bantulah aku kembali ke jalan benar dengan membiarkan aku menolongmu. Lihat, senjata pecutmu telah kupersiapkan. Nah, terimalah senjatamu dan mari kuantar engkau pergi dari tempat ini. Cepat, sebelum terlambat. Percayalah, aku melakukan ini karena aku cinta kepadamu, karena aku ingin kembali ke jalan benar. Aku tidak mengharapkan balas jasa darimu...”

Mayang menerima senjatanya, lantas dia pun mengangguk. "Mari engkau tunjukkan jalan keluarnya...”

"Sssttt...!" Ki Liong memberi isyarat agar gadis itu tidak mengeluarkan suara karena pada saat itu dia mendengar suara gaduh yang lapat-lapat memasuki tempat itu melalui lorong bawah tanah. Dia mendengar suara orang berlari-lari masuk, kemudian disusul teriakan seorang anggota Ho-han-pang,

“Semua siap! Ada musuh datang mengacau! Pangcu memanggil semua anggota untuk menghadapi musuh!" Kemudian terdengar suara Tang Cun Sek dan Tang Gun berlarian keluar pula dari tempat itu.

"Mari kita keluar, cepat!" kata Sim Ki Liong dan dia menangkap lengan kiri Mayang, lalu diajaknya berlari keluar.

Mayang tidak menolak. Dia pun merasa tegang karena kini dia mendengar suara orang bertempur di luar sana. Mungkin kakaknya sudah datang untuk menolongnya!

"Tapi, bagaimana dengan enci Kui Hong dan enci Bi Lian?" tanyanya ragu.

"Mereka masih terbius, tidak cukup waktu untuk menyadarkan mereka, aku khawatir nanti terlambat. Engkau lari lebih dulu, nanti akan kuusahakan menolong mereka pula!" kata Ki Liong.

Dia melihat kesempatan baik. Selagi terjadi kekacauan di situ, maka akan lebih mudahlah baginya untuk menyelundupkan Mayang keluar. Asal tidak kepergok Han Lojin, orang lain tidak akan ada yang berani menghalangmya.

Sesudah mereka akhirnya tiba di luar bangunan itu, mereka melihat dua orang pemuda dikeroyok oleh puluhan orang. Ki Liong segera mengenal dua orang yang dikeroyok itu. Tang Hay dan Pek Han Siong, dua orang yang merupakan lawan paling lihai yang pernah dia hadapi.

"Ahh, itu Hay-koko dan Pek Taihiap! Aku harus membantu kakakku!" kata Mayang dan dia pun cepat menerjang orang-orang yang mengepung Hay Hay dan Han Siong itu dari luar. Sepak-terjangnya sangat menggiriskan, cambuknya meledak-ledak dan terdengar orang-orang berteriak kesakitan ketika cambuknya mendapat korban.

"Hay-ko..., aku datang membantumu!" teriak Mayang dengan penuh semangat.

“Mayang...! Hati-hati...!” Hay Hay berseru khawatir sekali karena maklum betapa lihainya pihak lawan.

Dia melihat betapa Ji Sun Bi dan beberapa orang tokoh Ho-han-pang menyambut adiknya itu. Dia khawatir sekali, akan tetapi juga tidak dapat membantu adiknya karena dia sendiri bersama Han Siong sejak tadi sibuk menghadapi pengeroyokan banyak orang.

Kalau hanya menghadapi Ji Sun Bi seorang saja, satu lawan satu, kiranya Mayang tidak akan mudah dikalahkan. Namun sekarang Ji Sun Bi dibantu oleh banyak orang sehingga Mayang repot juga menghadapi pengeroyokan itu.

"Tar-tarr-tarrr...!"

Cambuknya meledak-ledak, merobohkan dua orang pengeroyok akan tetapi pada lecutan ke tiga ujung cambuknya terbelit golok seorang pengeroyok lainnya. Sebelum dia sempat menarik kembali cambuknya, Ji Sun Bi telah menyerangnya dengan tusukan pedang dari kiri, mengarah lambungnya. Mayang menggeser tubuh ke kanan hingga pedang itu hanya lewat di samping tubuhnya, akan tetapi pada saat itu pedang ke dua di tangan kiri Ji Sun Bi membabat ke arah kaki Mayang!

"Tranggg....!" Pedang itu terpental dan hampir terlepas dari tangan Ji Sun Bi.

“Ihhh! Kau...?” Ji Sun Bi berseru marah ketika melihat bahwa yang menangkis pedangnya tadi untuk menolong Mayang adalah Sim Ki Liong!

Akan tetapi Ki Liong tidak menjawab, bahkan segera menyerangnya dengan pedang yang sudah dicabutnya dan dipergunakan untuk melindungi Mayang tadi. Ji Sun Bi terkejut dan marah sekali, cepat menangkis dengan pedang kanan.

“Trangggg...!"

Pedang Ji Sun Bi terlepas dari pegangannya sebab Ki Liong memang telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, dan di saat berikutnya sebuah tendangan sudah membuat wanita itu terjengkang! Ji Sun Bi cepat bergulingan untuk menghindarkan diri dari serangan lanjutan, dan dia pun terkejut bukan main, di samping penasaran dan marah melihat Sim Ki Liong yang pernah menjadi pemimpinnya itu kini membalik!

"Tar-tarr-tarrr...!”

Cambuk di tangan Mayang meledak-ledak dan menyambar-nyambar ke arah tubuh Ji Sun Bi yang bergulingan itu. Ji Sun Bi memutar pedangnya untuk melindungi tubuh dan terus bergulingan ke arah anak buah Ho-han-pang. Karena banyak anggota Ho-han-pang yang membantunya membendung serangan Mayang, maka wanita itu dapat lolos dari cambuk Mayang. Akan tetapi dia telah kehilangan sebatang pedang dan pahanya terasa nyeri oleh tendangan Sim Ki Liong.

"Mayang...!” Hay Hay berseru girang melihat adiknya masih dalam keadaan selamat.

Akan tetapi dia terbelalak keheranan melihat Sim Ki Liong sedang dikeroyok oleh Ji Sun Bi serta beberapa anggota Ho-han-pang! Pemuda itu membantunya, atau lebih tepatnya membela dan membantu Mayang!

Hay Hay adalah seorang yang cukup cerdik untuk dapat menduga apa yang sudah terjadi dengan pemuda gemblengan Pulau Teratai Merah itu. Tak salah lagi. Tentu Sim Ki Liong sudah jatuh cinta kepada Mayang lalu dia membalik, menentang kejahatan demi cintanya kepada adiknya itu! Akan tetapi dia tidak sempat untuk berbicara lagi karena dia dikepung dan dikeroyok oleh banyak orang.

Pek Han Siong juga melihat Mayang dan merasa girang walau pun hatinya masih sangat khawatir karena dia tidak melihat dua orang gadis lainnya, terutama sekali Siangkoan Bi Lian. Akan tetapi seperti Hay Hay, dia pun sibuk menghadapi pengeroyokan para anggota Ho-han-pang.

Ternyata para anggota Ho-han-pang rata-rata mempunyai ilmu silat yang cukup tangguh sehingga pengeroyokan mereka yang begitu banyak itu telah membuat Hay Hay dan Han Siong kewalahan juga, walau pun mereka kini dibantu oleh Mayang dan Sim Ki Liong.

Di lain pihak Han Lojin juga merasa penasaran bukan main, apa lagi melihat Sim Ki Liong yang sekarang membantu pihak lawan. "Sim Ki Liong, manusia busuk pengkhianat hina!" Bentaknya ketika melihat betapa pemuda itu melindungi dan membela Mayang. "Engkau berani melawan kami?!"

“Han Lojin, demi cintaku yang murni, aku siap untuk membela Mayang dengan nyawaku!" kata Sim Ki Liong sambil mengamuk di samping Mayang.

Diam-diam Hay Hay tersenyum mendengar kata-kata itu. Memang cinta mampu merubah watak manusia, mampu menguasai manusia untuk melakukan apa saja, baik atau pun tidak baik menurut penilaian orang lain.

Diam-diam Han Lojin kagum bukan main kepada Hay Hay dan Pek Han Siong karena kedua orang ini sukar ditundukkan. Dan dia pun tahu betapa lihainya Sim Ki Liong, maka meski pun dia mengeroyok empat orang muda itu dengan banyak orang, namun agaknya banyak anak buahnya yang terluka atau tewas sebelum dia memperoleh kemenangan.

Di lain pihak, Hay Hay dan Han Siong yang belum berhasil membebaskan Bi Lian dan Kui Hong juga merasa bingung. Mereka tidak dapat menggunakan ilmu sihir mereka karena selain Han Lojin atau Ang-hong-cu mempunyai kekuatan batin yang cukup tangguh untuk melawan kekuatan sihir mereka, juga terlampau banyak orang yang mengeroyok mereka sehingga sukar untuk dapat menguasai mereka dengan kekuatan sihir. Terpaksa mereka berdua mengamuk dengan mengandalkan pedang pusaka di tangan mereka.

"Gunakan asap pembius!" Tiba-tiba saja terdengar perintah Han Lojin kepada para anak buahnya yang masih menganggur dan hanya mengepung tempat itu saja karena jumlah mereka terlalu banyak untuk dapat maju semua.

Mendengar perintah ini, Hay Hay dan Han Siong menjadi bingung juga. Sebelum mereka dapat melakukan sesuatu, terdengar ledakan-ledakan dan nampak asap putih mengepul memenuhi tempat itu. Para anggota Ho-han-pang sudah mengeluarkan sapu tangan dan menutupi mulut dan hidung dengan sapu tangan yang mengandung obat penawar racun pembius itu.

"Awas, tahan napas dan cepat menyingkir!" teriak Sim Ki Liong memperingatkan Hay Hay dan Han Siong. "Nona Mayang, kau pakai sapu tangan ini!" Ia meloncat ke dekat Mayang dan menyerahkan sehelai sapu tangan biru.

Mayang menerima sapu tangan itu lalu mengikatkannya di depan mulut dan hidungnya. Ada aroma harum aneh yang melindunginya dari asap pembius, dan Mayang masih dapat memutar cambuknya untuk melindungi diri dari pengeroyokan, juga untuk membalas.

Hay Hay dan Han Siong menahan napas, cepat melompat ke tempat yang tidak dipenuhi asap. Sim Ki Liong bergulingan sambil pedangnya menyambar-nyambar dari bawah, dan dia berhasil merobohkah tiga orang pengeroyok yang terbabat kakinya.

"Pengkhianat!" Terdengar bentakan nyaring.

Ketika itu Ki Liong sedang memutar pedang untuk menangkis hujan senjata para anggota Ho-han-pang dan Ji Sun Bi, maka pada waktu kaitan itu menyambar dengan dahsyatnya, dia kurang cepat dan tahu-tahu pundak kirinya sudah terkena kaitan yang berada di ujung rantai yang dimainkan oleh Han Lojin.

"Aduhh...!" Ki Liong berteriak karena merasa betapa pundaknya nyeri bukan main. Melihat ini Mayang cepat menyerang Han Lojin dengan cambukhya.

"Tarrrr...!"

Akan tetapi tangan kiri Han Lojin menangkap ujung cambuk dan menarik dengan tenaga yang amat kuat sehingga tubuh Mayang terhuyung ke depan.

"Lepaskan!" Tiba-tiba Hay Hay menerjang dari samping dengan tusukan pedang ke arah lengan kiri yang menangkap ujung cambuk.

Han Lojin terkejut bukan main, tidak mengira bahwa Hay Hay berani masuk lagi ke dalam medan pertempuran yang penuh asap pembius. Terpaksa dia melepaskan ujung cambuk Mayang, dan kesempatan itu digunakan oleh Ki Liong untuk mencabut keluar kaitan dari pundak kirinya. Dia bergulingan sampai jauh kemudian meloncat berdiri, pundak kirinya berdarah.

Pek Han Siong sendiri terpaksa harus berloncatan ke tempat yang bebas asap. Keadaan empat orang muda itu kini terancam karena mereka telah terdesak hebat. Pada saat yang amat berbahaya bagi mereka itu, tiba-tiba saja terdengar suara hiruk-pikuk dan muncullah puluhan orang prajurit!

Melihat kedatangan para prajurit ini, tentu saja orang-orang Ho-han-pang menjadi terkejut dan ketakutan. Bagaimana pun juga mereka merasa gentar kalau harus melawan prajurit pemerintah yang jumlahnya tentu ratusan, bahkan ribuan orang itu! Dan yang memimpin pasukan itu adalah seorang panglima tinggi bersama Menteri Cang Ku Ceng sendiri!

Bagaimana Menteri Cang dapat muncul pada saat yang amat tepat itu? Ketika Cia Kui Hong meninggalkan istana Menteri Cang Ku Ceng, gadis itu yang terikat janji dengan Han Lojin sehingga tidak berani membuka rahasia, hanya menganjurkan agar pembesar yang bijaksana itu melakukan penyelidikan dan bertanya kepada Hong-houw (permaisuri) lagi tentang rahasia laki-laki yang pernah mengacau di bagian puteri istana kaisar.

Setelah gadis itu pergi, Menteri Cang termenung dan akhirnya dia mengambil keputusan untuk menjumpai sang permaisuri. Dengan bijaksana dan halus dia membujuk permaisuri supaya bercerita demi keselamatan negara dan demi kehormatan istana kaisar. Akhirnya berceritalah permaisuri tentang petualangan bekas perwira Tang Bun An dan betapa dia sendiri tidak berdaya karena diancam oleh perwira itu setelah perhiasannya dicuri.

Mendengar ini Menteri Cang terkejut dan marah bukan main. Memang sejak dulu pun dia sudah menaruh curiga terhadap perwira itu, akan tetapi karena tidak ada bukti, maka dia pun tak mampu berbuat sesuatu. Kini, setelah mendengar keterangan Hong-houw sendiri, tentu saja dia tidak ragu-ragu lagi.

Orang yang sudah berani membuat kekacauan di istana, berbuat cabul, berani memaksa Hong-houw agar menyimpan rahasia, adalah orang yang jahat dan berbahaya sekali. Biar pun sekarang memimpin perkumpulan yang dinamakan Ho-han-pang, yang kelihatannya membantu pemerintah dan mengamankan keadaan, tapi kalau orang seperti itu dibiarkan bebas menyusun kekuatan, kelak tentu akan berbahaya sekali bagi keselamatan negara. Karena itu dia segera menghubungi panglima pasukan keamanan, mengerahkan pasukan dan dia pun ikut memimpin pasukan itu menyerbu Ho-han-pang.

Tentu saja Han Lojin terkejut bukan kepalang ketika melihat ada sejumlah besar pasukan datang menyerbu. Maka tahulah dia bahwa permainannya telah tamat, harapannya sudah hancur dan semua usahanya selama ini sia-sia belaka. Bahkan kini keselamatan dirinya sudah terancam pula.

Tiba-tiba dia melemparkan sebuah benda ke atas tanah. Benda itu meledak dan tempat itu penuh asap hitam. Karena khawatir kalau-kalau asap itu beracun pula, Hay Hay cepat melompat ke belakang sambil berseru kepada Han Siong dan Mayang agar menjauhkan diri dari asap.

"Asap ini hanya menggelapkan, tidak beracun. Halangi mereka melarikan diri!" terdengar Sim Ki Liong berseru. Akan tetapi, Hay Hay, Han Siong dan Mayang sudah berloncatan ke belakang.

Ketika asap telah mulai menipis, pasukan pemerintah menyerbu kembali sehingga terjadi pertempuran yang berat sebelah. Kalau tadi Hay Hay bersama Han Siong yang kemudian dibantu Mayang dan Sim Ki Liong menghadapi pengeroyokan puluhan orang banyaknya, kini puluhan orang Ho-han-pang harus menghadapi serbuan ratusan orang prajurit!

Sim Ki Liong sendiri yang tidak takut menghadapi asap itu. Dia tidak pernah melepaskan Ji Sun Bi dan biar pun wanita itu berusaha untuk melarikan diri, tetapi dia selalu dihadang oleh Ki Liong.

Ji Sun Bi menjadi marah dan nekat, lantas menggunakan pedangnya yang tinggal sebuah itu untuk menyerang Sim Ki Liong. Ki Liong menangkis dan Mayang yang melihat Ki Liong tidak lari dari asap, segera melompat maju lagi membantu pemuda itu mengeroyok Ji Sun Bi. Menghadapi Sim Ki Liong sendiri saja Ji Sun Bi sudah kewalahan, apa lagi sekarang di situ juga ada Mayang yang memutar cambuknya dengan dahsyat.

"Tar-tarr-tarrr....!” Cambuk itu meledak-ledak di atas kepala Ji Sun Bi.

Wanita ini menggerakkan pedangnya untuk melindungi kepala serta menangkis cambuk itu. Akan tetapi saat itu Sim Ki Liong telah menyerangnya dengan pedang yang menusuk dada. Terkejutlah Ji Sun Bi. Dia segera membuang diri ke samping untuk mengelak, akan tetapi kaki Sim Ki Liong sudah menyambar dan mengenai lambungnya. Dia mengeluh dan tubuhnya terpelanting.

Pada saat itu pula ujung cambuk di tangan Mayang menyambar dan mematuk ubuh-ubun kepalanya. Ji Sun Bi terkulai dan tewas seketika karena ubun-ubun kepalanya pecah oleh patukan ujung cambuk.

Sementara itu Pek Han Siong dan Hay Hay sibuk mengamuk sambil mencari Han Lojin, Tang Gun dan Tang Cun Sek. Namun tiga orang itu telah menghilang di balik asap tebal tadi. Ketika melihat betapa Mayang dan Ki Liong sudah berhasil merobohkan Ji Sun Bi, Hay Hay meloncat ke dekat Ki Liong.

"Ke mana larinya mereka?"

Sim Ki Liong maklum siapa yang dimaksudkan Hay Hay. "Ada jalan rahasia menuju ke lorong bawah tanah. Mari!"

Ki Liong mendahului mereka memasuki sebuah ruang yang nampaknya seperti ruangan sembahyang di mana terdapat sebuah meja sembahyang besar, lengkap dengan hio yang masih berasap dan lilin bernyala. Di samping meja terdapat sebuah singa batu yang indah ukirannya. Ki Liong memegang kepala singa batu ini, kemudian mengerahkan tenaga dan memutar singa itu. Terdengar suara keras kemudian meja sembahyang itu pun bergeser, membalik dan nampaklah sebuah lubang di mana terdapat tangga menurun.

"Lorong ini menuju ke tempat tahanan bawah tanah. Mari kutunjukkan!" Dia pun langsung mendahului masuk, diikuti Mayang, kemudian Hay Hay dan Han Siong.

Dan benar saja, lorong itu membawa mereka ke tempat tahanan bawah tanah. Masih ada beberapa orang anak buah Ho-han-pang di situ. Mereka segera roboh oleh amukan Sim Ki Liong dan Mayang. Akan tetapi semua kamar tahanan telah kosong. Cia Kui Hong dan Siangkoan Bi Lian telah lenyap dari tempat tahanan itu.

"Ah, tentu mereka telah dilarikan oleh Ang-hong-cu dan dua orang pembantunya itu!" kata Hay Hay.

"Dua orang pembantu itu adalah Tang Gun dan Tang Cun Sek, mereka adalah dua orang putera Han Lojin...,” kata Sim Ki Liong.

"Ahhh...!" Hay Hay memandang pada Ki Liong dengan sinar mata penuh selidik. "Sim Ki Liong, jika benar engkau telah menyadari diri dan insyaf, hendak merubah jalan hidupmu, lekas katakan ke mana mereka itu pergi!”

Sim Ki Liong memandang kepada Mayang dan menarik napas panjang. Dia benar-benar merasa malu sekali kepada Mayang dan merasa menyesal mengapa dia mempunyai latar belakang yang hitam. Sukar mengharapkan balasan cinta kasih dari Mayang. Akan tetapi cinta kasihnya terhadap gadis itu telah mengubah pandangan hidupnya, menyadarkannya bahwa dunia hitam, jalan sesat bukanlah jalan yang baik dan tidak menuju kebahagian.

“Aku tidak dapat memastikan ke mana mereka pergi. Akan tetapi ada jalan keluar rahasia dari lorong ini, menuju ke belakang perumahan Ho-han-pang menembus gunung. Ini pun belum pernah kulalui sendiri, hanya menurut keterangan Han Lojin. Mari...!”

Kembali Sim Ki Liong menjadi petunjuk jalan, dan di sudut ruang tahanan paling belakang dia menggerakkan batu-batu tertentu yang menyembunyikan alat-alat rahasia di dinding. Terdengar suara berderit lalu dinding itu pun bergerak, dan akhirnya muncul sebuah pintu kecil.

"Mayang, Ki Liong, kalian kembalilah ke depan. Biar aku bersama Han Siong saja yang melakukan pengejaran. Katakan kepada Menteri Cang bahwa kami melakukan pengejaran terhadap Han Lojin dan kami akan berusaha menangkapnya!"

Setelah berkata demikian, Hay Hay dan Han Siong memasuki pintu rahasia itu melakukan pengejaran. Mayang ragu-ragu, akan tetapi Ki Liong menyentuh lengannya.

"Kakakmu berkata benar. Terlalu berbahaya bagimu untuk ikut mengejar, dan mungkin di luar sana masih membutuhkan bantuan kita. Marilah, kita taati pesan kakakmu."

Keduanya lalu keluar dari lorong bawah tanah itu. Di luar masih terjadi pertempuran dan mereka pun segera terjun ke dalam pertempuran untuk membantu pasukan pemerintah. Para anak buah Ho-han-pang melawan mati-matian, tetapi pertempuran itu berjalan berat sebelah dan tidak lama kemudian seluruh anak buah Ho-han-pang sudah dapat digulung, ada yang tewas, terluka atau tertangkap.

Menteri Cang Ku Ceng yang menerima laporan dari perwira pasukan bahwa Mayang dan Sim Ki Liong tadi membantu pasukan pemerintah membasmi gerombolan Ho-han-pang, menerima mereka dengan ramah. Apa lagi ketika mendengar bahwa Mayang adalah adik Hay Hay dan Sim Ki Liong masih saudara seperguruan dengan Cia Kui Hong, pembesar itu menjadi kagum. Dia lalu bertanya bagaimana keadaan Cia Kui Hong dan Hay Hay.

"Taijin, tadinya saya sendiri, enci Kui Hong dan enci Siangkoan Bi Lian ditawan oleh ketua Ho-han-pang. Sekarang kedua orang enci itu agaknya dilarikan oleh ketua Ho-han-pang dan para pembantunya, akan tetapi kakakku Hay Hay dan Pek Han Siong Taihiap sedang melakukan pengejaran. Bahkan sekarang saya bersama Sim Ki Liong hendak melakukan pengejaran pula untuk membantu mereka."

"Bagus sekali! Kami harapkan agar mereka yang menjadi pengacau di kota raja itu dapat ditangkap."

Mayang dan Ki Liong kemudian segera pergi untuk melakukan pengejaran terhadap Han Lojln, mengikuti jejak Hay Hay dan Han Siong melalui terowongan rahasia yang menjadi jalan keluar lewat pintu belakang.....

********************
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar