Pendekar Mata Keranjang Jilid 69

"Kui Hong, apakah engkau pernah melihat sendiri setan itu?"

Kui Hong menggeleng kepala menyangkal.

"Kalau belum pernah melihat sendiri, bagaimana engkau bisa percaya adanya setan?"

"Hay Hay, banyak hal-hal yang gaib di dunia ini, yang tak dapat dilihat namun toh ada dan keberadaannya harus dipercaya. Siapa dapat melihat adanya angin? Siapa dapat melihat adanya nyawa? Siapa yang dapat melihat adanya Tuhan? Akan tetapi kita toh percaya. Aku percaya akan adanya setan dan iblis seperti yang didongengkan orang."

Hay Hay mengangguk. "Memang, di dalam ilmu sihir juga ada ilmu yang dinamakan ilmu hitam, yang kekuatannya berpangkal kepada kepercayaan dan pemujaan setan dan iblis. Seperti juga kepercayaan terhadap Tuhan, walau pun tak dapat dilihat, namun kekuasaan Tuhan dapat kita lihat di mana-mana, bahkan di dalam detak jantung kita sendiri, di dalam pertumbuhan kuku dan rambut dan dalam seluruh kehidupan diri kita. Kalau Tuhan adalah sumber segala kebenaran dan kebaikan, maka sebaliknya setan itu adalah sumber segala kejahatan. Aku sendiri ingin sekali melihat setan dengan mata kepala, namun tak pernah berhasil..."

"Ihh... sudahlah, Hay Hay, jangan bicara tentang setan dan iblis di waktu seperti ini. Lihat, bulan mulai muncul dan bayangan-bayangan pohon itu sungguh menyeramkan!" Kembali Kui Hong nampak ketakutan dan diam-diam gadis ini merasa beruntung sekali malam itu ada Hay Hay yang menemaninya. Dia menambahkan kayu pada api unggun sehingga api membesar.

"Sekarang aku mau tidur, tubuhku masih terasa lelah bukan main," katanya dan dia pun merebahkan diri miring di bawah pohon itu berbantal tangan.

"Engkau tidurlah, biar aku yang berjaga. Tidurlah dengan tenang dan nyenyak dan jangan takut akan diganggu setan..."

Tiba-tiba saja Kui Hong menahan jeritnya, lantas meloncat duduk dengan mata terbelalak memandang ke sebelah kirinya.

"Kui Hong! Ada apakah?" tanya Hay Hay dan dia pun menoleh.

Dia pun terbelalak karena melihat asap hitam mengepul dan di tengah asap itu muncullah bentuk yang sangat menyeramkan, seorang manusia mirip raksasa, bertubuh tinggi besar, mukanya hitam arang, matanya lebar melotot hidungnya besar dan mulutnya bertaring! Pendeknya, yang muncul dari dalam asap hitam itu bukan bentuk manusia umum, namun wujud yang biasanya dimiliki setan di dalam dongeng!

Kui Hong yang tadinya terkejut sekali, kini tiba-tiba meloncat ke arah bayangan raksasa itu dan dia menyerang dengan pukulan dahsyat. Akan tetapi gadis itu menahan pekiknya ketika tangannya ternyata tembus saja seolah-olah dia memukul bayangan! Dan ‘raksasa’ itu tertawa bergelak, nampak giginya yang besar-besar dan lidahnya terjulur panjang! Kui Hong menjadi pucat dan kini ia tidak meragukan lagi bahwa yang diserangnya itu sudah pasti setan! Bukan manusia biasa.

"Kui Hong, mundurlah dan biarkan aku yang menghadapinya," terdengar suara Hay Hay di belakangnya.

Kui Hong cepat melompat ke arah Hay Hay dan dengan tubuh gemetar dia ikut duduk di atas rumput dekat Hay Hay karena pemuda itu pun masih duduk seperti tadi. Saking ngeri dan takutnya, tanpa disadarinya Kui Hong duduk merapat dan merangkul leher pemuda itu, seolah-olah meminta perlindungan.

"Aku... aku takut...," bisiknya dan suaranya juga gemetar.

Api unggun kini mulai padam karena tidak ditambah kayu, akan tetapi bulan telah muncul sehingga cuaca cukup terang, akan tetapi penerangan redup yang menambah keseraman suasana. Kini suara ketawa terdengar semakin ramai dan dengan muka pucat serta mata terbelalak Kui Hong melihat bahwa sekarang, bersama dengan mengepulnya asap hitam, muncul pula empat sosok bayangan lain yang kesemuanya merupakan makhluk-makhluk mengerikan yang mengepung mereka dari depan dengan barisan setengah lingkaran.

Kui Hong merasa semakin takut hingga di luar kesadarannya kedua lengannya merangkul pundak dan leher Hay Hay, seperti seorang anak kecil yang sangat ketakutan dan minta perlindungan dalam dekapan ibunya.

"Tenanglah, Kui Hong, itu hanya permainan kanak-kanak!" bisik Hay Hay.

Padahal di dalam hatinya pemuda ini juga sangat terkejut karena maklum bahwa dia kini sedang berhadapan dengan orang-orang yang memiliki kekuatan sihir yang sangat kuat. Bayangan-bayangan menyeramkan itu adalah jadi-jadian atau wujud yang muncul karena kekuatan sihir ilmu hitam!

Hay Hay mengerahkan kekuatan batinnya, tangannya mengambil tanah di bawah rumput, kemudian menujukan pandang matanya ke arah lima sosok bayangan setan yang sangat menyeramkan itu. Bayangan-bayangan itu masih mengeluarkan suara ketawa yang tidak seperti suara manusia.

"Kalian datang dari tiada, kembalilah kepada tiada!" serunya dan tangannya melontarkan tanah ke arah bayangan-bayangan itu.

Tanah itu melayang berpencar lebar kemudian mengenai lima sosok bayangan. Terdengar pekik-pekik mengerikan dan lima sosok bayangan setan itu menghilang, berubah menjadi asap hitam dan sekarang lima gumpal asap itu menjadi satu, hitam dan tebal bergerak perlahan, membentuk sosok bayangan yang amat panjang dan ternyata berubah menjadi seekor naga hitam yang amat mengerikan!

"Ihhh...!" Kui Hong menggigil ketakutan.

Dara ini adalah seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, berilmu tinggi dan memiliki keberanian menghadapi lawan yang bagaimana pun juga. Akan tetapi karena sebelumnya tadi dia sudah merasa ngeri ketika berbicara mengenai setan dengan Hay Hay, maka kini dia kehilangan ketabahannya dan merasa takut bukan kepalang begitu muncul apa yang disangkanya setan benar-benar.

Dia menganggap bahwa semua ilmu silatnya tak ada artinya sama sekali untuk melawan setan, dan kemunculan bentuk-bentuk yang menyeramkan itu menambah rasa takutnya. Apa lagi tadi dia sudah sempat mencoba, ketika memukul tangannya tembus saja tanpa ada pengaruh sedikit pun kepada bayangan-bayangan itu. Sekarang rasa takut membuat wajahnya pucat, kepalanya pening dan tubuhnya lemas seakan-akan seluruh tenaganya lenyap meninggalkan tubuhnya.

Melihat betapa Kui Hong ketakutan, Hay Hay merasa mendongkol juga kepada lima orang yang tengah mengganggu mereka dengan ilmu hitam. Maka dia pun mengerahkan semua tenaganya, sebab lima orang itu dengan mempersatukan kekuatan sihir mereka sekarang telah membentuk bayangan seekor naga hitam.

Seperti yang pernah dia pelajari dari Pek-mau San-jin, kembali tangannya mencengkeram segenggam tanah, mulutnya membaca mantra yang artinya ‘Ngo-heng (Lima Unsur Inti) adalah senjataku, Im-yang (Positip Negatip) menjadi perisaiku, kekuasaan Tuhan menjadi peganganku, dan hancurlah semua anasir jahat!

Dia melontarkan tanah itu ke arah bayangan naga yang amat menyeramkan itu, yang kini agaknya hendak menerkam kedua orang muda itu, dengan mata yang bernyala, dengan mulut terbuka sehingga tampak gigi dan lidahnya yang mengeluarkan asap dan terdengar suara geraman dahsyat.

"Darrrrr...!" Terdengar bunyi ledakan, lantas bayangan naga hitam itu pun lenyap berubah menjadi asap hitam, dan kini nampaklah lima orang laki-laki berpakaian pendeta dengan gambar bunga teratai pada jubah bagian dada mereka.

Lima orang itu kelihatan marah sekali dan dengan cepat mereka menerjang ke arah Hay Hay dengan gaya masing-masing. Ada yang menubruk seperti seekor harimau menubruk kambing, ada yang menghantamkan kedua tangannya ke arah kepala Hay Hay, ada pula yang melakukan tendangan kilat, dan ada pula yang mempergunakan tenaga dalam untuk menghantamkan kedua telapak tangan ke arah pemuda itu. Gerakan mereka itu dilakukan secara berbareng, dan agaknya memang disengaja supaya pemuda itu tidak lagi mampu menghindarkan diri dari pengeroyokan itu.

Akan tetapi mereka terlalu memandang rendah pada pemuda sederhana ini. Pengalaman mereka tadi saja, pada saat mereka menggabungkan kekuatan sihir tetapi dengan mudah bisa dibikin hancur oleh Hay Hay, mestinya telah memperingatkan mereka bahwa mereka menghadapi seorang pemuda yang sangat lihai. Namun agaknya mereka memang bandel dan belum mengaku kalah.

Kui Hong masih ketakutan, tubuhnya lemas sehingga dia hanya bersandar kepada Hay Hay. Dia masih bingung dan masih menganggap bahwa lima orang itu adalah setan-setan atau para siluman yang menyeramkan, yang tidak dapat dilawan dengan ilmu silat. Sebab itu, melihat betapa mereka kini menerjang Hay Hay, dia pun hanya menonton saja dengan tubuh masih gemetar.

Begitu melihat serangan mereka, Hay Hay yang waspada sudah dapat mengukur tenaga mereka, maka dia pun masih tetap duduk saja. Untuk menghadapi serangan mereka itu, dia menyambutnya dengan dorongan dua tangannya, dengan telapak tangan menghadap ke depan.

"Haiiittttt...!" Pemuda itu membentak dan suaranya mengandung khikang yang amat kuat, sedangkan dari kedua telapak tangannya menyambar hawa pukulan dahsyat menyambut serangan lima orang itu.

Terdengar teriakan-teriakan keras dan tubuh lima orang itu terjengkang lantas terbanting roboh! Mereka terkejut bukan main, baru menyadari bahwa mereka berhadapan dengan orang yang mempunyai tingkat kepandaian yang jauh lebih tinggi dari pada mereka, maka tanpa dikomando lagi lima orang itu pun segera berloncatan dan lari menghilang di dalam kegelapan bayangan-bayangan pohon.

Setelah lima orang pendeta Pek-lian-kauw itu pergi, baru Hay Hay dapat memperhatikan keadaan Kui Hong. Gadis itu masih merangkulnya dan dengan tubuh lemas bersandar di tubuhnya, seperti orang yang kehabisan tenaga, dengan tubuh masih agak dingin gemetar seperti seekor kelinci ketakutan yang baru saja terhindar dari terkaman harimau.

"Tenanglah, Kui Hong, kini mereka sudah pergi," kata Hay Hay dengan hati iba. Dia tahu bahwa Kui Hong bukan seorang pengecut atau penakut, akan tetapi pada waktu itu gadis ini sedang dilanda rasa takut dan kengerian terhadap setan yang dia merasa tidak akan mampu melawannya.

Mendengar ucapan Hay Hay itu, Kui Hong menarik napas tanda lega hatinya, akan tetapi ketegangan hatinya masih belum lenyap sehingga dia masih menyandarkan kepalanya di pundak Hay Hay dan untuk melepaskan ketegangan hatinya, dia lalu memejamkan kedua matanya.

"Aku... aku tadi takut sekali...," desahnya.

Hay Hay tersenyum dan menunduk. Dilihatnya wajah yang manis itu masih pucat, bahkan nampak lebih pucat karena sinar bulan memang sudah membuat suasana nampak makin pucat. Rambut itu terurai dan nampak leher yang panjang, kulit leher yang demikian halus seperti lilin, putih mulus dan menantang.

Hay Hay terbayang akan semua pengalamannya. Pertama dengan Ji Sun Bi, kemudian dengan Kok Hui Lian, lantas tergeraklah hatinya, bernyalalah api gairah di dalam dirinya dan bagaikan orang yang tidak sadar, dia pun mendekatkan bibirnya dan pada lain saat dengan lembut mulutnya sudah mencium leher Kui Hong.

Leher itu menegang sesaat, akan tetapi lalu lemas kembali. Kui Hong tetap memejamkan kedua matanya dan napasnya terengah-engah, akan tetapi Hay Hay merasa betapa leher itu menjadi hangat dan lembut. Dia menjadi semakin lupa diri, tenggelam dalam perasaan mesra yang mendalam. Bibirnya mengecup kulit leher itu, ujung lidahnya menjilat-jilat dan Kui Hong mengeluarkan keluhan lirih memanjang dan tubuhnya menggelinjang.

Bibir Hay Hay menciumi leher itu dengan lembut, kemudian ke atas, ke bawah dagu dan ke bawah daun teiinga. Kui Hong mendesah tanpa membuka mata, bahkan ketika mulut Hay Hay bergerak lembut ke atas pipinya dan sampai ke ujung mulutnya, dia menengok, menyambut dan dua mulut itu saling bertemu dalam sebuah ciuman yang mesra. Rintihan halus terdengar dari leher Kui Hong.

Ketika Hay Hay merasa betapa mulut yang panas dan basah itu menyambutnya seperti bunga merekah, dia amat terkejut kemudian cepat melepaskan ciuman dan rangkulannya. Napasnya terengah-engah, berpacu dengan napas Kui Hong yang juga memburu.

Pada saat Hay Hay melepaskan dekapannya, Kui Hong seperti baru sadar dan keduanya bagai tersentak kaget kemudian saling menjauhi. Kui Hong terbelalak, mukanya sebentar pucat sebentar merah, sedangkan Hay Hay merasa menyesal bukan main bahwa dia tadi telah lupa diri.

"Setan kau! Iblis kau! Berani menggodaku!" bentak Hay Hay sambil memukul tanah tiga kali.

"Hay Hay... apa... kenapa...?" Kui Hong berkata gagap karena hatinya masih terguncang hebat oleh peristiwa tadi, sejak munculnya setan-setan itu sampai pengalaman yang amat mengguncang hatinya, ketika kemesraan menenggelamkannya, pengalaman yang selama hidupnya baru sekali ini pernah dirasakannya dan yang membuatnya bingung.

Hay Hay cepat menghadapi gadis itu. "Ahhh, Kui Hong, kau… kau maafkanlah aku, kau ampunkanlah aku... aku tadi telah tergoda setan! Benar-benar setan dan iblis sendiri yang telah menggodaku, menggoda kita sehingga kita... kita lupa diri..."

Kui Hong memandang dengan muka merah karena merasa malu dan canggung, dengan sinar mata bingung tidak mengerti. "Akan tetapi... apa salahnya... kalau kita... kita saling mencinta... apa salahnya...?"

Hay Hay merasa terharu dan juga terkejut. Terharu karena gadis ini benar-benar polos dan jujur, masih bersih dan suci, dan dia yang telah menodai kebersihan batin gadis itu! Juga dia terkejut mendengar ucapan Kui Hong yang jelas menyatakan gadis itu mencintanya! Pernyataan bahwa mereka saling mencinta itu saja sudah cukup jelas membuktikan kalau gadis itu cinta padanya dan mengira bahwa dia pun cinta pada Kui Hong!

Akan tetapi dia tidak boleh berbohong, tidak boleh menipu gadis yang hebat seperti Kui Hong ini. Memang, alangkah mudahnya menyatakan cinta kepada seorang gadis sehebat Kui Hong, akan tetapi pernyataan itu hanya merupakan suatu kebohongan belaka. Dalam lubuk hatinya dia tidak merasakan adanya cinta seperti yang dimaksudkan Kui Hong, cinta yang akan mendorong pria dan wanita untuk menjadi suami isteri dan hidup bersama untuk selamanya.

Tidak, dia tidak menghendaki itu, dia tak ingin menjadi suami Kui Hong atau suami wanita mana pun juga. Dia suka kepada Kui Hong, kagum dan mungkin mencintanya, akan tetapi bukan cinta untuk kemudian diikat menjadi suami! Bukan pula cinta nafsu karena betapa pun juga, walau pun dia kagum bukan main akan kecantikan gadis ini, dia masih mampu mengatasi kekuasaan nafsu birahinya.

Tanpa berani memandang kepada Kui Hong, Hay Hay yang masih duduk di atas rumput itu menggelengkan kepala dan menarik napas panjang. "Tidak, Kui Hong, aku menyesal sekali... akan tetapi aku... terus terang saja aku… aku tidak mencintamu seperti yang kau maksudkan. Aku kagum padamu, aku suka padamu, bahkan aku pun cinta padamu, akan tetapi bukan cinta untuk kelak menjadi jodohmu, Kui Hong! Aku tak ingin mencinta seperti itu, tidak ingin menjadi suami wanita mana pun, aku... aku..."

Kui Hong telah meloncat berdiri. Mukanya pucat bukan kepalang, matanya terbelalak dan kini beberapa butir air mata mengalir keluar membasahi pipinya. "Kau...! Kau tidak cinta padaku akan tetapi tadi engkau berani menciumku! Aku cinta padamu tapi engkau hanya mempermainkan aku...! Ahh... hu-huh-huhhh... aku benci padamu! Aku benci padamu..." Kui Hong menyambar buntalan pakaiannya, lalu melompat jauh dari tempat itu, membawa pergi isak tangisnya.

"Kui Hong..." Hay Hay memanggil lirih sambil berdiri, akan tetapi gadis itu tidak nampak lagi, hanya lapat-lapat terdengar isaknya dari jauh. Hay Hay tidak mengejarnya, bahkan dia menjatuhkan diri ke atas rumput, lalu menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Kau goblok! Kau tolol sudah membiarkan setan menggodamu!" Dia memaki-maki dirinya sendiri, maklum bahwa dia telah menyinggung perasaan hati Kui Hong, bahkan juga telah menghancurkan cintanya dan sebaliknya menumbuhkan kebencian dalam hati gadis yang dikaguminya itu.

Akhirnya dia tidak peduli lagi dan tak lama kemudian Hay Hay sudah tidur pulas di tempat itu, tanpa api unggun, di bawah sinar bulan dan di dalam hawa yang semakin dingin…..

********************

Jauh dari situ Kui Hong menjatuhkan diri di bawah pohon, lantas dia pun menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk, dan kesedihan menyelimuti seluruh dirinya. Ingin dia membunuh Hay Hay, akan tetapi dua hal tidak memungkinkan hal itu terjadi.

Pertama, dia kalah jauh sehingga tidak akan mungkin dapat memenangkan pertandingan melawan pemuda lihai itu. Ke dua, dia tidak akan tega membunuhnya, karena selain dia telah berhutang budi dan nyawa, juga dia sadar betul bahwa dia telah jatuh cinta kepada Hay Hay.

Ia mencinta pemuda itu sepenuh hatinya. Semua gerak-gerik pemuda itu menyenangkan hatinya dan mendatangkan perasaan kagumnya. Betapa pemuda itu dapat menundukkan musuh-musuh yang lihai, bahkan setan yang mengganggu pada malam itu, secara jantan dan hebat. Betapa dia akan berbahagia berada di samping pemuda itu selama hidupnya.

Akan tetapi kenyataan pahit yang tak dapat ditolak lagi, dengan mulutnya sendiri pemuda itu menyatakan bahwa dia tidak cinta kepadanya! Padahal kalau dia membayangkan apa yang baru saja terjadi, betapa mesranya pemuda itu membelainya dan menciumnya, dia hampir tak mau percaya bahwa Hay Hay tidak cinta padanya. Akan tetapi kenyataannya, dengan mulutnya sendiri pemuda itu mengatakan bahwa dia tidak cinta kepadanya atau wanita lain. Cintanya bukan untuk berjodoh!

Kui Hong menangis dan ingin dia mengamuk, bukan kepada Hay Hay akan tetapi kepada siapa saja. Kalau saja pada saat itu ada musuh di hadapannya, tak peduli manusia atau setan, tentu akan diamuknya. Biar setan-setan itu muncul kembali, sekarang dia tak akan merasa takut. Akan diamuknya sampai membunuh mereka semua atau dia yang dibunuh mereka! Lebih baik lagi karena dia tidak akan menderita sakit hati seperti sekarang ini.

Akhirnya Kui Hong juga dapat tidur di bawah pohon itu, tidak peduli dengan keselamatan dirinya lagi. Akan tetapi, seperti juga Hay Hay, tidurnya gelisah bukan main, kadang kala tersenyum penuh kebahagiaan apa bila dia bermimpi tentang kemesraannya bersama Hay Hay, lalu terganti isak tangis.

Pada keesokan harinya, ketika kicau burung dan kokok ayam hutan membangunkannya, Kui Hong segera meninggalkan tempat itu. Ia hendak pergi ke Pegunungan Yunan, bukan untuk membantu Hay Hay yang hendak menyelidiki ke sana, akan tetapi hendak mencari Ciang Ki Liong, murid murtad dari Pulau Teratai Merah itu. Dan inilah satu-satunya tujuan hidupnya saat ini. Menyeret Ciang Ki Liong, dalam keadaan hidup atau mati, kembali ke Pulau Teratai Merah agar menerima hukuman dari kakek dan neneknya…..!

********************

Bukan watak Hay Hay mau membiarkan diri tenggelam dalam duka. Dia memang merasa menyesal bukan main bahwa dia sempat lupa diri dan membiarkan dirinya hanyut dalam kemesraan, bahkan menyeret Kui Hong hingga gadis itu mengira bahwa dia mencintanya. Kemudian, karena dia tidak membohong atau menipu, biar pun pahit, dia berterus terang dan tentu saja gadis itu tersinggung dan menjadi benci kepadanya.

Hanya sehari dua hari saja dia kelihatan muram dan menyesal, akan tetapi beberapa hari kemudian dia sudah melupakan pengalaman yang tidak enak itu. Dia sudah pulih kembali, menjadi orang yang riang jenaka dan memandang dunia dari segi yang terang benderang. Senyumnya kembali lagi, tidak pernah meninggalkan sudut bibirnya dan matanya kembali bersinar-sinar, wajahnya kembali berseri-seri.

Biarlah yang lewat berlalu sudah, tidak perlu dikenang lagi. Inilah pendiriannya sehingga Hay Hay tidak pernah mau menyimpan semua pengalaman yang lampau, maklum bahwa mengingat kembali hal-hal silam hanya akan mendatangkan sesal dan duka, kecewa dan dendam. Dengan gembira dia melanjutkan perjalanan, menuju selatan, ke Pegunungan Yunan.

Hay Hay tahu bahwa yang mengganggu dia dan Kui Hong tadi malam adalah lima orang pendeta Pek-lian-kauw (Agama Teratai Putih), yang selain memiliki ilmu silat yang cukup lihai juga pandai ilmu sihir sehingga telah membikin takut kepada Kui Hong. Dia berhasil mengusir mereka tanpa perkelahian, hanya dengan mengalahkan ilmu sihir mereka dan hanya satu kali menangkis serangan mereka dengan tenaga saktinya yang jauh lebih kuat dari pada tenaga mereka.

Dia mengira bahwa lima orang pendeta Pek-lian-kauw itu menjadi takut lantas melarikan diri. Dia tidak tahu bahwa peristiwa malam itu sudah membuat orang-orang Pek-lian-kauw menjadi curiga dan waspada kepadanya sehingga kini perjalanannya selalu dibayangi dari jauh.

Mereka melihat seorang lawan yang amat berbahaya pada diri pemuda ini, apa lagi ketika melihat bahwa pemuda itu melakukan perjalanan ke selatan! Kecurigaan mereka semakin besar sesudah mereka tahu bahwa di dalam perjalanannya, ketika melewati sebuah kota pemuda itu mencari keterangan kepada orang-orang di jalan tentang Pegunungan Yunan. Jelaslah bahwa pemuda itu hendak pergi ke Pegunungan Yunan.

Walau pun pemuda itu tidak pernah mengatakan kepada siapa pun juga apa urusannya di Pegunungan Yunan, akan tetapi pihak Pek-lian-kauw sudah bisa menduga bahwa pemuda ini tentu hendak mencari sarang persekutuan mereka! Karena itulah, maka jauh sebelum Hay Hay tiba di perbatasan Pegunungan Yunan, para pimpinan persekutuan kaum sesat itu telah lebih dulu tahu akan keadaan dirinya.

Berdasarkan keterangan yang didapatnya dalam perjalanan, Hay Hay mendengar bahwa yang disebut Dataran Tinggi Yunan adalah daerah di bagian utara Propinsi Yunan yang berbatasan dengan Propinsi Secuan dan Kwi-couw. Di perbatasan itulah terdapat Sungai Cin-sa yang menjadi anak sungai besar Yang-ce-kiang.

Menurut keterangan Menteri Yang Ting Hoo, sarang Lam-hai Giam-lo berada di lembah sungai itu, di antara kedua gunung besar atau Pegunungan Heng-tuan-san di barat dan Pegunungan Tatiang-san di timur, dan pegunungan atau dataran tinggi Yunan itu terapit oleh dua pegunungan ini.

Hay Hay mengambil jalan melewati Propinsi Kwi-couw, dan pada suatu hari tibalah dia di kota Wei-ning. Kota ini terletak di dekat sebuah telaga besar yang disebut Cao-hai (Laut Cao) atau juga Cao-hu (Telaga Cao). Sebuah telaga yang sangat indah, terletak di bagian bawah lereng Pegunungan Wu-meng-san, dekat tapal batas sebelah barat dari Propinsi Kwi-couw, tak berapa jauh lagi dari daerah Yunan sebelah timur.

Karena melihat telaga yang demikian indahnya di dekat kota Wei-ning itu, Hay Hay tidak dapat menahan hatinya untuk tidak berhenti di kota itu dan menikmati keindahan telaga itu selama beberapa hari. Sudah terlalu lama dia melakukan perjalanan melewati gunung-gunung yang tinggi, bukit-bukit yang luas, melalui dusun dan kota, akan tetapi baru sekali ini dia melihat sebuah telaga besar yang airnya kebiruan dan demikian luasnya.

Pantaslah bila Telaga Cao itu kadang-kadang disebut Lautan Cao, karena memang airnya berwarna biru saking dalamnya, mirip air laut. Apa lagi dilihat dari ketinggian sebelum Hay Hay memasuki kota Wei-ning, telaga itu nampak amat indahnya. Banyak pohon tumbuh di sekelilingnya, dan di bagian selatan nampak kelompok pohon cemara yang indah, tumbuh di lereng di tepi telaga.

Rumah-rumah para penduduk kampung berada di sebelah barat dan utara, sedangkan di bagian timur telaga itu adalah kota Wei-ning. Penghuni perkampungan di sekitar telaga itu pada umumnya adalah para petani dan nelayan karena telaga itu selain dapat mengairi sawah sehingga para petani dapat menanam bermacam tanaman sepanjang tahun, juga telaga itu sendiri mengandung ikan yang seakan-akan tiada habisnya biar pun setiap hari dikail dan dijala oleh para nelayan.

Nampak burung camar beterbangan di permukaan air telaga, kadang-kadang menyambar turun dan pada saat melayang naik kembali, paruh mereka telah menangkap seekor ikan. Riuh rendah suara mereka, seperti sedang bekerja mencari nafkah dengan gembira dan bersendau-gurau di antara teman.

Tampak pula perahu-perahu nelayan dan perahu-perahu indah di mana orang-orang kota, baik dari Wei-ning mau pun dari kota lain yang sengaja datang berkunjung dan bersenang-senang di telaga itu. Perahu para nelayan memilih bagian yang sepi, jauh di barat dan di tepi-tepi yang sunyi, sebab usaha mereka mencari ikan akan sia-sia saja jika berdekatan dengan perahu-perahu pelesiran yang selalu gaduh itu.

Memang sebagian besar perahu-perahu pelesiran itu disediakan bagi para pria yang ingin bersenang-senang. Ada yang bermain kartu sambil minum arak, ada yang hanya minum arak saja sampai mabok. Ada pula yang memanggil gadis-gadis penyanyi dan penari, dan banyak pula yang memanggil gadis panggilan atau para pelacur untuk menemani mereka minum arak atau menemani mereka tidur di bilik-bilik perahu besar itu.

Namun ada pula pria-pria tua muda yang lebih suka menyendiri, menyewa perahu-perahu kecil dan mereka itu ada yang mencoba peruntungan mereka mengail ikan, ada pula yang hanya duduk membaca buku, ada yang bermain musik sendirian, bermain yang-kim atau meniup suling, ada yang melukis atau menulis sanjak sambil minum arak.....
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar