Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 25

Kaum muda sama sekali tidak kenal Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hoa, maka mereka cuma terbelalak sambil mendengarkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek melanjutkan.

"Dia adalah nyonya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen!"

Ucapan tersebut tidak mengejutkan kaum tua yang berada di ruang besar itu, sebab dulu memang banyak lelaki yang tertekuk lutut di hadapan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Akhirnya yang berhasil mencuri hatinya justru Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Setelah menikah, mereka berdua menetap di pulau Hwe Ciau To, jarang muncul di rimba persilatan dan kaum rimba persilatan pun jarang berkunjung ke pulau itu.

Ketika Cit Sat Sin Kun muncul kembali dalam rimba persilatan, semua orang masih menganggap Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berada di pulau tersebut. Namun mengenai urusan mereka suami istri, justru tiada seorang pun mengetahuinya. Kaum muda sama sekali tidak tahu akan urusan tersebut, namun mereka tidak begitu memikirkannya.

Lain halnya dengan Tam Ek Hui, pemuda itu nyaris meloncat karena terlampau terkejut. "Tong Hong Cianpwee barusan bilang apa?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak menyahut, sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang. "Ek Hui, bukankah kau sering menanyakan ibumu? Nah, kini kau harus mengerti," katanya.

Mendadak Tam Ek Hui menerjang ke depan beberapa langkah. Han Giok Shia khawatir akan terjadi sesuatu atas dirinya, maka segera mengikuti dari belakang. Ternyata Tam Ek Hui menatap wanita aneh dan buruk rupa itu.

"Kau... kau ibuku?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa dingin "Binatang kecil, apakah aku tidak pantas?"

Tam Ek Hui memang sulit membuat dirinya sendiri percaya, bahwa wanita yang mirip setan iblis itu justru ibunya. Dia terbelalak dengan mulut ternganga lebar, tak mampu mengeluarkan suara sedikit pun.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengibaskan tangannya seraya berkata. "Ek Hui, sejak kecil ibumu tidak begitu menyayangimu, cepatlah kau mundur!"

Tam Ek Hui tidak berani membangkang, langsung mundur beberapa depa. Setelah Tam Ek Hui mundur, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata kepada Tok Cio Lo Sat-Seh Cing Hua.

"Adik Cing, dari dulu aku sudah menasehatimu agar jangan mempelajari kitab iblis peninggalan ayahmu. Tapi kau justru tidak mau mendengar, maka kini wajahmu menjadi seperti itu..."

Tam Sen belum selesai berkata, Seh Cing Hua sudah tertawa aneh. "Bagaimana aku kini? Apakah tidak baik?" katanya sambil tersenyum.

"Kalau kau anggap tidak salah, tentunya aku tidak banyak bicara lagi. Tapi kini Goat Hua berada di mana? Hari ini adalah hari pernikahannya, kenapa kau malah ke mari mengacau?"

Mendengar kata-kata Tam Sen itu Tok Ci Lo Sat-Seh Cing Hua mendongakkan kepala, lalu tertawa melengking-lengking. "Hik hik hik! Hari pernikahannya? Sungguh sepasang binatang tua yang tak tahu malu!"

Yang dimaksudkan ‘sepasang binatang tua’, jelas Tam Sen dan Tong Hong Pek. Tam Sen dan Tong Hong Pek saling memandang. Mereka berdua tampak jengah, itu tersirat pada wajah masing-masing!

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkata dengan dingin sekali. "Tong Hong Pek, dulu kau terus merayu diriku agar menikah denganmu, namun aku tidak mengabulkannya. Kini kau sudah ada umur, justru berani mempermainkan putriku! Kalau pun setan tua itu setuju, tapi aku belum mati, maka kau hanya bermimpi di siang hari bolong!"

"Aku dan Goat Hua saling mencinta. Maka walau kau mau mencegah, Goat Hua pasti tidak akan menurutimu!" sahut Tong Hong Pek.

"Hahaha! Dia masih muda tidak tahu apa-apa, maka aku harus mempedulikannya!" kata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Berkata sampai di sini, Seh Cing Hua berhenti sejenak, setelah itu baru dilanjutkan. "Dalam hatiku sudah ada pilihan untuk dia. Tidak mungkin aku akan membiarkannya menikah denganmu yang sudah ada umur! Aku yakin Goat Hua akan menuruti perkataanku!"

Ketika berkata, boleh dikatakan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyerocos, maka orang lain tidak bisa menyelanya. Lu Leng yang berdiri di situ, kini sudah tahu bahwa Seh Cing Hua bukan orang lain. Dia adalah orang aneh di dalam goa yang pernah bercakap-cakap dengannya, yang hanya terdengar suaranya tapi tidak tampak orangnya.

Ketika mendengar Seh Cing Hua berkata begitu, hati Lu Leng tergerak. Sebab di saat hatinya amat berduka, Lu Leng pernah mendengar suaranya yang seakan menyuruhnya jangan putus asa. Pada waktu itu Lu Leng sama sekali tidak percaya, karena Tam Goat Hua sudah mau menikah dengan Tong Hong Pek. Namun kini dia tersentak sadar. Wanita aneh itu bilang sudah ada pilihan dalam hatinya untuk Tam Goat Hua, sudah pasti dirinya. Berpikir sampai begitu, perasaan Lu Leng menjadi berkecamuk. Dia merasa girang juga termangu, karena tahu jelas bahwa Tam Goat Hua hanya mencintai Tong Hong Pek.

Sementara wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak berubah, kemudian dia berkata dengan kening berkerut kerut. "Adik Cing, kau jangan mau menang sendiri!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa. Namun sebelum tawanya lenyap, mendadak terdengar suara tangisan di tempat jauh, yang makin lama makin mendekat.

Mendadak si Walet Hijau-Yok Kun Sih memukul meja, lalu berkata. "Anak Ang, cepat hadang setan iblis itu!"

Toan Bok Ang mengangguk. Namun ketika dia baru mau bangkit berdiri, tiba-tiba tampak sosok bayangan berkelabat di pintu, yang ternyata si Nabi Setan-Seng Ling. Dia sudah melangkah ke dalam diikuti Sou Mia Su-Seng Bou di belakangnya. Setelah masuk, si Nabi Setan-Seng Ling mengamati keadaan di ruangan besar itu dengan sorotan dingin. Ketika pandangannya membentur ke Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, dia tertegun.

Dalam Istana Setan Pak Bong San terdapat begitu banyak orang yang menyerupai setan iblis, namun wajah mereka masih bisa dikatakan tidak begitu menyeramkan bila dibanding wajah Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Apalagi wanita aneh itu kini sedang tertegun, bagaimana menyeramkan wajahnya dapat kita bayangkan.

Setelah mengamati seluruh ruang besar itu, si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak. "Hahaha! Kenapa ruangan pesta ini kok berubah menjadi seperti ruang duka? Cit Sat Sin Kun, aku datang terlambat, harap dimaafkan!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen diam saja, dan itu membuat kening si Nabi Setan berkerut. Keningnya berkerut bukan karena hatinya tersinggung, melainkan dia merasa heran, sebab wajah setiap orang yang berada di ruang besar itu tampak serius sekali, bahkan di antara mereka kelihatan mau cari gara-gara. Ketika si Setan-Seng Ling muncul, justru tidak keburu menyaksikan kejadian tadi, maka dia tidak tahu sama sekali.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menatapnya dingin, "Hanya datang terlambat, itu tidak jadi masalah," sahutnya.

Si Nabi Setan-Seng Ling menengok ke sana ke mari. "Oh! Di mana pengantin wanita? Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya."

Tong Hong Pek segera menyahut, "Kau mau tanya apa, tanyakan saja kepadaku!"

Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin. "Tempo hari ketika berada di Istana Setan, Tam Goat Hua telah setuju menikah dengan anakku. Maka kini aku mau bertanya kepadanya, kenapa dia ingkar janji?"

Si Nabi Setan-Seng Ling berkata begitu, sedangkan anaknya bertampang begitu aneh, maka para tamu nyaris tertawa geli! Begitu pula Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, dia pun nyaris tertawa geli, namun masih dapat menahan. Sedangkan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua langsung melotot, sehingga wajahnya bertambah menyeramkan.

"Anakmu yang mana ingin memperistri Tam Goat Hua?" tanyanya kepada si Nabi Setan.

Padahal si Nabi Setan-Seng Ling pernah bertemu Seh Cing Hua beberapa kali di masa lalu. Tapi kini dia sudah tidak mengenalinya lagi, karena wajah wanita itu telah berubah sedemikian buruk menyeramkan. Si Nabi Setan-Seng Ling segera menunjuk Seng Bou, dan Seng Bou langsung membusungkan dadanya agar tampak lebih gagah.

"Dia!" sahut si Nabi Setan-Seng Ling.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mendengus. "Hm! Anakmu itu tidak menyerupai manusia, bagaimana dia ingin memperistri Goat Hua?"

Si Nabi Setan-Seng Ling mengerutkan kening. "Bagaimana dia tidak menyerupai manusia?"

Seh Cing Hua tertawa aneh. "Hehehe! Lihatlah tampangnya, apakah menyerupai manusia?"

Usai dia berkata, badannya langsung bergerak ke arah Seng Bou. Betapa cepat gerakannya, sehingga amat sulit diuraikan dengan kata-kata. Badannya tampak seperti asap, tahu-tahu sudah berada di sisi Seng Bou. sedangkan Seng Bou hanya merasa ada serangkum tenaga yang amat dahsyat menekan kepalanya. Dia cepat-cepat menyingkir namun bahu kanannya terasa sakit sekali. Dia menjerit, kemudian roboh pingsan.

Di saat Seng Bou menjerit, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah kembali ke tempatnya. Semua orang melihat sebuah lengan tergeletak tak jauh dari Seng Bou. Ternyata lengan kanannya telah putus dan darah segar masih mengucur di bahu kanannya. Si Nabi Setan-Seng Ling juga menyaksikan itu. Gerakan Seh Cing Hua tadi memang sungguh cepat, sehingga dia tidak keburu melancarkan pukulannya.

Wajah si Nabi Setan-Seng Ling menghijau, Dia langsung melesat ke sisi putranya itu, kemudian menotok jalan darah di bahunya agar darah segar tidak terus mengucur. Setelah darahnya berhenti mengucur, Seng Bou lalu siuman. Si Nabi Setan-Seng Ling memapahnya bangun, lalu membentak.

"Kau memang tak berguna, tidak seharusnya kau berkeras ingin memperistri Tam Goat Hua! Kini walau bekerja sama dengan Liok Ci Khim Mo, bukankah kau tetap rugi sendiri?"

Pembicaraan si Nabi Setan ditujukan kepada putranya, namun kalimat yang terakhir justru ditujukan kepada semua orang yang berada di ruang besar itu. Ketika semua orang mendengar ‘Liok Ci Khim Mo’, air muka mereka langsung berubah dan tampak tertegun. Usai berkata begitu, si Nabi Setan-Seng Ling membopong putranya berjalan ke luar. Namun baru saja dia melangkah dua tindak, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun maju selangkah seraya membentak.

"Tunggu!"

Si Nabi Setan-Seng Ling membalikkan badannya. "Aku memang melupakan satu hal," sahutnya lalu menunjuk Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. "Sobat ini siapa?"

Seh Cing Hua tertawa dingin. "Aku? Hehe! Aku khususnya melalap segala macam siluman dan setan!"

Si Nabi Setan-Seng Ling mendengus. "Hm! Tidak mau menyebut nama, mati akan menjadi setan tanpa nama!"

Mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua bersiul aneh sambil mencelat ke atas. Bagaikan segulung asap hitam dia berputar di udara, lalu menerjang ke arah si Nabi Setan-Seng Ling! Si Nabi Setan-Seng Ling memang sudah siap. Dia segera membungkukkan badannya sedikit, sekaligus mengeluarkan jurus Hu Si Yeh Hang (Mayat Berjalan Di Tengah Malam), yaitu salah satu jurus Im Si Ciang yang amat beracun.

Ketika dia mengeluarkan jurus tersebut, tersiarlah bau busuk yang amat menusuk hidung, membuat semua orang terasa mau muntah. Maka beberapa orang yang berdiri di belakangnya langsung menyingkir jauh-jauh. Si Nabi Setan yakin bahwa serangannya pasti berhasil memukul dada Seh Cing Hua, maka dia bergirang dalam hati.


Akan tetapi, mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengayunkan tangannya. Tampak jarum halus berwarna merah meluncur ke arah telapak tangan si Nabi Setan. Seharusnya dia masih dapat menarik kembali tangannya sekaligus berkelit, namun ketika melihat jarum merah itu, dia segera mengenali identitas pihak lawan. Itu membuatnya terkejut sehingga terlambat menarik kembali tangannya. Di saat bersamaan si Nabi Setan-Seng Ling mengerahkan lweekang, sekaligus mengayunkan tangan kirinya ke arah jarum merah itu.

“Buum!” angin pukulannya berhasil memukul jatuh jarum-jarum merah itu.

Tapi Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah berputar ke belakang si Nabi Setan-Seng Ling. Setelah berhasil memukul jatuh jarum-jarum merah, si Nabi Setan-Seng Ling mendadak merasa lehernya terjepit sesuatu, ternyata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah berhasil mencengkeramnya dari belakang. Bukan hanya berhasil mencengkeram lehernya, bahkan juga sebelah tangannya pun berhasil menekan jalan darah Hong Hu Hiat di punggungnya. Si Nabi Setan-Seng Ling tak berani bergerak sedikit pun.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa terkekeh-kekeh. "Hehehe! Kalau kau mau jadi setan bernama, aku pasti menyempurnakanmu!"

Semua orang menyaksikan itu. Hanya dalam dua jurus Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah berhasil menundukkan si Nabi Setan-Seng Ling, itu sungguh mengejutkan! Tapi bagi yang kenal Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, sudah tidak merasa terkejut lagi, karena tahu wanita itu pasti sudah berhasil mempelajari kitab iblis peninggalan ayahnya.

Walau sudah dikendalikan pihak lawan, namun wajah si Nabi Setan-Seng Ling tidak berubah sama sekali, maka tidak percuma dia menjadi datuk golongan sesat. Seusai Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkata, si Nabi Setan-Seng Ling pun tertawa.

"Hahaha! Tok Ciu Lo Sat, kau bersusah payah mempelajari kitab iblis peninggalan ayahmu, tapi setelah berhasil kau justru akan mati! Bukankah itu sayang sekali?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa dingin. Ketika dia baru mau mengerahkan lweekang-nya untuk menghabisi nyawa si Nabi Setan-Seng Ling, mendadak terdengar seruan.

"Seh Locianpwee jangan turun tangan!"

Semua orang langsung menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata yang berseru seorang pemuda tampan, yang tidak lain adalah Lu Leng. Dia maju ke depan, kemudian memberi hormat kepada Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua seraya berkata, "Seh Locianpwee, aku punya dendam kesumat dengan orang ini, harap Seh Locianpwee sudi melepaskannya, agar aku bisa membalas dendam kedua orang-tuaku!"

Setelah Lu Leng bersahabat dengan Han Giok Shia, gadis itu menutur tentang kejadian di rumahnya. Maka sejak saat itulah Lu Leng mengetahui bahwa si Pecut Emas-Han Sun tidak mencelakai kedua orang-tuanya, sebaliknya malah menghadiahkan obat Kiu Coan Siau Hoan Tan. Sedangkan Sebun It Nio mati di tangan Hwe Hong Sian Kouw karena kalah mengadu lweekang, setelah sebelumnya terkena pukulan Im Si Ciang si Nabi Setan-Seng Ling. Oleh karena itu pembunuh yang sesungguhnya justru si Nabi Setan-Seng Ling, sedangkan yang membunuh ayahnya yakni Liok Ci Khim Mo.

Sudah dua tahun lebih Liok Ci Khim Mo tidak muncul dalam rimba persilatan. Tadi si Nabi Setan-Seng Ling justru menyinggungnya, namun masih tidak tahu Liok Ci Khim Mo itu berada di mana. Kini si Nabi Setan-Seng Ling berada di depan matanya, maka bagaimana mungkin dia begitu gampang melepaskannya?

Lu Leng sudah usai berkata, namun Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua masih belum menyahut. Yang tahu sifat Seh Cing Hua adalah Tong Hong Pek dan Tam Sen, maka mereka berdua mencemaskan Lu Leng.

"Anak Leng, cepat mundur!" seru mereka hampir serentak.

Dulu Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua amat cantik jelita, namun amat sadis. Siapa berani berbuat salah atau menyinggung perasaannya, pasti tidak akan diampuni. Oleh karena itu dia memperoleh julukan tersebut. Seruan Tong Hong Pek dan Tam Sen membuat Lu Leng tertegun, namun Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua segera berkata.

"Kau tidak usah mundur!"

Nada suaranya amat lembut, maka Lu Leng tetap berdiri di tempat. Tong Hong Pek dan Tam Sen juga mendengar ucapan Seh Cing Hua tersebut, maka mereka berdua terheran-heran.

"Bocah! Kau jangan mengganggapku begitu gampang menundukkannya, maka ingin membalas dendam orang-tuamu! Kau harus tahu, dia berkepandaian amat tinggi dan sudah amat terkenal," kata Seh Cing Hua lagi.

Lu Leng manggut-manggut. "Aku tahu itu."

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menatapnya sejenak. "Kalau begitu, kau harus berhati-hati!" pesannya.

Kelihatannya Seh Cing Hua amat menaruh perhatian kepada Lu Leng, itu membuat Tong Hong Pek dan Tam Sen tidak habis pikir. Seusai berpesan, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua segera mendorong si Nabi Setan ke depan.

Ketika berada di tangan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, si Nabi Setan-Seng Ling berpikir sudah tiada harapan untuk meloloskan diri. Maka dia mengambil keputusan, apabila wanita itu mengerahkan lweekang untuk menghabiskan nyawanya, dia pun akan mengeluarkan ilmu Koi Thi Siong Tek (Melepaskan Tubuh Melukai Lawan) agar mati bersama. Namun si Nabi Setan-Seng Ling justru tidak menyangka, begitu gampang Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyerahkan dirinya kepada Lu Leng. Betapa gembiranya si Nabi Setan-Seng Ling, sebab dia sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap Lu Leng.

Si Nabi Setan-Seng Ling segera meluruskan badannya, sedangkan Lu Leng sudah maju dua langkah. Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak, "Hahaha! Bocah, dulu kedua orang-tuamu memang pernah terkena pukulanku! Kalau sekarang kau mau menuntut balas terhadapku, silakan keluarkan kepandaianmu!"

Lu Leng berkertak gigi. "Kalau begitu, sambutlah seranganku!"

Kini Lu Leng telah menguasai ilmu Kim Kong Sin Ci. Yang mengetahuinya tidak begitu banyak, termasuk si Nabi Setan-Seng Ling. Dia mengira Lu Leng menggunakan kesempatan di tempat ramai, maka ingin menuntut balas terhadapnya. Oleh karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling sudah mengambil keputusan dalam hati, apabila Lu Leng menyerang maka dia akan menangkapnya. Maka di saat Lu Leng sedang berbicara, dia mengerahkan lweekang-nya pada tangannya, siap menangkap Lu Leng.

Lu Leng langsung menyerang si Nabi Setan-Seng Ling dengan jurus lt Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit). Saat ini Lu Leng memang berniat membalas dendam orang-tuanya, maka ketika menyerang dia menggunakan tenaga sepenuhnya. Jari telunjuk kanannya langsung bergerak, sehingga menimbulkan suara menderu-deru.

Selain berkepandaian tinggi, pengetahuan si Nabi Setan-Seng Ling pun amat luas. Ketika melihat jurus serangan Lu Leng hanya menggunakan jari telunjuk, dia terkejut sekali. Namun kini dia telah mengerahkan lweekang pada tangannya, dan sudah tidak mungkin ditarik kembali. Lagi-pula dia memiliki lweekang yang amat tinggi, maka tetap meremehkan Lu Leng yang masih muda itu. Oleh karena itu, ketika Lu Leng menggerakkan jari telunjuknya dia tidak berkelit, sebaliknya malah maju dua langkah sambil menjulurkan tangannya ke arah bahu Lu Leng, dan di saat itu pula telapak tangannya mengeluarkan hawa pukulan Im Si Ciang.

Lu Leng tidak berarti gegabah. Maka ketika melihat si Nabi Setan-Seng Ling maju dua langkah, dia segera menyurut mundur dengan jurus tak berubah namun menggeserkan jari telunjuknya ke arah telapak tangan si Setan-Seng Ling. Gerakan mereka berdua amat cepat, seketika terdengar suara benturan dan teriakan mereka.

Wajah si Setan-Seng Ling tampak berubah hebat dan tangannya yang mengarah bahu Lu Leng mengeluarkan suara berderak, kemudian badannya bergoyang-goyang, dan akhirnya mundur selangkah. Semua orang yang berada di ruang besar melihat jelas, bahwa serangan Lu Leng telah berhasil mematahkan tulang lengan si Nabi Setan-Seng Ling.

Kejadian itu sungguh di luar dugaan Lu Leng. Betapa gembiranya setelah berhasil mematahkan tulang lengan si Nabi Setan-Seng Ling. Ketika si Nabi Setan-Seng Ling mundur, dia membentak keras sambil menyerang dengan jurus kedua. Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan) dilancarkannya dengan sepenuh tenaga.

Tadi si Nabi Setan-Seng Ling menyerang Lu Leng dengan ilmu pukulan Im Si Ciang. Berdasarkan lweekang-nya, sudah pasti jauh di atas Lu Leng. Namun walau ilmu pukulan Im Si Ciang amat lihay, masih dapat dilumpuhkan dengan ilmu Kim Kong Sin Ci. Ternyata Kim Kong Sin Ci juga dapat memunahkan segala macam ilmu pukulan beracun, termasuk ilmu pukulan Im Si Ciang yang amat beracun itu. Seandainya lweekang Lu Leng sudah mencapai tingkat tinggi, jurus tadi tidak hanya mematahkan tulang lengan si Nabi Setan-Seng Ling, bahkan akan membalikkan hawa beracun Im Si Ciang menyerang dirinya, dan kemungkinan besar akan membuat si Nabi Setan-Seng Ling binasa seketika.

Ketika melihat serangan jurus kedua Lu Leng, si Nabi Setan-Seng Ling segera tahu bahwa itu ilmu Kim Kong Sin Ci yang telah lama hilang dari rimba persilatan. Dia tidak berani menyambut serangan tersebut, melainkan cepat-cepat berkelit. Maka tenaga jari telunjuk Lu Leng meleset dari sasaran dan membentur sebuah pilar.

"Buum! Buum!" ternyata pilar itu somplak.

Lu Leng tidak menyangka kalau lawannya yang sudah terluka itu masih gesit. Ketika si Nabi Setan-Seng Ling berkelit Lu Leng membentak keras sambil mencelat ke atas. Akan tetapi, di saat bersamaan si Nabi Setan-Seng Ling pun bergerak cepat menyerangnya dari bawah. Lu Leng bermaksud, setelah badannya mencelat ke atas, akan melancarkan jurus Cap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah) untuk menyerang si Nabi Setan-Seng Ling. Karena jurus tersebut akan mengarah ke sepuluh penjuru, maka si Nabi Setan-Seng Ling tidak akan bisa berkelit ke mana-mana. Akan tetapi dia tidak menduga kalau si Nabi Setan-Seng Ling akan mendahului menyerangnya.

Lu Leng sudah tidak keburu berkelit, sedangkan jurus Cap Bin Li Cing belum dilancarkannya. Terasa serangkum angin menyambarnya, membuatnya merinding! Lu Leng memang berhati keras. Walau sudah tahu dirinya terkena hawa racun Im Si Ciang, namun dia berkertak gigi, melancarkan jurus Cap Bin Li Cing sesuai dengan rencananya semula. Kim Kong Sin Ci terdiri dari dua belas jurus, dan setiap jurusnya semakin aneh dan lihay. Cap Bin Li Cing adalah jurus kesepuluh. Begitu jurus tersebut dilancarkan, tampak bayangan jari telunjuk berkelebat ke sana ke mari bagaikan sebuah jala menutupi kepala si Nabi Setan-Seng Ling.

Ketika melihat pukulan yang dilancarkannya telah berhasil, si Nabi Setan-Seng Ling amat girang sekali. Akan tetapi, tidak disangkanya tenaga jari telunjuk Lu Leng telah menyerang ke arahnya. Si Nabi Setan-Seng Ling tahu akan kelihayan Kim Kong Sin Ci, maka dia segera berkelit, namun terlambat. Seketika dia merasa dada, perut, bahu dan bagian lainnya terhantam oleh tenaga yang amat dahsyat, bagaikan sebuah martil yang beratnya hampir seribuan kati. Seketika darahnya bergolak dan matanya berkunang-kunang, kemudian menjerit.

"Aaaakh!" Si Nabi Setan-Seng Ling terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah.

Di saat bersamaan, Lu Leng melayang turun. Namun begitu kakinya menginjak lantai, dia masih merasa melayang-layang sehingga nyaris tak kuat berdiri. Itu karena pengaruh hawa beracun Im Si Ciang yang ada di dalam tubuhnya. Lu Leng tahu, dulu kedua orang-tuanya tidak dapat bertahan terhadap hawa racun tersebut. Oleh karena itu dia cepat-cepat menghimpun hawa murni untuk menekannya. Setelah itu barulah dia memandang si Nabi Setan-Seng Ling.

Wajah lawannya itu tampak pucat pias, badannya masih bergoyang-goyang dan mulutnya mengeluarkan darah. Kemudian dia bersandar pada sebuah pilar. Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, lalu tertawa gelak. "Hahaha! Seng Ling, coba tanyakan pada dirimu sendiri, apakah masih kuat menahan tenaga jari telunjukku?"

Saat ini, semua orang yang berada di ruang besar itu telah menyaksikan si Nabi Setan-Seng Ling berhasil memukul Lu Leng. Namun Lu Leng tetap berdiri di tempat, sedangkan si Nabi Setan-Seng Ling telah terluka dalam yang amat parah. Semua orang pun tahu bahwa si Nabi Setan-Seng Ling sudah lama terkenal, karena berkepandaian amat tinggi. Sudah lama kaum golongan putih ingin membasminya, namun justru tidak berani bertindak. Ketika Lu Leng bertarung dengannya, semua orang mencemaskan Lu Leng dan mengucurkan keringat. Tapi saat ini Lu Leng justru melukainya hanya dengan dua jurus. Tentunya semua orang terheran-heran, kemudian serentak bertepuk sorak!

Si Nabi Setan-Seng Ling menarik nafas dalam-dalam, setelah itu dia pun tertawa gelak. "Hahaha!"

Dia tahu bahwa dirinya sudah terluka parah, namun demi menjaga nama, ditahannya rasa sakit itu untuk tertawa. Dia adalah datuk golongan sesat yang amat disegani, tapi justru dipecundang oleh seorang pemuda yang belum berusia dua puluh. Setelah mengeluarkan suara tawa, mulutnya menyembur darah segar lagi. Betapa terkejutnya si Nabi Setan-Seng Ling, tapi dia tidak mau mengaku kalah.

Dengan ujung jubahnya dia menghapus noda darah di pinggir mulutnya, lalu berkata, "Lu Leng, kau telah terkena racun pukulan Im Si Ciang-ku, maka kalau pun kau dapat menghimpun hawa murni menekan racun itu, sepuluh hari kemudian, sepasang kakimu pasti tinggal tulang!"

Mendengar ucapan itu, Lu Leng merasa hatinya sangat dingin. Namun di hadapan musuh besarnya, dia tidak mau menunjukkan kelemahan. Lu Leng tertawa. "Sungguh?"

Dia maju selangkah lalu mengangkat jari telunjuknya ke atas. Si Nabi Setan-Seng Ling sudah tidak kuat berdiri. Lu Leng kembali menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit). Namun dia hanya menggunakan lima bagian tenaganya, sebab khawatir racun yang ada di dalam tubuhnya akan menjalar kalau terlampau banyak menggunakan tenaga. Dilihat dari keadaan si Nabi Setan-Seng Ling, walau Lu Leng hanya menggunakan lima bagian tenaganya, sudah cukup untuk membinasakannya.

Si Nabi Setan-Seng Ling membelalakkan matanya. Sorotan matanya penuh hawa membunuh, namun dia tidak punya tenaga untuk balas menyerang. Ketika angin jari telunjuk Lu Leng hampir mengenai dadanya, mendadak tampak sosok bayangan disertai angin pukulan yang amat dahsyat menghantam angin jari telunjuk Lu Leng. Gerakan orang itu amat cepat dan angin pukulan amat dahsyat.

“Blaam!” terdengar suara benturan.

Angin jari telunjuk Lu Leng tergeser ke kiri, maka angin pukulan itu melesat ke arah sebuah batu sehingga terdengar suara benturan lagi.

“Buum!” batu itu hancur berkeping-keping dan kepingan-kepingannya meluncur ke arah dinding sehingga menembus ke dalam.

Lu Leng dan semua orang tertegun. Setelah orang itu berhenti, barulah semua orang melihat jelas siapa orang itu dan mereka terheran-heran. Ternyata orang itu Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Dia bersiul panjang, lalu berkata sambil menatap Lu Leng.

"Anak Leng, sungguh dahsyat tenaga Kim Kong Sin Ci-mu! Jurus pukulanku tadi Hong Cien Sah Cing (Angin Berhembus Pasir Jadi Bersih) amat dahsyat, baru dapat menandingimu!"

"Paman Tam terlampau memuji. Kenapa Paman Tam mencegahku membalas dendam terhadap si Nabi Setan-Seng Ling?"

Cit Sat Sin Kun tersenyum. "Anak Leng, jangan salah paham. Karena ada beberapa pertanyaan yang harus kutanyakan kepadanya, maka aku terpaksa menggeserkan jurus seranganmu dengan jurus pukulanku."

Lu Leng tahu bahwa tidak mungkin Cit Sat Sin Kun-Tam Sen akan membantu si Nabi Setan-Seng Ling menghadapinya. Namun dia tetap bertanya begitu karena kejadian tadi amat mendadak. Kini dia sudah tahu akan maksud Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, maka hatinya menjadi lega dan kemudian dia mundur satu langkah. Namun mendadak dia merasakan adanya serangkum angin berhembus di sampingnya.

Dia segera menolehkan kepalanya ke arah datangnya angin, ternyata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah berdiri di situ. Begitu sampai di samping Lu Leng, wanita itu langsung menjulurkan tangannya untuk mencengkeram nadi Lu Leng. Sungguh cepat gerakannya, sehingga Lu Leng tidak dapat berkelit. Betapa terkejutnya Lu Leng karena nadinya sudah dicengkeram oleh Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Kalau wanita buruk rupa itu mau mencelakainya, sudah pasti Lu Leng tidak dapat meloloskan diri.

Dilihat dari sikap Seh Cing Hua yang begitu baik terhadap Lu Leng, bagaimana mungkin saat ini dia ingin mencelakai Lu Leng? Setelah berpikir begitu, Lu Leng lalu diam, maksudnya agar tidak membangkitkan kegusarannya. Ternyata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memeriksa nadinya, kemudian tertawa dingin seraya berkata.

"Lihay juga si Nabi Setan-Seng Ling!"

Usai berkata, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam bajunya, sekaligus membukanya.

“Taaak!” kotak kecil itu terbuka.

Ternyata di dalamnya terdapat suatu makhluk hidup. Rupa makhluk itu hidup amat jelek dan menyeramkan, lebih dari rupa Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sang majikannya. Binatang itu berbentuk gepeng, empat buah kakinya menjulur ke luar, ekornya pendek, giginya runcing, namun sepasang matanya amat indah dan berbinar-binar. Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menggoyangkan kotak kecil itu dan seketika juga binatang aneh tersebut meloncat ke luar.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa aneh. "Setan tua! Kau kenal makhluk apa ini?" tanyanya kepada si Nabi Setan-Seng Ling.

Begitu melihat binatang aneh itu, wajah Seng Ling bertambah pucat dan giginya bergemeretuk. Lama sekali barulah dia bersuara sambil tertawa getir. "Nona Seh, kau memang hebat. Dari mana kau mendapatkan Kura-Kura Mayat ini?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa terkekeh "Hehehe! Cukup luas pengetahuanmu! Aku bertanya lagi, apa makanan Kura-Kura Mayat?"

Si Nabi Setan-Seng Ling berteriak mendadak, kemudian jatuh duduk di lantai dan sekujur badannya gemetar. "Kalian... kalian cepat pukullah aku!"

Para tamu saling memandang. Ternyata mereka tidak tahu tentang Kura-Kura Mayat tersebut, namun semuanya tampak terheran-heran. Lebih-lebih ketika melihat si Nabi Setan-Seng Ling begitu ketakutan, mereka semua tampak kebingungan. Dia menyuruh orang-orang memukulnya itu agar dirinya tidak mati tersiksa.

Mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua membentak. "Siapa pun tidak boleh turun tangan!"

Semua orang yang berada di ruang besar itu boleh dikatakan tiada hubungan apa-apa dengan si Nabi Setan-Seng Ling. Siapa pun tidak mau berbuat salah terhadap Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, meski pun hanya memberi sebuah pukulan pada si Nabi Setan-Seng Ling.

Si Nabi Setan-Seng Ling sudah tidak punya harapan. Sekujur badannya terus gemetar seperti kedinginan, kemudian dia pun berkata dengan suara bergemetar pula. "Kalian... kalian semua dari golongan lurus yang berhati gagah. Apakah... kalian tega melihat wanita siluman itu menyiksaku? Ini... ini terjadi di gunung Go Bi San, bukankah akan... menodai nama baik Go Bi Pai?"

Suara si Nabi Setan-Seng Ling amat menyedihkan, siapa yang mendengarnya pasti merasa iba. Kalau bukannya dia sering melakukan kejahatan, mungkin saat ini sudah ada orang memenuhi keinginannya.

Ketika Tong Hong Pek mendengar Go Bi Pai disinggung, keningnya pun tampak berkerut. "Tok Ciu Lo Sat, cara bagaimana kau akan menyiksa setan tua itu, bolehkah kau menjelaskan?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa terkekeh. "Hehehe! Aku melakukan sesuatu pasti secara adil. Tentunya harus dengan cara yang sesuai terhadap orang yang bagaimana, pokoknya tidak akan mencemarkan nama baik Go Bi Pai."

"Sejelasnya bagaimana?" ujar Tong Hong Pek.

Seh Cing Hua menunjuk binatang aneh yang ada di lantai, lalu berkata. "Binatang aneh itu adalah Kura-Kura Mayat. Setiap tujuh ratus tahun baru beranak satu kali, itu tergolong binatang langka. Makanannya berupa hawa dari berbagai macam racun. Anak Leng terkena ilmu pukulan Im Si Ciang, maka binatang aneh itu dapat menghisap hawa racun yang ada di dalam tubuh anak Leng."

Lu Leng girang sekali mendengar penuturan She Cing Hua itu. "Terima-kasih Seh Cianpwee!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tersenyum. "Kau tidak usah berterima-kasih kepadaku."

Walau Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tidak memberitahukan dengan cara apa menyiksa si Nabi Setan-Seng Ling, namun sebagian besar para tamu sudah dapat menduga. Kura-Kura Mayat itu dapat menghisap hawa beracun Im Si Ciang, tentunya juga dapat menghisap hawa murni si Nabi Setan-Seng Ling yang beracun itu. Bayangkan betapa tersiksanya apabila hawa murni itu terhisap oleh Kura-Kura Mayat tersebut! Maka tidak mengherankan kalau setan tua itu memohon kepada salah seorang tamu agar memukulnya.

Setelah berkata begitu, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memandang si Nabi Setan-Seng Ling sambil tertawa, dan itu membuat si Nabi Setan-Seng Ling nyaris pingsan seketika. "Kini belum giliranmu, kenapa sudah ketakutan?" kata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

Kemudian mendadak tangannya bergerak, tahu-tahu sudah memegang sebuah pecut yang amat kecil dan halus, kemudian disabetkannya ke arah punggung binatang aneh itu.

“Taaar!”

Binatang aneh itu langsung merangkak menghampiri Lu Leng. Kini walau Lu Leng tahu Tok Ciu Lo Sat-She Cing Hua tidak akan mencelakainya, namun hatinya kebat-kebit ketika melihat binatang aneh itu merangkak menghampirinya.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua terus memperhatikan binatang aneh itu, kemudian berkata. "Bocah, duduklah di bawah dan julurkan sebelah kakimu!"

Lu Leng segera duduk di lantai dengan sebelah kaki terjulur. Sedangkan binatang aneh itu terus merangkak perlahan-lahan, tak lama kemudian sampailah di sisi Lu Leng.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek maju beberapa langkah, lalu berseru. "Tok Ciu Lo Sat!"

Seh Cing Hua mendongakkan kepala untuk menatapnya seraya menyahut, "Legakanlah hatimu!"

Wajah Tong Hong Pek tampak serius sekali. Kura-Kura Mayat sudah berada di hadapan kaki Lu Leng yang dijulurkan Dia mendongakkan kepala sambil mengendus beberapa kali, kemudian mendadak Kura-Kura Mayat bergerak cepat sekali menggigit paha Lu Leng. Setelah terkena pukulan Im Si Ciang, sepasang kaki Lu Leng mulai terasa kaku. Oleh karena itu, ketika Kura-Kura Mayat menggigitnya, dia sama sekali tidak merasa sakit. Berselang beberapa saat Lu Leng merasa hawa racun yang amat dingin itu mulai hilang, namun setelah itu terasa sakit.

"Aaah!" jeritnya kaget.

Di saat bersamaan, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memecut punggung Kura-Kura Mayat. Binatang aneh itu melepaskan gigitannya, lalu membalikkan badannya dan merangkak perlahan ke arah si Nabi Setan-Seng Ling.

Sementara Lu Leng sudah bangkit berdiri. Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua segera memberikannya sebutir obat. "Gosoklah bekas gigitan itu dengan obat ini!"

Lu Leng menurut. Setelah menggosok bekas gigitan binatang itu dengan obat pemberian Seh Cing Hua, dia tampak sudah pulih.

Sedangkan Kura-Kura Mayat itu terus merangkak perlahan-lahan ke arah si Nabi Setan-Seng Ling. Si Nabi Setan-Seng Ling tampak ketakutan, sementara Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terus mengerutkan kening, saat ini barulah dia membuka mulut.

"Adik Cing, harap sabar sebentar! Aku masih ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, setelah itu barulah kau bertindak. Bagaimana?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua melotot. "Berdasarkan apa aku harus menuruti perkataanmu?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang. "Adik Cing, tadi si Nabi Setan-Seng Ling menyebut Liok Ci Khim Mo, itu menyangkut keselamatan rimba persilatan. Apakah kau tidak dapat bersabar sejenak?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa aneh. "Keselamatan rimba persilatan? Aku justru tidak percaya Liok Ci Khim Mo punya kekuatan itu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan wajah serius. "Adik Cing, Pat Liong Thian Im lahir kedua kalinya, maka kau harus bersabar sejenak."

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua langsung meludah. "Phui! Kalian takut terhadap Pat Liong Thian Im, apakah aku juga harus takut?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa. "Hahaha! Adik Cing, aku pun pernah menyaksikan ilmu iblis mertua. Di antaranya tidak terdapat ilmu yang dapat menandingi Pat Liong Thian Im. Kini anggaplah aku memohon kepadamu untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada si Nabi Setan-Seng Ling. Apakah kau tidak mengabulkannya?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyahut dingin. "Ternyata kau mau bermohon kepadaku juga! Baiklah, kau boleh bertanya kepadanya."

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memecut punggung Kura-Kura Mayat, dan seketika binatang aneh itu berhenti. Setelah melihat Kura-Kura Mayat berhenti, barulah si Nabi Setan-Seng Ling menarik nafas lega.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mendekatinya, kemudian bertanya. "Setan tua Seng, tadi kau menyebut Liok Ci Khim Mo yang sudah hampir tiga tahun ini tidak muncul dalam rimba persilatan. Sekarang dia berada di mana?"

Ketika melihat Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memperbolehkan Tam Sen mengajukan pertanyaan kepadanya, maka si Nabi Setan-Seng Ling mengulur waktu agar dapat menghimpun hawa murninya. "Liok Ci Khim Mo adalah orang aneh nomor wahid di kolong langit, jejaknya tidak menentu, bagaimana aku tahu dia berada di mana? Siapa tahu dia sudah berada di sini!" sahut si Nabi Setan sambil menghimpun hawa murni.

Mendengar sahutan si Nabi Setan-Seng Ling itu, wajah semua orang langsung berubah, kemudian mereka saling memandang dengan kening berkerut kerut.

Mendadak terdengar suara bentakan di dekat pintu, ternyata yang membentak Liat Hwe Cousu. "Setan tua Seng, kau jangan keras mulut! Kalau pun saat ini Liok Ci Khim Mo sampai di sini, kau tidak akan terlepas dari kematian!"

Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak. "Hahaha! Aku mati cuma seorang, tapi begitu banyak orang akan menemaniku mati, aku gembira sekali!"

"Kau harus tahu, bagaimana menderitanya kalau Kura-Kura Mayat itu menghisap hawa murnimu!" kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Wajah si Nabi Setan-Seng Ling berubah pucat seketika. Dia langsung memandang ke arah binatang aneh itu, kemudian membungkam.

"Kalau kau bersedia memberitahukan jejak Liok Ci Khim Mo, mungkin aku masih bisa bermohon untukmu agar kau tidak tersiksa oleh Kura-Kura Mayat!" kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas. "Kau ingin tahu apa, tanyalah!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menatapnya seraya bertanya. "Sebetulnya siapa Liok Ci Khim Mo itu?"

Si Nabi Setan-Seng Ling menggeleng-gelengkan kepala. "Aku pun tidak tahu karena aku tidak pernah bertemu dengannya!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak gusar. "Bukankah tadi kau bilang bekerja sama dengannya?"

Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas lagi. "Sebetulnya kami tidak bekerja sama, hanya saja dia mau menjadi comblang putraku!"

Tam Sen tercengang.

Si Nabi Setan-Seng Ling memberitahukan dengan nada dingin. "Kami terlambat ke mari karena di tengah jalan bertemu Liok Ci Khim Mo!"

Semua orang tampak terkejut. Mereka saling memandang, bahkan di antaranya sudah ada yang meninggalkan tempat duduknya.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berseru dingin. "Siapa yang merasa takut, silakan meninggalkan tempat ini!"

Para tamu yang sudah melangkah itu langsung kembali ke tempat duduk masing-masing dengan wajah kemerah-merahan.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera bertanya. "Kau bertemu dia di mana?"

"Kira-kira dua ratus mil dari sini."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terkejut sekali mendengar jawaban itu. "Kau tahu dia mau ke mana?" tanyanya.

"Dia mau menjadi comblang putraku, tentunya menuju ke mari!"

Ketika Seng Ling mengatakan begitu, wajah semua orang langsung berubah. Sedangkan Lu Leng teringat akan dendam kematian ayahnya, maka hatinya amat berduka. Di saat dia baru mau membuka mulut untuk bertanya kepada Seng Ling, mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkata dengan suara rendah.

"Anak Leng, jangan mempedulikan mereka! Kau dengar perkataanku?"

Walau suara Seh Cing Hua amat rendah, namun kedengaran jelas sekali di telinga Lu Leng. Lu Leng tahu bahwa Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menggunakan ilmu penyampai suara. Kalau lweekang-nya belum tinggi sekali, pasti tidak bisa menggunakan ilmu itu.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkata lagi. "Cepat kau tinggalkan ruang besar ini. Setelah turun dari Cing Yun Ling, kau harus mengambil arah barat. Di situ terdapat sebuah sungai kecil. Ikutilah sungai itu, maka kau akan tiba di sebuah lembah dan pasti menemukan sesuatu di sana."

Tertegun Lu Leng mendengar perintah itu. "Akan menemukan apa?" tanyanya.

"Kau tidak usah banyak bertanya! Sampai di sana kau pasti tahu."

Lu Leng diam saja sebab saat ini dia memang tidak mau meninggalkan ruang besar itu. Sedangkan Cit Sat Sin Kun sudah berkata lagi kepada si Nabi Setan-Seng Ling.

"Jelaskan tentang kejadian itu!"

Si Nabi Setan-Seng Ling sudah mau memberitahukan tentang itu, namun khawatir akan menyinggung perasaan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

Di saat Lu Leng sedang ragu, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah berkata dengan nada tidak senang. "Kenapa kau belum mau pergi?"

Lu Leng tertegun. "Aku akan memberitahukan dulu kepada guru," sahutnya.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengangguk. "Baik!"

Lu Leng segera mendekati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, lalu berkata dengan suara rendah, "Guru, Seh Cianpwee menyuruhku pergi ke sebuah lembah."

Wajah Tong Hong Pek tampak serius. "Lembah apa?"

Walau suara Tong Hong Pek amat rendah, namun terdengar juga oleh Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

"Tidak boleh omong!" bentak wanita itu.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum. "Kalau begitu, kau boleh pergi."

Lu Leng segera meninggalkan ruang besar itu. Begitu sampai di luar, dia melihat rembulan bergantung di langit. Tak seberapa lama dia sudah berada di bawah Cing Yun Ling, kemudian mengikuti petunjuk Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, dia langsung berjalan ke arah barat. Berselang sesaat dilihatnya sebuah sungai kecil, dan diikutinya sungai itu. Lu Leng ingin cepat-cepat sampai di lembah tersebut, maka berjalan menggunakan ginkang.

Berselang sesaat dia mendengar suara air terjun, ternyata dia sudah tiba di lembah yang dimaksud. Dia berjalan memasuki lembah tersebut lalu berdiri di sana. Di saat itulah telinganya mendengar suara helaan nafas yang lirih tak jauh dari tempatnya. Hati Lu Leng tersentak, sebab dia mengenali bahwa itu adalah helaan nafas Tam Goat Hua.

Ketika itu Lu Leng pernah mendengar Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tidak menyetujui putrinya menikah dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, dan menyatakan bahwa dalam hatinya sudah ada pilihan untuk putrinya. Dia menduga bahwa dirinya yang dimaksudkan itu. Ketika itu Lu Leng tidak berharap, akan tetapi sikap Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua begitu baik terhadapnya, maka hal itu sangat membingungkannya.

Dia tidak percaya bahwa Tam Goat Hua yang sudah mau menikah dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, hatinya akan berubah. Lu Leng tidak berani berharap, sebab kalau harapan itu sirna, justru akan membuatnya bertambah menderita. Sedangkan di saat ini dirinya sudah amat menderita. Akan tetapi di detik ini, ketika mendengar suara helaan nafas Tam Goat Hua, Lu Leng bertambah yakin bahwa pilihan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua untuk putrinya tidak lain adalah dirinya.

Seketika perasaannya berkecamuk dalam hati, Namun walau begitu, dia telah memperoleh sedikit harapan. Harapan itu kemungkinan besar merupakan suatu penyiksaan bagi dirinya, sebab Tam Goat Hua mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Lama sekali Lu Leng tertegun, setelah itu barulah berjalan ke arah datangnya suara helaan nafas. Di hadapannya terdapat sebuah goa dan tampak seseorang sedang berjalan ke luar dari goa itu. Orang itu mengenakan pakaian hijau muda, tubuh ramping semampai, indah bukan main! Akan tetapi wajahnya tampak muram. Siapa dia? Ternyata memang Tam Goat Hua.

Ketika melihat gadis itu, sadarlah Lu Leng bahwa Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyuruhnya ke mari untuk menemui putrinya. Walau secara resmi Tam Goat Hua adalah subo (istri gurunya), tapi Lu Leng tetap menganggapnya sebagai kekasih yang tak terlupakan. Namun ketika Tam Goat Hua berjalan ke luar, tidak melihat Lu Leng, maka Lu Leng berusaha menekan gejolak hatinya. Lu Leng tidak maju menyapanya, melainkan mundur dan kemudian bersembunyi di balik sebuah pohon.

Tam Goat Hua terus berjalan dan tak lama sudah berada dua depa di hadapan Lu Leng yang bersembunyi di balik pohon itu. Lu Leng melihat jelas Tam Goat Hua, tapi gadis itu justru tidak tahu bahwa di lembah itu telah bertambah satu orang. Wajah gadis itu memang tampak murung sekali, namun tetap tampak cantik jelita.

Tam Goat Hua mendongakkan kepala memandang bulan lama sekali, dan kemudian dia bergumam. "lbu, bagaimana kau tahu isi hatiku?"

Mendengar ucapan itu, pedihlah hati Lu Leng. Dia tahu bahwa Lu Leng tidak mau mendengar perkataan ibunya, itu terbukti dari gumamnya barusan. Lu Leng tak berani bergerak sama sekali, namun terus mengintip ke arah Tam Goat Hua. Tampak gadis itu memandang ke arah Cing Yun Ling, seakan-akan melihat sinar api lilin dan obor besar milik Hwa San Pai itu. Setelah memandang sejenak, mendadak wajahnya tersirat akan kebulatan hatinya. Dia langsung melesat bagaikan kilat meninggalkan lembah itu dan sekejap sudah hilang dari pandangan Lu Leng.

Lu Leng tidak tahu bagaimana urusan mereka ibu dan anak. Namun dia masih ingat, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menemui Tam Goat Hua pasti malam kemarin, yakni ketika gadis itu meninggalkan kamar Lu Leng, yakni di saat gadis itu mengeluarkan suara jeritan kaget. Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkepandaian begitu tinggi, maka sudah barang tentu dapat menguasai Tam Goat Hua, lalu membawa gadis itu pergi.

Kini Lu Leng pun tahu bahwa Tam Goat Hua pasti pergi ke Cing Yun Ling untuk menemui Tong Hong Pek yang amat dicintainya. Lu Leng tersenyum getir. Dia berjalan ke luar dari balik pohon sambil menghela nafas panjang dan mendongakkan kepala untuk memandang rembulan. Go Bi San merupakan tempat yang membuatnya berduka, maka lebih baik pergi saja agar hati tidak terus tersiksa.

Dia berdiri di situ sambil termenung, kemudian mendadak terdengar suara bentakan Tam Goat Hua dari tempat jauh.

"Siapa?!"

Lu Leng tertegun. Kemudian terdengar lagi suara tawa dingin. Lu Leng tahu bahwa Tam Goat Hua pasti berjumpa musuh tangguh, maka dia segera melesat ke arah suara gadis itu. Ketika dia melesat pergi, justru di saat bersamaan telinganya mendengar dua kali suara denting, yakni suara harpa.

Lu Leng berpikir. Kepandaian Tam Goat Hua amat tinggi, lagi-pula berada dalam wilayah Go Bi San, maka siapa berani cari gara-gara di tempat ini? Akan tetapi ketika mendengar dua kali suara harpa yang amat nyaring itu, terkejutlah hati Lu Leng. Dia langsung berhenti dan sekaligus menghimpun hawa murni, baru kemudian melesat pergi bagaikan kilat.

Tak seberapa lama, Lu Leng sudah makin mendekat. Di lihatnya sosok yang ramping berdiri di hadapan sebuah kereta mewah yang penuh dihiasi dengan berbagai macam batu permata, sedangkan suara harpa itu terus berbunyi. Suaranya berbeda dari yang pernah didengarnya. Dulu suara harpa itu membuat pikiran orang menerawang dan membetot sukma, sehingga orang yang mendengarnya menjadi tak dapat mengendalikan diri.

Akan tetapi, kali ini suara harpa itu amat sedap didengar, dan hati yang mendengarnya menjadi nyaman sekali. Lu Leng melihat Tam Goat Hua sedang bertepuk-tepuk tangan mengiringi suara harpa itu, kemudian gadis itu pun mulai menari-nari dengan wajah ceria. Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, kemudian mendadak melesat ke hadapan Tam Goat Hua. Tampak wajah gadis itu berseri mempesonakan. Dia memandang Lu Leng dan kemudian menjulurkan tangannya. Lu Leng pun menjulurkan tangannya dan kemudian mereka berdua saling menggenggam tangan.

Saat ini suara harpa itu kedengaran semakin jauh, akhirnya tak terdengar sama sekali. Sedangkan sejak meninggalkan pulau Hek Ciok To, Lu Leng mendengar berita bahwa Tam Goat Hua akan menikah dengan Tong Hong Pek, dan itu membuat hatinya jadi resah dan berduka sekali. Namun saat ini semua itu entah sirna ke mana. Dalam hati mereka berdua sepertinya merasa amat bahagia sekali, sebab wajah mereka tampak cerah berseri-seri.

Mereka berdua saling menggenggam tangan sambil menari-nari, bahkan Tam Goat Hua mulai bersenandung, membuat Lu Leng seakan mabuk. Padahal sesungguhnya, suara harpa itu masih terus mengalun. Tapi kini mereka sudah terpengaruh, maka tidak mendengar suara harpa itu lagi. Perlahan-lahan mereka berdua berjalan ke depan, sedangkan kereta mewah itu masih berada di situ.

Tak seberapa lama, mereka berdua sudah duduk di dalam sebuah rimba. Mendadak Tam Goat Hua duduk dan Lu Leng berbisik di telinganya. "Kakak Goat, kau mencintaiku?"

Tam Goat Hua memandang Lu Leng dengan mata berbinar-binar. Tiba-tiba kedua pipinya berubah menjadi kemerah-merahan, kemudian dia menundukkan wajahnya dalam-dalam....

Lu Leng menganggap Tam Goat Hua mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, namun kini dia yakin bahwa Tam Goat Hua mencintai dirinya. Sedangkan saat ini, Tam Goat Hua pun telah melupakan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, hanya merasa pemuda tampan yang berada di hadapannya yang patut untuk dicintai. Lu Leng menundukkan kepala, kemudian mencium kening Tam Goat Hua. Gadis itu tidak menolak, bahkan malah langsung mendekap di dada Lu Leng sambil tertawa.

Mendadak segumpal awan hitam menutupi rembulan sehingga di tempat itu menjadi gelap sekali. Di saat itulah suara harpa itu berubah menjadi nada porno....

--- dunia-kangouw.blogspot.com ---

Ketika Lu Leng meninggalkan ruang besar Cing Yun Ling, tiada seorang pun memperhatikannya, sebab semua orang sedang memusatkan perhatian untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling.

Si Nabi Setan-Seng Ling menarik nafas dalam-dalam, kemudian berkata, "Cit Sat Sin Kun, dulu kita bersama-sama pesiar ke mana-mana, tapi kenapa kini kau begitu mendesakku?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen membentak gusar. "Tidak salah! Dulu kita memang pernah menjadi kawan! Tapi di antara kita terdapat perbedaan haluan, akhirnya putus hubungan! Maka kau jangan mengungkit masa lalu itu!"

Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa. "Hahaha! Baik! Baik!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dingin. "Kau jangan terus omong kosong! Kalau diulur lagi, aku pun tidak bisa berbuat apa-apa!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar