Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 61

Senjata Kou Hun Si justru membuatnya amat terkenal. Tiada seorang pun tahu nama aslinya, semua orang menyebutnya Kou Hun Siu karena senjata itu merupakan andalannya! Karena itu bagaimana mungkin dia akan membiarkan senjatanya direbut oleh Tam Goat Hua? Hal ini sempat membuat Kou Hun Siu bingung dan ragu-ragu. Di saat dia tertegun, jari tangan Lu Leng sudah mendekat pada bagian dadanya! Kou Hun Siu membentak keras sambil mengerahkan lweekang-nya untuk membetot! Maksudnya sebelum jari tangan Lu Leng sampai di dadanya, dia akan membetot Tam Goat Hua ke hadapannya untuk dijadikan tameng!

Walau pun lweekang Lu Leng dapat dikerahkan dan ditarik kembali sekehendak hatinya, namun di saat dia menarik kembali lweekang-nya, Kou Hun Siu pasti akan menyerangnya! Perhitungan Kou Hun Siu memang tidak salah tapi dia justru melupakan satu hal yang amat penting, yaitu meremehkan lweekang yang dimiliki Tam Goat Hua! Dia menganggap gadis itu masih muda, tidak mungkin Tam Goat Hua memiliki lweekang yang amat tinggi. Kou Hun Siu sama sekali tidak tahu, walau Tam Goat Hua masih muda namun sudah mewarisi kepandaian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Lagi-pula ketika bersama Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, dia pun memperoleh petunjuk-petunjuk yang amat berharga mengenai ilmu silat. Ditambah lagi tiga jurus ilmu silat ajaran Tiat Sin Ong, otomatis membuat lweekang-nya semakin tinggi. Hal ini benar-benar di luar dugaan Kou Hun Siu! Pada saat ini ketika Kou Hun Siu membetot Tam Goat Hua, dia telah menggunakan sepuluh bagian tenaganya, tapi ternyata ia tidak berhasil membetot Tam Goat Hua ke hadapannya untuk dijadikan tameng. Ia hanya berhasil membetot Tam Goat Hua tergeser tiga langkah ke depan! Sedangkan jurus serangan Lu Leng cepatnya laksana kilat.

“Buum!” terdengar suara yang amat dahsyat.

Kou Hun Siu berteriak aneh. Hawa murni di sekujur tubuhnya nyaris buyar seketika, otomatis tangannya jadi renggang sehingga senjata Kou Hun Si berhasil direbut oleh Tam Goat Hua! Seandainya orang lain, saat ini pasti tidak akan menyudahi begitu saja! Tentunya ia akan merebut kembali senjata tersebut! Akan tetapi Kou Hun Siu adalah orang yang amat licik. Ketika senjata Kou Hun Siu terlepas dari tangannya, di saat bersamaan dia pun merasa dadanya amat sakit sekali. Kou Hun Siu menyadari, bila ia meneruskan pertarungan maka dirinya akan celaka! Karena itu sebelum Lu Leng menyerang lagi, dia langsung berteriak aneh sekaligus melesat ke luar!

Kejadian ini sungguh di luar dugaan Lu Leng sehingga membuatnya tertegun, namun Kou Hun Siu telah berhasil melesat ke luar! Lu Leng ingin mengejarnya tetapi terdengar Tam Goat Hua berkata,

"Adik Leng, biarlah dia pergi! Cepat lihat bagaimana keadaan nona Toan!" Sembari berkata Tam Goat Hua juga melepaskan lilitan senjata Kou Hun Siu di rantai besinya, lalu mendekati Toan Bok Ang.

Begitu mendengar perkataan Tam Goat Hua, Lu Leng pun tidak pergi mengejar Kou Hun Siu, melainkan mendekati Toan Bok Ang. Setelah berada di hadapan gadis itu, Lu Leng melihat wajah gadis itu tampak pucat pias. Jelas dia sudah terluka parah, namun bibirnya terus bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi tidak mampu mengeluarkan suara.

Tam Goat Hua segera berkata, "Adik Toan, kau sudah terluka parah, jangan bicara! Sampai di dalam gudang pusaka, kita ambil Lan Tian Giok Sek untuk kau makan, kau pasti tidak akan apa-apa!"

Ternyata Tam Goat Hua mengira semua perangkap yang ada sudah tidak berfungsi lagi sehingga bisa memasuki gudang pusaka dengan mudah untuk mengambil benda tersebut. Kalau Toan Bok Ang sudah makan Lan Tian Giok Sek, maka luka yang bagaimana parah pun pasti akan sembuh! Ternyata setelah Tam Goat Hua berkata begitu, wajah Toan Bok Ang malah tampak gugup dan cemas sekali. Bibirnya terus bergerak tapi tidak mengeluarkan suara. Lu Leng dan Tam Goat Hua terheran-heran karena kelihatannya Toan Bok Ang ingin mengatakan sesuatu yang amat penting!

Berselang sesaat, terdengar suara Toan Bok Ang yang amat lirih dan perlahan. "Ti... tidak... boleh... cepat... mundur... ke Iuar...!"

Mendengar itu Lu Leng dan Tam Goat Hua bertambah heran, sebab mereka berdua dengan kedua jurus serangan itu telah berhasil membuat Kou Hun Siu lari terbirit-birit! Walau menyebabkan Toan Bok Ang terluka parah, tapi tetap terhitung di atas angin. Tidak mungkin Toan Bok Ang tidak melihat semua kejadian barusan, namun mengapa dia justru menyuruh mereka berdua cepat-cepat mundur ke luar?

Lu Leng segera berkata, "Kakak Ang, kita harus segera ke gudang pusaka, jangan membuang waktu dan terlalu banyak berbicara di sini!"

Air muka Toan Bok Ang tampak semakin gugup, panik dan cemas. Keringat sebesar kacang hijau pun terus merembes ke luar dari keningnya. Kembali dia berkata dengan susah payah, "Cepat... mundur ke tempat masuk itu, terlambat pasti... celaka!" Toan Bok Ang berusaha berbicara, akibatnya darah segar mengalir ke luar dari mulutnya!

Lu Leng dan Tam Goat Hua tetap terheran-heran, tapi akhirnya mereka pun menyadari bahwa perkataan Toan Bok Ang tersebut pasti ada alasannya. Kalau tidak, mengapa dalam keadaan terluka parah dia masih berusaha mengatakannya? Dan sekarang luka Toan Bok Ang telah bertambah parah! Tetapi Lu Leng tidak rela bila mereka mundur pada saat ini.

Segera Lu Leng berkata, "Kakak Ang, apakah kita tidak boleh ke gudang pusaka itu? Kami kemari memikul beban yang amat berat sekali!"

Saat ini Lu Leng dan Tam Goat Hua memang tidak tahu keadaan yang sebenarnya, maka mereka tidak merasa gugup, panik mau pun cemas. Namun Toan Bok Ang tahu jelas keadaan di dalam Lorong Rahasia itu. Ternyata di dalam Lorong Rahasia tersebut telah dipasang bahan peledak, bahkan sumbunya pun sudah dinyalakan pula. Tempat itu akan meledak sewaktu-waktu! Hal inilah yang membuat Toan Bok Ang sangat gugup dan panik, sedangkan Lu Leng dan Tam Goat Hua masih tampak tenang-tenang saja karena tidak mengetahui sebab-sebabnya.

Betapa gugup dan paniknya Toan Bok Ang sudah sulit dilukiskan, namun sayang sekali jalan darah Nau Hu Hiat-nya terserang oleh lweekang Kou Hun Siu sehingga menyebabkan dia terluka parah dan tidak punya tenaga untuk berbicara! Ketika mendengar Lu Leng tidak mau mundur dari situ, saking gugup dan panik justru membuat Toan Bok Ang tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, hanya keringat dingin yang mengucur ke luar dari sekujur badannya!

Bagaimana Toan Bok Ang bisa bersama Kou Hun Siu?

Ternyata hari itu setelah berpisah dengan Tam Goat Hua, dia pun melakukan perjalanan seorang diri. Tujuannya ke rimba itu untuk bertemu dengan gurunya. Setibanya di rimba tersebut ternyata Yok Kun Sih gurunya justru tidak berada di situ! Ini amat di luar dugaan Toan Bok Ang. Walau perbuatannya telah melanggar peraturan perguruan Hui Yan Bun dan menyebabkan gurunya amat gusar, namun dia tahu gurunya sangat menyayanginya sehingga tidak akan memutuskan hubungan guru dengan murid! Apabila benar hubungan itu putus, Toan Bok Ang betul-betul tidak mempunyai seorang pun yang dekat dengan dirinya!

Toan Bok Ang duduk seorang diri di dalam rimba itu. Dia teringat akan semua kejadian yang telah menimpa dirinya, seketika dia menangis terisak-isak. Di dalam rimba itu amat sunyi. Suara tangisannya memecahkan kesunyian, membuat burung-burung yang ada di situ berterbangan saking terkejut. Setelah menangis sejenak, barulah berhenti perlahan-lahan. Tiba-tiba saja terdengar suara langkah yang amat lirih. Toan Bok Ang tersentak dan langsung bersembunyi di balik sebuah pohon besar.

Tak seberapa lama kemudian, suara langkah itu pun semakin mendekat. Toan Bok Ang mengintip, ternyata yang datang adalah seorang biarawati muda. Dilihat dari gerak-gerik biarawati itu sepertinya tidak begitu bisa ilmu silat, karena ketika menginjak daun ia menimbulkan suara berkeresek yang terdengar jelas. Toan Bok Ang terheran-heran dalam hati dan berpikir, untuk apa biarawati muda itu kemari? Di saat Toan Bok Ang sedang berpikir, biarawati muda itu pun berhenti.

Biarawati muda itu merangkapkan kedua telapak tangannya di dada seraya menyebut, "Siancay! Siancay! Yang menangis tadi apakah nona Toan?"

Mendengar itu Toan Bok Ang terkejut bukan main! Toan Bok Ang tidak berani langsung menyahut.

Terdengar lagi biarawati muda itu berkata, "Nona Toan, legakanlah hatimu! Aku bukan biarawati rimba persilatan, hanya aku sudah lama tinggal di gunung, maka sepasang kakiku amat kuat! Aku kemari membawa kabar berita mengenai gurumu, harap kau keluar menemuiku!"

Biarawati muda itu kelihatan berwajah welas asih dan tidak bisa ilmu silat. Selain dirinya, orang lain tidak akan tahu gurunya menunggu dia di tempat ini! Oleh karena itu, ketika mendengar biarawati muda itu membawa kabar berita tentang gurunya, Toan Bok Ang segera memunculkan diri. Ia mendekati biarawati muda itu dan memberi hormat seraya berkata, "Bagaimana sebutan Taysu?"

Biarawati muda itu tersenyum. "Aku dan kau hanya bertemu sejenak, lalu akan berpisah. Untuk apa kau ingin tahu sebutanku?"

"Taysu bilang membawa kabar berita guruku, bagaimana keadaan beliau?"

Biarawati muda itu tersenyum lagi. "Siancay! Gurumu sudah jadi biarawati di kuilku""

Betapa terkejutnya Toan Bok Ang sehingga tanpa sadar ia berseru tak tertahan. "Kau bilang apa?"

Biarawati muda itu memberi-tahukan, "Gurumu telah masuk ke pintu kosong dan mulai saat ini telah terlepas dari segala macam penderitaan! Mengapa kau tampak terkejut?"

Toan Bok Ang terbelalak. Lama sekali baru dia berkata, "Kalau begitu, ada pesan apa dari beliau untukku?"

Biarawati muda itu menyahut, "Dia sudah masuk ke pintu Buddha, seharusnya melupakan hal-hal duniawi! Tapi dia justru tidak bisa melupakanmu...."

Mendengar sampai di situ, air mata Toan Bok Ang sudah meleleh. "Guru...."

Biarawati muda itu memberi-tahukan, "Dia yang menyuruhku kemari untuk menemuimu. Dia berpesan agar kau jangan merindukannya lagi! Selain itu dia pun menyerahkan semacam benda untukmu!"

Biarawati muda itu mengeluarkan sebuah giok mirip medali kecil yang berukir burung walet. Begitu melihat giok itu, wajah Toan Bok Ang pun berubah. Ternyata giok itu merupakan benda kepercayaan ketua partai Hui Yan Bun. Toan Bok Ang segera berlutut.

Biarawati muda itu berkata, "Dia menghendaki aku menyerahkan benda ini padamu. Dia pun berkata, kalau kau melihat benda ini pasti tahu akan maksud hatinya!"

Toan Bok Ang menangis. "Aku tahu! Guru menghendaki aku memikul tugas partai Hui Yan Bun...."

Biarawati muda itu menaruh giok itu di atas tanah, kemudian berkata, "Aku telah menyampaikan kabar berita dan pesannya, di sini aku mohon diri!"

Toan Bok Ang segera berkata, "Taysu, di mana guruku?"

Biarawati muda itu tersenyum. "Nona Toan, di dunia ini sudah tiada gurumu!"

Terbeliak Toan Bok Ang. Ia berseru tak tertahan, "Hah?! Apa?! Omong kosong! Guruku masih sehat wal'afiat dan belum mati, bagaimana sudah tiada di dunia?"

"Dia sudah masuk ke pintu kosong, gelarnya adalah Liau Hui, maka di dunia ini bagaimana masih ada Yok Kun Sih?"

Toan Bok Ang bangkit berdiri. "Tidak peduli siapa Liau Hui itu, pokoknya kau harus membawaku pergi menemuinya!"

Biarawati muda itu menggelengkan kepala. "Maaf, aku tidak bisa mengabulkannya!"

Toan Bok Ang kelihatan gusar. Dia pikir gurunya mendadak jadi biarawati, mungkin karena dirinya. Lagi-pula dia akan kehilangan orang yang paling dekat dengannya, maka sekarang ini dia ingin pergi menemui gurunya! Toan Bok Ang langsung mencengkeram leher jubah biarawati muda itu seraya berkata, "Beritahukan! Guruku jadi biarawati di kuil mana?"

Biarawati muda itu memejamkan matanya, mulutnya membaca doa dengan wajah kelihatan tenang sekali, sama sekali tiada rasa takut. Toan Bok Ang tertegun, kemudian dia pun melepaskan tangannya. Biarawati muda itu pun tidak berbicara apa-apa, hanya membalikkan badannya lalu berjalan pergi. Setelah biarawati muda itu tidak kelihatan, barulah Toan Bok Ang menangis tersedu-sedu. Dia memungut giok itu sambil tak henti-hentinya berseru-seru memanggil gurunya, hatinya berduka sekali.

Toan Bok Ang menangis hingga tengah malam, barulah dia pergi dengan mata membengkak. Orang yang paling dicintainya ternyata tidak mencintainya, itu sudah cukup membuat hatinya berduka! Kini gurunya yang dianggap sebagai ibu juga mendadak meninggalkannya jadi biarawati, sehingga membuatnya merasa tiada artinya hidup! Dia terus berjalan dengan hati hampa, tak terasa hari sudah mulai terang. Saat sinar mentari pagi menyorot wajahnya barulah dia tersentak seperti tersadar dari mimpi!

Toan Bok Ang tertegun di pinggir jalan sambil berpikir. Kalau pun gurunya sudah jadi biarawati, tidak mungkin gurunya tidak mau menemuinya! Karena itu Toan Bok Ang mengambil keputusan untuk mencari gurunya di semua kuil. Biar bagaimana pun dia harus bertemu gurunya. Ketika hari mulai gelap dia berhasil mencari sebuah kuil yang dihuni para biarawati, namun gurunya tidak berada di situ. Sehari lewat, sehari Toan Bok Ang terus mencari, tapi tiada hasilnya sama sekali!

Hari itu di saat hari mulai malam, Toan Bok Ang memasuki gunung Cing Gu San di daerah Holam. Penduduk setempat mengatakan bahwa di dalam gunung itu terdapat beberapa kuil, maka Toan Bok Ang memasuki gunung tersebut. Walau sudah mencari di beberapa kuil, tapi ia tetap tidak memperoleh informasi tentang gurunya. Malam semakin larut. Toan Bok Ang mulai berpikir untuk mencari sebuah kuil lagi lalu beristirahat.

Tak seberapa lama kemudian dia melihat sebuah kuil bercat kuning. Toan Bok Ang segera mendekati kuil tersebut. Si tembok terdapat beberapa huruf ‘Lam-Bu-O-Mi-To-Hud’. Setelah membaca tulisan itu, Toan Bok Ang pun mendongakkan kepala. Ia melihat sebuah papan tergantung di atas pintu, tertulis ‘Tay Se Am’ (Kuil Tay Se). Seusai membaca tulisan itu wajah Toan Bok Ang langsung berseri karena itu adalah kuil para biarawati. Walau tidak menemukan gurunya, namun dia masih boleh beristirahat di kuil biarawati itu! Oleh karena itu Toan Bok Ang cepat-cepat mendekati pintu kuil.

Mendadak keningnya berkerut. Ternyata sayup-sayup ia mendengar suara pembicaraan di dalam kuil. Perlahan-lahan dia menjulurkan tangannya, lalu mengetuk pintu kuil. Berselang sesaat barulah pintu kuil itu terbuka sedikit, terlihat sebuah kepala menjulur ke luar sedikit. Di bawah sinar rembulan yang remang-rernang, Toan Bok Ang menengok ke arah orang itu. Seketika hatinya tersentak kaget. Ternyata orang itu walau berdandan sebagai biarawati, tapi tampangnya amat bengis. Di keningnya juga tampak bekas bacokan goIok, kelihatannya tidak seperti orang yang menyucikan diri.

Biarawati itu melotot seraya bertanya, "Ada urusan apa?"

Toan Bok Ang segera menyahut, "Mohon tanya Suthay, apakah baru-baru ini ada seorang wanita tua menyucikan diri di kuil ini?"

Biarawati itu langsung menyahut, "Tidak ada! Sialan!"

Cacian itu membuat Toan Bok Ang jadi gusar dalam hati, namun ia tidak melampiaskannya. Kembali ia berkata, "Kalau begitu aku mohon Suthay memperbolehkan aku bermalam di sini!"

Biarawati itu tertawa dingin dan menyahut ketus, "Tidak bisa!"

Usai menyahut ketus, biarawati itu pun menutup pintu! Akan tetapi Toan Bok Ang yang sudah gusar itu langsung menahan pintu sambil mengerahkan lweekang-nya. Kini lweekang-nya sudah bertambah tinggi sehingga dapat menembus daun pintu, lagi-pula dia mengerahkan lweekang-nya hingga tujuh bagian! Terdengar biarawati itu berteriak aneh di dalam, menyusul terdengar pula suara gedebuk, mungkin biarawati itu jatuh!

Toan Bok Ang tertawa dingin, lalu membalikkan badannya berjalan pergi meninggalkan kuil itu. Ketika baru berjalan belasan depa, mendadak terdengar suara bentakan di belakangnya. Suara bentakan itu bagaikan geledek membelah bumi, sungguh mengejutkan! Walau Toan Bok Ang sudah memiliki lweekang tinggi, namun suara bentakan itu masih membuatnya terloncat! Saking terkejut Toan Bok Ang langsung melesat ke depan beberapa depa, setelah itu barulah membalikkan badannya. Ia melihat biarawati tadi hidungnya membengkak merah, mungkin ketika jatuh hidungnya membentur lantai.

Biarawati itu berlari mendekati Toan Bok Ang! Di belakang biarawati itu tampak seorang biarawati tua yang tinggi besar, tangannya membawa sebuah pikulan besi yang berwarna hitam. Biarawati tua itu juga berlari menghampiri Toan Bok Ang. Begitu melihat biarawati tua itu, Toan Bok Ang pun jadi tercengang karena dia pernah bertemu biarawati tua itu, bahkan juga tahu dia gagu dan tuli! Ternyata ketika Lu Leng mengejar Tam Goat Hua, sedangkan Toan Bok Ang mengejar Lu Leng, mereka justru bertemu biarawati tua gagu dan tuli itu di kuil kecil dekat Gunung Tiong Tiau San! Begitu melihat biarawati tua itu muncul mendadak di sini, Toan Bok Ang sudah tahu dalam hati, pasti ada sesuatu yang tidak beres!

Setelah berada di hadapan Toan Bok Ang, biarawati berwajah bengis langsung menunjuk Toan Bok Ang seraya berkata, "Tuh dia! Cepatlah kau pukul dia!"

Biarawati berwajah bengis menunjuk Toan Bok Ang dengan penuh kegusaran, seakan ingin menelannya hidup-hidup! Kelihatannya sama sekali tidak seperti orang yang menyucikan diri! Toan Bok Ang tahu, kepandaian biarawati tua gagu tuli itu amat tinggi, maka ia tidak berani bertindak ceroboh. Di saat bersamaan biarawati tua gagu tuli itu mengangkat pikulannya seraya menyerang Toan Bok Ang. Pikulan itu menimbulkan suara yang menderu-deru!

Toan Bok Ang tidak berani menangkis, melainkan berkelit menggunakan ilmu ginkang perguruannya! Setelah berkelit mendadak Toan Bok Ang memutarkan badannya, lalu mencelat ke arah biarawati berwajah bengis sekaligus menjulurkan tangannya mencengkeram leher jubahnya! Walau biarawati berwajah bengis itu bisa ilmu silat, tapi mana bisa dia melawan Toan Bok Ang? Terdengar biarawati berwajah bengis berteriak aneh, ternyata badannya telah dilempar ke atas melayang-layang mengarah biarawati tua gagu tuli itu. Biarawati tua gagu tuli itu tertegun. Segera dia menghindar, namun biarawati berwajah bengis itu berteriak-teriak.

"Cepat sambut aku! Cepat sambut aku!"

Mana mungkin biarawati tua gagu tuli itu mendengar suara teriakannya? Ia hanya terbelalak memandangnya. Setelah berteriak dua kali, biarawati berwajah bengis itu pun jatuh gedebuk di tanah. Biarawati berwajah bengis itu merintih-rintih, sekujur badannya terasa sakit sekali sehingga tidak kuat bangkit berdiri. Melihat itu, biarawati tua gagu tuli mulai menyerang Toan Bok Ang Iagi. Toan Bok Ang tetap berkelit menggunakan ilmu ginkang.

Memang dengan cara ini Toan Bok Ang dapat mengelakkan serangan-serangan si biarawati tua yang gagu tuli itu, tetapi ini berarti ia cuma bertahan saja tanpa bisa menyerang. Ketika melihat Toan Bok Ang cuma berkelit, si biarawati tua gagu tuli itu menyerangnya dengan lebih sengit dan dahsyat. Terdengar suara menderu-deru yang ditimbulkan pikulannya, semakin lama semakin dahsyat. Kira-kira tiga empat puluh jurus kemudian, lweekang yang dikerahkannya perlahan-lahan menyerupai sebuah jala yang menutupi sekujur badan Toan Bok Ang!

Gadis itu sama sekali tidak menduga bila biarawati tua gagu tuli itu memiliki lweekang yang begitu tinggi. Toan Bok Ang menyadari, apabila terus menerus begini dirinya pasti akan celaka. Di saat bersamaan biarawati tua gagu tuli itu juga kelihatan sudah tidak sabar lagi karena belum dapat merobohkan Toan Bok Ang. Karena itu dia langsung menyerang Toan Bok Ang berturut-turut beberapa jurus dengan sengit sekali, dan menyebabkan debu dan batu kecil yang ada di sekitarnya berterbangan tersapu oleh angin sambaran pikulan itu!

Ketika melihat biarawati tua gagu tuli menyerang dengan sengit, Toan Bok Ang pun segera menghimpun hawa murninya. Badannya langsung mencelat ke atas! Biarawati tua gagu tuli itu tidak tahu hal sebenarnya, dia mengira Toan Bok Ang mencelat ke atas tersambar oleh angin pukulannya!

“Ah Ah Uh Uh!” terdengar biarawati tua gagu tuli itu berteriak-teriak, kelihatannya amat girang karena mengira Toan Bok Ang akan segera roboh ditangannya!

Toan Bok Ang yang berada di udara, ketika menyaksikan itu membuatnya hampir tertawa geli! Mendadak tangannya bergerak, tahu-tahu senjata pusaka Sian Tian Sin So sudah berada di tangannya. Ia lalu menyerang biarawati tua gagu tuli itu dengan jurus Sian Tian Ciau Ciau (Kilat Bergemerlapan). Tampak cahaya yang kemerah-merahan menyambar ke arah kepala biarawati gagu tuli itu!

Serangan itu membuat biarawati tua gagu tuli itu terperanjat sekali. Saking terperanjat ia jadi diam mematung. Sedangkan Toan Bok Ang tidak mau berhenti begitu saja, ia tetap melanjutkan serangannya. Kelihatannya biarawati tua gagu tuli itu akan terkena serangan tersebut, kalau pun tidak mati, sudah pasti akan terluka parah!

Mendadak terdengar suara seruan, "Harap ampuni dia!"

Tiba-tiba saja tampak sesosok bayangan berkelebat amat cepat sekali bagaikan kilat! Begitu bayangan itu berkelebat, tangan Toan Bok Ang pun terasa kencang, senjata Sian Tian Sin So di tangannya entah sudah terlilit oleh benda apa! Selain itu Toan Bok Ang juga merasa dirinya telah terbetot beberapa depa jauhnya. Bukan main terkejutnya Toan Bok Ang. Setelah berdiri tegak barulah dia menengok.

Ternyata di hadapannya telah berdiri seorang biarawati tua yang mengenakan jubah abu-abu. Warna ini sama dengan warna jubah biarawati tua gagu tuli itu, rupanya mereka sama-sama penghuni kuil tua tersebut. Di tangannya ada seuntai tasbih, ternyata yang melilit senjata Sian Tian Sin So adalah tasbih tersebut!

Ketika Toan Bok Ang menengok, biarawati tua itu pun mengendurkan tangannya. Toan Bok Ang cepat-cepat menarik kembali senjatanya. Pada waktu bersamaan terlihat lagi sesosok bayangan berkelebat datang dan berhenti di sisi biarawati tua. Ternyata yang datang adalah seorang tua dengan rambut dan jenggot sudah putih semua, namun wajahnya masih tampak segar dan sepasang matanya pun menyorot tajam. Sekali melihat tahulah Toan Bok Ang, bahwa orang tua itu mempunyai kepandaian yang amat tinggi.

Mendadak berkelebat sesosok bayangan lagi laksana kilat ke sisi orang tua itu! Dia adalah seorang biarawati dengan perawakan amat pendek dan kurus. Sepasang matanya berkilat-kilat, sulit menerka berapa usianya! Toan Bok Ang tahu kalau mereka bukan orang biasa. Diam-diam Toan Bok Ang berkeluh dalam hati, apabila dia tidak bisa bersabar pasti akan menimbulkan bahaya bagi dirinya.

Orang tua itu terus memandang senjata di tangan Toan Bok Ang. Kemudian mendadak dia bertanya, "Bocah perempuan, apa hubunganmu dengan Mo Liong Seh Sih?"

Toan Bok Ang segera menyahut, "Beliau adalah kawan baikku!"

Orang tua itu kelihatan kurang percaya. Ia menatapnya seraya berkata, "Kalau begitu, tua bangka Seh itu pasti telah memberitahukan sesuatu tentang dirinya kepadamu?"

Toan Bok Ang menyahut, "Belum tentu! Bolehkah aku tahu siapa locianpwe?"

Orang tua itu tertawa gelak seraya memberi-tahukan, "Kaum rimba persilatan menjuIukiku Kou Hun Siu!"

Begitu mendengar namanya, terkejutlah hati Toan Bok Ang dan membuatnya berdebar-debar saking tegang. Mo Liong Seh Sih memang tidak pernah menceritakan tentang Kou Hun Siu kepada Toan Bok Ang, namun sebagai seorang kaum rimba persilatan tentu saja gadis itu pernah mendengar mengenai Kou Hun Siu, apalagi dia berasal dari perguruan yang amat terkenal! Selain itu Toan Bok Ang yang sudah berkelana kesana-kemari, baru-baru ini telah mendengar kabar bahwa Kou Hun Siu sudah datang di daratan Tionggoan untuk bergabung dengan istana Ci Cun Kiong, Kedudukannya di dalam istana Ci Cun Kiong itu amat tinggi!

Oleh karena itu ketika mendengar nama tersebut, otomatis membuat Toan Bok Ang terkejut bukan main! Setelah tertegun beberapa saat barulah dia berkata, "Ternyata locianpwee adalah Kou Hun Siu! Maaf, aku sudah berlaku kurang ajar!"

Kou Hun Siu tertawa. "Haha! Apakah tua bangka Seh masih hidup?"

Toan Bok Ang menyahut dengan jujur, "Beliau sudah meninggal!"

"Pantas putrinya dan cucu perempuannya itu berani berlaku semaunya, ternyata tua bangka Seh sudah mati! Oh ya, bagaimana dia mati?"

Toan Bok Ang berpikir, kematian Mo Liong Seh Sih justru demi kebenaran rimba persilatan, sedangkan Kou Hun Siu telah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo. Kedua biarawati tua itu berwajah lurus bersih, namun belum tentu mereka adalah orang baik. Alangkah baiknya memanfaatkan kesempatan ini untuk mencaci mereka! Setelah berpikir demikian, Toan Bok Ang pun berkata, "Bagaimana Seh-locianpwee mati? Itu karena demi Panah Bulu Api!"

Kou Hun Siu berkata, "Panah Bulu Api? Heran! Dulu tua bangka Seh pernah memberi-tahukan padaku, bahwa dia telah berhasil menemukan Panah Bulu Api tersebut!"

Toan Bok Ang manggut-manggut. "Benar! Tapi beliau menaruh panah Bulu Api itu di dalam peti mati isterinya untuk menemani isterinya itu! Liok Ci Khim Mo merupakan penjahat besar di dunia persilatan, sedangkan Panah Bulu Api itu dapat menundukkan Liok Ci Khim Mo! Akan tetapi Seh-locianpwee pernah bersumpah, melarang siapa pun membongkar makam isterinya. Karena itu beliau terpaksa membunuh diri! Beliau sungguh merupakan orang gagah nomor wahid di dunia persilatan! Bagi orang yang bermuka tebal, mendengar itu pasti merasa malu sekali!"

Begitu usai Toan Bok Ang berkata, wajah Kou Hun Siu pun berubah kehijau-hijuan tak menentu, kelihatannya amat gusar sekali! Tapi Kou Hun Siu amat licik. Ia tidak melampiaskan kegusarannya, melainkan hanya tertawa kering lalu berkata, "Bocah perempuan, kau tahu begitu jelas? Adakah kau hanya mendengar cerita orang saja, bukan?!"

Toan Bok Ang menyahut jujur, "Bukan mendengar dari orang. Justru ketika Seh-locianpwee membunuh diri, aku berada di sisinya. Bahkan beliau pun pernah membawaku ke dalam gudang pusakanya...."

Ketika Toan Bok Ang berkata sampai di situ, Kou Hun Siu dan kedua biarawati tua itu pun maju selangkah seraya bertanya, "Apa?!"

Toan Bok Ang hanya ingin mencaci dan menyindir secara tidak langsung, maka tidak berpikir bahwa perkataannya itu akan membawa malapetaka bagi dirinya. Segera ia menyahut, "Seh-locianpwee pernah membawaku ke dalam gudang pusaka yang berada di dalam Lorong Rahasia Menembus Langit, tapi Panah Bulu Api sudah tidak ada di situ!"

Mendengar itu, Kou Hun Siu dan kedua biarawati tua itu bertanya lagi, "Di dalam gudang pusaka terdapat apa?"

Toan Bok Ang memberitahukan, "Banyak sekali benda pusaka!"

"Kau pernah melihat Sat Kang?" tanya biarawati tua yang pendek kurus.

Saat ini Toan Bok Ang sudah melihat akan ketidak-beresan ketiga orang itu, namun dia justru tidak bisa segera meninggalkan tempat itu. Ia pun segera menyahut, "Sat Kang apa?"

Biarawati tua pendek kurus memberi-tahukan, "Kelihatannya seperti sebuah jala hitam kecil sebesar telapak tangan!"

Toan Bok Ang mengangguk. "Ada, ada! Maaf! Aku mohon diri!"

Gadis itu langsung melesat pergi. Namun baru beberapa depa, Kou Hun Siu dan kedua biarawati itu melesat ke hadapannya dan langsung pula mengepungnya! Betapa terkejutnya Toan Bok Ang.

Sedangkan Kou Hun Siu telah berkata, "Jangan pergi dulu! Apakah kau melihat Liang Ngi Lun?"

Toan Bok Ang tahu Kou Hun Siu bertanya tentang benda hitam yang berbentuk bundar. Ia mengangguk. "Juga ada!"

"Kau juga melihat sebuah Seng Kim?" si biarawati yang memegang tasbih ikut bertanya.

Toan Bok Ang hanya ingin cepat-cepat pergi, maka ia segera menyahut, "Ya!"

Kou Hun Siu dan kedua biarawati tua itu saling memandang.

Biarawati tua yang memegang tasbih berkata, "Kelihatannya apa yang dikatakan dalam rimba persilatan memang tidak palsu sama sekali!"

Kou Hun Siu tertawa getir. "Tentunya tidak palsu, hanya saja Empat PuIuh Sembilan Lorong Rahasia Menembus Langit itu...." Ketika berkata sampai di situ Kou Hun Siu pun tertawa kering beberapa kali.

Biarawati tua yang memegang tasbih berkata, "Tidak usah terburu-buru! Nona Toan, aku masih ingin bertanya satu hal padamu!"

Biarawati tua itu pernah bertemu Toan Bok Ang di Gunung Tiong Tiau San, tidak heran dia tahu nama gadis itu.

"Mau bertanya apa, cepatlah tanya!" sahut Toan Bok Ang ketus.

Biarawati tua itu berpikir sejenak, kemudian berkata, "Kau begitu kenal Seh Sih. Ia juga membawamu ke dalam gudang pusaka, bahkan memberikan senjata andalannya padamu. Pernahkah dia memperlihatkan kepadamu sebuah lukisan?"

"Lukisan apa?" tanya Toan Bok Ang.

Biarawati tua menyahut, "Sesungguhnya itu tidak terhitung sebuah lukisan, tapi kalau kau pernah menyaksikannya tentunya kau akan teringat pada lukisan itu. Lukisan itu dibuat dari benang laba-laba api, kelihatannya hanya merupakan titik-titik merah bundar dan bergaris saja!"

Mendengar sampai di situ, diam-diam Toan Bok Ang tersentak dalam hati! Mengenai benda tersebut dia memang pernah menyaksikannya! Tidak cuma pernah menyaksikannya, kini justru berada pada dirinya! Benda itu bukan pemberian Mo Liong Seh Sih, melainkan ketika Toan Bok Ang dan Lu Leng dikurung oleh Liat Hwe Cousu di dalam makam nyonya Seh Sih, tanpa sengaja ia menemukan lukisan yang tidak karuan itu! Ketika itu mereka berdua menggulung lukisan itu dijadikan tali untuk menggantung ke atas peti mati tembaga. Kemudian kebetulan Yok Kun Sih datang, menyelamatkan Toan Bok Ang dan sekaligus membawanya pergi. Oleh karena itu lukisan yang digulung-gulung itu masih berada pada Toan Bok Ang.

Gadis itu sama sekali tidak tahu bagaimana pentingnya lukisan tersebut. Ia hanya merasa lukisan itu amat kuat dan alot sehingga dapat menggantung peti mati tembaga yang beratnya ribuan kati, maka lukisan tersebut dibawanya karena mungkin dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu! Lagi-pula ketika berada di dalam makam nyonya Mo Liong Seh Sih itu merupakan saat-saat yang amat indah baginya! Karena itu dia pun menganggap benda itu sebagai kenang-kenangan!

Begitu mendengar pertanyaan yang diajukan biarawati tua itu, seketika dia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Toan Bok Ang akhirnya paham, bahwa biarawati tua itu tidak menanyakan benda yang lain kecuali lukisan tersebut... berarti lukisan tersebut amat penting dan berguna! Maka Toan Bok Ang pun tidak mau menjawab dengan sejujurnya. Setelah mengambil keputusan tersebut, dia pun menggeleng-gelengkan kepala seraya bcrkata, "Aku tidak pernah melihat lukisan itu!"

Sepasang mata biarawawti tua itu menyorot tajam. "Nona Toan, kau berkata bohong! Kau tidak dapat menipu kami!"

Kou Hun Siu segera berkata, "Cit Seng Li lukisan apa itu? Mengapa kau bertanya mendesaknya?"

Biarawati tua itu puluhan tahun lampau merupakan perampok wanita yang malang melintang seorang diri, dia adalah Cit Seng Li-Lim Siok Hua. Kou Hun Siu dan dia punya hubungan yang amat baik. Ketika tahu dia sudah jadi biarawati, Kou Hun Siu segera pergi menemuinya dan mengajaknya bergabung dengan Liok Ci Khim Mo! KebetuIan Cit Seng Li tidak berada di Gunung Tiong Tiau San. Ia datang ke tempat ini untuk mengunjungi kawan lamanya, yaitu biarawati tua pendek kurus itu. Kou Hun Siu mencari Cit Seng Li hingga di tempat ini dan berkumpullah mereka bertiga di sini!

Cit Seng Li yang dipanggil Cit Seng Taysu segera menyahut dengan suara dalam, "Kou Hun Siu, cepat tangkap gadis itu! Sesudah itu barulah kita bicara!"

Begitu mendengar Cit Seng Taysu berkata demikian, bukan main terkejutnya Toan Bok Ang. Ia ingin langsung kabur, namun Kou Hun Siu telah memburunya! Toan Bok Ang mengeraskan hati, segera ia menyerang Kou Hun Siu dengan senjata Sian Tian Sin So. Ketika melihat senjata itu meluncur ke arahnya, Kou Hun Siu yang tahu akan kelihayan senjata Sian Tian Sin So itu cepat-cepat berkelit! Sedangkan Cit Seng Taysu pun bergerak cepat mengayunkan tasbihnya, berhasil melilit ujung senjata Sian Tian Sin So!

Toan Bok Ang ingin menarik kembali senjatanya, namun Kou Hun Siu sudah maju. Tampak kelima jarinya mencengkeram pinggang gadis itu. Toan Bok Ang tahu, kalau pun satu lawan satu dia masih tidak kuat melawan. Lagi-pula kelihatannya mereka bertiga tidak akan mentaati peraturan rimba persilatan, mungkin akan mengeroyoknya! Kalau diteruskan dirinya pasti akan celaka! Oleh karena itu, setelah berhasil menarik kembali senjatanya, dia pun berseru.

"Tunggu!"

Jari tangan Kou Hun Siu sudah hampir mencengkeram pinggang Toan Bok Ang. Ketika mendengar gadis itu berseru begitu, dia pun berhenti.

"Ada urusan apa, bicara baik-baik saja! Lagi-pula aku tidak sanggup melawan kalian bertiga, apakah masih takut aku akan kabur?"

Cit Seng Taysu berkata dengan dingin, "Kau memang tahu diri. Ikut kami ke dalam kuil untuk bercakap-cakap!"

Sejak mencukur rambut jadi biarawati, Cit Seng Li-Lim Siok Hua bersungguh hati menghadap Buddha. Sudah puluhan tahun ia tidak pernah menginjak rimba persilatan lagi, kelihatannya memang ingin bertobat! Walau Kou Hun Siu terus membujuknya agar bergabung dengan Liok Ci Khim Mo, dia justru menolak! Tapi karena adanya urusan yang berkaitan dengan benda pusaka yang berada di dalam gudang pusaka Mo Liong Seh Sih, justru telah memupuskan ketobatannya yang puluhan tahun itu! Ia kembali lagi pada wajah aslinya!

Itu memang tidak dapat disalahkan, sebab di dalam gudang pusaka itu memang tersimpan berbagai macam benda pusaka yang diimpi-impikan setiap kaum rimba persilatan! Sehingga membuat Cit Seng Taysu yang sudah bertobat puluhan tahun lamanya, namun masih mempunyai sedikit ketamakan akhirnya tetap tergiur juga. Dari sini dapat diketahui, meski pun ajaran Buddha amat luas, lautan penderitaan tiada batas, memalingkan kepala adalah daratan! Melepaskan golok pembunuh, segera akan jadi Buddha! Akan tetapi, sejak dahulu hingga kini yang betul-betul bertobat cuma berapa orang?

Kou Hun Siu langsung membawa Toan Bok Ang ke dalam kuil. Mereka bertiga lalu duduk, membiarkan Toan Bok Ang berdiri di tengah-tengah.

Cit Seng Taysu bertanya dengan sengit, "Nona Toan, kau pernah melihat lukisan itu?"

"Aku pun tidak tahu apa gunanya lukisan itu..." sahut Toan Bok Ang.

Ketika baru berkata sampai di situ barulah Toan Bok Ang sadar bahwa ia telah kelepasan bicara. Ingin menarik kembali sudah pasti tidak mungkin.

Terdengar Cit Seng Taysu tertawa gelak. "Hahaha! Kau masih ingin membohongi kami? Tidak bisa! Kau pernah melihat lukisan itu! Kini berada di mana?"

Karena didesak dengan demikian, tentunya Toan Bok Ang tahu betapa pentingnya lukisan tersebut. Maka ia pun tetap tidak mau menjawab secara jujur. “Tidak tahu!"

Cit Seng Taysu mengerutkan kening. Walau sudah mendesaknya berkali-kali, namun Toan Bok Ang tetap menyahut kata yang sama, yaitu, “Tidak tahu!"

Kou Hun Siu yang berada di sisinya kelihatannya sudah tidak sabar lagi. Segera ia berkata, "Cit Seng Li, sebetulnya apa sih pentingnya lukisan itu? Mengapa kau terus menerus menanyakannya?"

Cit Seng Taysu menyahut, "Kau tidak tahu?! Dulu Mo Liong Seh Sih dan aku bersama-sama pergi ke daerah selatan. Saat itu usia kami masih muda, dia pun amat baik terhadapku. Waktu itu dia sudah punya rencana untuk membuat Lorong Rahasia di dalam istana Mo Kiong. Katanya, apabila Lorong Rahasia itu berhasil dibuatnya, mungkin tiada seorang pun di kolong langit ini mampu melewatinya!"

"Kalau begitu, apa hubungannya dengan lukisan itu?" tanya Kou Hun Siu masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Cit Seng Taysu.

Cit Seng Taysu menyahut, "Sesungguhnya dia sudah membuat sebuah lukisan..."

Ketika Cit Seng Taysu berkata sampai di situ, mendadak Kou Hun Siu bertepuk tangan seraya berkata, "Aku sudah tahu!"

"Kau tahu apa?" biarawati tua pendek kurus itu langsung menyela.

Kou Hun Siu menyahut dengan wajah berseri-seri, "Aku yakin lukisan itu pasti mengenai Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia Menembus Langit! Kalau kita memiliki lukisan itu, tentunya dapat melewati Lorong Rahasia itu tanpa ada bahaya apa pun!"

Cit Seng Taysu mengangguk seraya menyahut, "Betul!"

Air muka Toan Bok Ang yang berdiri di tengah-tengah mereka langsung berubah ketika mendengar itu. Mimpi pun gadis itu tidak menduga, bahwa lukisan yang digulung-gulung di dalam bajunya dan dianggapnya sebagai benda kenangan, ternyata adalah gambar situasi Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia Menembus Langit! Berarti orang yang memiliki lukisan tersebut sama dengan memiliki semua benda pusaka yang berada di dalam gudang pusaka itu!

Ternyata perubahan pada air muka Toan Bok Ang tidak terlepas dari mata Cit Seng Taysu. Dia segera berkata, "Kau takut apa?"

Toan Bok Ang menyahut terputus-putus, "Ti... tidak!"

"Lukisan itu berada di mana sekarang? Cepat katakan!" bentak Cit Seng Taysu.

Keringat dingin mulai mengucur di sekujur badan Toan Bok Ang. "Aku... aku sungguh tidak tahu!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar