Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 65

Setelah memandang Kou Hun Siu sejenak, Seh Cing Hua lalu menoleh. Ia berkata dengan suara rendah pada Toan Bok Ang, "Nona Toan...."

Toan Bok Ang cepat cepat menghampirinya serta bertanya dengan setengah berbisik, "Ada pesan apa, Seh-cianpwee?"

Seh Cing Hua menyahut, "Kau harus berupaya meninggalkan tempat ini. Tentunya yang datang itu tidak cuma Kou Hun Siu seorang, tapi kau justru harus menerjang ke luar!"

Toan Bok Ang tertegun. "Seh-cianpwee tadi aku memang ingin pergi! Kini aku malah tidak mau melarikan diri pergi seorang diri!"

Seh Cing Hua segera berkata, "Aku tidak suruh kau melarikan diri, melainkan suruh kau pergi menyelidiki satu hal!"

"Hal apa?" tanya Toan Bok Ang.

Seh Cing Hua menyahut dengan suara rendah, "Kini kita tidak boleh bergerak menempuh bahaya karena belum tahu pasti Jala Bumi berada padanya atau tidak. Dilihat dari keadaannya, sepertinya ia sedang mengulur waktu agar Liok Ci Khim Mo kemari! Kuberikan kepadamu tiga buah kembang api isyarat warna merah, putih dan hijau! Setelah kau meninggalkan tempat ini dan tahu Jala Bumi tidak berada padanya, cepat luncurkan kembang api warna hijau! Kalau Jala Bumi berada padanya, luncurkan kembang api warna merah. Apabila Liok Ci Khim Mo menuju kemari, tentunya kau harus meluncurkan kembang api warna putih!"

Toan Bok Ang mengangguk sambil menyimpan ketiga batang kembang api isyarat itu.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mendekatinya, lalu berbisik dengan serius, "Nona Toan, kau harus bertindak sesuai keadaan, jangan bertindak sembarangan atau ceroboh!"

Toan Bok Ang mengangguk. Gadis itu pun tahu pekerjaan yang harus dilaksanakannya bukan merupakan pekerjaan gampang. Tapi dalam keadaan begini Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan yang lainnya menyerahkan tugas tersebut padanya, pertanda mereka mempercayainya sehingga amat menggirangkan hatinya. Setelah mengangguk dia pun melesat pergi tiga empat depa jauhnya.

Terdengar lagi Seh Cing Hua saling mencaci dengan Kou Hun Siu, sedangkan Toan Bok Ang telah hilang di tempat gelap. Gadis itu merasa heran karena dirinya telah melesat belasan depa, akan tetapi justru tiada seorang pun yang menghadangnya. Seh Cing Hua memberikan tiga tugas kepadanya. Ketiga tugas itu sepertinya mengharuskan dia menuju ke arah istana Ci Cun Kiong agar bisa memperoleh hasil! Ingin tahu Liok Ci Khim Mo kemari atau tidak, pasti harus menuju ke istana Ci Cun Kiong dahulu. Apabila Lu Leng dan lainnya tertangkap oleh Kou Hun Siu, tentunya akan dibawa ke istana Ci Cun Kiong pula. Kalau ingin tahu Jala Bumi itu masih menjaring Lu Leng berempat atau tidak, juga harus melihat mereka! Kalau tidak, sulit untuk mengetahuinya!

Toan Bok Ang terus berpikir, kemudian melesat ke arah istana Ci Cun Kiong. Tak lama ia pun sudah melesat beberapa mil. Saat itulah mendadak dia merasa ada orang menguntitnya dari belakang! Padahal Toan Bok Ang tidak mendengar suara apa pun, hanya mendadak punya perasaan demikian saja. Hal ini sangat mengejutkan Toan Bok Ang, karena orang yang dapat menguntitnya tanpa bersuara pastilah memiliki ginkang yang amat tinggi.

Toan Bok Ang tidak memperlihatkan reaksi apa pun, melainkan terus melesat ke arah istana Ci Cun Kiong. Gadis itu mengerahkan ginkangnya agar lesatannya bertambah cepat. Mendadak dia bersalto sekaligus membalikkan badannya! Caranya itu agar orang yang menguntitnya tidak akan menduga hal tersebut. Tidak salah! Ketika membalikan badannya, tampak sesosok bayangan bagaikan kilat melesat ke arahnya! Di saat Toan Bok Ang membalikkan badannya, senjata Sian Tian Sin So pun dikeluarkannya! Begitu melihat sesosok bayangan meluncur ke arahnya, senjata Sian Tian Sin So pun digerakkannya.

"Tang! Tang! Tang!" terdengar suara yang amat nyaring, tampak pula cahaya merah berkelebat ke arah orang itu!

Toan Bok Ang membalikkan badan dan melancarkan serangan boleh dikatakan pada waktu bersamaan, maka ia yakin orang yang menguntitnya tidak dapat menghindari serangannya itu! Akan tetapi gerakan orang itu sungguh di luar dugaan! Ketika cahaya merah menyambar, orang itu pun masih mampu melayang ke atas seperti terbang! Menyaksikan itu Toan Bok Ang jadi terbelalak! Seketika dia langsung menarik serangannya karena dia teringat orang yang memiliki ilmu ginkang begitu tinggi hanya Oey Sim Tit seorang, tidak mungkin orang lain!

Setelah menarik serangan itu Toan Bok Ang pun bertanya. "Saudara Oey, ya?"

Tampak orang itu bergerak amat cepat sekali, tahu-tahu sudah berdiri di hadapan Toan Bok Ang, ternyata memang benar Oey Sim Tit! Wajahnya kelihatan cemas. "Nona Toan, ayahku akan ke mari, apakah kau masih tidak mau pergi?"

Toan Bok Ang tertegun. Cepat-cepat dia menyimpan senjata Sian Tian Sin So, lalu melemparkan kembang api isyarat warna putih ke atas. Setelah meledak di udara kembang api warna putih itu berpijar ke mana-mana!

Ketika melempar kembang api isyarat ke atas, Toan Bok Ang pun bertanya pada Oey Sim Tit. "Kau melihat Lu Leng dan yang lainnya?"

Oey Sim Tit menyahut, "Tidak!"

Toan Bok Ang berkata, "Mereka pasti telah ditangkap oleh Kou Hun Siu, tetapi tidak tahu berada di mana mereka sekarang?"

Oey Sim Tit mengerutkan kening. "Betulkah? Kok aku sama sekali tidak tahu?"

Tercengang Toan Bok Ang. Dia memandang Oey Sim Tit seraya bertanya, "Kalau begitu, untuk apa ayahmu meninggalkan istana Ci Cun Kiong?"

Oey Sim Tit menyahut, "Ada dua orang yang mati secara aneh. Kou Hun Siu dan beberapa orang pergi mencari pembunuh itu. Kemudian mereka memberi tanda bahwa bertemu musuh tangguh, maka ayahku segera meninggalkan istana Ci Cun Kiong! Aku khawatir ada orang akan mati di bawah Pat Liong Thian Im, karena itu cepat-cepat aku keluar. Tak kusangka malahan bertemu kau, sehingga aku menguntitmu! Cepatlah kau pergi, sebentar lagi ayahku pasti tiba di sini!"

Itu merupakan percakapan pendek, namun mereka telah mendengar suara derap kaki kuda! Toan Bok Ang tadi telah melempar kembang api isyarat ke atas dan yakin Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bertiga pasti sudah pergi. Sedangkan saat ini Kou Hun Siu dan Liok Ci Khim Mo justru tidak berada di istana Ci Cun Kiong, sungguh merupakan kesempatan baginya untuk menyelinap ke dalam istana itu! Mendadak gadis itu mencaci dirinya sendiri. Dia ingin menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong tidak lain hanya ingin menemui Oey Sim Tit, sedangkan pemuda tersebut justru berada di hadapannya! Mengapa harus menyelinap ke dalam istana itu?

Setelah berpikir sejenak, Toan Bok Ang berkata, "Saudara Oey, kau mencuri ke luar, ya?"

Oey Sim Tit mengangguk. "Betul!"

Toan Bok Ang berkata lagi, "Kalau begitu, kau pasti tidak mau diketemukan ayahmu! Lebih baik kita cepat-cepat menyingkir, tapi aku masih ingin bercakap-cakap sebentar denganmu!"

Saat ini suara derap kaki kuda sudah makin dekat. Begitu usai berkata, Toan Bok Ang pun langsung menarik Oey Sim Tit ke semak-semak di pinggir jalan. Baru mereka bersembunyi, sudah tampak lima ekor kuda berlari kencang melewati mereka! Toan Bok Ang dapat melihat dengan jelas bahwa seorang di antaranya adalah Liok Ci Khim Mo!

Oey Sim Tit segera berkata, "Nona Toan, ada apa? Cepat katakan! Aku harus kembali ke istana sebelum ayahku pulang!"

Toan Bok Ang berpikir sejenak. Ia lalu berkata, "Saudara Oey, kami telah berhasil memperoleh ketujuh batang Panah Bulu Api di gunung Tangkula San!"

Mendengar itu wajah Oey Sim Tit langsung berubah tak menentu. Ia bertanya terputus-putus, "Be... betulkah?"

Toan Bok Ang menyahut, "ltu memang benar! Kini... hanya kurang Busur Api milikmu itu!"

Oey Sim Tit langsung mundur beberapa langkah, sepasang tangannya memegang bagian dadanya. Toan Bok Ang sudah menduga akan hal tersebut, cepat-cepat ia mengikutinya. Bibir Oey Sim Tit bergerak, seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi justru tidak dapat mencetuskan apa-apa! Mendadak dia membalikkan badannya sekaligus melesat pergi! Kejadian itu sungguh diluar dugaan Toan Bok Ang sehingga membuatnya termangu-mangu di tempat, bahkan nyaris menangis seketika. Kemudian Toan Bok Ang mengerahkan ginkang mengejar Oey Sim Tit.

Apabila Toan Bok Ang berterus terang, itu agar Oey Sim Tit paham. Panah Bulu Api yang hilang ratusan tahun masih bisa diketemukan, tentunya Panah Bulu Api itu akan menyatu dengan Busur Api tersebut! Namun apa yang dikatakan Toan Bok Ang justru membuat Oey Sim Tit langsung kabur! Kalau Tam Goat Hua yang mengatakan sudah pasti tidak akan mengatakan begitu!

Ketika Oey Sim Tit mendengar Panah Bulu Api sudah berada di tangan mereka, hatinya langsung berubah kacau! Walau dia tiada permusuhan apa-apa dengan Toan Bok Ang, tapi sasaran mereka adalah Liok Ci Khim Mo, ayahnya. Secara tidak langsung Toan Bok Ang dan yang lainnya sudah jadi musuhnya! Padahal sesungguhnya Toan Bok Ang dan lainnya bukan musuh Oey Sim Tit, tapi kini Panah Bulu Api sudah berada di tangan mereka, otomatis mereka akan bermusuhan! Asal Busur Api jatuh ke tangan Toan Bok Ang dan menyatu dengan Panah Bulu Api tentunya dapat menundukkan Pat Liong Thian Im, maka nyawa Liok Ci Khim Mo terancam! Oleh karena itu Oey Sim Tit langsung kabur.

Setelah Oey Sim Tit kabur, barulah Toan Bok Ang sadar akan kesalahannya! Karena itu Toan Bok Ang segera mengejar Oey Sim Tit! Berdasarkan ilmu ginkang Toan Bok Ang, maka ilmunya tidak dapat dibandingkan dengan ilmu ginkang Oey Sim Tit! Mula-mula dia masih dapat melihat bayangan Oey Sim Tit, namun kemudian bayangan Oey Sim Tit sudah hilang dari pandangannya! Toan Bok Ang masih sempat melihat Oey Sim Tit berkelebat ke arah istana Ci Cun Kiong, maka gadis itu pun terus melesat ke sana.

Empat lima puluh mil kemudian sudah tampak obor-obor di undakan batu. Di saat bersamaan dia pun melihat sesosok bayangan hitam melesat, lalu tidak kelihatan lagi. Toan Bok Ang tahu, Oey Sim Tit sudah kembali ke istana Ci Cun Kiong! Tadi dia masih mencaci dirinya yang bodoh karena ingin menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong, namun kini dia justru harus melakukannya! Di bawah cahaya obor yang terang benderang, Toan Bok Ang tahu sulit baginya menyelinap ke sana! Hanya ada satu jalan, yaitu nekad menerjang! Setelah mengambil keputusan tersebut, Toan Bok Ang lalu mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So. Begitu senjata tersebut berada di tangan, badannya pun langsung melesat melewati tujuh delapan buah lentera merah.

Tampak dua orang menghadangnya seraya membentak. "Siapa?!"

Toan Bok Ang tidak menyahut, melainkan badannya mencelat ke atas tiga empat depa tingginya. Di saat bersamaan tangannya pun bergerak mengeluarkan jurus Lui Tian Kauw Cak (Kilat dan Geledek Menggelegar), terlihat cahaya senjata Sian Tian Sin So berkelebat-kelebat! Setelah melancarkan serangan itu, Toan Bok Ang pun terus melesat ke depan tanpa berhenti. Pada saat yang sama terdengar pula kedua orang itu berteriak aneh, kemudian terpental beberapa depa, sedangkan Toan Bok Ang telah melayang turun tiga empat depa jauhnya!

Toan Bok Ang segera menghimpun hawa murninya, lalu melesat ke depan lagi. Tak lama sampailah dia di tempat lentera merah terakhir. Kira-kira beberapa depa di depan tampak obor-obor yang tak terhitung banyaknya. Ketika Toan Bok Ang sampai di situ, langsung muncul beberapa sosok bayangan. Salah seorang membentak keras,

"Berani menerjang kemari, apakah sudah bosan hidup?!"

Toan Bok Ang tidak menyahut melainkan mengayunkan senjatanya, diarahkan pada obor-obor di situ. Seketika tampak empat buah obor roboh! Kebetulan keempat buah obor itu roboh ke arah keempat orang itu. Mereka tidak sempat berkelit sehingga keempat orang itu terserang oleh obor-obor tersebut. Minyak tumpah di badan mereka, api pun langsung menyala! Keempat orang itu menjerit-jerit, ternyata keempat orang itu telah terbakar!

Toan Bok Ang tidak menghiraukan mereka, ia segera maju dan sekarang sudah berada di sisi undakan batu! Dia menarik nafas dalam-dalam seraya mendongakkan kepala memandang ke atas. Undakan batu di situ berjumlah seratus lima puluh undakan, sungguh tinggi sekali! Lagi-pula pada setiap undakan terlihat beberapa orang berjalan mondar-mandir, namun mereka kelihatannya seperti tidak melihat Toan Bok Ang yang berada di sisi undakan batu itu!

Toan Bok Ang mengerti, apabila dia naik ke atas undakan batu itu pasti akan muncul orang menghadangnya. Tetapi kepalang basah, dia pun tidak mau mundur Iagi. Biar bagaimana pun ia harus menerjang sampai ke atas untuk menemui Oey Sim Tit sekali lagi! Toan Bok Ang menarik nafas dalam-dalam, kemudian badannya mencelat ke atas dan melayang turun di undakan batu yang ke sepuluh.

Ketika badannya baru melayang turun, orang-orang yang berjalan mondar-mandir di situ langsung mengepungnya! Toan Bok Ang pun segera menggerakkan senjata Sian Tian Sin So, mengeluarkan jurus Tian Kong Ciau Ciau (Kilat Bergemerlapan) untuk melindungi diri! Yang mengepungnya berjumlah delapan orang.

Toan Bok Ang bersiul panjang, kemudian membentak. "Siapa menghadang pasti mati!" Usai membentak, Toan Bok Ang pun menyerang mereka!

Keempat orang yang mengepung di depan tidak tahu apa yang terjadi. Mereka hanya melihat cahaya keperak-perakan berkelebat, tahu-tahu Toan Bok Ang telah melancarkan serangan terhadap keempat orang itu!

"Trang! Trang! Trang! Trang...!" terdengar suara benturan senjata tajam disusul dengan suara jeritan.

Ternyata keempat orang itu telah terluka, dua diantaranya yang terluka parah roboh seketika tak mampu bangun lagi. Undakan batu yang putih bersih itu pun ternoda darah, sedangkan Toan Bok Ang tidak berhenti sampai di situ. Ia bersiul panjang sambil melesat ke atas! Toan Bok Ang tahu, di situ berjumlah seratus lima puluh undakan, setiap tiga puluh undakan pasti dijaga tiga puluh dua orang! Kelihatannya para penjaga di setiap tiga puluh undakan sama sekali tidak boleh sembarangan berjalan. Mereka berbaris di empat penjuru, setiap penjuru berjumlah delapan orang. Gadis itu pun tahu, semakin tinggi undakan batu, semakin tinggi pula kepandaian para penjaganya.

Meski pun Kou Hun Siu dan Liok Ci Khim Mo tidak berada di situ, tapi masih ada Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, lagi pula sewaktu-waktu Liok Ci Khim Mo akan kembali. Sedangkan waktu baginya boleh dikatakan tidak cukup! Oleh karena itu begitu sampai di undakan batu yang ke tiga puluh dua, tanpa menunggu para penjaga di sana mengepungnya, Toan Bok Ang sudah mengeluarkan siulan panjang sambil menghimpun hawa murninya sehingga badannya mencelat ke atas lagi! Kini dia sudah berada di undakan batu yang ke enam puluh satu.

Toan Bok Ang terus bergerak cepat, tak lama ia sudah berada di undakan yang ke sembilan puluh dua. Ketika badannya berada di udara, walau begitu banyak senjata rahasia menyerang dirinya, namun dia masih sempat mengayunkan senjata Sian Tian Sin So untuk menangkis dan memukul jatuh senjata-senjata rahasia itu! Setelah berada di undakan batu ke sembilan puluh dua, di saat dia baru ingin mencelat ke atas lagi, mendadak terdengar suara bentakan yang mengguntur. Tampak empat sosok bayangan berkelebat menyusul empat senjata juga menyerangnya! Kelihatannya keempat orang itu berkepandaian amat tinggi, akan tetapi Toan Bok Ang tetap berlaku tenang.

"Bagus!" Toan Bok Ang berseru

Terlihat cahaya senjata Sian Tian Sin So berkelebat. Keempat penyerang itu terkejut bukan main, mereka langsung memutar senjata masing-masing. Toan Bok Ang justru menyerang mereka dengan jurus Lui Seng Long Long (Suara Halilintar Tak Henti-hentinya)! Betapa cepatnya gerakan jurus tersebut memang sulit dilukiskan sehingga keempat orang itu tidak dapat berkelit!

"Aaaakh...!" terdengar suara jeritan. Ternyata jalan darah Leng Tay Hiat keempat orang itu telah tertusuk oleh ujung senjata Sian Tian Sin So! Keempat orang itu terhuyung-huyung ke belakang dan akhirnya roboh di atas undakan batu!

Toan Bok Ang telah berhasil melewati empat pos penjagaan di undakan batu tersebut, kini hanya tersisa satu pos penjagaan lagi. Apabila dia berhasil menerjang ke sana, pasti akan berhasil menemui Oey Sim Tit! Gadis itu mendongakkan kepala memandang ke atas, terlihat empat orang berjalan ke bawah. Sedangkan Toan Bok Ang segera mencelat ke atas dan hanya berjarak tujuh delapan undakan batu saja!

Keempat orang itu, dua diantaranya berbadan pendek sedangkan yang dua lagi berbadan tinggi. Wajah mereka mirip satu sama lain, sepertinya saudara kembar empat! Pakaian keempat orang itu amat aneh. Di pinggang kedua orang yang jangkung bergantung kantong kulit besar dan kecil, sedangkan di pinggang kedua orang yang kerdil terikat sebuah ban giok.

Toan Bok Ang tahu kepandaian keempat orang itu pasti di atas para penjaga di sana. Gadis itu memandang mereka, kemudian berkata, "Cepatlah kalian menyingkir! Kalau tidak, kalian juga akan seperti mereka yang terluka parah itu!"

Salah seorang yang kerdil menyahut dengan dingin, "Gadis lengan tunggal, kau berhasil melewati empat pos penjagaan, itu sungguh luar biasa! Mengingat kau masih muda dan bernyali besar, kami mengampuni nyawamu! Cepatlah kau pergi!"

Toan Bok Ang membentak, "Jangan banyak omong kosong!"

Keempat orang itu turun dua undakan batu. "Kau tidak mengindahkan nyawamu lagi?"

"Kalian menghendaki aku pergi? Tidak sulit! Asal kalian mengabulkan satu permintaanku!" sahut Toan Bok Ang.

Keempat orang itu tertawa gelak. "Hahaha! Sungguh menggelikan! Kau berani mengajukan permintaan pada kami? Baik kami ingin dengar apa permintaanmu!"

Sesungguhnya Toan Bok Ang sama sekali tidak punya permintaan apa pun, ia hanya ingin memecahkan perhatian mereka saja. Gadis itu tahu, kalau ia berhasil naik ke atas tentunya keempat orang itu tidak berani mengejarnya. Ketika mendengar keempat orang itu berkata begitu, bergiranglah Toan Bok Ang dalam hati. "Aku menginginkan kalian mengabulkan tiga permintaanku! Permintaan pertama...."

Mendadak Toan Bok Ang bersiul panjang, badannya mencelat ke atas dua depa tingginya! Begitu badannya mencelat ke atas, keempat orang itu baru sadar bahwa mereka telah tertipu. Mereka langsung menggeram. Akan tetapi Toan Bok Ang sama sekali tidak memandang ke bawah. Ketika badannya masih berada di udara, dia menghimpun hawa murninya lagi sehingga badannya melambung ke atas lagi kemudian baru melayang turun! Toan Bok Ang cepat-cepat menghimpun hawa murninya, sehingga badannya mencelat laksana kilat menuju ke atas!

Tapi di saat bersamaan terdengar pula suara desir. Tadi Toan Bok Ang melihat pada pinggang kedua orang yang jangkung tergantung kantong kulit besar dan kecil, ia pun sudah tahu kedua orang jangkung itu mahir senjata rahasia. Karena itu tanpa menoleh dia pun menggerakkan senjata Sian Tian Sin So untuk melindungi diri!

"Ting! Ting! Ting!" terdengar suara benturan senjata, entah berapa banyak senjata rahasia terpukul jatuh!

Namun badan Toan Bok Ang justru merosot ke bawah. Begitu kakinya menginjak undakan batu, di saat bersamaan dia pun menghimpun hawa murninya lagi sehingga badannya mencelat ke atas lagi! Tapi pada saat itu juga terdengar suara yang amat halus mengarah badannya! Bukan main terkejutnya Toan Bok Ang! Dia segera mengayunkan senjata Sian Tian Sin So untuk menangkis, namun kedua kakinya telah merasa kesemutan!

Toan Bok Ang tahu dirinya telah terkena senjata beracun. Kalau tidak berupaya agar badannya jatuh ke atas undakan batu, dirinya pasti celaka! Gadis itu menggigit bibir sambil menghimpun hawa murni lagi, akhirnya dia berhasil turun di undakan batu yang di atas. Akan tetapi rasa kesemutan dan ngilu itu sudah mulai menjalar ke atas! Toan Bok Ang mengeluh dalam hati. Sungguh lihay senjata beracun itu! Setelah jatuh di undakan batu yang di atas, Toan Bok Ang memandang ke bawah. Terlihat keempat orang itu tidak berani mengejarnya. Toan Bok Ang menarik nafas lega.

Terdengar kedua orang jangkung itu berkata, "Gadis lengan tunggal, kau telah terkena senjata beracun kami. Dalam waktu satu jam nyawamu sulit diselamatkan lagi! Kami lihat kepandaianmu cukup tinggi. Kalau kau bersedia berguru pada kami, tentunya kami akan mengampuni nyawamu!"

Mendengar itu Toan Bok Ang terkejut sekali, sebab rasa kesemutan dan rasa ngilu itu telah sampai pada bagian pinggangnya. Mendadak Toan Bok Ang malah tertawa gelak. "Hahaha! Kalian jangan bermimpi!" Sembari berkata Toan Bok Ang pun menaruh senjatanya ke bawah, lalu mengeluarkan sebuah kotak giok yang berisi Lan Tian Giok Sek.

Ketika melihat Toan Bok Ang mengeluarkan kotak giok itu, mata keempat orang tersebut langsung berbinar-binar. Mereka kemudian berteriak aneh dan tanpa menghiraukan larangan Liok Ci Khim Mo, mereka berempat segera melesat ke atas! Melihat itu bukan main terkejutnya Toan Bok Ang! Cepat-cepat ia membuka kotak giok tersebut! Terlihat suatu benda berwarna merah seperti darah ada di dalam kotak itu. Tanpa berpikir panjang lagi Toan Bok Ang langsung mengambil benda itu dan dimasukkan ke dalam mulutnya!

Di saat bersamaan keempat orang itu pun telah menerjang sampai di sisi badannya! Begitu menelan Lan Tian Giok Sek, seketika Toan Bok Ang merasa ada semacam hawa yang amat nyaman menerobos ke dalam tenggorokannya! Akan tetapi rasa kesemutan dan rasa ngilu di kakinya masih belum hilang sehingga ia tidak bisa berkelit sama sekali! Justru di saat bersamaan, di pelataran atas terdengar suara bentakan gusar yang memekakkan telinga.

"Kalian berempat sungguh berani naik ke atas! Apakah ingin cari mati?"

Padahal keempat orang itu sudah siap menyerang Toan Bok Ang, namun ketika mendengar suara bentakan gusar itu mereka berempat pun segera mundur ke bawah! Toan Bok Ang cepat-cepat mengambil kotak giok itu sekaligus menyambar senjatanya. Tampak dua sosok bayangan melesat ke arahnya, tak lama bayangan itu sudah berada di hadapan Toan Bok Ang. Ternyata mereka adalah Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau!

Ketika melihat keempat orang itu mundur ke bawah, hati Toan Bok Ang pun jadi lega! Namun begitu melihat kemunculan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, hatinya pun langsung jadi dingin! Meski pun dia telah makan Lan Tian Giok Sek, tapi hawa racun senjata rahasia itu masih belum sirna, maka sepasang kakinya masih belum bisa bergerak! Bagaimanapun tingginya kepandaian Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, seandainya Toan Bok Ang tidak terkena senjata rahasia beracun, satu lawan satu pun belum tentu dia akan menang, apalagi dalam keadaan begini!

Setelah berada di hadapan Toan Bok Ang, Kim Kut Lau langsung mendengus dingin, kemudian mengangkat sebelah kakinya menginjak dada gadis itu. Toan Bok Ang merasa dadanya seperti tertindih tenaga yang amat kuat, cepat-cepat ia mengerahkan hawa murninya untuk menahan. Sedangkan Hek Sin Kun begitu melihat kotak giok yang berada di tangan Toan Bok Ang, wajahnya tampak berseri-seri. Setelah itu barulah dia membentak keempat orang itu.

"Kalian berempat sungguh berani melanggar larangan Ci Cun?!"

Tadi mereka berempat begitu melihat kotak giok yang bertuliskan ‘Lan Tian Giok Sek’, seketika mereka melupakan larangan itu. Ketika Hek Sin Kun membentak begitu, wajah mereka langsung berubah kelabu. Mereka saling memandang tanpa berani menyahut sama sekali!

Ternyata Liok Ci Khim Mo khawatir bila ada kaum golongan lurus yang menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong menyamar sebagai anggotanya, maka penjagaan di situ amat ketat sekali! Kecuali Kou Hun Siu, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau bertiga, orang lain tidak boleh menginjak tempat itu! Siapa berani melanggar, pasti akan dihukum mati dengan cara yang mengenaskan! Oleh karena itu sukma keempat orang itu seakan terbang entah kemana!

Hek Sin Kun berkata dengan dingin, "Apakah kalian anggap Ci Cun tidak ada, maka berani bertindak semaunya?"

Keempat orang itu menyahut dengan suara bergemetar, "Hek Sin Kun, kita semua adalah kaum rimba persilatan. Harap bermurah hati terhadap kami!"

Hek Sin Kun tertawa dingin. Ia lalu berkata, "Kalian mundur dulu!"

Sesungguhnya kepandaian keempat orang itu tidak berada di bawah kepandaian Hek Sin Kun. Hanya saja Hek Sin Kun adalah orang kepercayaan Liok Ci Khim Mo. Lagi pula keempat orang itu tahu, saat ini menyangkut hidup matinya mereka, maka tidak berani berlaku ceroboh! Begitu mendengar Hek Sin Kun menyuruh mereka mundur, tanpa banyak cakap lagi mereka langsung mundur ke bawah.

Hek Sin Kun membalikkan badannya memandang Kim Kut Lau. "Adikku, kuasai dulu gadis lengan tunggal ini, barulah kita bicara!" katanya.

Kim Kut Lau tertawa gelak. "Aku sudah menginjaknya di sini, apakah masih takut dia akan terbang...." Kim Kut Lau memang sombong, namun ketika berkata sampai di situ mendadak berhenti dan wajahnya langsung berubah.

"Krek!" mendadak terdengar suara, lalu menyusul suara jeritan, "Aaakh!"

Tampak badan Kim Kut Lau terpental. Kejadian itu sungguh di luar dugaan, bahkan Toan Bok Ang pun terheran-heran. Namun dia tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung meloncat bangun. Bukan main terkejutnya Hek Sin Kun. Dia tertegun tapi kemudian berkelebat ke samping Kim Kut Lau.

"Kenapa?" tanyanya.

Kim Kut Lau berguling-gulingan di tanah. Sepasang tangannya memegang kaki kirinya. Keringatnya sebesar kacang hijau merembes ke luar dari keningnya. "Kakiku... kakiku telah patah," sahutnya ter-putus-putus. Kemudian dia memberi perintah kepada Hek Sin Kun. "Cepat... hadang dia!"

Ketika melihat kaki kiri Kim Kut Lau bengkak dan memerah, Hek Sin Kun tahu bahwa kaki itu telah patah. Maka dia bertambah terkejut dan gusar. Setelah meloncat bangun dan ketika mendengar Kim Kut Lau mengatakan kaki kirinya telah patah, Toan Bok Ang bertambah heran. Gadis itu tidak tahu bahwa Lan Tian Giok Sek merupakan benda pusaka di kolong langit. Walau khasiatnya tidak di atas Cit Sek Ling Che, namun cepat sekali bereaksi.

Tadi ketika Kim Kut Lau menginjak bagian dadanya, Lan Tian Giok Sek yang berada di dalam perut Toan Bok Ang telah mengalami suatu proses alami menjadi hawa Yang (Panas). Hawa tersebut mengalir ke seluruh tubuhnya. Dulu tanpa sengaja Toan Bok Ang telah menelan mutiara Kura-Kura Mayat yang mengandung hawa Im (dingin), sedangkan kini dia menelan Lan Tian Giok Sek yang mengandung hawa panas. Kebetulan kedua macam hawa itu berkumpul pada bagian dadanya di jalan darah Tiong Teng Hiat.

Kaki kiri Kim Kut Lau justru menginjak pelan darah Tiong Teng Hiat tersebut. Di saat kedua macam hawa berkumpul di jalan darah itu, timbul tenaga yang amat dahsyat menerjang ke luar. Semua kejadian itu memang sungguh kebetulan. Seandainya kaki Kim Kut Lau tidak menginjak jalan darah Tiong Teng Hiat di bagian dada Toan Bok Ang, kemungkinan besar gadis itu akan binasa oleh terjangan tenaga yang amat dahsyat tadi.
Lantaran kaki Kim Kut Lau menginjak bagian itu, maka tenaga yang amat dahsyat itu justru menerjang ke luar menghantamnya. Meski pun Kim Kut Lau berkepandaian tinggi, namun masih tidak dapat menahan kedahsyatan tenaga itu sehingga tidak hanya kaki kirinya patah, bahkan orangnya pun terpental beberapa depa.

Sedangkan kini hawa racun yang ada di dalam tubuh Toan Bok Ang pun telah terdesak ke luar, otomatis lweekang-nya juga bertambah tinggi. Karena Kim Kut Lau telah terluka, musuh tangguhnya tinggal Hek Sin Kun. Maka semangat Toan Bok Ang terbangkit pula. Dia tertawa panjang lalu berkata, "Hek Sin Kun, cepat keluarkan jurusmu!"

Mendengar tantangan Toan Bok Ang, Hek Sin Kun segera membungkukkan badannya sedikit. Tak lama terdengar suara berkemerutuk pada sekujur badannya. Ternyata dia telah mengerahkan lweekang-nya. Tampak tapak tangannya berubah hitam legam, itu adalah ilmu Hek Sah Ciang (llmu Telapak Pasir Hitam).

Toan Bok Ang tidak menunggu Hek Sin Kun melancarkan pukulan lebih dulu. Dia langsung menggerakkan senjata Sian Tian Sin So-nya ke arah jalan darah Lau Kiong Hiat di telapak tangan Hek Sin Kun, dan ujung senjata itu tepat mengenai sasarannya. Mendadak terdengar Hek Sin Kun tertawa terkekeh-kekeh! Telapak tangannya diturunkan, sekaligus dibalik untuk mencengkeram senjata Toan Bok Ang. Di saat bersamaan, dia pun melancarkan sebuah pukulan Hek Sah Ciang ke arah gadis itu menggunakan tangan kiri.

Ketika senjatanya tercengkeram oleh Hek Sin Kun, terkejutlah Toan Bok Ang. Lebih-Iebih ketika melihat pukulan yang dilancarkan Hek Sin Kun. Apa boleh buat, Toan Bok Ang terpaksa harus menarik senjatanya. Namun dia tidak dapat menangkis pukulan itu karena tangannya tinggal sebelah. Maksudnya menarik senjatanya itu, tidak lain hanya ingin menarik kembali senjatanya yang tercengkeram oleh Hek Sin Kun, lalu akan kabur.

Akan tetapi, setelah hawa Im dan hawa Yang menyatu di dalam tubuhnya, justru telah menembus nadi Jin Tok-nya. Oleh karena itu lweekang-nya menjadi bertambah tinggi. Maka kalau pun pukulan Hek Sah Ciang yang dilancarkan Hek Sin Kun berhasil menghantam tubuhnya, gadis itu tidak akan merasa apa-apa. Akan tetapi Toan Bok Ang sendiri justru tidak tahu akan hal tersebut!

Ketika Toan Bok Ang menarik senjatanya, Hek Sin Kun merasa badannya terbetot oleh tenaga yang amat dahsyat sehingga badannya terbetot ke depan. Jari tangan Hek Sin Kun menjadi renggang, maka sudah barang tentu senjata itu terlepas dari tangannya. Namun badannya tetap terbetot ke depan, dan akhirnya jatuh terduduk di atas undakan batu. Matanya berkunang-kunang seketika. Dia ingin bangkit berdiri tapi sudah tidak mampu.

Toan Bok Ang terbelalak menyaksikan kejadian itu. Dia tidak menyangka lweekang-nya sudah begitu tinggi. Namun kemudian dia tersentak sadar, bahwa lweekang-nya bisa bertambah tinggi, tidak lain sebab khasiat Lan Tian Giok Sek yang telah dimakannya. Tentunya tidak terpikirkan olehnya, bahwa kungfu-nya bisa maju pesat hingga tingkat yang begitu tinggi itu bukan mengandal pada Lan Tian Giok Sek, melainkan juga berkat khasiat mutiara Kura-Kura Mayat yang ditelannya dulu, sehingga hawa Im dan hawa Yang berkumpul di jalan darah Tiong Teng Hiat bagian dadanya, dan kebetulan jalan darahnya itu diinjak oleh Kim Kut Lau, maka menimbulkan kejadian yang luar biasa itu. Akan tetapi Toan Bok Ang sama sekali tidak tahu akan hal tersebut! Saat ini, tingkat lweekang Toan Bok Ang sudah hampir mencapai Kim Kong Put Huai Ceh Thi (Tubuh Yang Tak Mempan Senjata dan Racun).

Toan Bok Ang memandang sejenak Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun yang tergeletak di atas undakan batu, lalu membalikkan badannya sekaligus melesat ke atas. Begitu sampai di pelataran atas, gadis itu langsung menerjang ke sebuah aula besar. Akan tetapi di dalam aula besar itu tiada seorang pun. Toan Bok Ang menghimpun hawa murninya, kemudian berseru sekeras-kerasnya.

"Saudara Oey! Saudara Oey!"

Gadis itu terbelalak karena suara seruannya memekakkan telinga dan bergema-gema. Toan Bok Ang menunggu sampai gema itu berhenti, baru kemudian berjalan ke dalam.

"Saudara Oey, kau tidak usah bersembunyi lagi! Aku sudah berada di dalam aula besar!" katanya sambil berjalan.

Mendadak tampak sosok bayangan berkelebat.

Toan Bok Ang langsung melesat ke hadapan orang itu seraya membentak, "Berhenti! Jangan bergerak!"

Orang itu roboh dan nafasnya putus seketika. Ternyata orang itu berkepandaian rendah, maka suara bentakan Toan Bok Ang membuat nyalinya pecah. Toan Bok Ang tertegun, lalu berjalan lagi. Ketika memasuki sebuah pintu, terlihat tujuh delapan orang meringkuk menjadi satu, di antaranya terdapat kaum wanita. Mereka adalah para pembantu dan pelayan istana Ci Cun Kiong yang berasal dari golongan hitam. Wajah mereka sudah pucat pias.

Berhubung adanya pengalaman tadi, maka itu Toan Bok Ang tidak berani membentak lagi karena khawatir nyali mereka akan pecah hingga binasa. "Kalian jangan takut, cepat beritahukan di mana tuan muda Oey?" katanya dengan suara dalam.

"Nona, kami tidak berani memberi-tahukan, sebab kalau Cin Cun tahu, kami pasti dihukum mati," sahut salah seorang dari mereka.

Toan Bok Ang mendengus. "Kalau kalian tidak mau memberi-tahukan, sekarang juga kalian akan mati!"

Seketika badan mereka menggigil.

"Kalian harus memberi-tahukan dengan serentak, agar di antara kalian tiada yang berani membocorkan hal ini kepada Liok Ci Khim Mo. Dia pun tidak akan tahu kalian yang memberi-tahukan."

Mereka bertujuh saling memandang, setelah itu barulah berkata dengan serentak, "Berada di bawah kursi sambungan di aula besar."

Toan Bok Ang membalikkan badannya dan langsung kembali ke aula besar. Ketika sampai di aula besar, Toan Bok Ang memandang ke luar. Terlihat Hek Sin Kun bangkit berdiri, lalu memapah Kim Kut Lau menuju aula besar itu. Begitu melihat Toan Bok Ang, Hek Sin Kun segera mundur beberapa Iangkah. Toan Bok Ang sama sekali tidak memperdulikan mereka. Dia berjalan ke tengah aula besar, menghampiri sebuah kursi sambungan dan kemudian diterjangnya kursi itu.

“Blam!” kursi sambungan itu hancur berkeping-keping, lalu tampak sebuah lubang di bawahnya.

Toan Bok Ang melihat ada undakan batu, lalu segera meloncat ke dalam. Di saat bersamaan, sayup-sayup terdengar seperti suara seruan girang dari mulut Hek Sin Kun. Namun karena ingin segera menemui Oey Sim Tit, maka Toan Bok Ang tidak menghiraukannya. Tidak seberapa lama kemudian Toan Bok Ang sudah sampai di ujung. Tampak dua daun pintu batu di sana.

Toan Bok Ang langsung berteriak, "Saudara Oey, apakah kau berada di dalam?"

Terdengar suara sahutan dari dalam, ternyata suara Oey Sim Tit. "Nona Toan, aku tidak mau menemuimu! Cepatlah kau pergi, sebentar lagi ayahku pasti pulang. Saat itu aku tidak bisa menolongmu lagi!"

Tidak gampang Toan Bok Ang mencari Oey Sim Tit, bagaimana mungkin dia akan pergi? Dia memandang pintu batu itu sejenak, kemudian mundur beberapa langkah. Setelah itu dia maju lagi sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah pintu batu itu.

“Bum!” terdengar suara yang amat dahsyat memekakkan telinga, namun pintu batu itu tak bergeming sedikit pun.

Toan Bok Ang menghimpun hawa murninya, lalu melancarkan dua pukulan ke arah pintu batu itu.

“Bum! Bum!” pintu batu itu roboh.

Toan Bok Ang memandang ke dalam, tampak sebuah ruang batu yang amat besar. Oey Sim Tit berdiri di sudut ruang batu itu, tangannya memegang Busur Api. Begitu Toan Bok Ang muncul, terdengar tiga kali suara dengung yang nyaring dan tampak tiga batang panah kecil meluncur laksana kilat ke arahnya. Gadis itu segera mengibaskan lengannya, maka ketiga batang panah kecil itu melesat ke samping.

Menyaksikan itu wajah Oey Sim Tit langsung berubah. Namun mendadak badannya bergerak, bagaikan segulung asap dia menerjang ke luar. Toan Bok Ang tahu, bahwa Oey Sim Tit ingin kabur. Betapa tingginya ilmu ginkang yang dimiliki Oey Sim Tit, tentunya gadis itu tahu jelas, Kalau Oey Sim Tit berhasil kabur, pasti sulit mencarinya lagi. Oleh karena itu, ketika melihat badan Oey Sim Tit berkelebat, Toan Bok Ang bergerak cepat menghadang di pintu batu sekaligus melancarkan pukulan ke depan. Angin pukulan itu berhasil menahan Oey Sim Tit sehingga Oey Sim Tit segera berkelebat kembali ke sudut ruang batu itu.

"Nona Toan, aku tidak bisa memberikan padamu! Biar bagaimana pun juga aku tidak bisa memberikan padamu!"

Oey Sim Tit terisak-isak sambil juga memeluk Busur Api itu erat-erat. Menyaksikan itu Toan Bok Ang menjadi tidak tega. Toan Bok Ang menghela nafas panjang.

"Saudara Oey, dengarkanlah dulu perkataanku!" katanya perlahan-lahan.

"Nona Toan, kau tidak usah bicara lagi! Tadi kau melepaskan kembang api isyarat. Kalau ayahku tidak berhasil menemukan mereka, pasti akan segera pulang! Cepatlah kau pergi! Aku tidak ingin mencelakaimu, tapi kau juga jangan terlampau mendesakku!"

"Saudara Oey, aku dan kau memang tidak ingin mencelakai dan mendesak siapa pun. Tapi ayahmu mengandalkan Pat Liong Thian Im, entah sudah mencelakai beberapa banyak orang!”

"Aku sudah bilang tidak bisa menyerahkan Busur Api ini pada kalian."

Toan Bok Ang berpikir. Barusan Oey Sim Tit mengatakan bahwa Liok Ci Khim Mo akan segera pulang, itu tentunya tidak menakut-nakutinya, melainkan dia tidak ingin melihat gadis itu celaka di tangan ayahnya. Lagi-pula memang benar Liok Ci Khim Mo akan segera pulang. Kalau begitu, mau tidak mau harus merebut Busur Api itu dari tangan Oey Sim Tit. Perbuatan itu memang amat bersalah terhadap Oey Sim Tit dan amat memalukan karena entah sudah berapa kali Oey Sim Tit menolong mereka.

Berpikir sampai di situ, Toan Bok Ang nyaris langsung meninggalkan ruang batu itu. Akan tetapi Toan Bok Ang berpikir lagi. Kalau Liok Ci Khim Mo tidak dibasmi, tidak sampai tiga tahun, dalam dunia persilatan pasti sudah tidak ada kaum golongan lurus. Mo Liong Seh Sih telah berkorban demi Panah Bulu Api terlahir kembali di dunia persilatan agar dapat membasmi Liok Ci Khim Mo. Lalu kenapa dirinya tidak mau memikul nama busuk demi keselamatan dunia persilatan?

Setelah berpikir demikian, dia pun berkata pada Oey Sim Tit dengan suara dalam, "Saudara Oey, hari ini aku kemari adalah demi seluruh kaum rimba persilatan! Aku harus memperoleh Busur Api, harap kau sudi memaafkan!"

Wajah Oey Sim Tit langsung berubah. Ia sama sekali tidak bersuara, hanya menatap Toan Bok Ang dengan penuh ketakutan seperti seekor burung yang telah masuk ke dalam perangkap. Toan Bok Ang tahu bahwa Oey Sim Tit memiliki ilmu ginkang yang amat tinggi, dan dia juga tahu bahwa kalau dirinya maju Oey Sim Tit pasti kabur. Oleh karena itu dia melancarkan sebuah pukulan lebih dulu agar Oey Sim Tit tidak dapat mengerahkan ginkang-nya untuk kabur, setelah itu barulah dia mendekati Oey Sim Tit seraya berkata,

"Saudara Oey, kau bukan lawanku! Lebih baik kau serahkan Busur Api itu padaku, jadi aku tidak perlu melukaimu!"

"Nona Toan, kau... kau harus ingat! Sudah berapa kali... aku... aku menyelamatkan kalian!"

Toan Bok Ang menghela nafas panjang. "Saudara Oey, aku tahu itu. Namun aku harus berbudi pula terhadap seluruh dunia persilatan! Saudara Oey, kau paham itu?"

Sembari berkata Toan Bok Ang semakin mendekati Oey Sim Tit. Namun mendadak Oey Sim Tit berkelebat ke sudut lain.

"Saudara Oey, kau tidak usah menghindar. Kami hanya berusaha membasmi ayahmu, itu juga demi kebaikanmu! Kalau kau tanamkan budi luhurmu demi mengorbankan ayahmu yang amat jahat itu, maka selamanya kau pasti dihormati seluruh kaum rimba persilatan!"

"Aku tidak mau dihormati orang, aku hanya... menginginkan ayahku!" sahut Oey Sim Tit sambil menangis.

Toan Bok Ang mengeraskan hati, lalu maju beberapa langkah lagi mendekati Oey Sim Tit. Oey Sim Tit segera menaruh Busur Api itu ke belakang punggungnya, sehingga dadanya terbuka menghadang di depan Toan Bok Ang. Dia tahu bahwa dirinya bukan tandingan gadis itu dan juga tidak bisa kabur, maka terpaksa harus bertahan mati-matian. Toan Bok Ang menjulurkan tangannya untuk mencengkeram bahu Oey Sim Tit. Pemuda itu langsung menundukkan kepala menggigit lengan Toan Bok Ang. Itu sungguh di luar dugaan gadis itu, sehingga Oey Sim Tit berhasil menggigit lengannya.

Akan tetapi kini lweekang Toan Bok Ang sudah amat tinggi. Begitu Oey Sim Tit menggigit, lweekang yang di dalam tubuhnya menerjang ke luar. Oey Sim Tit mengeluarkan suara keluhan lalu mendongakkan kepala, mulutnya telah berdarah. Ternyata giginya rontok dua buah. Wajahnya memang sudah buruk, kini bertambah buruk sehingga menyerupai setan yang amat menyeramkan. Sedangkan Toan Bok Ang mengeraskan hatinya. Dia langsung menarik lengan Oey Sim Tit, lalu merebut Busur Api itu.

Ketika Toan Bok Ang berhasil merebut Busur Api tersebut, mendadak Oey Sim Tit berteriak aneh sekaligus memeluk kaki Toan Bok Ang erat-erat. "Nona Toan, tolong kembalikan padaku! Aku rela menjadi budakmu seumur hidup, Tolong... kembalikan padaku!" katanya sambil menangis.

Betapa berdukanya hati Toan Bok Ang sehingga dia juga ikut menangis. "Saudara Oey, kau harus berpikir! Aku tidak bisa tidak mengambil Busur Apimu ini! Setelah urusan beres, aku pun rela mati di hadapanmu," katanya terisak.

Oey Sim Tit mendongakkan kepala. "Nona Toan, untuk apa kau harus mati? Setelah kau kembalikan Busur Apiku, bukankah sudah tiada urusan lagi?" katanya.

Kemudian dia memeluk kaki Toan Bok Ang sehingga gadis itu tidak tahu harus berbuat apa. Tentunya berdasarkan kungfu yang dimiliki Toan Bok Ang saat ini, apabila gadis itu mengayunkan kakinya, Oey Sim Tit pasti binasa. Namun tadi ketika melihat gigi Oey Sim Tit rontok dua buah, Toan Bok Ang sudah merasa tidak tega, maka bagaimana mungkin saat ini dia melukai Oey Sim Tit? Toan Bok Ang berpikir sejenak, kemudian menaruh Busur Api itu pada mulutnya. Setelah itu barulah dia menotok jalan darah Oey Sim Tit sehingga membuat Oey Sim Tit kehilangan tenaga untuk memeluk kakinya. Gadis itu tidak tega melihatnya. Dia segera membalikkan badannya lalu melesat ke arah pintu batu dan sekaligus menarik pintu batu tersebut.

“Blam!” pintu batu itu tertutup kembali.

Namun di saat bersamaan Toan Bok Ang tampak tertegun. Ternyata di luar pintu batu berdiri dua orang. Yang seorang adalah tidak lain adalah Kou Hun Siu, sedangkan yang seorang lagi berwajah amat buruk, mengenakan jubah panjang warna kuning bersulam delapan ekor naga emas. Tangannya membawa sebuah harpa kuno, dan jari tangannya menyentuh senar harpa kuno tersebut. Orang itu adalah Liok Ci Khim Mo!

Setelah tertegun sesaat, Toan Bok Ang teringat akan kungfunya yang telah bertambah maju. Mengapa tidak mencoba menerjang ke luar? Akan tetapi di saat Toan Bok Ang berpikir demikian, jari tangan Liok Ci Khim Mo sudah mulai bergerak.

“Ting! Ting! Ting!”

Begitu mendengar suara harpa itu, badan Toan Bok Ang langsung terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, itu membuat Toan Bok Ang terkejut sekali. Gadis itu tahu, walau kini kungfunya sudah amat tinggi, tapi belum mampu melawan Pat Liong Thian Im. Di saat bersamaan hati Liok Ci Khim Mo pun tidak kalah terkejutnya dibandingkan dengan Toan Bok Ang. Sebab tadi dia telah memetik tali senar Pat Liong Khim dengan nada membunuh.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar