Si Kumbang Merah Jilid 45

Pada awal pertemuan tadi dia lupa. Akan tetapi sekarang dia teringat bahwa dia pernah bertemu dengan wanita ini. Pada saat itu dia menyamar sebagai Han Lojin yang berkumis dan berjenggot.

"Ha-ha-ha-ha! Tok-sim Mo-li, kau kira aku tidak mengenal kalian? Dan engkau adalah Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid Pendekar Sadis itu, bukan? Ha-ha-ha, siapa bilang kalau keadaanku kalah? Lihat di belakang kalian!"

Tentu saja Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main mendengar betapa orang tua itu telah mengenal mereka, dan sesudah mereka memutar tubuh, ternyata di sana sudah terdapat puluhan orang berpakaian seragam prajurit pengawal yang sudah siap dengan busur dan anak panah!

“Siapa... siapakah engkau...?” Sim Ki Liong bertanya, kaget bukan main.

"Ha-ha-ha, kalau aku menghendaki, dapat saja aku mendatangkan ratusan orang prajurit pengawal. Aku adalah seorang perwira pengawal yang mengepalai ribuan orang prajurit. Nah, sekarang kalian masih berkepala besar dan tidak mau mengaku apa maksud kalian mencari perwira Tang Gun dan Ang-hong-cu?"

Tiga orang muda itu saling pandang dan mereka sungguh terkejut bukan main. Mereka tidak menduga siapa adanya perwira yang lihai ini, yang ternyata sudah mengenal Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong! Melihat bahwa agaknya perwira itu belum mengenal dirinya, Cun Sek lalu berkata dengan sikap hormat.

"Ciangkun, maafkan sikap kami tadi karena tidak mengenalmu. Baiklah kujelaskan bahwa sebetulnya yang berkepentingan dengan An-hong-cu adalah aku pribadi. Aku mempunyai urusan pribadi yang sangat penting dengan Ang-hong-cu, karena itulah maka aku mencari dia dan kalau Ciangkun tahu di mana dia, tolong memberi tahu kepadaku."

Tadinya Tang Bun An masih menaruh curiga terutama kepada pemuda tinggi besar yang pandai ilmu silat Cin-ling-pai itu, akan tetapi setelah dia teringat kepada Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong sebagai dua orang muda yang berpihak pada golongan sesat, bahkan juga pernah membantu pemberontakan golongan hitam yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo, maka hatinya terasa lega.

Jelas bahwa dua orang semacam Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong itu dapat ditariknya menjadi pembantu atau sekutu yang bisa diandalkan! Ada pun pemuda tinggi besar yang mencari Ang-hong-cu ini, walau pun dia belum mengenalnya, tetapi agaknya dia pun sahabat dua orang muda sesat itu.

"Hemmm, kalau begitu, marilah kita berbicara di dalam. Urusan pribadi tidak sepantasnya dibicarakan diluar."

Karena maklum bahwa kini keadaan mereka bertigalah yang berada di bawah ancaman bahaya kalau sampai mereka menentang, maka tiga orang muda itu lalu mengikuti Tang Bun An memasuki pondok itu. Ang-hong-cu lalu mempersilakan tiga orang tamu itu duduk di ruangan tamu, ada pun dia sendiri memasuki kamarnya. Tak lama kemudian dia keluar kembali dan kini sudah berpakaian sebagai seorang perwira sehingga tiga orang muda itu semakin percaya kepadanya.

“Nah, orang muda. Sekarang kita dapat bicara di sini sehingga tidak ada orang luar yang mendengarkan kita. Katakanlah kenapa engkau mencari Ang-hong-cu, dan urusan pribadi penting apa yang kau miliki terhadap dia. Ceritakan saja terus terang, baru nanti aku akan memberi tahukan di mana adanya Ang-hong-cu yang kau cari-cari itu.”

Cun Sek kini merasa bahwa tidak ada gunanya lagi dia merahasiakan dirinya. Agaknya perwira itu boleh dipercaya, dan tentu dia benar-benar tahu di mana adanya Ang-hong-cu, karena sikapnya terhadap mereka bertiga tidak memusuhi. Kalau memang dia bermaksud buruk, tentu semenjak tadi dia sudah mengerahkan anak buahnya lebih banyak lagi untuk menangkap mereka bertiga.

“Baiklah aku mengaku terus terang saja, Ciangkun. Aku mencari Ang-hong-cu karena dia adalah ayah kandungku. Semenjak kecil aku selalu mencarinya, maka ketika mendengar di sini ada seorang perwira she Tang mengaku putera Ang-hong-cu, aku segera mencari ke sini, ditemani oleh mereka ini."

Biar pun dia terkejut mendengar pengakuan pemuda tinggi besar itu, Tang Bun An tetap bersikap tenang. Dia memang tahu bahwa perbuatannya selama ini sudah membuahkan keturunan di mana-mana, dan tentu saja dia tidak tahu siapa di antara para wanita yang menjadi korbannya, yang kemudian melahirkan seorang keturunan darinya.

Mula-mula muncul Tang Hay atau Hay Hay yang sangat lihai itu, yang mengaku sebagai puteranya. Namun pemuda ini kemudian menjadi musuh besarnya yang paling ditakutinya karena harus diakuinya bahwa selama ini belum pernah dia bertemu tanding sekuat dan selihai Hay Hay.

Kemudian muncul Tang Gun yang juga mengaku sebagai puteranya. Putera ini terpaksa dia korbankan demi mencari kedudukan tinggi bagi dirinya sendiri. Akan tetapi diam-diam dia telah membebaskan puteranya itu dari hukuman buang, dan memberinya bekal.

Tang Gun bukan apa-apa kalau dibandingkan Hay Hay, tidak mempunyai ilmu silat yang tinggi. Akan tetapi kini muncul pemuda ini yang mengaku puteranya pula, dan pemuda ini pun amat lihai, bahkan agaknya menjadi murid Cin-ling-pai, walau pun tingkat kepandaian pemuda ini belum sehebat Hay Hay.

“Orang muda, jangan engkau sembarangan saja mengaku sebagai putera Ang-hong-cu," katanya dengan suara yang tegas dan kaku. "Kalau engkau benar putera Ang-hong-cu, lalu apa buktinya dan apa tandanya?"

Cun Sek cepat menanggalkan kalungnya, kalung dengan mainan seekor kumbang merah, kemudian memperlihatkannya kepada Tang Bun An. "Inilah bukti dan tanda itu, juga nama keturunanku Tang, Tang Cun Sek. Ibuku she Phoa, berasal dari dusun Liok-ciu di Propinsi Shantung. Ibuku ditinggalkan begitu saja oleh Ang-hong-cu setelah dia mengandung. Ibu yang mengatakan kepadaku bahwa ayah kandungku adalah Ang-hong-cu, she Tang, dan benda ini pemberian ayah kandungku. Nah, Ciangkun. Setelah aku dapat memperlihatkan bukti, maka kuharap Ciangkun suka memberitahu di mana adanya Ang-hong-cu."

Tang Bun An menghela napas panjang, lantas memandang kepada tiga orang muda itu. "Semenjak nama besar Ang-hong-cu dikenal di dunia kang-ouw, tak seorang pun pernah dapat melihat wajahnya. Bahkan anak-anaknya sendiri pun tak akan dapat mengenalnya. Hanya aku yang mengetahui rahasianya. Akan tetapi dia sudah memberi tahu kepadaku bahwa dia berencana untuk muncul di dunia kang-ouw dengan terang-terangan sesudah dia mendapatkan sekutu dan kawan-kawan yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Melihat kalian bertiga adalah orang-orang yang memiliki kepandaian, kukira dia akan suka menerima kalian. Akan tetapi, tentu saja aku harus lebih dahulu mendapat kepastian dari kalian apakah kalian akan suka bekerja sama dengan Ang-hong-cu." 

"Bekerja sama dalam hal apa?" Sim Ki Liong bertanya.

"Dia ingin membangun sebuah kekuatan besar untuk menguasai dunia kang-ouw, untuk menundukkan dan menaklukkan perkumpulan-perkumpulan besar di dunia kangouw dan mengangkat diri menjadi bengcu (pemimpin rakyat). Bagaimana pendapat kalian bertiga?"

"Aihhh, kebetulan sekali!" seru Ji Sun Bi girang. “Kami bertiga memang sedang mencari sekutu pula, sesudah perkumpulan kami dihancurkan oleh musuh! Tentu saja aku setuju sekali!"

"Hemm, aku pun setuju untuk bekerja sama asalkan dia bisa menghargai kemampuanku!" kata Sim Ki Liong.

"Aku sendiri dengan senang hati akan membantu Ang-hong-cu, karena sudah sejak kecil aku merindukan ayah kandungku dan aku akan berbahagia sekali kalau dapat membantu ayah!" kataTang Cun Sek.

"Bagus! Kalau begitu nanti malam aku akan memberi tahukan dia, dan akan kubujuk dia agar datang menemui kalian. Sekarang harap kalian beristirahat dulu. Kalian dapat mandi dan beristirahat, kemudian malam nanti kita akan makan malam dan dalam kesempatan itu mungkin sekali Ang-hong-cu akan hadir di tengah-tengah kita."

"Nanti dulu, Ciangkun. Ada satu hal yang membuat kami penasaran. Bagaimana engkau dapat mengenal aku dan Tok-sim Mo-li? Pernahkah kita saling jumpa, dan siapakah nama Ciangkun?" tanya Sim Ki Liong yang merasa penasaran.

Tang Bun An bangkit dan tersenyum. "Nanti saja akan kuceritakan semua." Dia bertepuk tangan dan masuklah lima orang prajurit pengawal.

"Antarkan tiga orang tamu ini ke kamar masing-masing dan layani mereka baik-baik. Nah, sampai jumpa malam nanti di ruangan makan!" katanya kepada tiga orang tamunya lantas dia pun meninggalkan ruangan itu.

Dengan hati penuh pertanyaan maka tiga orang muda itu terpaksa mengikuti para prajurit pengawal yang mengantar mereka ke tiga buah kamar yang terletak di bagian belakang pondok yang ternyata cukup luas itu. Ketika para prajurit itu hendak mengundurkan diri, Ji Sun Bi yang masih merasa penasaran cepat memegang lengan seorang di antara mereka dan tersenyum manis kepadanya.

"Sobat yang tampan, tolong beritahu, siapa sih namanya komandanmu tadi?"

Sejenak prajurit itu memandang wajah yang cantik itu dengan penuh rasa kagum dan bibir tersenyum, akan tetapi sikapnya langsung berubah tegas dan dia pun berkata, "Bagi kami beliau adalah Ciangkun dan kami tidak mengetahui nama lain." Setelah berkata demikian dia membalikkan tubuh dan pergi dari situ.

Memang Tang Bun An sudah memesan kepada semua anak buahnya supaya mereka itu tidak pernah menyebut namanya dan merahasiakan dirinya. Perintah ini disertai ancaman hukuman berat.

"Sialan!" gerutu Ji Sun Bi kepada dua orang temannya. "Kalau tidak ingat urusan Cun Sek tentu sudah kubekuk prajurit tadi dan kupaksa dia mengakui siapa nama komandannya! Aku merasa seperti anak kecil dipermainkan saja."

"Sabarlah, Mo-li. Bukankah kita memang berniat untuk mencari sekutu yang kuat agar kita dapat bangkit kembali? Kalau memang Ang-hong-cu menghendaki semua rahasia ini, apa salahnya? Dan aku melihat bahwa memang dia telah memiliki kedudukan yang kuat," kata Sim Ki Liong.

"Bagaimana engkau bisa tahu?" kata Tang Cun Sek.

"Lihat saja. Dia sudah dapat mempengaruhi ciangkun itu untuk bekerja sama dengan dia! Dan nampaknya perwira itu benar-benar taat kepadanya! Memiliki perwira kerajaan yang mengepalai ribuan orang prajurit pengawal, itu sudah hebat namanya! Agaknya aku akan suka sekali bekerja sama dengan Ang-hong-cu."

Mereka pun tidak akan menanti terlalu lama karena hari sudah sore. Dan mereka dilayani dengan amat baik. Para prajurit pelayan itu menyediakan air cukup banyak untuk mandi, juga air teh dan arak.

Setelah hari menjadi gelap, tibalah saat yang amat ditunggu-tunggu oleh mereka bertiga, terutama sekali oleh Cun Sek. Pemuda ini sudah ingin sekali dapat bertemu dengan ayah kandungnya yang namanya amat tersohor di dunia kang-ouw itu. Seorang prajurit datang memberi tahu bahwa mereka diundang ke ruangan makan untuk makan malam.

Karena maklum bahwa prajurit di sana memang diharuskan menutup mulut, tanpa banyak bertanya lagi mereka bertiga mengikuti prajurit itu memasuki sebuah ruangan makan yang cukup besar. Di situ ada sebuah meja makan bundar besar yang dikelilingi delapan buah bangku, namun tidak nampak ada orang di situ. Prajurit itu lantas mempersilakan mereka bertiga duduk menghadapi meja makan itu.

Sesudah prajurit itu pergi, tidak lama kemudian perwira tua yang menjadi tuan rumah itu memasuki ruangan makan dengan wajah berseri.

"Selamat malam!" katanya gembira. "Apakah kalian mendapatkan pelayanan yang cukup baik?"

"Terima kasih, Ciangkun," kata Cun Sek. "Akan tetapi, mana dia yang bernama Ang-ong-cu...?

"Ha-ha-ha, engkau nampaknya tidak sabar benar untuk dapat bertemu dengan ayahmu, orang muda. Aku sudah menyampaikan keinginan kalian untuk bertemu dengan dia, juga telah kusampaikan bahwa kalian bertiga suka untuk membantu dia sebagai seorang calon bengcu. Akan tetapi dia minta agar kalian suka bersumpah setia lebih dahulu sebelum dia muncul. Karena itu kuharap kalian suka mengucapkan sumpah itu di hadapanku sebagai wakilnya. Bagaimana pendapat kalian?"

Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi adalah seorang wanita iblis, seorang tokoh kaum sesat yang tidak pantang melakukan kejahatan macam apa pun. Juga tidak pantang untuk mengucapkan sumpah palsu! Maka dia pun sama sekali tak merasa keberatan karena baginya, sumpah dapat saja setiap saat dilanggar, seperti juga janji.

Melihat Ji Sun Bi mengangguk setuju, Sim Ki Liong yang pengalamannya belum begitu banyak juga mengangguk. Bagi Tang Cun Sek, tentu saja sama sekali tidak berkeberatan untuk bersumpah setia kepada ayah kandungnya sendiri. Dengan petunjuk Tang Bun An, mereka lalu bersumpah, seorang demi seorang.

"Aku bersumpah bahwa aku akan taat dan setia kepada Ang-hong-cu, juga membantu dia sebagai bengcu. Kalau aku melanggar sumpahku ini, biarlah aku mati di ujung pedang.”

Sesudah mereka bersumpah seorang demi seorang, Tang Bun An tertawa, kemudian dia mempersilakan mereka bertiga untuk duduk.

"Sekarang kalian duduklah dengan tenang. Aku akan mengundang Ang-hong-cu datang ke sini!"

Tiga orang itu tentu saja merasa tegang sekali dan mereka mengikuti tuan rumah dengan pandang mata mereka. Tang Bun An menghilang ke ruangan lain sebelah dalam dan ada sepuluh menit lamanya tiga orang tamu itu menunggu dengan jantung berdebar. Seperti apakah gerangan orang yang berjuluk Ang-hong-cu itu?

Ji Sun Bi sendiri yang sudah memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw, yang hampir mengenal seluruh tokoh kang-ouw, harus mengakui bahwa dia sendiri juga baru mengenal nama Ang-hong-cu saja, belum pernah melihat orangnya. Seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang sangat lihai dan juga licik bukan kepalang sehingga para pendekar pun tidak pernah mampu memegang ekornya, tidak seorang pun pernah dapat melihat mukanya. Dan kini, tokoh besar itu akan muncul dan memperkenalkan diri kepada mereka!

Akhirnya muncullah seorang lelaki dari ruangan sebelah dalam itu. Dia melangkah keluar dengan sikap tenang sekali, dan setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari pandang mata tiga orang muda itu.

Dia seorang pria yang usianya lima puluh tahun lebih, tubuhnya sedang dan tegak, agak besar di bagian dada sehingga nampak gagah. Wajahnya yang dihias kumis dan jenggot yang terpelihara rapi itu terlihat tampan, sepasang matanya mencorong dan berseri-seri, mulutnya terhias senyum mengejek. Pakaiannya rapi, dengan rompi sutera.

Pendeknya laki-laki setengah tua ini amat menarik dan sama sekali tidak terlihat sebagai seorang penjahat yang menakutkan, bahkan sebaliknya dia pantas menjadi seorang pria terpelajar dan hartawan yang penampilannya pasti akan menarik hati banyak wanita!

Kalau Tang Cun Sek memandangnya dengan mata terbelalak dan ragu apakah benar pria ini Anghong-cu, ayah kandung yang sejak kecil dirindukannya, sebaliknya Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main sehingga mereka telah bangkit berdiri dari tempat duduk mereka.

"Aku... aku pernah melihatnya... kita sudah pernah saling bertemu...," kata Sim Ki Liong yang lupa-lupa ingat sambil mengamati wajah itu.

"Tentu saja!" kata Ji Sun Bi. "Bukankah engkau ini Han Lojin?"

"Benar! Han Lojin...!” Kini Sim Ki Liong teringat akan semua peristiwa yang terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu.

Ketika itu dia membantu Lam-hai Giam-lo yang menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan muncullah orang ini, yang pada waktu itu mengenakan pakaian orang suku Hui, menunjukkan kepandaian untuk membantu gerakan Lam-hai Giam-lo. Orang itu memang lihai sekali dan dia mengaku bernama Han Lojin. Akan tetapi kemudian ternyata dia malah mengkhianati Lam-hai Giam-lo karena dia memihak pemerintah.

"Han Lojin! Jadi engkau inikah Ang-hong-cu...?” Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi berseru, masih terheran-heran.

"Tok-sim Mo-li, matamu benar-benar tajam dan ingatanmu kuat sekali. Aku memang Han Lojin yang dahulu pernah kalian lihat itu. Dan untuk pertama kali selama hidupku, kini di hadapan kalian aku mengaku bahwa akulah Ang-hong-cu!" Suara orang itu tenang sekali, agak dalam dengan logat barat dan agak asing seperti cara bicara orang Hui.

"Tapi… tapi… benarkah engkau adalah Ang-hong-cu? Benarkah engkau ini adalah ayah kandungku...?” Tang Cun Sek bertanya, tentu saja penuh keraguan karena bagaimana dia dapat yakin bahwa pria ini benar ayah kandungnya?

Han Lojin tersenyum lebar. Matanya terpicing ketika dia tersenyum lebar. "Engkau yang bernama Tang Cun Sek? Engkau masih meragukan bahwa aku Ang-hong-cu? Nah, kau lihat ini!"

Dia mengeluarkan seuntai kalung dari untaian benda-benda perhiasan yang persis seperti sebuah yang dimiliki pemuda itu. Lebih dari tiga puluh buah perhiasan tawon terikat pada tali itu. Melihat ini, lenyaplah keraguan dari hati Cun Sek dan dia pun segera menjatuhkan diri berlutut menghadap ayahnya.

"Ayah... !" katanya sambil memberi hormat.

Han Lojin masih tersenyum, walau pun senyumnya mengandung keharuan. Baru sekali ini dia merasakan diberi hormat oleh seorang anak, diakui sebagai ayah! Anak yang pertama kali dijumpainya adalah Tang Hay, akan tetapi anak itu malah memusuhinya dan nyaris saja membunuhnya!

"Duduklah, Cun Sek. Dan sekarang, setelah aku menerima kalian bertiga sebagai sekutu dan pembantuku seperti yang sudah kalian sumpahkan di hadapan perwira tadi, aku ingin tahu bagaimana engkau dapat memainkan ilmu-ilmu silat dari Cin-ling-pai, Cun Sek. Apa hubunganmu dengan Cin-ling-pai?"

"Ayah, selama bertahun-tahun aku menjadi murid Cin-ling-pai. Sesudah gagal menguasai kedudukan ketua Cin-ling-pai karena dikalahkan oleh Cia Kui Hong, maka aku kemudian meninggalkan Cin-ling-pai. Aku bertemu dengan Tok-sim Mo-Li Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong yang menjadi pangcu (ketua) dari Kim-lian-pang, lalu aku membantu mereka. Akan tetapi perkumpulan kami dIkeroyok oleh banyak perkumpulan lain sehingga kami terpaksa melarikan diri...”

“Apa?! Kalian bertiga bergabung tetapi masih dapat dikalahkan perkumpulan lain?" tanya Han Lojin dengan heran.

"Pasti kami tidak akan kalah kalau tidak muncul dua orang jahanam itu!" kata Sim Ki Liong marah. "Pek Han Siong dan Hay Hay itu!"

“Ahhh…!” Han Lojin berseru kaget. "Kiranya mereka? Jangan khawatir, setelah kini kalian bergabung dengan kami, maka kita bersama akan sanggup melawan siapa pun juga dan menghancurkan musuh-musuh yang berani mengganggu kita!"

"Akan tetapi, Han Lojin…" Sim Ki Liong berkata akan tetapi ucapannya dipotong dengan cepat dan galak oleh Han Lojin.

"Jangan sebut aku dengan nama samaran itu! Mulai sekarang juga kalian harus menyebut bengcu kepadaku. Engkau juga, Cun Sek!" ucapannya itu berwibawa sekali sehingga Cun Sek sendiri terpaksa menunduk, meski pun hatinya tersinggung karena sebagai putera dia tidak diperbolehkan menyebut ayah.

"Baiklah, Bengcu. Aku ingin bertanya, di mana adanya perwira tadi? Dia adalah seorang pembantumu yang utama, bukan? Kenapa tidak disuruh hadir di sini?"

"Nanti dulu. Nanti akan kupanggil dia ke sini. Akan tetapi sebagai bengcu kalian, aku ingin mendengar riwayat kalian masing-masing. Aku sudah mendengar bahwa Cun Sek adalah seorang murid Cin-ling-pai yang pandai sehingga dia bisa kuandalkan. Tetapi bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li dan engkau pula, Sim Ki Liong? Pada waktu aku berada di antara para pembantu Lam-hai Giam-lo dahulu itu, aku hanya mendengar bahwa Ki Liong adalah seorang murid dari Pendekar Sadis. Benarkah itu? Dan kenapa pula engkau pergi meninggalkan Pulau Teratai Merah?"

Ki Liong segera menjawab sejujurnya. "Memang benar bahwa aku adalah murid Pendekar Sadis dari Pulau Teratai Merah. Akan tetapi gara-gara Cia Kui Hong, cucu dari suhu dan subo-ku, maka terpaksa aku melarikan diri dari Pulau Teratai Merah tanpa pamit." Lalu dia melanjutkan setelah menarik napas panjang. "Aku minggat dari sana, di samping hendak meluaskan pengalaman, mencari kedudukan yang baik, juga untuk mencari musuh besar yang telah membunuh ayahku. Musuh besarku itu adalah Siangkoan Ci Kang."

Tang Bun An atau Han Lojin atau Ang-hong-cu memang seorang tokoh sesat yang hanya dikenal namanya namun tidak ada orang yang mengenal wajahnya. Akan tetapi sebagai seorang tokoh kang-ouw yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia kang-ouw, dia mengenal hampir semua tokoh persilatan yang terkenal. Maka dia pun sangat terkejut ketika mendengar nama Siangkoan Ci Kang.

"Bukankah Siangkoan Ci Kang ini adalah seorang tokoh Siauw-lim-pai yang dahulu ketika muda terkenal sebagai putera Si Iblis Buta Siangkoan Lojin? Dan yang sekarang menjadi seorang tokoh rahasia yang lengan kirinya buntung?"

"Benar sekali... Bengcu. Apakah tahu dimana dia?” tanya Sim Ki Liong penuh gairah.

Han Lojin tersenyum. “Tenanglah, orang muda. Sesudah kita bekerja sama dan memiliki pengaruh yang luas, apa sulitnya mencari seorang Siangkoan Ci Kang? Sabarlah, musuh besarmu itu pasti akan dapat kami temukan dan dapat kau bunuh dengan bantuan kami. Senang hatiku bisa mendapatkan bantuan seorang murid Pendekar Sadis! Engkau sama pentingnya dengan Cun Sek. Dan bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li? Aku sudah tahu akan kelihaianmu, akan tetapi aku belum tahu latar belakangmu. Engkau datang dari perguruan mana dan siapa pula gurumu?”

“Mendiang guruku adalah Min-san Mo-ko dan selain dari dia, aku pun mempelajari banyak macam ilmu silat. Walau pun belum tentu aku dapat menandingi Sim Ki Liong atau Tang Cun Sek, akan tetapi sepasang pedangku juga jarang menemui tanding, dan di samping itu aku mempunyai kenalan dan hubungan dengan hampir seluruh tokoh kang-ouw.”

"Murid Min-san Mo-ko? Bukankah Min-san Mo-ko adalah murid mendiang See Kwi Ong? Bagus, engkau juga dapat menjadi pembantuku yang bisa diandalkan. Senang sekali aku menerima kalian bertiga menjadi pembantu-pembantu utamaku!"

Han Lojin tertawa senang sekali. Tentu saja hatinya senang bukan main karena tiga orang muda yang tadinya dicurigai sebagai musuh, kiranya bahkan menjadi para pembantunya yang tangguh, apa lagi seorang di antaranya adalah putera kandungnya sendiri!

"Bengcu, aku ingin mengulangi pertanyaanku tadi. Di mana adanya ciangkun tadi? Kami pun ingin mengenalnya dan mengetahui kedudukannya di istana. Bukankah dia seorang perwira tinggi pasukan pengawal di istana? Kedudukan itu penting sekali, maka kami ingin berkenalan dengan dia," kata Sim Ki Liong.

"Ha-ha-ha, kalian ingin bertemu dengan dia? Baiklah, akan kupanggil dia ke sini!"

Han Lojin bangkit berdiri, lantas dengan cepat sekali kedua tangannya bergerak ke arah mukanya sendiri. Ketika kedua tangannya turun kembali, maka lenyaplah wajah Han Lojin yang terhias kumis dan jenggot tadi. Wajah itu berubah menjadi wajah yang gagah dan tampan, licin bersih tanpa kumis dan jenggot. Wajah Perwira Tang Bun An!

Dan kembali kedua tangan itu bergerak ke arah tubuhnya. Terbukalah pakaian sutera itu dan kini yang membungkus tubuh itu adalah pakaian seragam perwira yang mentereng! Pantas saja tubuh itu tadi nampak besar dan lebih gemuk, ternyata berpakaian rangkap! Melihat betapa tiga orang muda itu menjadi bengong, Tang Bun An tertawa bergelak.

"Ternyata Ang-hong-cu adalah Han Lojin dan juga Perwira Tang Bun An!" Sim Ki Liong berseru penuh kagum.

"Ayah… ehh, Bengcu, engkau sungguh hebat bukan main!" Cun Sek bangga akan ayah kandungnya yang bukan saja amat lihai, akan tetapi juga ternyata seorang perwira tinggi pasukan pengawal dan seorang yang amat pandai menyamar sehingga dia sendiri dapat dikelabui!

“Bukan main! Ternyata wajah Han Lojin hanyalah wajah samaran. Hebat, mataku seperti menjadi buta, sama sekali tidak tahu akan penyamaran itu. Aku tidak akan terkejut kalau wajah Perwira Tang Bun An yang sekarang pun hanya merupakan kedok penyamaran yang lain!” kata Ji Sun Bi penuh kagum. “Kini aku mengerti mengapa wajah Ang-hong-cu tak pernah dapat dikenal. Kiranya seorang ahli menyamar yang mempunyai seribu muka!”

Sungguh senang dan bangga hati Tang Bun An mendengar semua pujian yang dia tahu bukan sekedar pujian menjilat belaka. Tiga orang muda ini adalah orang-orang muda yang memiliki ilmu silat tinggi, dan kalau mereka memuji, maka pujian itu keluar dari hati yang kagum.

Dia tertawa lagi, sekarang suara ketawanya keras bergelak, seperti suara ketawa yang biasa dilakukan Tang-ciangkun, suara ketawanya yang wajar dan tidak dibuat-buat karena sebagai Perwira Tang dia tidak lagi menyamar melainkan memperlihatkan kepribadiannya yang asli.

“Ha-ha-ha-ha, syukurlah kalian dapat menghargai ilmu penyamaranku ini. Kadang-kadang ilmu ini sangat berguna. Ketahuilah, sesudah aku menjadi setua sekarang, aku tidak ingin lagi bertualang seperti dahulu. Aku ingin kembali menjadi diriku sendiri, dan karena itu aku mulai memikirkan kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang besar. Cita-cita itu kurintis dengan menjadi seorang perwira pasukan pengawal dan berjasa kepada kaisar sehingga aku dipercaya. Baru sekarang inilah Ang-hong-cu Tang Bun An memperlihatkan wajahnya yang asli dan memperkenalkan diri kepada kalian. Akan tetapi kedudukan sebagai perwira ini hanya sementara saja. Aku mulai merasa jemu, dan juga kedudukan ini tidak memberi kekuasaan seperti yang kuharapkan. Lagi pula kedudukanku yang sekarang ini pun goyah gara-gara seorang gadis dan keadaanku bahkan dalam bahaya. Kedudukan ini sewaktu-waktu dapat kutinggalkan. Karena itulah maka aku ingin menyusun kekuatan dan dengan bantuan kalian, kita akan membangun suatu kekuatan di dunia kang-ouw, menundukkan semua kekuatan lain."

"Memberontak…?" tanya Sim Ki Liong sambil mengerutkan alis. Pemuda ini tidak setuju kalau dibawa ke pemberontakan karena dia pernah melihat kegagalan para pemberontak.

Ang-hong-cu menggeleng kepalanya. "Aku bukan orang bodoh macam Lam-hai Giam-lo dan tokoh kang-ouw yang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Tidak, aku bukan seorang pemberontak, bahkan aku membenci kaum pemberontak! Aku ingin menjadi raja di antara para tokoh kang-ouw! Aku tak ingin menyaingi kaisar. Bodoh sekali bila melawan kerajaan yang memiliki ratusan ribu prajurit! Aku ingin menundukkan semua perkumpulan persilatan, ingin menundukkan semua tokoh dunia kang-ouw sehingga aku menjadi Bengcu yang menguasai dunia kangouw. Dan terhadap para pejabat tinggi, aku ingin bersahabat dengan mereka. Bagaimana pendapat kalian?"

"Itu bagus sekali. Aku setuju, Bengcu! Dan aku... siap melaksanakan apa-saja yang kau perintahkan kepadaku!" kata Ji Sun Bi sambil memainkan matanya dan memandang genit disertai senyum memikat kepada perwira tinggi itu.

Melihat ini Tang Bun An tersenyum, menyembunyikan kemuakan hatinya. Dia pembenci wanita, apa lagi yang genit. Jika dia memperkosa banyak wanita, hal itu dilakukan bukan hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya, tetapi juga untuk membalas dendam kepada para wanita!

"Awas engkau, Tok-sim Mo-Ii. Aku bukan laki-Iaki biasa yang mudah saja kau rayu! Kalau engkau hendak taat kepadaku, maka haruslah merupakan ketaatan seorang pembantu terhadap pemimpinnya. Karena aku tidak akan tunduk oleh rayuan dan kecantikan wanita. Kalau engkau banyak tingkah dan tidak setia, nyawamu tidak akan tertolong lagi!"

Ji Sun Bi mati kutu. Ia menundukkan mukanya. "Akan kuperhatikan dan kutaati pesanmu, Bengcu."

"Bagus! Nah mulai sekarang kalian bertiga tinggallah di sini dahulu. Ki Liong dan Cun Sek bersiap-siap di sini, menunggu perintahku selanjutnya. Dan engkau, Ji Sun Bi, lakukanlah tugas pertamamu, yaitu kau hubungi tokoh-tokoh kang-ouw di sekitar kota raja ini dan beri tahukan kepada mereka bahwa Ang-hong-cu minta agar mereka semua suka menghadiri undangannya untuk berkumpul di bukit ini pada malam terang bulan, bulan depan, kurang satu setengah bulan lagi. Katakan bahwa kalau undangan atau katakanlah perintahku ini tidak ditaati, mereka yang membangkang akan dihajar! Bahkan engkau kuberi kekuasaan untuk menghajar mereka yang sudah lebih dulu menolak undanganku itu. Mengerti?"

"Baik, Bengcu, akan kulaksanakan perintahmu," kata Ji Sun Bi.

Ang-hong-cu mengeluarkan sebuah kantung kecil dan melemparkannya kepada wanita itu yang cepat menyambarkannya.

"Ini untuk keperluan perjalanan. Kalau membutuhkan lagi, sampaikan saja pesanmu lewat para penjaga di pondok ini."

Demikianlah, mulai hari itu juga tiga orang muda ini sudah menjadi pembantu utama dari Ang-hong-cu. Semua pihak merasa senang. Ang-hong-cu Tang Bun An tentu saja girang bukan main mendapat tiga orang pembantu yang boleh diandalkan, sedangkan tiga orang muda itu pun merasa gembira karena mereka yakin bahwa dengan pimpinan Ang-hong-cu, mereka akan dapat menguasai dunia kang-ouw dan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan mulia. Bahkan dengan bantuan Ang-hong-cu mereka mengharapkan akan dapat membalas dendam terhadap para pendekar yang pernah merugikan mereka…..

********************
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar