Si Kumbang Merah Jilid 49

Seperti yang telah diceritakan di bagian depan, sesudah keluar dari pekerjaannya sebagai perwira pasukan pengawal, dan telah membuat jasa-jasa, bukan hanya menangkap calon pembunuh kaisar, akan tetapi juga dia dianggap berjasa sudah membuat daerah kota raja menjadi aman, keluar dengan terhormat, Ang-hong-cu Tang Bun An lalu menghilang dan muncullah Han Lojin memimpin Ho-han-pang!

Usahanya untuk menjadi seorang bengcu atau pemimpin besar di dunia kangouw dengan mempersatukan atau lebih tepat lagi menaklukkan seluruh tokoh dunia kang-ouw lantas mengangkat diri sebagai bengcu atau semacam raja, mulai berkembang dengan baik. Hal ini berkat bantuan Sim Ki Liong, Tang Cun Sek dan Ji Sun Bi. Terutama sekali Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi yang memiliki banyak sekali hubungan dengan para tokoh kang-ouw, telah menarik banyak tokoh kang-ouw untuk mengakui Han Lojin sebagai bengcu!

Biar pun kini perkumpulan Ho-han-pang mulai berpengaruh, mulai diakui oleh para tokoh kang-ouw, namun Han Lojin tetap bersikap waspada. Dia selalu menyebar anak buahnya yang dipercaya untuk melakukan pengamatan di kota raja dan sekitarnya. Bila mana ada tokoh kang-ouw atau perkumpulan yang agaknya tidak mau tunduk, maka cukup dengan mengutus Sim Ki Liong, Tang Cun Sek atau Ji Sun Bi saja, mereka yang menentang itu pasti dapat ditundukkan. Tidak usah dia sendiri yang turun tangan!

Han Lojin bukan orang bodoh. Dia tahu pasti bahwa perkumpulannya akan semakin maju pesat selama didukung oleh pembesar-pembesar kota raja, terutama para pejabat tinggi. Karena itu dia pun selalu menjaga agar Ho-han-pang mendatangkan kesan baik.

Dia berpesan dengan ancaman keras kepada semua anak buahnya agar tidak melakukan perbuatan yang terlarang dan melanggar hukum. Tak boleh mencuri atau merampok, tak boleh bersikap kasar terhadap rakyat, bahkan harus selalu menentang kejahatan. Tentu saja mereka diberi jaminan yang cukup. Kalau ada yang melanggar maka Han Lojin tidak segan-segan untuk memberi hukuman dan menyiksanya sehingga semua anak buahnya menjadi takut dan taat.

Bahkan dia juga melarang keras anak buah Ho-han-pang untuk memperkosa wanita, hal yang biasanya suka dilakukannya sendiri. Mereka boleh saja memilih seorang gadis yang disukai sebagai isteri, akan tetapi harus dengan cara baik, tidak boleh memperkosa.

Dan Ji Sun Bi banyak membantu anak buah Ho-han-pang dalam hal menundukkan gadis yang mereka pilih. Banyak sudah para wanita yang berjatuhan dan terpaksa menjadi isteri salah seorang di antara anggota-anggota Ho-han-pang karena sudah ‘dijatuhkan’ dengan cara yang tidak wajar, walau pun bukan dengan kekerasan.

Ji Sun Bi mempunyai banyak akal untuk membantu para anak buah Ho-han-pang dalam menjatuhkan kaum wanita, baik dengan ramuan obat, dengan rayuan dan bermacam akal lagi. Beberapa orang gadis dengan suka rela bahkan menyerahkan diri kepada ‘pendekar’ yang menyelamatkannya dari ancaman perampok ganas yang hendak memperkosanya. Tentu saja semua itu hanya permainan saja, siasat yang diatur oleh Ji Sun Bi!

Demikianlah, Ho-han-pang segera dikenal oleh rakyat di kota raja dan sekitarnya sebagai perkumpulan orang-orang gagah yang menentang kejahatan, akan tetapi kenyataannya banyak pula gadis yang menyerahkan diri menjadi isteri dari para anggota Ho-han-pang itu.

Tentu saja Han Lojin sendiri belum dapat membebaskan diri dari kerakusannya terhadap wanita. Hanya beberapa bulan saja setelah menjadi bengcu, Ang-hong-cu sudah berhasil mengumpulkan banyak wanita muda yang cantik-cantik untuk dijadikan pelayan atau pun pembantu di rumahnya yang berdiri di dalam hutan pada puncak bukit.

Nampaknya saja belasan orang gadis cantik itu menjadi pelayan dan pembantu, padahal sebenarnya mereka dijadikan pemuas birahi Han Lojin yang tetap melakukannya karena rasa bencinya kepada para wanita sehingga ingin mempermainkan mereka. Maka dalam beberapa bulan saja sudah beberapa kali dia berganti pelayan.

Ada kalanya belum sampai satu bulan dia sudah mengeluarkan seorang gadis pelayan dari dalam rumahnya karena merasa bosan, lalu gadis itu dihadiahkan kepada seorang di antara para anak buahnya untuk diperisteri. Anak buah ini tentu saja menerima dengan kedua tangan terbuka karena ‘hadiah’ seorang gadis dari bengcu sudah dapat dipastikan amat cantik menarik!

Gadis itu sendiri pun tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima. Dia sudah ternoda, kalau dicampakkan begitu saja oleh bengcu, mereka tentu akan terlantar dan mereka juga tidak berani pulang ke rumah orang tua karena malu.

Tidak ada seorang pun di antara para pelayan ini yang diperkosa oleh Han Lojin. Semua dijatuhkan dengan bantuan siasat Ji Sun Bi! Dalam keadaan mabok atau lupa diri karena pengaruh ramuan obat, para gadis itu menyerahkan diri dengan suka rela kepada Bengcu dan mereka baru menyesal sesudah semuanya terlanjur sehingga hanya dapat menerima nasib!

Ketika Han Lojin menerima Sim Ki Liong sebagai pembantu, dia telah berjanji bahwa bila pengaruhnya telah mulai berkembang, maka akan mudah saja mencari orang-orang yang menjadi musuh besar pemuda perkasa itu, yaitu Siangkoan Ci Kang. Dan dia memegang teguh janjinya. Sesudah banyak tokoh kang-ouw mulai mengakui kedudukannya sebagai bengcu di dunia kang-ouw, Han Lojin lalu menyebar penyelidik ke seluruh penjuru untuk mencari keterangan tentang Siangkoan Ci Kang. Demikianlah, secara perlahan-lahan Han Lojin mulai memperkuat kedudukannya sebagai ketua Ho-han-pang, juga sebagai bengcu baru di dunia kang-ouw.

"Dua orang gadis Tibet katamu?" Han Lojin minta penjelasan pada waktu dia mendengar laporan anak buahnya, si kumis tipis bersama empat orang temannya.

"Benar sekali, Pangcu (ketua)," kata si kumis tipis.

Sebagai ketua perkumpulan itu, Han Lojin disebut Pangcu (ketua) oleh semua anak buah Ho-han-pang. Akan tetapi para pembantunya yang utama seperti Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, Ji Sun Bi serta para tokoh kang-ouw yang mengakui kedudukan Han Lojin sebagai bengcu namun tidak menjadi anggota Ho-han-pang, menyebutnya Bengcu (pemimpin).

"Dua orang gadis peranakan Tibet yang cantik jelita bukan kepalang. Belum pernah kami bertemu dengan dua orang gadis secantik itu!”

"Benar, Pangcu. Terutama yang lebih tua, yang bernama Ma Hwa.”

“Yang lebih muda juga cantik jelita, Pangcu, namanya Ma Yang.”

Lima orang anggota Ho-han-pang ini termasuk anggota lama, bahkan telah menjadi anak buah sejak Han Lojin masih menjadi perwira Tang Bun An. Tentu saja mereka termasuk orang-orang kepercayaan sehingga mereka pun sudah tahu bahwa ketua mereka adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan gadis cantik.

Akan tetapi Han Lojin bukanlah seorang laki-laki yang mudah tertarik wanita cantik kalau dia tidak melihat sendiri.

"Kau bilang tadi bahwa mereka datang ke kota raja untuk mencari perwira Tang?”

"Benar, Pangcu. Akan tetapi yang mereka cari adalah seorang perwira Tang yang masih muda. Mungkin yang mereka maksudkan adalah perwira Tang Gun yang dahulu dihukum buang itu," kata si kumis tipis yang juga tahu akan peristiwa penangkapan Tang Gun yang kemudian dihukum buang dan sampai kini tidak ada lagi kabar ceritanya.

Han Lojin mengerutkan alisnya, lantas menyuruh mereka mundur. Dia sendiri termenung. Kalau ada orang mencari Tang Gun, seperti dia dahulu, tentu karena tertarik mendengar bahwa Tang Gun membual sebagai putera Ang-hong-cu! Dan ini hanya berarti bahwa dua orang gadis cantik itu tentu dua di antara para pendekar wanita yang mencarinya!

Dia mengingat-ingat para pendekar wanita yang pernah ditemuinya ketika terjadi peristiwa pembasmian gerombolan pemberontak pimpinan Lam-hai Giam-lo. Di antara mereka itu, yang paling mengesankan hanya beberapa orang saja, yaitu Cia Kui Hong, Kok Hui Lian, Siangkoan Bi Lian, Pek Eng, dan Cia Ling. Dua yang terakhir itu, Pek Eng dan Cia Ling, tidak pernah dapat dia lupakan karena mereka menjadi korban perkosaannya.

Apa bila yang muncul adalah dua orang di antara mereka, dia tidak merasa heran karena para wanita pendekar itu memang memusuhinya. Akan tetapi jelas Kui Hong tidak masuk hitungan. Cia Kui Hong yang telah menjadi ketua Cin-ling-pai itu telah berjanji kepadanya dan dia merasa yakin bahwa gadis perkasa itu tidak akan melanggar janjinya sendiri.

Akan tetapi dua gadis yang kini mencari perwira Tang Gun itu agaknya juga bukan gadis-gadis pendekar lainnya itu. Menurut anak buahnya, dua orang gadis itu bernama Ma Hwa dan Ma Yang, dan mereka adalah dua orang gadis peranakan Tibet.

Karena merasa tidak enak dan penasaran, Han Lojin kemudian memanggil Sim Ki Liong, pembantu utamanya karena pemuda ini rnerupakan seorang yang berilmu tinggi. Bahkan dalam hal ilmu silat, dia sendiri tidak akan mudah dapat mengalahkan Sim Ki Liong yang telah menguasai ilmu-ilmu silat tinggi dari Pulau Teratai Merah itu.

Ki Liong sudah menjadi seorang pemuda lain sejak menjadi pembantu Han Lojin. Berkat ilmu penyamaran yang hebat dari Han Lojin, pemuda itu mengenakan kedok tipis, setipis kulit mukanya sehingga wajahnya telah berubah sama sekali. Kini dia tidak khawatir akan dikenal oleh para pendekar. Tang Cun Sek juga mengenakan kedok tipis yang merubah bentuk mukanya, seperti juga Ji Sun Bi.

Han Lojin tak ingin para pembantunya itu dikenal orang. Dia mengatakan bahwa samaran itu hanya untuk sementara saja. Kalau kedudukan Ho-han-pang sudah kuat benar, maka kelak tak ada halangannya bagi tiga orang pembantunya itu untuk memperlihatkan wajah mereka yang sebenarnya.

"Kau selidiki dua orang gadis itu," kata Han Lojin setelah menceritakan kepada Ki Liong tentang laporan lima anak buah Ho-han-pang tadi. "Selidiki yang jelas siapa mereka, dan mengapa pula mereka mencari perwira Tang. Kalau mereka itu mencurigakan dan dapat merugikan kita, jangan kau ragu. Tangkap atau bunuh saja mereka, akan tetapi lakukan dengan hati-hati agar jangan sampai menimbulkan kekacauan di kota raja. Mengertikah engkau?"

Ki Liong mengangguk dan tersenyum. "Itu urusan kecil saja, Bengcu. Apa sih artinya dua orang gadis Tibet? Malam ini juga pasti aku sudah mendapat keterangan lengkap tentang mereka, dan kalau perlu malam ini juga kutangkap mereka kemudian kuhadapkan kepada Bengcu."

"Bagus! Aku percaya akan kesanggupanmu, Ki Liong. Dan kau tahu, kalau bukan urusan penting, aku tak akan mengutusmu, cukup anak buah saja. Jadi, urusan ini penting sekali karena hatiku merasa tidak enak."

Sim Ki Liong lalu meninggalkan puncak bukit yang kini menjadi perkampungan besar dan pusat perkumpulan Ho-han-pang itu, lantas dia pun memasuki kota raja dan mulai dengan penyelidikannya. Karena Han Lojin memang sudah menugaskan banyak sekali penyelidik dan anak buahnya di kota raja, maka bukan pekerjaan sukar bagi Ki Liong untuk mencari tahu di mana adanya dua orang gadis Tibet itu.

Menurut para penyelidik, yaitu anak buah Ho-han-pang yang bertugas di kota raja, di sana tidak ada dua orang gadis Tibet, tetapi yang ada hanya seorang gadis Tibet saja bersama seorang pemuda yang mengaku sebagai kakaknya. Mereka menyewa dua buah kamar di rumah penginapan Hok Likoan.

Tentu saja Ki Liong merasa heran bukan main. Menurut keterangan Bengcu, lima orang anak buah Ho-han-pang itu melaporkan bahwa yang perlu diselidikinya adalah dua orang gadis Tibet yang cantik-cantik dan mereka bernama Ma Hwa dan Ma Yang. Bagaimana sekarang yang ada hanya seorang saja gadis Tibet bersama kakak laki-lakinya?

Dan menurut para penyelidik, gadis Tibet yang berada di rumah penginapan Hok Likoan itu serupa benar dengan seorang di antara dua orang gadis Tibet, yaitu yang muda. Ciri-cirinya yang menonjol adalah bertubuh tinggi ramping dengan kulit yang putih kemerahan, pinggulnya besar dan bulat, rambutnya panjang dikepang dua, wajahnya manis, matanya agak sipit, hidungnya mancung besar dan mulutnya kecil. Akan tetapi dara Tibet pertama, yang kabarnya lebih cantik jelita dibandingkan adiknya, tidak terlihat dan sebagai gantinya adalah seorang pemuda kakak gadis Tibet itu yang tampan.

Karena penasaran, maka malam hari itu juga Ki Liong mendatangi rumah penginapan itu. Kebetulan sekali ketika itu dua orang kakak beradik yang hendak diselidikinya itu sedang makan malam di rumah makan sebelah rumah penginapan itu. Begitu dia melihat pemuda yang mengaku kakak dari gadis Tibet, hampir saja Sim Ki Liong terpelanting jatuh saking kagetnya sesudah dia mengenal pemuda itu yang bukan lain adalah Hay Hay atau Tang Hay, pemuda yang amat ditakutinya karena dia tahu betapa saktinya pemuda itu.

Dia tahu bahwa Hay Hay bukan saja amat tinggi ilmu silatnya, akan tetapi juga memiliki ilmu sihir yang amat kuat. Kini mengertilah dia mengapa lima orang anggota Ho-han-pang itu melihat dua orang gadis Tibet. Tentu Hay Hay sudah menggunakan sihirnya sehingga lima orang itu melihat dia sebagai seornag gadis.

Sesudah dia merasa yakin bahwa pemuda itu benar Tang Hay, cepat Sim Ki Liong pergi meninggalkan tempat itu dengan jantung berdebar tegang. Bahkan tadi napasnya terasa sesak ketika dia bertemu pandang dengan Hay Hay, sungguh pun dia tahu bahwa tak ada seorang pun yang akan dapat mengenal wajahnya yang sudah berubah sama sekali oleh penyamaran yang dilakukan Han Lojin.

Dan memang Hay Hay sama sekali tidak mengenal Sim Ki Liong dengan wajah barunya itu. Kalau tadi dia sejenak memandang tajam adalah karena dia melihat pemuda tampan itu mengerling ke arah Mayang dan dia.

Dengan napas masih memburu, malam itu juga Ki Liong langsung menghadap Han Lojin. Tentu saja Han Lojin terkejut bukan main melihat pembantu utamanya itu kelihatan gugup dan seperti orang yang ketakutan! Juga sudah berani minta menghadap pada malam itu juga, tanda bahwa dia datang membawa berita yang teramat penting.

"Hayaaa…! Celaka, Bengcu..."

Han Lojin mengerutkan alisnya sambil memandang marah. "Ki Liong, mengapa engkau? Sungguh tak kusangka engkau dapat menjadi seorang penakut macam ini! Hayo katakan, mengapa engkau kelihatan begini ketakutan?"

Wajah Ki Liong menjadi merah. Dia baru menyadari bahwa sikapnya tadi memang sangat memalukan sekali.

"Maaf, Bengcu. Saya tidak takut, hanya….. ehh, terkejut sekali karena menemukan orang yang sama sekali tidak disangka-sangka. Karena terkejut itulah maka saya menjadi gugup dan ingin cepat-cepat memberi laporan kepada Bengcu."

Sekarang harga dirinya sudah kembali. Dia adalah seorang pemuda yang gagah perkasa, memiliki ilmu kepandaian tinggi, bahkan murid dari Pendekar Sadis dan isterinya, majikan Pulau Teratai Merah yang amat terkenal di seluruh dunia kang-ouw. Tidak sepatutnya dia memperlihatkan sikap ketakutan seperti tadi.

"Katakanlah, Ki Liong, jangan seperti anak kecil. Siapa orang itu?"

Kini ada perasaan was-was di hati Han Lojin karena dia cukup mengenal kegagahan dan kelihaian Ki Liong. Kalau sampai seorang yang memiliki kelihaian seperti Ki Liong sampai begitu ketakutan, maka tentu orang yang ditakutinya itu benar-benar orang luar biasa.

"Dia adalah Hay Hay...”

Sepasang mata Han Lojin terbelalak dan dia merasa betapa jantungnya berdebar penuh ketegangan. 

"Dia...? Dia... yang datang...?"

Sejenak kedua orang berdiam diri, tidak ada yang mengeluarkan suara karena keduanya melamun. Dan terbayanglah semua peristiwa yang pernah mereka alami, ketika Han Lojin bertanding melawan Hay Hay puteranya sendiri sampai dia terdesak hebat. Juga Ki Liong membayangkan ketika dia bertanding melawan Hay Hay sehingga hampir saja dia celaka, bahkan pedang pusaka yang dibawanya dari Pulau Teratai Merah, yaitu pedang pusaka Gin-hwa-kiam, akhir-akhir ini juga sudah dirampas oleh pemuda yang memiliki kesaktian hebat itu.

Akan tetapi Han Lojin segera dapat menguasai hatinya yang agak terguncang mendengar bahwa musuhnya nomor satu yang ditakutinya, juga merupakan putera kandungnya, kini telah datang ke kota raja dan sudah jelas niatnya. Tentu untuk mencari dia! Dia langsung teringat akan kedudukannya. Kalau tadinya dia merasa gentar, kini dia dapat menguasai hatinya, bahkan otaknya yang cerdik segera mengatur siasat untuk dapat menundukkan Tang Hay.

Kalau saja pemuda yang lihai itu, juga putera kandungnya sendiri itu, dapat membantu dia seperti halnya Tang Cun Sek, tentu kedudukannya akan menjadi bertambah kuat! Benar! Dia harus bisa membujuk atau bila perlu memaksa Tang Hay untuk membantu usahanya menjadi bengcu di seluruh dunia kang-ouw!

"Ki Liong, cepat kau pergi panggil Sun Bi dan Cun Sek ke sini!"

Ki Liong memandang Han Lojin. "Sekarang?"

"Ya, sekarang juga. Cepat, kutunggu di sini!"

Ki Liong segera pergi ke kamar kedua orang itu dan tidak lama kemudian dia bersama Ji Sun Bi dan Tang Cun Sek sudah berada di dalam ruangan duduk tadi di mana Han Lojin masih menanti dengan alis berkerut. Dua orang itu pun terkejut setengah mati mendengar dari Ki Liong bahwa Hay Hay sudah tiba di kota raja. Karena itu mereka bergegas datang sesudah mendengar bahwa Bengcu memanggil, dan kini keempat orang itu sudah duduk mengelilingi meja dan bicara dengan wajah serius.

Walau pun wajahnya membayangkan kecemasan, akan tetapi dengan suara tenang Han Lojin menggambarkan siasatnya untuk menghadapi Tang Hay atau Hay Hay. Sampai jauh malam baru mereka mengakhiri perundingan itu dan pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena besok mereka masing-masing memiliki tugas yang penting dan berat sebagai pelaksanaan siasat yang telah diatur oleh Han Lojin…..!

********************

Pagi-pagi sekali Hay Hay sudah mandi, kemudian keluar dari dalam kamarnya di rumah penginapan Hok Likoan. Ia melihat pintu kamar Mayang masih tertutup, maka dia pun tak mau mengganggu adiknya yang tentu lelah sesudah pada hari-hari yang lalu melakukan perjalanan jauh itu. Biarlah adiknya melepas lelah dan beristirahat.

Dia pagi-pagi bangun untuk mulai dengan penyelidikannya tentang perwira Tang, dan dia tidak akan menyelidik jauh-jauh. Pagi hari itu tentu dia akan dapat minta keterangan dari karyawan rumah penginapan itu secara santai, karena hari masih pagi dan sepi.

Dia melihat kesempatan yang baik sekali ketika melihat tukang kebun rumah penginapan itu menyapu pekarangan di luar bangunan. Tukang kebun itu sudah setengah tua, tentu sudah lama berada di kota raja. Maka dihampirinya tukang kebun yang sedang menyapu pekarangan itu.

"Selamat pagi, Paman," tegurnya.

Tukang kebun itu mengangkat mukanya dan memandang heran. Selama bertahun-tahun menjadi pegawai kasar dan yang dianggap rendah, yaitu menjadi tukang kebun, baru kali ini dia mendapat salam demikian akrabnya dari seorang tamu hotel!

"Selamat pagi, Kongcu!" jawabnya gembira.

“Sepagi ini sudah bekerja, Paman? Rajin amat?”

Tukang kebun itu menghentikan gerakan sapunya, lantas memandang sambil tersenyum. Seorang tuan muda yang amat ramah, pikirnya.

"Kalau kesiangan sedikit, para tamu akan berlalu lintas di sini dan selain sukar, juga akan mengganggu tamu."

Hay Hay melihat ada sebatang sapu bersandar di dinding luar. Diambilnya sapu itu dan dia pun mulai menyapu, membantu pekerjaan si tukang kebun.

"Ehh, jangan, Kongcu. Pakaianmu nanti kotor...!" kata si tukang kebun dengan heran.

"Aih, tidak mengapa, Paman. Aku ingin membantumu menyapu. Aku ingin engkau segera menyelesaikan pekerjaanmu ini sebab aku ingin mengajakmu bercakap-cakap sebentar."

Biar pun dia bukan tukang sapu dan tidak biasa menyapu pekarangan, akan tetapi berkat tenaganya yang besar serta kecekatan gerakannya, maka sebentar saja Hay Hay berhasil menyelesaikan pekerjaan itu. Si tukang kebun amat terheran-heran melihat seorang tamu, seorang tuan muda, dapat mengayun tangkai sapu demikian mahir dan cepatnya. Dengan hati girang dia pun melayani Hay Hay dan mengajaknya bercakap-cakap.

"Paman, aku hendak bertanya sedikit, aku harap Paman suka membantuku dan memberi keterangan sejujurnya."

"Pertanyaan apakah, Kongcu? Tentu saya akan menjawab sejujurnya."

"Begini, Paman. Aku ingin mencari keterangan mengenai seorang perwira di kota raja ini, seorang perwira she Tang yang mengaku sebagai putera Ang-hong-cu. Apakah engkau pernah engkau mendengar tentang Tang-ciangkun itu?”

Tukang kebun itu memandang kepada Hay Hay dengan wajah berkerut. Nama Ang-hong-cu merupakan nama yang asing baginya.

“Saya pernah mendengar tentang seorang perwira she Tang, namun entah dia itu putera siapa...”

"Tidak apa, Paman. Perwira she Tang yang Paman ketahui itu, di mana dia tinggal?"

Tukang kebun itu menggelengkan kepala. “Sekarang dia sudah mengundurkan diri, tidak menjadi perwira istana lagi. Entah ke mana perginya. Dia pernah berjasa besar terhadap Sribaginda Kaisar, demikian beritanya, lalu dia diangkat sebagai perwira pengawal. Akan tetapi sudah berbulan-bulan ini, mungkin sudah ada setahun, dia mengundurkan diri dan pergi entah ke mana. Begitulah yang saya dengar, Kongcu. Saya kurang memperhatikan urusan seperti itu, dan maaf kalau saya tidak dapat memberi keterangan secukupnya."

"Keteranganmu sudah cukup berharga, Paman," kata Hay Hay berbohong. Sebenarnya dia merasa kecewa sekali mendengar keterangan yang tidak lengkap itu. "Tetapi tahukah Paman siapa nama perwira itu dan berapa kira-kira usianya?"

"Saya sendiri tidak pernah melihatnya, hanya mendengar kabar saja bahwa dia setengah tua, lima puluh tahun lebih, dan namanya… namanya Tang... Bo An atau semacam itu."

Hay Hay merasa semakin kecewa. Kalau perwira itu benar-benar puteranya Ang-hong-cu, tentu usianya tidak lima puluh tahun lebih! Dan mana ada orang bernama Bo An (Tidak Selamat)? Mungkin Bu An atau Bun An.

Walau pun dia menduga bahwa tentu bukan perwira setengah tua itu yang dimaksudkan sebagai putera Ang-hong-cu, yang mengaku demikian dan merupakan satu-satunya jejak baginya untuk menyelidiki Ang-hong-cu, akan tetapi tak ada cara lain lagi baginya kecuali menyelidiki orang itu.

Memang perwira setengah tua itu telah mengundurkan diri! Akan tetapi siapa tahu masih ada orang di bekas tempat tinggalnya yang dapat bercerita lebih banyak, terutama sekali memberi tahu kepadanya di mana sekarang perwira itu tinggal. Bagaimana pun juga, she perwira setengah tua itu juga Tang, dan hal ini saja sudah menarik perhatiannya.

"Terima kasih sekali untuk semua keterangan tadi, Paman. Ada satu hal lagi, di manakah rumah perwira Tang itu?"

Tukang kebun itu memandang heran. "Tadi sudah saya katakan bahwa saya tidak tahu ke mana dia pergi dan tidak tahu di mana rumahnya sekarang, Kongcu."

"Maksudku bukan rumahnya yang sekarang, melainkan rumahnya dulu ketika dia masih menjadi perwira di kota raja ini."

"Ahh, kalau itu saya tahu. Siapa yang tidak tahu gedung perwira Tang yang amat terkenal itu?" Lalu dia memberi petunjuk di mana adanya bekas rumah perwira Tang.

Hay Hay mengucapkan terima kasih, lantas meninggalkan tukang kebun itu yang segera melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak tahu betapa sesudah dia pergi, wajah ketololan dari tukang kebun itu langsung berubah. Matanya berkilat dan mulutnya terhias senyum, tanda seseorang yang merasa puas akan pelaksanaan tugasnya.

Melihat betapa daun pintu kamar Mayang masih tertutup, Hay Hay tak mau mengganggu adiknya. Biarlah Mayang tidur sampai sepuasnya. Pula, yang akan diselidikinya hanyalah bekas tempat tinggal seorang perwira Tang yang agaknya lain dari pada yang mengaku sebagai putera Ang-hong-cu.

Dia hendak melakukah penyelidikan ini sebagai iseng-iseng saja, sebagai jalan-jalan pagi selagi hawa udara masih sejuk dan bersih. Karena itu dia pun segera menggapai seorang pelayan rumah penginapan yang sedang mengepel lantai dengan kain basah, pekerjaan yang dilakukan setiap pagi sebelum para tamu bangun.

"Toako," kata Hay Hay kepada pelayan yang berusia sekitar tiga puluh tahun itu, "maukah engkau menyampaikan pesan untuk adikku perempuan di kamar itu kalau dia terbangun nanti dan mencari aku?"

Pelayan itu mengangguk-angguk. "Tentu saja, Kongcu. Sudah menjadi tugas kami untuk melayani setiap orang tamu.”

"Nah, kalau dia terbangun nanti, tolong katakan bahwa aku pergi berjalan-jalan mencari hawa pagi yang segar, dan agar dia menanti kembaliku untuk makan pagi bersama."

Pelayan itu mengangguk. "Baik, Kongcu. Akan saya sampaikan pesan Kongcu ini kepada Siocia."

Hay Hay mengeluarkan dua keping uang tembaga dan memberikannya kepada si pelayan yang menerimanya dengan ucapan terima kasih. Hay Hay lalu pergi meninggalkan rumah penginapan itu dan mengambil jalan ke arah bekas tempat tinggal Tang ciangkun melalui jalan raya yang masih sepi. Dia pun tidak tahu betapa pelayan yang tadi mencuci lantai itu berubah sikapnya, bahkan kemudian menyelinap masuk dan berbisik-bisik dengan tukang kebun tadi bersama beberapa orang pelayan lain.

Tidak sukar bagi Hay Hay untuk menemukan gedung yang megah itu karena dia sudah mendapat gambaran dari tukang kebun di rumah penginapan. Seperti juga rumah-rumah lain, pada pagi hari itu gedung ini masih terlihat sunyi. Di waktu sepagi itu hanya burung-burung dan orang-orang miskin saja yang sudah keluar dari sarang atau rumah mereka untuk mencari nafkah hidup sehari-hari. Orang-orang kaya, bangsawan, dan mereka yang malas baru akan bangun setelah matahari naik tinggi.

Orang-orang seperti ini tidak pernah dapat rnenikmati indahnya pagi hari, sejuknya hawa pagi, segarnya mandi pagi yang kemudian akan menyegarkan pula badan sepanjang hari. Orang yang terbiasa bangun pagi-pagi sekali, mandi air dingin, memulai kehidupan di hari itu dengan kegembiraan dan semangat yang timbul karena guyuran air dingin di pagi hari, badan dan batinnya akan selalu terasa segar selama sehari itu. Sebaliknya, orang yang terlalu banyak tidur, yang bangun terlampau siang, tidak akan kebagian suasana gembira dan penuh semangat di pagi hari itu, karena begitu bangun langsung diserang panasnya sinar matahari yang sudah naik tinggi sehingga menimbulkan kelesuan dan kemalasan di sepanjang hari itu. Karena itu bukan hanya omong kosong jika para budiman jaman dulu mengatakan bahwa siapa tidur tidak terlalu malam dan bangun pagi-pagi, akan banyak rejeki dan tubuh sehat hati bahagia! Setidaknya, yang jelas badan akan menjadi segar dan sehat!

Gedung bekas tempat tinggal perwira Tang masih kelihatan sepi, bahkan lampu gantung yang dipasang di luar rumah masih belum dipadamkan. Namun sepagi itu sudah nampak seorang berpakaian pelayan atau tukang kebun menyirami bunga-bunga di pekarangan depan, taman bunga yang terawat rapi. Ketika tukang kebun itu melihat seorang pemuda berdiri di pintu pagar dan memandang-mandang ke dalam, dia segera menghampiri dan menegur.

"Sahabat, siapakah engkau dan ada keperluan apa maka berdiri di sini mengamati rumah ini?" Sikapnya tidak bermusuhan, akan tetapi mengandung kecurigaan. Kebetulan sekali, pikir Hay Hay. Kesempatan baik baginya untuk mencari keterangan.

"Maaf, lopek," katanya sambil memandang kakek yang usianya tentu lebih dari lima puluh tahun tapi tubuhnya masih kokoh kuat, agaknya berkat terbiasa kerja keras. "Aku hanya mengagumi gedung yang megah ini. Bukankah ini rumah Tang-ciangkun?"

"Orang muda, jangan ngawur! Ini adalah rumah perwira Su, bukan perwira Tang!"

"Akan tetapi bukankah dahulu perwira Tang tinggal di rumah ini?" bantah Hay Hay dengan sikap seolah dia sudah mengenal benar perwira Tang.

"Semua orang juga sudah tahu, akan tetapi sudah setahun lebih rumah ini menjadi tempat tinggal Su-ciangkun."

"Dan ke manakah pindahnya Tang-ciangkun?"

"Mana aku tahu? Kabarnya dia mempunyai rumah peristirahatan di luar kota. Di luar kota raja sebelah utara ada bukit dan kabarnya di sanalah tempat tinggal barunya. Akan tetapi baru saja Tang-ciangkun lewat di jalan ini. Dia menunggang kuda di pagi hari, mungkin dia hendak pulang ke rumah peristirahatannya.”

"Ahh, benarkah?" Hay Hay bertanya penuh semangat.

"Baru saja dia lewat, kalau engkau cepat-cepat melakukan pengejaran, mungkin masih dapat melihatnya.”

"Terima kasih, lopek!" kata Hay Hay dan begitu dia berkelebat, dia pun lenyap dari depan kakek itu.

Tukang kebun itu tertegun, matanya terbelalak dan mulutnya ternganga. Lalu dia menarik napas panjang.

"Aihhh…., pantas saja Bengcu berpesan agar aku berhati-hati kalau bertemu pemuda itu. Kiranya dia memiliki kesaktian seperti setan, dapat menghilang!" Dan dia pun bergidik.

Hay Hay memang mengerahkan tenaga dan kepandaiannya untuk melakukan pengejaran. Apa bila dia dapat bertemu muka dengan perwira Tang ini, mungkin saja dia akan dapat mendengar tentang perwira Tang yang lain, yang kabarnya membual sebagai putera Ang-hong-cu itu.

Karena hari masih pagi dan sepi, maka dia dapat dengan leluasa berlari cepat menuju ke pintu gerbang utara, tidak peduli akan keheranan tukang kebun yang melihat dia seperti menghilang.....
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar