Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 22

"Kemudian kami pun tidak mendengar kabar berita mereka berdua. Sedangkan Kakak Tan tersesat dalam latihan karena saking gusar mendengar penuturan kami. Dua tahun yang lalu kami mendengar bahwa Pat Liong Thian Im telah muncul di rimba persilatan dan menimbulkan malapetaka. Kami baru tahu, bahwa penjahat Liok Ci telah berhasil menguasai ilmu Pat Liong Thian Im, namun tidak tahu jejak manusia yang satu itu. Ketika itu Kakak Tan belum pulih, kami bertiga bergerak dalam rimba persilatan mencari jejak Liok Ci, ingin bicara dengannya."

Han Giok Shia tertawa dingin. "Dia sudah berhasil menguasai ilmu Pat Liong Thian Im, bagaimana kalian dapat melayaninya?"

"Kami hanya berharap dia masih ingat akan hubungan persaudaraan, tidak akan mencelakai kami," sahut si Kaki Satu.

"Akhirnya kalian berhasil mencarinya?" tanya Lu Leng.

Wajah si Kaki Satu berubah muram. "Kami memang berhasil mencarinya, di pinggir sungai Huang Ho. Kami melihat sebuah kereta kuda yang amat mewah, dan kami tahu bahwa kereta mewah milik itu Liok Ci. Kami bersuara, maka kereta mewah itu pun lalu berhenti."

"Kapan kejadian itu?"

"Kira-kira dua tahu lalu!"

Lu Leng dan Han Giok Shia ingat, ketika itu mereka berdua bertemu di rumah yang musnah dilalap api.

"Bagaimana setelah kalian berjumpa dia?" tanya Lu Leng.

Si Kaki Satu menyahut dengan sengit. "Penjahat Liok Ci tidak ingat akan hubungan persaudaraan, bahkan tidak menongolkan mukanya. Dia langsung memetik harpa menggunakan Pat Liong Thian Im. Para nelayan di sana tidak mengerti ilmu silat, maka begitu mendengar suara harpa itu mereka langsung terjun ke sungai. Kami bertiga pun ikut terjun, maka dapat meloloskan diri.”

Kini Lu Leng dan Han Giok Shia paham. Karena mereka bertiga terburu-buru terjun ke sungai, sehingga si Kaki Satu tidak sempat mengambil goloknya, akhirnya goloknya tertinggal di dalam perahu besar itu.

Si Kaki Satu melanjutkan. "Kami kabur kembali ke lembah Huang Yap Kok, lalu menceritakan kejadian itu kepada Kakak Tan. Tentunya Kakak Tan amat gusar, tapi hanya bisa gusar. Belum lama ini, kami memperoleh semacam buah di dalam hutan. Setelah makan buah itu Kakak Tan baru pulih. Kemudian kami meninggalkan lembah Huang Yap Kok untuk mencari Liok Ci. Melihat di pinggangmu terselip golok Su Yang To, maka kami mengira kalian berdua adalah murid Liok Ci."

Mendengar penuturan itu Lu Leng tertawa, "Kalian telah keliru. Oh ya, kudengar sudah dua tahun Liok Ci Khim Mo tidak muncul dalam rimba persilatan, itu apa sebabnya?"

"Siapa tahu?!" sahut Tan Kui Kui.

Han Giok Shia tertawa dingin. "Berdasarkan kepandaian kalian, lebih baik jangan bertemu dia. Kalau bertemu dia, nyawa kalian berempat pasti melayang."

Tan Kui Kui mendengus. "Hm! Ketika mengangkat saudara, kami berenam sudah bersumpah berat. Apakah dia tidak takut akan sumpahnya itu?"

Mendengar ucapan itu, Lu Leng dan Han Giok Shia tertawa. "Hahaha! Kalau dia takut akan sumpahnya, mana mungkin ketika itu dia berbuat begitu? Meskipun kami lain golongan dengan kalian, namun merasa tidak tega melihat kalian pergi mengantar nyawa. Lebih baik kalian cepat-cepat kembali ke Huang Yap Kok saja!"

Tan Kui Kui berempat terbungkam, sedangkan Lu Leng berkata kepada Han Giok Shia. "Nona Han, mari kita melanjutkan perjalanan!"

Si Kaki Satu segera membuka mulut. "Golok itu...."

Tiba-tiba Lu Leng melotot, sehingga membuat si Kaki Satu tidak berani melanjutkan ucapannya, Tan Kui Kui justru berseru, "Tunggu! Tadi kalian bilang juga mau pergi mencarinya. Apakah kalian memiliki suatu ilmu untuk melawan Pat Liong Thian Im?"

Lu Leng dan Han Giok Shia tertegun mendengar pertanyaan wanita gemuk itu sehingga termangu-mangu. Mereka berdua teringat akan kelihayan Pat Liong Thian Im, banyak jago tangguh binasa karenanya. Walau kini Lu Leng dan Han Giok Shia sudah berkepandaian tinggi, tapi masih tidak bisa dibandingkan dengan Lu Sin Kong, Ang Eng Leng Long, Tam Sen, Hwe Hong Sian Kouw, Han Sun dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Kalau mereka bertemu Liok Ci Khim Mo, sudah pasti akan binasa, jangan harap bisa hidup.

Setelah tertegun sejenak, Lu Leng berkata, "Apa yang kau katakan memang masuk akal. Walau kami tidak memiliki suatu ilmu melawan Pat Liong Thian Im namun masih bisa menghubungi para jago dalam rimba persilatan, mungkin itu ada gunanya."

Setelah mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, Tan Kui Kui langsung mendengus. "Hm! Para jago tangguh yang mana?"

Lu Leng tertawa sambil memberitahukan. "Misalnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, guruku...."

Begitu Lu Leng menyebut nama tersebut, air muka Tan Kui Kui langsung berubah, bahkan sikapnya yang angkuh itu pun sirna seketika.

Lu Leng melanjutkan, "Masih ada Cit Sat Sin Kun, ketua Hui Yan Bun, Liat Hwe Cousu dan beberapa jago tangguh yang terhindar dari petaka dua tahun lalu. Dengan adanya begitu banyak jago tangguh, tentunya dapat menundukkan Liok Ci Khim Mo."

"Mungkin tidak lama lagi Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu akan bertarung mati-matian." kata Tan Kui Kui dengan dingin.

Tentang Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu bermusuhan, Lu Leng sudah tahu. Namun mereka berdua akan bertarung dalam waktu singkat ini, Lu Leng justru tidak tahu. Oleh karena itu, Lu Leng segera bertanya, "Kau bilang apa?"

Tan Kui Kui melotot. "Sebetulnya kau murid Tong Hong Pek bukan?"

Lu Leng mengangguk. "Benar!"

Tak Kui Kui mengerutkan kening, "Urusan ini sudah tersiar sehingga para jago tangguh dari berbagai partai sudah tahu semua, tapi kenapa kau sebagai muridnya malah tidak tahu?"

Lu Leng menjelaskan. "Dua tahun lalu, aku dan Nona Han pergi ke seberang laut, dan baru kembali beberapa hari ini."

Tan Kui Kui atau wanita gemuk itu menatap mereka berdua dengan penuh perhatian, kemudian berkata, "Kalian berdua memang merupakan pasangan yang serasi. Kalau kau bisa ke gunung Go Bi San selekasnya, kalian guru dan murid boleh sekaligus melangsungkan pernikahan, itu sungguh bagus sekali!"

Ucapan yang tiada ujung pangkal itu, membuat wajah Han Giok Shia langsung memerah. Biasanya gadis itu cepat marah, namun kali ini justru tidak marah, hanya tampak gusar sedikit saja.

Ketika mendengar ucapan itu, Lu Leng merasa tidak enak dalam hati, maka lalu berkata sungguh-sungguh, "Jangan membuat malu Nona Han. Tadi kau bilang dalam beberapa hari ini, guruku akan menikah?"

Tan Kui Kui menyahut, "Ya. setelah Ang Eng Leng Long meninggal di puncak Sian Jin Hong, Giok Bin Sin Kun pun mulai tampil dalam rimba persilatan. Semula pihak Go Bi Pai ketakutan karena mengira Tong Hong Pek akan cari gara-gara dengan mereka. Namun sungguh di luar dugaan ternyata Tong Hong Pek dan pihak Go Bi Pai sudah bertemu beberapa kali, tidak terjadi apa pun. Sui Cing Siansu melihat pihak yang tidak menyucikan diri tiada pemimpin, maka segera menghimpun para murid Go Bi Pai, kemudian di hadapan meja abu leluhur Go Bi Pai mengangkat Tong Hong Pek sebagai ketua golongan Go Bi Pai yang tidak menyucikan diri."

Lu Leng girang bukan main, dan seketika wajahnya tampak berseri-seri. "ltu memang baik sekali."

Tan Kui Kui melanjutkan, "Dalam dua tahun ini, Tong Hong Pek pun sudah mengembalikan tulang belulang Beng Tu Lojin ke gunung Go Bi. Sebulan lagi dia akan menikah. Para jago dari berbagai partai pasti datang memberi selamat, termasuk Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai. Tapi dia tidak berniat baik, melainkan mau mengacau di sana dan tentang itu siapa pun sudah tahu."

Lu Leng tertawa. "Sampai di saat itu, pasti banyak jago tangguh berkumpul di gunung Go Bi San, bagaimana mungkin dia berani turun tangan?"

Tan Kui Kui tertawa dingin. "Pernahkah Liat Hwe Cousu takut terhadap siapapun?"

Sementara Han Giok Shia terus mendengarkan. Walau dia tidak pernah bertemu Tong Hong Pek tapi pernah mendengar nama tersebut, maka dia terheran-heran. "Tong Hong Pek pasti sudah berumur, kenapa hingga kini baru menikah? Siapa calon istrinya?" tanyanya.

Mendadak Tan Kui Kui menghela nafas panjang, " Walau usia Tong Hong Pek sudah hampir lima puluh, tapi kelihatannya seperti baru berusia tiga puluhan dan amat tampan pula. Kalau pandangannya agak jauh dan kenal wanita, dengan aku justru merupakan pasangan yang serasi. Tapi tidak tahunya dia...."

Tan Kui Kui berkata sungguh-sungguh. Mendengar sampai di situ Lu Leng dan Han Giok Shia tak tertahan lagi dan mereka berdua langsung tertawa geli terpingkal-pingkal. Tan Kui Kui segera melotot. "Apa yang kalian tertawakan?"

Han Giok Shia masih tertawa hingga terbungkuk-bungkuk, berselang sesaat barulah bertanya. "Kalau begitu, siapa calon istrinya?"

Tan Kui Kui mendengus dan bibirnya mencibir, membuat wajahnya semakin tak sedap dipandang. "Dia akan memperistri putri Cit San Sin Kun yang belum cukup matang itu."

Ketika Tan Kui Kui berkata sampai di situ, Lu Leng langsung berhenti tertawa. Wajahnya yang tampan itu berubah menjadi pucat pias. Mendadak dia menjulurkan tangannya untuk mencengkeram lengan Tan Kui Kui, tentunya amat mengejutkan wanita gemuk itu.

"Kura-kura kecil, kenapa kau? Mau bertarung, ya?"

Lu Leng melepaskan cengkeramannya. Dia berdiri termangu-mangu di tempat, kemudian menarik nafas dalam-dalam seraya bertanya. "Kau bilang apa tadi?"

Tentang dirinya mencintai Tam Goat Hua, Lu Leng sama sekali tidak pernah memberitahukan kepada Han Giok Shia. Begitu pula gadis itu, tidak pernah memberitahukan kepada Lu Leng bahwa dirinya mencintai Tam Ek Hui. Oleh karena itu, ketika melihat wajah Lu Leng berubah pucat pias, Han Giok Shia tercengang, kemudian maju selangkah seraya berkata, "Saudara Lu, kenapa kau?"

Lu Leng kelihatan seperti tidak mendengar pertanyaan Han Giok Shia. Dia malah menatap Tan Kui Kui sambil membentak. "Kau bilang apa tadi?!"

"Aku bilang Tong Hong Pek akan memperistri putri Cit Sat Sin Kun, memangnya kenapa?" sahut Tan Kui Kui.

Lu Leng maju selangkah, wajahnya tampak kehijau-hijauan. Kemudian dia bertanya dengan suara bergemetaran. "Putri Cit Sat Sin Kun yang mana?"

Bahu Tan Kui Kui terangkat sedikit. "Siapa tahu?"

"Mengapa kau tidak tahu?"

Pertanyaan itu membuat Tan Kui Kui menjadi gusar dan langsung mencaci. "Dasar kura-kura kecil...."

Belum juga Tan Kui Kui usai berkata, Lu Leng sudah menggerakkan jari telunjuknya ke arah muka wanita gemuk itu. Tan Kui Kui berteriak kaget, lalu bergerak cepat mencelat ke belakang sehingga berhasil menghindari jurus It Ci Keng Thian itu.

Lu Leng maju beberapa langkah seraya membentak. "Cepat katakan!"

"Cit Sat Sin Kun hanya mempunyai seorang putri," sela si Kaki Satu.

Lu Leng membalikkan badannya ke arah si Kaki Satu. Kini hati Lu Leng kacau, sepasang matanya bersinar aneh, membuat si Kaki Satu menyurut mundur beberapa langkah.

Lama sekali barulah Lu Leng bertanya dengan suara serak. "Apakah Tam Goat Hua?"

Si Kaki Satu mengangguk. "Kedengarannya memang itu nama calon pengantinnya."

Badan Lu Leng mendadak bergemetar. Kemudian dia memekik aneh sambil menerjang ke arah pohon siong pek, sekaligus menggerakkan jari tangannya. Seketika terdengar suara menderu-deru, tak lama kemudian tampak tiga buah pohon siong pek roboh. Lu Leng tidak berhenti sampai di situ. Dia meloncat ke pohon yang roboh itu lalu mengamuk di situ, memukul dan menendang.

Kini lweekang Lu Leng sudah amat tinggi, maka tampak daun, ranting dan dahan pohon siong pek itu berhamburan ke mana-mana. Menyaksikan sikap Lu Leng itu, Han Giok Shia segera tahu sedikit, pasti ada hubungan yang agak luar biasa di antara Lu Leng dan Tam Goat Hua. Han Giok Shia masih ingat, ketika berada di Hou Yok pertama kali bertemu Lu Leng, anak itu menganggapnya sebagai Tam Goat Hua. Mereka berdua pasti sudah kenal satu sama lain.

Setelah berpikir sejenak, Han Giok Shia ingin mendekati Lu Leng untuk menghiburnya, akan tetapi Lu Leng justru sudah membalikkan badannya. Wajahnya sungguh tak sedap dilihat, tersirat kemurkaan dan kesedihan. Dia langsung melesat ke arah si Kaki Satu sekaligus menyerangnya dengan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga lingkaran Mengelilingi Bulan).

"Kau omong kosong!" bentaknya.

Si Kaki Satu cepat-cepat menekan tongkat penyanggahnya, maka badannya mencelat ke belakang laksana kilat. Untung dia bergerak cepat, maka dapat menghindari serangan yang dilancarkan Lu Leng. Akan tetapi Lu Leng mengeluarkan jurus tersebut menggunakan sembilan bagian tenaganya. Walau si Kaki Satu berhasil menghindari serangan itu namun tetap tidak terluput dari sambaran angin serangan tersebut, sehingga membuat badannya yang sudah mencelat ke belakang itu terpental tiga empat depa dan punggungnya membentur sebuah pohon.

“Buuuk!” Si Kaki Satu itu roboh dengan mulut menyemburkan darah segar.

Dia memang kuat dan gagah. Walau sudah muntah darah, tapi masih bisa menyahut dengan dingin. "Kura-kura kecil, betul atau tidak, kenapa kau tidak ke gunung Go Bi San untuk membuktikan?"

Lu Leng melangkah maju, namun Tan Kui Kui segera menghadang dengan toya besinya. Akan tetapi mendadak badan Lu Leng berputar sambil memekik aneh, kemudian melesat pergi.

Han Giok Shia cepat-cepat berseru memanggilnya. "Saudara Lu! Saudara Lu!"

Tapi Lu Leng sama sekali tidak menghiraukannya. Saat ini, seandainya ada gunung roboh di belakangnya dia pun tidak bisa mendengarnya. Ketika berada di pulau Hek Ciok To, Lu Leng terus-menerus merindukan Tam Goat Hua. Dua tahun kemudian, dia sudah berusia tujuh belas, maka sudah barang tentu cintanya semakin dalam terhadap gadis yang dirindukannya itu. Di saat pikirannya teringat akan Tam Goat Hua, dia tersenyum-senyum seorang diri, sekaligus mengenang keindahan bersama gadis itu.

Kini Lu Leng sudah kembali ke Tionggoan, sudah pasti akan berjumpa kembali dengannya, maka dia akan mencurahkan seluruh isi hatinya. Akan tetapi justru mendadak muncul geledek di siang hari bolong yang menghancurkan impiannya yang amat indah itu. Tam Goat Hua akan menikah, malah menikah dengan Tong Hong Pek, gurunya. Siapa pun tidak dapat mengendalikan diri akan hal tersebut, begitu pula Lu Leng.

Saat ini Lu Leng terus melesat ke depan, tapi dia tahu dirinya sedang berbuat apa. Dia hanya berpikir hendak pergi menemui Tam Goat Hua selekasnya untuk menanyakan, kenapa cinta kasih ketika itu pupus di saat ini? Dia pun ingin bertanya kepada Tong Hong Pek, kenapa dia sebagai guru justru merebut kekasihnya? Lu Leng merasa darahnya bergolak, telinganya terus berdengung, tampak gelap di depan matanya. maka tidak mendengar suara seruan Han Giok Shia.

Setelah berseru dua kali, Han Giok Shia menjadi terkejut sekali karena Lu Leng tidak menyahut. Gadis itu tahu bahwa yang dilatih Lu Leng adalah ilmu Kim Kong Sin Ci mengandung tenaga ‘Yang’. Kalau dia terlampau berduka, maka darahnya akan bergolak, dan itu amat membahayakan dirinya. Oleh karena itu, tanpa menghiraukan Tan Kui Kui berempat, dia langsung melesat menyusul Lu Leng. Ilmu ginkang Han Giok Shia memang di atas Lu Leng, maka walau Lu Leng melesat duluan, gadis itu masih berhasil mengejarnya.

Kini wajah Lu Leng sudah tidak pucat pias lagi, melainkan memerah bagaikan darah. Menyaksikan itu hati Han Giok Shia semakin terkejut. Dia segera menghimpun hawa murni untuk mencelat ke atas, lalu menggunakan jurus It Ho Cong Thian (Bangau Terbang Ke Langit) melesat ke depan, kemudian melayang turun di hadapan Lu Leng.

Namun begitu sepasang kakinya menginjak tanah, Lu Leng sudah menerjang ke arahnya, bahkan sekaligus menyerang pula. Han Giok Shia sudah menduga akan hal itu, tapi tidak menyangka kalau Lu Leng bergerak begitu cepat. Oleh karena itu Han Giok Shia nyaris tidak sempat berkelit.

"Sert!" lengan baju gadis itu sobek karena tersambar angin telunjuk Lu Leng.

Han Giok Shia cepat-cepat berteriak. "Saudara Lu!"

Ketika berteriak Han Giok Shia menggunakan lweekang, maka teriakannya amat nyaring dan tajam. Seketika Lu Leng tampak tertegun. Di saat itu Han Giok Shia sudah berputar ke belakangnya sambil menekan jalan darah Ling Tay Hiat di punggung Lu Leng. Ketika Han Giok Shia berhasil menekan jalan darahnya itu, darah Lu Leng justru sedang bergolak hebat, sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Kalau Han Giok Shia terlambat menekan jalan darah Ling Tay Hiat di punggungnya, Lu Leng pasti celaka.

Gadis itu cepat-cepat mengerahkan Thai Im Sin Kang ke dalam tubuh Lu Leng melalui jalan darah Ling Tay Hiat. Tak seberapa lama kemudian, wajah Lu Leng yang merah itu perlahan-lahan berubah menjadi putih. Han Giok Shia tahu, bahwa saat-saat kritis telah lewat, maka dia menarik nafas lega.

Di saat bersamaan, terdengar Lu Leng menghela nafas panjang. "Aaaah! Nona Han, lepaskanlah tanganmu. Aku sudah tidak apa-apa!"

Han Giok Shia menurut, kemudian berputar ke hadapannya. Tampak Lu Leng mengucurkan air mata. Han Giok Shia terus menatapnya dengan mulut membungkam, lama sekali barulah berkata. "Saudara Lu, gagal dalam bercinta merupakan hal biasa, kenapa harus begitu berduka?"

Lu Leng merasa hatinya pedih sekali, lalu membalikkan badannya sambil menyusut air matanya. "Aku tidak percaya! Aku tidak percaya! Aku tidak percaya urusan itu terjadi!" gumamnya.

Kesan Han Giok Shia terhadap Tam Goat Hua memang tidak begitu baik, bahkan kedua gadis itu pun pernah bertarung. Pada waktu itu dia pikir Tam Goat Hua adalah adik Tam Ek Hui, buah hatinya, maka dia berupaya untuk tidak membenci gadis itu. Namun kini dia melihat nyawa Lu Leng nyaris melayang gara-gara mendengar berita tentang Tam Goat Hua yang mau menikah, dia amat bersimpati padanya, bahkan timbul rasa memandang rendah terhadap Tam Goat Hua.

Di saat Han Giok Shia sedang termenung, Lu Leng pun terus melamun. Kemudian gadis itu berkata. "Saudara Lu, bagaimana kalau kita ke gunung Go Bi San melihat-lihat?"

Lu Leng menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, "Nona Han, kalau itu benar, bagaimana dengan aku?"

Han Giok Shia mendengus. "Hm! Kalau benar, aku pasti bertanya kepadanya!"

Lu Leng menghela nafas panjang, "Nona Han, kenapa begitu?"

Han Giok Shia menyahut gusar. "Saudara Lu, kenapa kau sama sekali tidak memiliki sifat jantan?"

Ucapan tersebut membuat wajah Lu Leng ke-merah-merahan. "Aku... aku... aku..." sahutnya gagap.

Han Giok Shia menatapnya tajam. "Kenapa kau? Lebih baik kita ke gunung Go Bi San. Kalau kau tidak mau, biar aku yang pergi."

Lu Leng dan Han Giok Shia membalikkan badan, lalu melesat ke arah barat. Sampai di sebuah kota kecil, mereka membeli empat ekor kuda jempolan. Dua ekor ditunggangi, dan dua ekor lagi sebagai cadangan. Setelah itu mereka pergi ke arah gunung Go Bi San. Sehari semalam mereka sudah menempuh perjalanan dua ratus mil lebih, dan kini mereka berdua sudah memasuki wilayah Holam.

Jarak Shantung Cih Lam ke gunung Go Bi San kira-kira tiga ribu mil, maka tidak dapat ditempuh dua tiga hari. Malam itu mereka melakukan perjalanan hingga hari hampir pagi. Walau ke empat ekor kuda itu bergantian, tapi kelihatannya sudah lelah sekali. Oleh karena itu Han Giok Shia segera menghentikan kuda tunggangannya, kemudian memandang Lu Leng seraya berkata.

"Saudara Lu, bagaimana kalau kita beristirahat sejenak, baru kemudian melanjutkan perjalanan lagi?"

Saat ini hati Lu Leng amat kacau, tiada pendapat sama sekali kecuali ingin segera sampai di gunung Go Bi San. Akan tetapi dia pun khawatir dirinya tidak dapat bertahan apabila urusan itu benar.

Ketika melihat Lu Leng tercenung, diam-diam Han Giok Shia menghela nafas panjang dan membatin. Seandainya Tam Ek Hui sudah punya kekasih baru dan akan menikah, lalu bagaimana dirinya sendiri? Cukup lama dia berpikir dan yakin dirinya tidak akan seperti Lu Leng, sebaliknya pasti akan membunuh Tam Ek Hui yang telah berubah hatinya itu.

Han Giok Shia meloncat turun dari kudanya, begitu juga Lu Leng. Mereka lalu berjalan, dan tak lama sampai di sebuah bukit, yang di situ terdapat sebuah sungai kecil. Han Giok Shia segera minum, tapi Lu Leng hanya berdiri termangu-mangu di tempat. Gadis itu tahu bahwa kini Lu Leng sedang berduka. Dia menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata.

"Saudara Lu, kau masih memikirkan apa? Kalau Tam Goat Hua sudah tidak mencintaimu lagi, apakah di kolong langit ini sudah tiada gadis lain?"

Lu Leng menggelengkan kepala, "Aku tidak memikirkan itu." Dia mengerutkan kening, "Sepertinya aku pernah kemari."

Kelihatannya Lu Leng terus berpikir, akhirnya berseru. "Hah! Memang betul!"

Han Giok Shia tercengang. "Apa yang betul?"

"Aku pernah datang di tempat ini!" sahut Lu Leng.

"ltu apa anehnya?"

Lu Leng mendongak ke langit kemudian berkata, "Dua tahun lebih yang lalu, di sekitar kota Lam Cong aku di tangkap oleh anak buah si Nabi Setan-Seng Ling. Namun di tengah jalan ada orang lain menculikku dari tangan para anak buah si Nabi Setan-Seng Ling. Aku dibawa ke sebuah goa di sekitar tempat ini. Goa itu amat aneh dan misterius. Setelah aku ke luar, sama sekali tidak tahu aku dibawa masuk dari mana, bahkan juga tidak tahu siapa penghuni goa itu. Aku hanya ingat, di dalam goa itu terdapat sebuah lampu minyak yang mengeluarkan suara orang."

Lampu minyak yang mengeluarkan suara orang? Bagaimana mungkin Han Giok Shia mempercayainya?

"Jangan omong kosong!" katanya.

"ltu memang benar. Setelah aku keluar dari goa itu, aku pun bertemu Cit Sat Sin Kun. Dia menyuruhku pergi ke Su Cou mencari putrinya. Sampai di Hou Yok, aku menganggapmu Tam Goat Hua."

Teringat akan masa lalunya itu, Han Giok Shia pun tampak termenung, Lu Leng menghela nafas panjang, "Kini diingat kembali, ketika itu aku memang masih kecil dan tidak tahu apa-apa."

"Saudara Lu, untuk apa kau berpikir sebanyak itu?"

"Kemudian aku ditolong oleh Tujuh Dewa, namun di tengah jalan aku ditangkap lagi oleh si Nabi Setan-Seng Ling. Tam Goat Hua menempuh bahaya ke Istana Setan untuk menyelamatkanku. Takdisangka ketika itu dia rela mati bersamaku pula, tapi kini dia... dia justru...."

Berkata sampai di situ Lu Leng tidak dapat melanjutkan, bahkan air matanya mulai bercucuran. Lu Leng berhati amat keras, namun mengucurkan air mata lantaran cinta!

Melihat itu Han Giok Shia segera mengalihkan pembicaraan. "Saudara Lu, kini bilang tentang goa aneh itu, kenapa kau tidak mau mencoba ke sana melihat-lihat?"

"Goa itu amat aneh, lebih baik jangan ke sana sebab akan mengganggu orang aneh yang ada di dalam goa itu." sahut Lu Leng.

Han Giok Shia berkeras, “Tidak bisa! Biar bagaimana pun kau harus menemaniku ke sana untuk melihat-lihat!"

Lu Leng berpikir sejenak, kemudian mengangguk. Mereka berdua lalu beranjak pergi, dan tak seberapa lama kemudian Lu Leng berhenti seraya berkata, "Sepertinya di sini. Kini hatiku sedang kacau, jadi tidak begitu ingat lagi, tapi rasanya tidak salah."

Ucapan Lu Leng yang berputar balik itu membuat Han Giok Shia menghela nafas dalam hati. Di saat bersamaan mendadak terdengar suara dari arah yang tak begitu jauh.

"Tadi kalian menunggang kuda begitu cepat, tapi berhenti secara mendadak. Siapa kalian berdua? Ada urusan penting apa?"

Saat itu hari baru mulai terang, sedangkan di tempat itu amat sepi. Terdengar suara orang yang mendadak itu, membuat mereka berdua terkejut sekali, bahkan Lu Leng tertegun sedangkan Han Giok Shia segera membentak.

"Siapa?!"

Lu Leng berkata dengan suara rendah. "Nona Han, aku sudah ingat. Suara itu adalah suara orang aneh yang tinggal di dalam goa."

Han Giok Shia manggut-manggut, lalu bertanya membentak. "Kau berada di mana?!"

Terdengar suara tawa kering, "Hehe! Aku berada di tempat yang tak jauh dari kalian!"

Han Giok Shia memandang ke arah datangnya suara itu namun tidak terlihat siapa di sana, tentunya membuat gadis itu terheran-heran.

"Sebetulnya kau berada di mana?"

Mendadak terdengar suara itu berada satu dua depa di depan Han Giok Shia, "Aku berada di sini. Apakah kau tidak melihat diriku?"

Begitu mendengar suara itu di hadapannya, Han Giok Shia terkejut bukan main. Gadis itu membelalakkan matanya ke depan, dan seketika air mukanya berubah hebat. Dia langsung meloncat ke belakang beberapa langkah, lalu segera menggenggam tangan Lu Leng erat-erat sambil menunjuk ke depan.

"Saudara Lu, lihatlah! Kenapa ada urusan yang sedemikian aneh?"

Lu Leng memandang ke depan, seketika dia pun tertegun. Ternyata di depan mereka terdapat sebuah batu, dan sebuah kepala orang di atas batu itu. Kepala itu bisa bergerak-gerak, begitu pula bibirnya dapat mengeluarkan suara tawa. Setelah menyaksikan keanehan itu, Lu Leng berbisik dengan suara rendah.

"Nona Han, aku sudah bilang, tempat ini amat aneh. Lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini!"

Han Giok Shia belum menyahut, namun kepala orang itu sudah menyela. "Jangan cepat-cepat pergi!"

Lu Leng mengerutkan kening, "Sebetulnya siapa kau?" tanyanya.

"Kau tidak usah peduli. Aku hanya ingin tahu suatu urusan dari kalian," sahut kepala orang itu.

Han Giok Shia ingin melangkah maju, namun dicegah oleh Lu Leng.

"Kau ingin tahu tentang apa?" tanya Lu Leng kepada kepala orang itu.

Kepala orang itu miring ke kiri dan ke kanan, setelah itu barulah menyahut. "Aku mendengar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek ingin memperistri putri Cit Sat Sin Kun, apakah benar urusan itu?"

Han Giok Shia tertegun, sebab kepala orang itu bertanya, namun justru menanyakan tentang itu. Dia mengajak Lu Leng ke tempat itu agar dapat melupakan urusan tersebut, namun kepala tersebut malah bertanya tentang itu. Lu Leng tertegun seketika, dan wajahnya mulai berubah.

Melihat sikap Lu Leng gusarlah Han Giok Shia terhadap kepala itu. Dia langsung melangkah ke depan sambil mengeluarkan jurus Giok Thou Yang Yok (Kelinci Giok Menyebarkan Obat) untuk menyerang kepala itu. Begitu melihat Han Giok Shia melancarkan serangan, Lu Leng segera tahu bahwa gadis itu khawatir akan dirinya kembali berduka, maka langsung menyerang kepala itu.

Lu Leng memang merasa heran terhadap kepala itu. Ketika Han Giok Shia melancarkan serangan, dia tidak mencegah karena ingin tahu bagaimana reaksi kepala itu, namun tetap berseru memperingatkan Han Giok Shia. "Nona Han, hati-hati!"

Hati Han Giok Shia tersentak ketika Lu Leng memperingatkannya. Memang harus berhati-hati, pikirnya. Dia segera menarik kembali serangannya, maka dirinya tidak begitu mendekat kepala orang di atas batu itu. Akan tetapi, di saat bersamaan terdengar suara berdesir tiga kali, ternyata mulut kepala orang itu menyemburkan tiga batang paku yang meluncur cepat ke arah Han Giok Shia. Salah satu paku itu menembus lengan bajunya. Kalau Lu Leng terlambat memperingatkannya, dada Han Giok Shia pasti tertembus paku-paku itu.

Walau Han Giok Shia sudah menarik kembali jurus Giok Thou Yang Yok, namun angin pukulan Thai Im Ciang-nya tetap menyambar ke arah kepala orang itu.

“Buum!” terdengar suara ledakan.

Ternyata kepala orang itu meledak berantakan. Lu Leng dan Han Giok Shia terbelalak, sebab kepala orang itu terbuat dari batu. Gadis itu bersyukur dalam hati sebab tadi dia tidak begitu mendekat, maka terhindar dari ledakan itu. Tidak mengherankan kalau Han Giok Shia berdiri tertegun di tempat, sampai lama sekali baru kemudian bisa membuka mulut.

"Sungguh lihay!"

Mendadak terdengar suara tawa terkekeh-kekeh. "Hehehe! Kalian berdua memang ingin cari mati, berani menentangku!"

Lu Leng tahu orang aneh itu di dalam goa bukan orang biasa, sebab ketika itu Cit Sat Sin Kun masih merasa segan terhadapnya. Oleh karena itu dia segera berkata, "Harap cianpwee maafkan, Nona Han terpaksa turun tangan karena menghadapi urusan aneh ini!"

Terdengar suara tawa dingin. "Yang kutanyakan tadi, apakah kalian tahu?"

Lu Leng berusaha menekan rasa duka dalam hatinya sambil menjawab, "Kami pun sudah mendengar berita itu."

Terdengar lagi suara aneh itu. "Kalian berdua, apakah ada urusan penting?"

"Kami berdua justru mau pergi ke gunung Go Bi San," sahut Lu Leng.

Suara aneh itu mengalun, "Bagus! Sungguh bagus sekali!"

Sementara Han Giok Shia sudah tidak berani berlaku ceroboh lagi, "Apa yang bagus?" tanyanya.

Terdengar suara itu menyahut, "Cit Sat Sin Kun mau menjadi mertua, tentunya dia juga berada di gunung Go Bi San! Kalau kalian bertemu dia, tolong sampaikan pesanku kepadanya!"

"Pesan apa?" tanya mereka hampir serentak.

Suara aneh itu menyahut, "Beritahukan kepadanya, bahwa aku mau menemuinya!"

Han Giok Shia tertegun. "Hanya begitu? Lalu siapa cianpwee?"

Suara aneh itu berubah bengis. "Tak perlu banyak bertanya! Kau menyampaikan begitu, dia pasti tahu siapa aku!"

Han Giok Shia dan Lu Leng saling memandang, dalam hati masing-masing merasa aneh sekali. Namun mereka pun tahu, tentang hal itu pasti ber-liku-liku. Kalau terus bertanya, orang aneh itu pasti akan marah dan kemungkinan besar akan turun tangan terhadap mereka. Walau mereka tidak merasa takut, tapi pasti menyita waktu mereka. Karena itu, Lu Leng segera menyahut, "Baik, kami pasti menyampaikan kepadanya!"

Kemudian, Lu Leng dan Han Giok Shia segera meninggalkan tempat itu. Ketika sampai di pinggir sungai kecil, Lu Leng minum. Setelah itu mereka meloncat ke punggung kuda dan melanjutkan perjalanan ke gunung Go Bi San. Lu Leng dan Han Giok Shia terus melanjutkan perjalanan. Sepuluh hari kemudian, mereka berdua memasuki wilayah Se Coan. Dalam sepuluh hari itu Lu Leng bertambah resah. Kadang-kadang dia mengoceh sendiri, namun kadang-kadang diam seharian tak mengucapkan sepatah kata pun.

Walau Han Giok Shia amat simpati terhadapnya, tapi justru tidak tahu harus bagaimana
Menghiburnya, karena masalah tersebut tidak bisa dihibur dengan beberapa patah kata saja. Padahal mereka berdua sudah menjadi sahabat dan satu sama lain dan sudah terkesan baik pula. Kalau bukannya saling mengendalikan perasaan masing-masing, mereka berdua pasti sudah menjadi sepasang kekasih.

Justru di saat ini Han Giok Shia tidak berani mencurahkan isi hatinya, karena melihat Lu Leng seperti kehilangan sukma gara-gara Tam Goat Hua. Sedangkan dia sendiri pun amat merindukan Tam Ek Hui. Kalau hatinya berubah terhadap pemuda itu, bukankah akan membuat buah hatinya itu amat berduka dan sengsara?

Hari itu, mereka berdua sudah menyeberang sungai Tiang Kang, terus melanjutkan perjalanan menuju gunung Go Bi San. Tengah hari, tampak seseorang yang amat gemuk sedang duduk beristirahat di atas sebuah pikulan batu. Di sisi si Gemuk itu, tampak seorang lelaki berusia pertengahan, di bahunya bergantung dua buah bungkusan.

Lu Leng dan Han Giok Shia mengenali si Gemuk itu, tidak lain adalah Yu Lao Pun. Han Giok Shia pun tahu, Yu Lao Pun akan mengantar kado ke gunung Go Bi San. Gadis itu khawatir kalau terjadi percakapan, pasti akan menimbulkan kedukaan Lu Leng, maka dia segera berbisik.

"Saudara Lu, si Gemuk Yu itu amat menyebalkan, kita jangan mempedulikannya!"

Lu Leng memang amat sebal terhadap Yu Lao Pun, maka segera manggut-manggut, lalu memacu kudanya melewati orang itu. Akan tetapi, mendadak Yu Lao Pun mengeluarkan suara.

"lh!", kemudian bertanya. "lni bukankah nona dari keluarga Han? Bagus sekali! Setelah berjalan bersama pemuda tampan, sudah tidak mau mengenali tingkatan tua lagi!"

Yu Lao Pun punya hubungan yang amat dalam dengan Hui Yan Bun, begitu pula Hwe Hong Sian Kouw, maka dia termasuk tingkatan tua. Ketika Han Giok Shia baru mau menoleh untuk menyahut, mendadak tampak dua ekor kuda berlari cepat sekali menerjang ke arah Lu Leng, dan berkelebat pula cahaya pedang mengarah leher Lu Leng, sekaligus terdengar suara seperti halilintar!

Menyaksikan itu, Han Giok Shia terkejut bukan main, dan langsung membentak dengan suara nyaring. "Berhenti!"

Gerakan pedang orang itu amat cepat, sedangkan Lu Leng berada di depan dengan punggung menghadapnya. Setelah orang itu menyerang, barulah Lu Leng merasa ada sambaran angin di belakangnya. Lu Leng segera membalikkan badannya, namun sekujur badannya telah terkurung bayangan pedang. Betapa terkejutnya Lu Leng, dia langsung mengeluarkan jurus Thian Ho Tok Khua (Sungai Langit Bergantung Miring), yakni salah satu jurus Kim Kong Sin Ci yang amat lihay dan dahsyat. Kim Kong Sin Ci berjumlah dua belas jurus, dua jurus terakhir paling lihay dan dahsyat.

“Traang!” terdengar suara benturan.

Orang yang di atas kuda itu bersiul panjang dan nyaris terjatuh dari punggung kudanya. Ternyata pedangnya telah patah menjadi dua, dan patahan pedang itu meluncur ke sebuah batu sehingga terjadi benturan dan keluarlah bunga-bunga api. Lu Leng sendiri pun tidak menyangka, bahwa jurus Thian Ho Tok Khua yang dilancarkannya telah menyelamatkan dirinya. Menyaksikan kejadian itu Han Giok Shia pun menarik nafas lega. Sedang orang itu duduk termangu-mangu di punggung kudanya sambil memandang pedangnya yang telah kutung itu.

Kini Han Giok Shia dan Lu Leng baru melihat jelas kedua orang itu, berusia lima puluhan dan tampak berwibawa. Begitu melihat kedua orang itu, Lu Leng dan Han Giok Shia dapat menduga bahwa mereka berdua dari golongan lurus. Mendadak Han Giok Shia terbelalak, ternyata dia mengenali salah seorang dari mereka. Orang itu ternyata Sen Hong Kiam Khek dari Bu Tong Pai, namun kini lengannya sudah kutung sebelah.

Sen Hong Kiam Khek tampak terperangah, kemudian bertanya kepada orang yang di sebelahnya. "Suheng, ilmu apa yang digunakan bocah itu?"

Hanya satu kali gebrak Sen Hong Kiam Khek sudah kalah, namun tidak mengenali ilmu yang digunakan Lu Leng. Orang yang satu itu berwajah agak kemerah-merahan, dan tampak amat berwibawa. Ketika mendengar Sen Hong Kiam Khek memanggilnya ‘Suheng’, Han Giok Shia pun dapat menduga bahwa orang itu pasti Sin Kiam Pok Hua, yakni ketua Bu Tong Pai. Tampak Sim Kiam Pok Hua mengerutkan kening tanpa menyahut. Dia memajukan kudanya sambil menghunus pedang yang di pinggangnya, kemudian memutar-mutar pedang itu membuat beberapa lingkaran tapi tidak segera melancarkan serangan, sebaliknya malah berkata dengan suara parau.

"Gerakan yang sungguh bagus!"

Saat ini Yu Lao Pun juga sudah melangkah ke depan dengan membawa pikulan batunya. Dia bertegur sapa dengan Sin Kim Pok Hua dan Sen Hong Kiam Khek, setelah itu sepasang matanya yang sipit terus mengamati Lu Leng. Sedangkan Lu Leng tidak mengenal orang yang menyerangnya, kalau tidak melihat orang itu berwajah wibawa pertanda dari golongan lurus, Lu Leng pasti sudah melancarkan serangan lagi.

Kini melihat orang itu bersikap menantang, gusarlah dalam hati Lu Leng. "Kungfuku ini tiada artinya! Sobat yang menyerang mendadak itu, barulah terhitung kungfu tingkat tinggi!" katanya sambil tertawa dingin.

Ucapan Lu Leng sebetulnya menyindir Sen Hong Kiam Khek, sebab orang itu menyerang secara gelap. Sin Kiam Pok Hua dan Sen Hong Kiam Khek merasa tersindir, maka wajah mereka langsung merah. Sin Kiam Pok Hua segera berkata dengan suara dalam.

"Tadi dia melancarkan serangan gelap, itu juga tidak terhitung tidak benar!"

"Aku pun tidak mengatakan kalian tidak benar!" sahut Lu Leng dingin.

Sin Kiam Pok Hua adalah ketua Bu Tong Pai. Kedudukannya amat tinggi dalam rimba persilatan dan biasanya tidak gampang meninggalkan gunung Bu Tong San. Dua tahun yang lalu, ketika kaum rimba persilatan berkumpul di puncak Sian Jin Hong dia justru tidak hadir, hanya mengutus Sen Hong Kiam Khek. Sen Hong Kiam Khek terhindar dari petaka di puncak Sian Jin Hong, namun kehilangan sebelah lengannya.

Kali ini Sim Kiam Pok Hua turun gunung, itu dikarenakan mau pergi ke Go Bi untuk memberi selamat kepada Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sekaligus menyelesaikan sedikit urusan pertikaian. Terhadap Lu Leng yang masih muda itu, dia pun merasa enggan banyak bicara. Akan tetapi, ketika menyaksikan kepandaian Lu Leng, berdasarkan pengalamannya, justru masih tidak mengenali ilmu silat apa yang dikeluarkan pemuda itu. Oleh karena itu, dia pun tidak berani memandang rendah kepadanya.

"Gurumu baik-baik saja? Sobat dari Bu Tong, sungguh rindu pada mereka!" katanya dengan dingin.

Lu Leng manggut-manggut. "Oooh! Ternyata kalian dari Bu Tong Pai!"

Han Giok Shia segera memberitahukan. "Yang ini adalah Sin Kiam Pok Hua, ketua Bu Tong Pai!"

Perlu diketahui Bu Tong Pai termasuk partai besar, lagi pula para murid Bu Tong Pai bersifat gagah, selalu menegakkan keadilan dalam rimba persilatan. Begitu mendengar mereka dari Bu Tong Pai, rasa permusuhan dalam hati Lu Leng pun sirna seketika.

"Ternyata Sin Kiam Pok Hua Cianpwee, selamat bertemu!" katanya.

Akan tetapi, wajah Sin Kiam Pok Hua justru tak sedap dipandang. "Usiamu masih muda, sebetulnya tidak pantas bergebrak denganku! Namun beberapa gurumu itu justru selalu menghindar, tidak mau berjumpa dengan pihak Bu Tong Pai! Apa boleh buat, terpaksa menyuruhmu untuk belajar kenal dengan ilmu pedang Bu Tong!"

Mendengar ucapan itu Lu Leng menjadi tertegun. "Pok Cianpwee bilang apa?"

Sin Kiam Pok Hua membentak. "Su Yang To yang terselip di pinggangmu adalah golok pusaka milik Bu Tong Pai! Chou Kim Kong-Wang Yan memperoleh golok pusaka itu, kini berada di tanganmu, tentunya harus kuambil! Melihat usiamu masih muda, kau boleh menggunakan golok pusaka itu bertarung denganku!"

Setelah mendengar penuturan itu Lu Leng baru tahu adanya kesalah-pahaman, "Haha!"

Sen Hong Kiam Khek menghardik, "Kenapa tertawa?!"

Lu Leng menjulurkan tangannya, dan seketika Su Yang To sudah berada di tangan kanannya. Sin Kiam Pok Hua tahu bahwa golok pusaka itu amat tajam. Maka begitu melihat Lu Leng menggenggam golok pusaka itu, dia langsung memundurkan kudanya, sedangkan Lu Leng tertawa, lalu berkata kepada Han Giok Shia.

"Nona Han, mari kita melanjutkan perjalanan!"

Lu Leng melemparkan golok pusaka itu ke bawah. Terdengar suara berdesir dan Su Yang To itu menancap di tanah sehingga hanya tampak gagangnya. Lu Leng sudah memacu kudanya, dan Han Giok Shia segera mengikutinya. Gadis itu tidak merasa terkejut ketika melihat Lu Leng melemparkan Su Yang To tersebut, sebab dia tahu bahwa Lu Leng tidak berhati serakah, melainkan memang berniat mengembalikan Su Yang To itu kepada pihak Bu Tong Pai.

Akan tetapi, sebaliknya malah membuat Sen Hong Kiam Khek dan Sin Kiam Pok Hua tertegun. Sen Hong Kiam Khek segera meloncat turun dari kuda, lalu mengambil golok pusaka tersebut. Setelah mengambil Su Yang To itu, giranglah Sen Hong Kiam Khek, kemudian berkata kepada Sin Kiam Pok Hua.

"Suheng, kini Su Yang To sudah kembali ke tangan kila, ini sungguh menggembirakan!"

Sin Kiam Pok Hua masih tertegun di tempat, kemudian memandang ke depan. Dilihatnya Lu Leng dan Han Giok Shia sudah berada di kejauhan belasan depa, dia segera berseru menggunakan lweekang, "Saudara kecil! Tunggu!"

Sembari berseru dia pun memacu kudanya, kemudian mendadak badannya mencelat ke depan, lalu berjungkir balik lagi melesat ke depan. Ternyata Sin Kiam Pok Hua menggunakan ilmu ginkang Ceng Teng Sam Tian Sui (Capung Terbang Di permukaan Air). Dalam sekejap dia sudah berada di hadapan Lu Leng dan Han Giok Shia, lalu menghentikan kuda masing-masing.

"Cianpwee masih ada petunjuk apa?" tanya Lu Leng.

Wajah Sin Kiam Pok Hua tampak serius sekali. "Saudara kecil, kau memang gagah dan berhati lapang, pihak Bu Tong Pai amat berterima-kasih kepadamu. Akan tetapi, setelah kau kembalikan Su Yang To itu kepada kami, bagaimana kau terhadap guru-gurumu itu?"

Semula Lu Leng mengira Sin Kiam Pok Hua ingin cari gara-gara, tidak tahunya malah mengatakan begitu, itu membuat Lu Leng terharu sekali. Pantas nama Bu Tong Pai amat harum dalam rimba persilatan, juga tidak bernama kosong! Sin Kiam Pok Hua menganggapnya sebagai murid Coan Tiong Liok Chou. Walau sudah menerima Su Yang To tersebut, namun dia tetap mencemaskan keselamatan Lu Leng.

Oleh karena itu Lu Leng segera berkata, "Pok Cianpwee tidak usah cemas, sesungguhnya aku bukan murid Coan Tiong Liok Chou. Aku memperoleh Su Yang To itu secara tidak sengaja. Kemudian setelah aku bertemu beberapa orang dari Coan Tong Liok Chou, barulah aku tahu riwayat golok pusaka itu. Maka aku tidak bersedia mengembalikan kepada mereka, sebaliknya berniat mengembalikan kepada Bu Tong Pai."

Sin Kiam Pok Hua mengeluarkan suara. "Oh," lalu bertanya. "Saudara kecil, bolehkah aku tahu namamu?"

Lu Leng segera memberitahukan, "Namaku Lu Leng."

Sin Kiam Pok Hua mengerutkan kening, "Ternyata saudara Lu! Sudah dua tahun lebih, ada tiga orang Bu Tong Pai mati di tangan ayahmu. Apakah kau tahu tentang itu?"

Lu Leng tahu, yang dimaksudkan Sin Kiam Pok Hua adalah Bu Tong Sam Kiam. Mereka bertiga saling membunuh karena terpengaruh oleh suara harpa, Lu Leng berada di situ menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Karena itu, Lu Leng menghela nafas panjang lalu berkata, "Pok Cianpwee salah paham. Bu Tong Sam Kiam binasa, aku menyaksikannya. Mereka bertiga saling membunuh karena terpengaruh oleh suara harpa Pat Liong Thian Im. Aaaah! Semua pertikaian dalam rimba persilatan justru ditimbulkan oleh Liok Ci Khim Mo.”

Sin Kiam Pok Hua tertegun mendengar penuturan Lu Leng itu. sedangkan Sen Hong Kiam Khek sudah mendekati mereka sambil membawa Su Yang To. Sin Kiam Pok Hua menundukkan kepala memandang golok pusaka itu seraya berkata.

"Saudara kecil, kau yang memperoleh Su Yang To ini, namun bersedia mengembalikan kepada kami. Tentunya kami harus mempercayai omonganmu. Untung bertemu di sini. Kalau tidak, antara Bu Tong Pai dengan Go Bi Pai pasti terjadi pertikaian lagi."

Berkata sampai di sini, Sin Kiam Pok Hua berhenti sejenak, setelah itu barulah dilanjutkan. "Saudara kecil, kami telah berhutang budi kepadamu. Kelak kalau ada urusan apa, kami pihak Bu Tong Pai pasti membantu."

Sen Hong Kiam Khek segera menyambung. "Tidak salah."

Han Giok Shia girang bukan main, sebab bantuan dari pihak Bu Tong Pai itu jauh lebih berharga dari Su Yang To tersebut. Akan tetapi Lu Leng malah tertawa hambar seraya berkata. “Terima-kasih atas maksud baik Pok Cianpwee. Kelak kalau aku punya suatu kesulitan, aku pasti ke Bu Tong minta petunjuk."

Sin Kiam Pok Hua manggut-manggut, "Kalau begitu, kita berjumpa kembali di gunung Go Bi San.”

Mereka menjura kepada Lu Leng, lalu melangkah pergi. Lu Leng segera balas memberi hormat, kemudian bersama Han Giok Shia melanjutkan perjalanan menuju gunung Go Bi San.

Han Giok Shia tersenyum. "Urusan di dunia memang sulit diduga. Kau mengembalikan Su Yang To itu tanpa syarat, dalam hatiku merasa sayang sekali. Justru tak disangka sama sekali, Sin Kiam Pok Hua berhati begitu lapang dan gagah, langsung menganggapmu sebagai kawan baik."

Lu Leng tersenyum getir. "Nona Han, semua itu tak berarti bagiku."

Berbicara ke sana ke mari, justru kembali pada urusan berduka itu. Han Giok Shia menjadi membungkam. Mereka berdua terus melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan tampak begitu banyak kaum rimba persilatan menuju gunung Go Bi San untuk memberi selamat. Kelihatannya tidak usah sampai di gunung Go Bi San, sudah bisa tahu bahwa berita Tam Goat Hua akan menikah dengan Tong Hong Pek itu memang benar.

Semakin mendekati gunung Go Bi San, hati Lu Leng terasa tersayat. Ketika memasuki gunung itu, Lu Leng nyaris tak punya keberanian berjalan ke depan. Han Giok Shia menatapnya. Dilihatnya wajah Lu Leng tampak pucat sekali. Gadis itu sudah berpikir dari tadi, bagaimana membangkitkan semangatnya, namun tidak menemukan cara. Sementara kuda mereka terus berlari. Ketika memasuki rimba, Han Giok Shia mengajak Lu Leng berhenti. Mereka berdua lalu duduk di bawah sebuah pohon.

"Saudara Lu, bagaimana kau selanjutnya?" tanya Han Giok Shia sambil memandangnya.

Lu Leng memandang lurus ke depan, lama sekali barulah menyahut. "Selanjutnya? Aku sendiri pun tidak tahu harus bagaimana."

Han Giok Shia bertepuk tangan sambil berkata. "Bagus! Jawaban yang amat bagus!"

Lu Leng segera menatapnya karena tidak tahu apa maksudnya gadis itu mengatakan begitu.

Han Giok Shia berkata lagi. "Memang merupakan jawaban yang amat bagus! Kalau Lu Cong Piau Tau dan istrinya yang berada di alam baka mendengarnya, hati mereka pasti terhibur!"

Lu Leng tercengang ketika mendengar perkataan itu. "Nona Han, apa maksudmu?"

Han Giok Shia tertawa. "Haha! Apa maksudku, apakah kau tidak tahu?"

Lu Leng menundukkan kepala, matanya mulai bersimbah air, sama sekali tidak menyahut. Han Giok Shia tahu, bahwa perkataannya telah menusuk hati Lu Leng. Memang itu yang dikehendakinya, agar dapat membangkitkan semangat pemuda itu.

Karena itu gadis tersebut berkata lagi. "Saudara Lu, aku tidak salah bicara. Kini kau sudah besar, lagi pula telah berhasil menguasai ilmu Kim Kong Sin Ci. Namun saat ini kau justru tidak tahu harus bagaimana gara-gara seorang gadis, bukankah itu amat menggembirakan?"

Lu Leng mendongakkan kepala memandang Han Giok Shia, kemudian berkata dengan suara keras. "Nona Han! Kau... kau...."

Han Giok Shia segera menyahut, "Walau sudah hampir dua tahun Liok Ci Khim Mo tidak muncul dalam rimba persilatan, tapi suatu hari pasti akan mengacau rimba persilatan lagi. Kau masih muda dan memikul dendam kedua orang-tuamu, justru rela menjadi tidak karuan gara-gara seorang gadis. Bagaimana tidak menggembirakan ayah bundamu yang berada di alam baka? Mendengar itu pasti tertawa terbahak-bahak, karena punya anak yang begitu berbakti."

Wajah Lu Leng yang sudah pucat itu bertambah pucat, akhirnya sekujur badannya bergetar, lalu bangkit berdiri seraya membentak. "Diam!"

Han Giok Shia malah tertawa. "Memang gampang menyuruhku diam, tapi kaum rimba persilatan di kolong langit justru sulit menutup mulut. Saudara Lu, setelah kau berhasil menguasai kepandaian tinggi dan kembali ke Tionggoan, semua orang pasti menganggapmu akan menjadi seorang pendekar muda. Tapi tidak tahunya kau malah kehilangan sukma, tidak bisa melepaskan diri dari jeratan cinta. Ke mana pun kau pergi, pasti ditertawakan orang."

Kini wajah Lu Leng sudah berubah kehijau-hijauan, kemudian berubah merah padam dan ungu. Hal itu dikarenakan setiap perkataan Han Giok Shia bagaikan panah tajam menembus ke dalam hatinya. Lu Leng kelihatan seperti mendengar suara tawa kaum rimba persilatan, bahkan seakan melihat entah berapa banyak tangan menuding ke arahnya. Dia menggeleng-gelengkan kepala kemudian berteriak sekeras-kerasnya.

"Omong kosong...!"

Han Giok Shia menyahut dengan tenang. "Mudah-mudahan aku omong kosong!"

Lu Leng tertegun, lama sekali barulah duduk kembali. Berselang beberapa saat kemudian dia mendongakkan kepalanya seraya berkata, "Nona Han, memang benar apa yang kau katakan."

Han Giok Shia tampak girang sekali. "Saudara Lu, ini baru...."

Akan tetapi, sebelum Han Giok Shia menyelesaikan ucapannya, air mata Lu Leng sudah meleleh. "Nona Han, tapi aku... aku bagaimana melupakannya?"

Padahal Han Giok Shia merupakan gadis yang tidak sabaran dan keras hati, namun dalam hatinya amat berterima-kasih kepada Lu Leng yang telah menyelamatkannya di balok batu di pulau Hek Ciok To. Oleh karena itu, dia pun menjadi sabar dan terus-menerus berupaya membangkitkan semangat Lu Leng.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar