Kemelut Lembah Ular Jilid 10 (Tamat)

Jilid 10 (Tamat)

PEMUDA pelajar itu mengawasi Thio Sung, Lim Eng Kiu dan Sam Kak Tojin bergantian.

"Kalian tentu bermaksud menyaksikan keramaian di sana, bukan?" tanyanya. "Jika memang kalian berani buat menghadapi bahaya dan ancaman maut yang mungkin saja bisa menimpa diri kalian, hal itu tergantung pada diri kalian sendiri. Kukira, jika memang kalian tidak bermaksud menempuh bahaya, alangkah bijaksananya jika saja kalian membatalkan maksud kalian buat pergi kesana!"

Thio Sung bertiga bimbang, sampai akhirnya Sam Kak Tojin bertanya: "Sebenarnya, dalam urusan ini, apakah Kongcu bermaksud hendak pergi ke Lembah Ular, untuk berusaha mencegah maksud Ngo Tok Kauw menganiaya orang-orang rimba persilatan?!"

"Sesungguhnya urusan itu bukan menjadi tugasku, namun menyangkut juga dengan urusan keselamatan negeri, mau atau tidak, memang aku harus mencampurinya juga! Dan kemungkinan besar, aku akan pergi ke Lembah Ular, buat mencari beberapa orang tokoh Ngo Tok Kauw, berusaha menyadarkan mereka, agar tidak mengandung maksud mengundang tentara luar menimbulkan kekacauan di dalam negeri sendiri."

Thio Sung bertiga terkejut bukan main.

"Jika begitu......, Ngo Tok Kauw telah mengadakan perserikatan dengan orang-orang Mongolia?" tanya Thio Sung dengan suara mengandung ketegangan.

Pelajar itu mengangguk.

"Ya, begitulah yang sebenarnya. Jadi tentang mengundang orang-orang rimba persilatan berkumpul di Lembah Ular, itu hanya merupakan salah satu cara dari Ngo Tok Kauw uttuk menghimpun kekuatan mereka. Jika ada orang-orang rimba persilatan yang tidak bersedia bekerja sama dengan mereka, dan juga menolak buat mengakui Ngo Tok Kauw sebagai pimpinan tertinggi di dalam rimba persilatan, rnaka orang itu akan dibinasakan "

"Jadi Ngo Tok Kauw bermaksud buat menjagoi rimba persilatan?" tanya Sam Kak Tojin.

"Bukan begitu saja....." kata pelajar tersebut, kemudian dia berkata lagi dengan suara dan sikap bersungguh-sungguh: "Sebenarnya, dengan dapat dikuasainya orang-orang rimba persilatan, maka Ngo Tok Kauw akan lebih mudah buat memaksa mereka dengan cara yang halus untuk bertekuk lutut di hadapan bangsa Mongolia yang akan diaku mereka sebagai majikan!"

"Jika begitu Ngo Tok Kauw memang akan mengkhianati negeri sendiri!" kata Sam Kak Tojin bertiga murka bukan main.

"Ya!" mengangguk pelajar itu. "Jika semua orang rimba persilatan telah tunduk pada mereka, Ngo Tok Kauw akan mengajak mereka buat mengakui Mongolia sebagai majikan mereka. Dengan begitu jelas akan membuat negeri kita ini terancam musnah di tangan Ngo Tok Kauw yang menyambut bangsa Mongolia sebagai junjungan mereka!"

Muka Sam Kak Tojin, Thio Sung dan Lim Eng Kiu berobah hebat, mereka tertegun di tempat masing-masing dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan.

Pelajar itu tertawa kecil, katanya lagi : “Sebenarnya, jika memang kita memperjuangkan agar Ngo Tok Kauw gagal dengan usahanya mempengaruhi orang-orang rimba persilatan, itupun bukan pekerjaan ringan. Karena sebagai perkumpulan Lima Bisa di mana anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, pula mereka semuanya pandai mempergunakan racun! Juga sekarang ini, mereka telah memperoleh dukungan dari golongan Hek-to. Dengan begitu, akan membuat kita menghadapi kesulitan tidak kecil...!"

"Jika begitu kita harus cepat-cepat pergi ke Lembah Ular, untuk memberitakan kebusukan Ngo Tok Kauw kepada orang- orang rimba persilatan yang telah terlanjur berkumpul di sana, agar mereka menyadari betapa dengan berpihak kepada Ngo Tok Kauw sama saja mereka menghianati negeri sendiri, yang akan segera dihadiahkan kepada bangsa Mongolia penyesalan yang

tidak terhingga akan mengejar-ngejar mereka kelak di kemudian hari!" kata Sam Kak Tojin bersemangat.

Pelajar itu menggeleng perIahan.

"Kita tidak bisa bertindak ceroboh, sekali saja kita salah dalam bertindak, niscaya akan menyebabkan mereka menerimanya dengan kesan lain, kemungkinan mereka akan lebih mempercayai Ngo Tok Kauw dan menduga kita hanya ingin rnengacaukan pertemuan di Lembah Ular. Kita harus bekerja dengan halus, sehingga kita dapat menguasai keadaan di Lembah Ular. Untuk itu kita membutuhkan cukup banyak orang-orang gagah yang mencintai negeri, sehingga kita bisa mengajak mereka buat bekerja sama, dengan mana kita dapat menggagalkan maksud busuk Ngo Tok Kauw tersebut!"

Berkata sampai di situ, pelajar itu menghela napas lagi dalam-dalam, mengawasi Sam Kak Tojin, Thio Sung dan Lim Eng Kiu, baru kemudian katanya: "Sebenarnya, jika saja peristiwa ini terjadi setahun yang lalu, pasti akan mudah menghadapinya dan menggagalkan maksud dan rencana busuk Ngo Tok Kauw karena waktu itu, Ho Ang Yo baru saja mendirikan kernbali Ngo Tok Kauw, yang sebelumnya telah terpecah belah dan runtuh! Dialah yang telah mendirikan Ngo Tok Kauw kembali, karena dulu dia pernah gagal saat merebut kedudukan Kauwcu, sehingga diapun diduga binasa di dalarn goanya Kim Coa Long Kun, dan semua orang gagah menduga urusan Ngo Tok Kauw telah selesai sampai di situ saja. Akan tetapi Ho Ang Yo ternyata tidak menemui ajalnya, dia masih hidup, malah telah berhasil menghimpun sisa orang-orang Ngo Tok Kauw, yang kemudian dipersatukan kembali, dimana Ho Ang Yo mengangkat dirinya sebagai Kauwcu Ngo Tok Kauw. Dengan demikian, ternyata cepat sekali Ho Ang Yo berhasil mempengaruhi orang-orang rimba persilatan, sehingga kekuatan Ngo Tok Kauw sekarang ini tidak bisa diremehkan!"

Sam Kak Tojin, Lim Eng Kiu dan juga Thio Sung bertiga menghela napas dalam-dalam. Mereka sendiri tadinya tidak mengetahui apa sesungguhnya yang akan diperbuat oleh orang- orang Ngo Tok Kauw di Lembah Ular. Sekarang setelah mendengar keterangan si pelajar, mereka baru mengerti duduk persoalannya. Dengan demikian, mereka juga jadi gusar dan bingung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Sam Kak Tojin, Lim Eng Kiu, begitu juga Thio Sung, bertiga saling pandang sejenak. Tadi mereka telah menyaksikan betapa kepandaian Tiauw Hwie saja sudah liheay. Dan terlebih lihay lagi Ciok Kilang, penasehat dari Kauwcu Ngo Tok Kauw. Jika didengar dari perkataan Ciok Kilang, tentunya Kauwcu Ngo Tok Kauw tersebut memiliki beberapa orang penasehat, karena Ciok Kilang selalu mengatakan bahwa dia merupakan salah seorang penasehat Kauwcu Ngo Tok Kauw, dengan demikiarn masih ada beberapa orang penasehat lainnya.

Pemuda pelajar telah memandang Sam Kak Tojin bertiga, kemudian katanya: Sekarang ini, apakah kalian bertiga masih ingin pergi ke Lembah Ular?!"

Sam Kak Tojin bertiga tidak segera menyahuti, mereka bimbang bukan main. Namun akhirnya Thio Sung yang menyahuti: "Kami memang memiliki kepandaian tidak seberapa, akan tetapi kami akan membantu sekuat tenaga kami, akan mempertaruhkan jiwa dan raga kami demi keselamatan negara kita ini! Jika memang Kongcu mengijinkan, maka kami ingin sekali pergi ke Lembah Ular buat membantu sekuat tenaga kami!"

Pemuda pelajar itu tersenyum, katanya: "Soal mempertaruhkan jiwa dan raga kita, itu adalah urusan lain! Memang sebagai pencinta negara kita sudah tidak rnemiliki tawaran lainnya lagi, dengan demikian kita harus mempertaruhkan seluruh kekuatan, jiwa dan raga kita demi kepentingan negara kita, agar tidak sampai "terjual" oleh pihak Ngo Tok Kauw! Namun, kitapun harus berusaha memperoleh hasil perjuangan yang setinggi-tingginya, disamping itu kita pun harus rnempergunakan akal dan cara untuk dapat mengatasi orang-orang Ngo Tok Kauw sebaik rnungkin! Bagaimana jika memang kalian bertiga kembali ke pintu perguruan dari Kaypang, untuk memberitahukan semua itu kepada saudara-saudara kalian, untuk ikut membantu!"

Thio Sung bertiga seperti baru tersadar, ia telah berseru: "Benar-benar aku tolol! Memang seharusnya peristiwa ini kami beritahukan kepada Pangcuku dimana agar rnengumpulkan saudara-saudara Kaypang lainnya, buat membantu perjuangan orang-orang gagah pencinta negeri untuk menggagalkan maksud buruk Ngo Tok Kauw."

Pelajar itu mengangguk sambil bersenyum,

"Terima kasih, dengan memiliki banyak sahabat-sahabat pencinta negeri, perjuangan kita lebih mendekati keberhasilan seperti yang kita harapkan dalam membela negeri kita!" katanya.

Begitulah, setelah bercakap-cakap sebentar, merekapun berpisah. Tadi dalam kesempatan itu Thio Sung telah menanyakan pada pemuda pelajar tersebut, siapakah pemuda tangguh ini sebenarnya. Namun Pemuda pelajar itu mengatakan nanti saja di Lembah Ular mereka bertemu dan ia akan menceritakan segalanya dengan jelas. Dengan demikian mereka berpisah.

Si pemuda telah melakukan perjalanan menuju ke Lembah Ular. Karena pelajar ini memang bermaksud mengadakan penyelidikan dulu, berapa jauh persiapan-persiapan yang telah diadakan oleh orang-orang Ngo Tok Kauw. Yang terpenting ingin diketahuinya justeru berapa jauh hubungan yang telah terjalin antara Ngo Tok Kauw dengan orang-orang Mongolia.

Selama dalam perjalanan menuju ke Lembah Ular, pemuda pelajar tersebut berjumpa banyak sekali dengan orang-orang rimba persilatan dari berbagai kalangan, yang tengah melakukan perjalanan juga menuju ke Lembah Ular, karena mereka semuanya menerima undangan dari pihak Ngo Tok Kauw untuk berkumpul di Lembah Ular.

Pemuda pelajar itu membawa sikap seperti juga tidak mengerti ilmu silat, sehingga ia tidak memperoleh kesulitan dalam perjalanan. Dengan cara berpakaiannya sebagai pemuda pelajar yang lemah disamping itu dengan bentuk tubuhnya yang tinggi semampai dan maka ia tidak pernah di 'bentur' oleh orang- orang Kangouw itu, Seperti diketahui, umumnya orang-orang rimba persilatan tentu akan memanfaatkan keadaan untuk berkelahi, jika ada seorang yang dilihatnya tidak disukai lagak maupun sikapnya, tentu orang-orang Kangouw itu akan mencari urusan dengannya, lalu bertempur. Justeru pertempuran- pertempuran seperti itu tidak diinginkan oleh pemuda pelajar ini, ia beranggapan bentrok dengan orang-orang rimba persilatan tidak memiliki arti. Yang terpenting justru ia hendak melakukan pekerjaan yang benar-benar bermanfaat buat negerinya, ia akan melakukan sebuah pekerjaan besar.

Dalam seminggu saja pemuda pelajar itu telah melalui beberapa ratus lie. Untuk mencapai Lembah Ular memerlukan waktu perjalanan seminggu lagi. Semakin dekat dengan Lembah Ular, semakin banyak juga orang-orang rimba persilatan yang dijumpainya.

Siapakah pemuda pelajar itu? Ia tidak lain seorang pemuda yang memiliki ambisi sangat besar untuk melakukan pekerjaan besar. Sejak kecil ia memang sudah berangan-angan untuk menjadi seorang yang besar dan dapat melakukan pekerjaan besar sehingga ia akan tercatat dalam sejarah sebagai seorang pahlawan. Dia putera Oey Siu Kang Kokkong (Menteri Besar Oey Siu Kang) yang menaruh perhatian sangat besar untuk ilmu silat. Oey Kokkong sendiri melihatnya bahwa puteranya tersebut memang menaruh minat besar sekali pada urusan negara. Sejak berrusia dua belas tahun telah terlihat menonjol sekali perasaan ingin tahunya mengenai perkembangan negeri, dimana putera Oey Kokkong tersebut banyak bertanya-tanya mengenai cara dan keadaan pemerintahan di waktu itu.

Putera Oey Kokkong itu bernarna Oey Hun Lam, memiliki otak yang cerdas sekali, dimana selain cerdik, iapun cerdas bukan main, untuk mempelajari sesuatu ia hanya membutuhkan waktu yang sedikit saja dan terus saja dia mengerti. Dengan demikian pesat juga ia bisa mempelajari ilmu silat.

Tidak diduga-duga, justeru Oey Hun Lam dapat berguru pada Lam Khek Siansu, seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Juga disamping itu memang iapun memperoleh warisan kepandaian yang sangat luar biasa. Lam Khek Siansu adalah seorang tokoh sakti yang merupakan jago seargkatan dengan Bok Sin Ceng maupun Bhok Siang Tojin.

Dia memiliki sifat yang sangat aneh sekali, ia juga merupakan seorang yang senang menyendiri dan tidak mau berkelana di dalam rimba persilatan. Sifat yang mirip-mirip dengan Bhok Siang Tojin juga dimilikinya, yaitu tidak man menerima murid. Akan tetapi setelah ia berhasil berjumpa dengan Oey Hun Lam, ia jadi memperoleh sesuatu keinginan yang menggerakkan hatinya, yaitu ingin mengambil Oey Hun Lam sebagai muridnya.

Maka segera ia menemui ayah Hun Lam, menyatakan keinginannya untuk mengambil Hun Lam sebagai muridnya. Ternyata Oey Kokkong tidak keberatan, ia telah memberikannya dan juga telah memberikan tempat yang khusus di belakang. Dengan begitu segera juga Oey Hun Lam menjadi muridnya Lam Khek Siansu karena ia memang sangat cerdas, dengan demikian ia dapat memperoleh warisan ilmu tingkat tinggi dari gurunya. Hanya saja, waktu berusia dua puluh tahun lebih, Oey Hun Lam menyaksikan ayahnya selalu gelisah, wajahnya murung, Waktu Oey Hun Lam menanyakannya mengapa ayahnya selalu bermurung seperti itu, maka ayahnya menjelaskan juga bahwa ia sebenarnya tengah berkuatir negeri mereka akan ambruk di bawah pemerintahan raja yang sekarang.

Ancaman dari luar, yaitu dari Mongolia semakin mengerikan, merupakan momok yang seharusnya dihadapi dengan lebih balk. Akan tetapi raja mereka yang sekarang ini justeru lebih senang berfoya-foya, disamping itu juga cenderung dengan segala bujuk rayu dan hasutan Kansin (penjilat), membuat kerajaan tidak terurus dengan baik.

Lam Khek Siansu pada suatu malam telah perintahkan Hun Lam agar berkelana di dalam rimba persilatan, selain untuk menambah pengalaman, juga harus menyelidiki sampai berapa jauh gerakan orang-orang Mongolia di dalam daratan Tionggoan.

Karena Lam Khek Siansu telah mendengar dari beberapa orang sahabatnya, betapa orang-orang Mongolia telah banyak menyelusup ke daratan Tionggoan, untuk mencari orang dan para orang pembesar yang dapat diajak dan dibujuk bekerja sama dengan mereka agar kelak jika mereka menyerbu ke daratan Tionggoan, orang-orang itulah yang akan menyambut dari dalam.

Apa yang dilihat oleh Hun Lam memang merupakan persoalan yang membuat darahnya jadi meluap naik. Ia berhasil menjumpai beberapa orang pengkhianat yang ingin menjual negeri mereka ke tangan orang-orang Mongolia, dengan demikian Oey Hun Lam bekerja cepat.

Setiap orang yang dapat dipastikan memiliki maksud berkinanat seperti itu, tentu akan dibuat bercacad, sehingga tanpa diketahui oleh orang-orang persilatan maupun orang kerajaan, Hun Lam telah melakukan jasa yang tidak kecil, karena ia diam- diam telah mengurangi tenaga pengkhianat yang bisa mengancam kerajaan dengan keinginan buruk mereka.

Karena dari orang-orang yang telah dibuat bercacad Hun Lam mendengar banyak mengenai maksud dan rencana Ngo Tok Kauw yang ingin menghimpun orang-orang rimba persilatan dan memaksa mereka dengan berbagai cara untuk berpihak kepada bangsa Mongolia, membuat Hun Lam segera menuju ke Lembah Ular, ia ingin mencegah perhimpunan tersebut sambil berusaha menggagalkan maksud buruk Ngo Tok Kauw.

Tekad yang dimiliki Oey Hun Lam rupanya demikian kuat, iapun yakin, dengan mengandalkan kepandaiannya, dan hanya seorang diri usahanya itu tidak mungkin berhasil dengan balk. Terutama sekali diketahuinya benar bahwa Ngo Tok Kauw memiliki banyak sekali tokoh-tokoh pandai berkepandaian tinggi. Sebab itulah, Oey Hun Lam pun berusaha mencari kontak dan hubungan dengan orang-orang yang mencintai negara, untuk bersama-sama menggagalkan maksud buruk Ngo Tok Kauw.

Waktu melakukan perjalanan menuju ke Lembah Ular, memang Oey Hun Lam melihat betapa banyak sekali orang-orang yang diundang Ngo Tok Kauw. Akan tetapi umumnya orang- orang tersebut dari golongan hitam, Hekto, karena dari itu, percuma saja ia menampilkan diri di antara mereka untuk mempengaruhi mereka, sebab umumnya orang-orang dari kalangan Hekto lebih mementingkan harta dan kedudukan. Juga yang terpenting sekali, mereka memiliki martabat yang rendah sekali.

Lembah Ular ternyata merupakan lembah yang sangat luas sekali. Waktu Oey Hun Lam tiba di dekat Lembah Ular, terpisah dua puluh lie lebih, dilihatnya orang-orang Ngo Tok Kauw telah banyak berkeliaran. Mereka melakukan penjagaan ketat sekali. Setiap orang yang bermaksud masuk ke Lembah Ular akan ditanya undangan mereka, dan jika mereka dapat memperlihatkan undangan yang diberikan pada mereka beberapa waktu yang lalu, barulah mereka diperbolehkan melanjutkan perjalanannya ke dalam Lembah Ular.

Bagi orang yang tidak memiliki surat undangan dari Ngo Tok Kauw, harus menanti dulu beberapa saat, dimana menanti keputusan beberapa orang tokoh Ngo Tok Kauw lainnya, apakah mereka diperbolehkan memasuki Lembah Ular tersebut. Yang pasti, mereka harus memberikan nama, gelaran dan asal usul mereka, yang kemudian oleh salah seorang anak buah Ngo Tok Kauw dibawa kepada tokoh Ngo Tok Kauw lainnya. Jika memang bagi tokoh Ngo Tok Kauw yang menentukan boleh tidaknya seseorang memasuki Lembah tersebut, memperoleh kenyataan orang itu bisa diajak bersekutu, dengan demikian mereka diijinkan untuk masuk ke dalam lernbah. Akan tetapi jika memang tokoh dari Ngo Tok Kauw yang menentukan penerimaan tamu tersebut merasa keberatan orang itu masuk ke dalam lembah, mereka telah ditolak dan diperintahkan agar segera meninggilkan tempat itu.

Sedangkan Oey Hun Lam yang menyaksikan cara menerima tamu-tamu seperti itu ia tidak segera mendatangi Lembah Ular, ia hanya bermalam di sebuah dusun yang terpisah puluhan lie dari lembah tersebut.

Malam harinya Oey Hun Lam bekerja. Dengan mudah ia telah mencuri surat undangan dari serombongan orang-orang yang bermaksud hendak pergi ke Lembah Ular. Dengan memiliki surat undangan itu, jelas Oey Hun Lam tidak mengalami kesulitan lagi, ia dapat masuk ke dalam lembah tanpa memperoleh kesukaran apapun juga. Dalam keadaan seperti itu, Oey Hun Lam dapat bekerja dengan mudah, karena ia memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga ia memiliki otak yang sangat encer dan cerdik sekali. Terlebih pula Oey Hun Lam membawa sikap yang tenang dan tidak menarik perhatian orang, ia bersikap seperti seorang pelajar lemah.

Waktu akan memasuki lembah ular, dua orang anggota Ngo Tok Kauw yang khusus mengawasi tamu-tamu yang berdatangan terpisah belasan lie dari mulut lembah itu, telah menyapanya dan dengan sikap yang tegas menanyakan surat undangan.

Oey Hun Lam bisa memperlihatkan surat undangan itu. Dan iapun telah berhasil lolos dari penjaga itu pertama. Namun berjalan belum begitu jauh, telah ada lima atau enam orang Ngo Tok Kauw yang menanyakan perihal surat undangan lagi. Begitulah, sampai mencapai mulut lembah, Oey Hun Lam telah diperiksa sebanyak lima kali.

Diam-diam Oey Hun Lam terkejut juga. Penjagaan yang demikian kuat dan ketat merupakan maksud yang besar juga dengan perhimpunan yang akan diselenggaralkan. Walau pun Oey Hun Lam melihat orang-orang yang berkumpuil di tempat tersebut umumnya orang-orang yang memiliki kepandaian lumayan, juga tak jarang diantara mereka terdapat orang-orang ternama di dalam rimba persilatan, Oey Hun Lam tetap bertekad hendak menggagalkan perhimpunan tersebut, ingin menggagalkan maksud buruk Ngo Tok Kauw yang ingin memperalat semua orang-orang ini untuk menjual negara.

Ketika berada di dalam lembah, Oey Hun Lam melihat telah banyak sekali orang yang berkumpul di lembah tersebut. Di sebelah kanan lembah itu, dibangun banyak sekali perumahan, untuk tempat berdiam para tamu-tamu itu jika malam menjelang datang. Dan perumahan yang dibangun itu merupakan barak- barak yang sangat lebar dan luas, sehingga di dalam sebuah rumah saja bisa ditempatkan oleh puluhan orang.

Oey Hun Lam diantar oleh salah seorang anggota Ngo Tok Kauw ke sebuah rumah yang terletak paling di sudut dari lembah tersebut. Sebuah rumah yang sangat besar sekali, dan di dalam rumah itu telah berkumpui lebih dari dua puluh orang. Umumnya kedua puluh orang lebih itu memiliki paras yang bengis kejam dan menakutkan. Oey Hun Lam membawa sikap yang tenang, sama sekali sikap orang itu yang memandang dengan sinar mata berlama-lama seperti juga tidak diacuhkannya. Dan Oey Hun Lam telah mengucapkan terima kasih pada orang Ngo Tok Kauw yang mengantarkannya ke perumahan tersebut. Lau tanpa memperdulikan orang-orang itu yang tengah memandangi padanya, Oey Hun Lam menghampiri ke pinggir ruang tersebut yang terpisah beberapa tombak dari rombongan orang tersebut, ia merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.

Waktu Hun Lam terbangun dari tidurnya, ia keluar dari ruangan tersebut. Keadaan di luar ruangan ternyata cukup ramai, walaupun waktu itu menjelang larut malam.

Hun Lam melangkah keluar, ia telah melihat tamu-tamu masih juga berdatangan. Dan dilihatnya orang-orang Ngo Tok Kauw tengah sibuk melayani tamu-tamu yang baru berdatangan itu yang semakin lama semakin banyak.

Juga sebagian dari orang-orang Ngo Tok Kauw yang berpakaian seragam, dengan di baju bagian dada mereka itu terlihat gambar sulam seekor ular yang melingkar dengan mulut ternganga, tampak sedang mempersiapkan makanan untuk para tamu.

Hun Lam rnerasa perutnya berkeruyukan lapar, ia menghampiri meja tempat makanan tersebut, lalu mengambil mangkok dan menyendok makanan yang diinginkannya serta bersantap dengan mata tidak hentinya mengawasi keadaan di sekitar tempat itu, dan akhirnya ia bisa melihat seseorang yang cukup dikenalnya.

Diam-diam Hun Lam meletakkan mangkoknya itu, ia menghampiri ke dekat orang itu, Karena orang terlihat tidak lain Sun Tiong Kun, salah seorang cucu murid Bok Jin Ceng, tokoh Hoa San Pay yang sangat terkenal.

Waktu itu Sun Tiong Kun telah menghampiri meja tempat makanan, rupanya iapun ingin makan. Hanya saja, dengan tangan kiri tunggal, ia memang cukup menarik perhatian orang-orang di tempat itu. Cuma saja Sun Tiong Kun seperti tidak mengacuhkan sikap orang-orang tersebut, dengan perlahan-lahan ia menyendok makanan yang diinginkannya.

Hun Lam yang menghampiri lebih dekat, sampai berada di samping Sun Tiong Kun berbisik perlahan: “Aku ingin bicara denganmu, nona Sun."

Sun Tiong Kun kaget dan marah, ia menduga pemuda pelajar ini mengandung maksud kurang ajar padanya. Memang Sun Tiong Kun paling benci pada pemuda-pemuda ceriwis dan tangannya telengas sekali.

"Aku perlu memberitahukan padamu sesuatu yang sangat penting sekali yang berhubungan dengan Hoa-san pay !" kata

Hun Lam lagi dengan suara yang tetap berbisik perlahan, kemudian tanpa memperdulikan jawaban Sun Tiong Kun, ia memutar tubuhnya, ia segera pergi ke arah barat dari lembah itu, tempat yang agak sepi dan orang-orang NgoTok Kauw yang berada di tempat itu agak sedikit dibandingkan dengan bagian lainnya dari lembah itu.

Sun Tiong Kun semula menduga pemuda pelajar ini bermaksud bersikap ceriwis padanya, jadi batal marah ketika memperoleh kenyataan pemuda itu seperti benar-benar memiliki urusan penting dengannya, malah pemuda itu telah mengatakan bahwa urusannya itu berhubungan dengan Hoa San pay.

Sun Tiong Kun batal untuk makan, ia meletakkan mangkoknya itu dan telah memutar tubuhnya untuk pergi ke arah barat dari lembah tersebut, mengikuti Hun Lam. Dilihatnya pemuda itu melangkah dengan tindakan kaki yang ringan sekali, dia juga melihat bahwa pemuda pelajar itu walaupun tampaknya kurus dan lemah, akan tetapi melihat dari cara dia melangkah, tentunya dia merupakan seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Karenanya Sun Tiong Kun telah mempercepat langkahnya, dia mengikuti lebih dekat pada pemuda itu.

Setelah berjalan cukup jauh, dilihatnya pemuda pelajar itu masih juga berjalan terus, hal ini membuat Sun Tiong Kun habis sabar.

"Hei, apa yang hendak kau katakan kepadaku?!" teriak Sun Tiong Kun.

Hun Lam menoleh, katanya : IkutIah denganku!"

Kemudian Hun Lam telah berjalan terus lebih cepat. Saat itu di tempat tersebut agak sepi, hanya sekali-kali saja mereka bertemu dengan beberapa orang anggota Ngo Tok Kauw. Akan tetapi orang-orang Ngo Tok Kauw itu tidak menaruh kecurigaan pada mereka dan tidak menegurnya.

Sun Tiong Kun telah berjalan lebih cepat, ia yakin kalau saja ia mempergunakan ginkangnya, tentu ia dapat menyusul pemuda itu. Namun ia jadi heran, semakin cepat ia mengejar, maka Sun Tiong Kun dengan jelas dapat melihat si pemuda berpisah Iebih jauh. Yang lebih mengherankan lagi, pemuda itu sama sekali tidak berlari, dia rnelangkah dengan tindakan kaki biasa saja dan perlahan, tubuhnya maupun pundaknya sarna sekali tidak bergerak disebabkan langkah kakinya.

Sun Tiong Kun tambah penasaran, ia mengempos semangatnya dan mengejar mempergunakan ginkangnya. Sekali ini pemuda she Oey itu sudah tidak berjalan lebih jauh, ia memutar tubuhnya dan menantikan Sun Tiong Kun. Waktu gadis yang bertangan tunggal itu tiba di hadapannya, ia tersenyum, sapanya: "Nona Sun, ternyata ginkangmu sangat tinggi sekali!"

Mendengar pujian pemuda ini, muka Sun Tiong Kun berobah merah, ia menyangka bahwa pemuda pelajar hanya ingin mengejeknya belaka. Karena itu dengan perasaan mendongkol dan sengit, ia telah bertanya: "Sesungguhnya apa yang ingin kau beritahukan kepadaku?!"

"Banyak..... urusan Ngo Tok Kauw dengan tujuannya yang menimbulkan keonaran dan badai di dalam rimba persilatan, dan yang lebih buruk lagi adalah maksud mereka yang ingin menjual negara kepada bangsa Mongolia."

Bola mata Sun Tiong Kun bergerak memandang tajam pada pemuda pelajar itu, ia tidak memberikan reaksi kepada ucapan pemuda itu, karena ia kuatir dirinya tengah dipancing oleh Hun Lam. Sampai akhirnya ia menegurnya: "Siapa kau sebenarnya dan mengapa bisa berucap seperti itu?"

Oey Hun Lam tersenyum sabar, ia tidak mendongkol oleh sikap gadis itu yang tampaknya ankuh dan temberang sekali, dengan tenang dan sabar ia menyahuti: "Sesungguhnya aku masih mempunyai hubungan yang dekat dengan pintu perguruanmu karena aku murid dari Lam Khek Siansu."

"Hah?!" Sun Tiong Kun terkejut. Ia memang sering mendengar cerita gurunya, suami isteri Kwie Sin Sie, seringkali menceritakan bahwa Sucouwnya, Bok Jin Ceng, memiliki seorang sahabat yang aneh dan memiliki kepandaian tinggi sekali, yaitu Lam Khek Siansu. Hanya saja Lam Khek Siansu seorang yang aneh dan tidak pernah mau mencampuri urusan rimba persilatan. Karenanya pula Lam Khek Siansu jarang dikenal orang. Dan menurut keterangan gurunya, Lam Khek Siansu tidak memiliki murid. Akan tetapi sekarang ini dihadapannya berdiri seorang pemuda pelajar yang mengaku sebagai murid Lam Khek Siansu membuat Sun Tiong Kun memandangnya dengan sikap setengah percaya setengah tidak mempercayainya.

Melihat sikap Sun Tiong Kun itu, Oey Hun Lam tersenyum, ia melanjutkan keterangannya lagi: "Aku she Oey dan bernama Hun Lam. Aku putera Oey Kokkong."

Kembali Sun Tiong Kun terkejut. Ia tidak menyangka bahwa pemuda di hadapannya ini adalah keturunan atau putera dari seorang menteri besar. la telah mementang matanya lebar-lebar sampai akhirnya ia berkata: "Lalu apa maksudmu datang ke lembah ini, berkumpul dengan orang-orang Ngo Tok Kauw?”

Hun Lam tersenyum.

"lnilah justeru yang mau kujelaskan padamu. Kedatangan nona seorang diri di tempat ini sesungguhnya merupakan hal yang kurang baik, karena selama di dalam perjalanan telah kudengar betapa nona Sun telah melakukan perjalanan seorang diri, dan aku berkuatir..."

"Apa yang kau kuatirkan?!" tanya Sun Tiong Kun, dan diluar kehendaknya, pipinya telah berobah merah.

"Aku kuatir kalau nona mengalami hal yang tidak menggembirakan, dicelakai oleh orang-orang Ngo Tok Kauw." menjawab Hun Lam.

Pipi Sun Tiong Kun tambah merah. "Ada hubungan apa kau menguatirkan diriku?!" tanyanya ketus.

Hun Lam tersenyum.

"Ya, sebagai seorang yang memiliki hubungan dekat dengan pintu perguruanmu, tentu saja aku tidak gembira kalau menyaksikan engkau mengalami sesuatu yang tidak baik di tangan orang-orang Ngo Tok Kauw."

"Itu urusanku!"

"Benar." mengangguk Hun Lam tidak gusar karena sikap ketus si gadis. "Memang itu urusan nona. Akan tetapi aku bersedia menawarkan kerja sama dengan kau. Bukankah jika kita bekerja sama selama berada di lembah ini, kita dapat melakukan pekerjaan yang lebih berarti...?”

Itulah tawaran yang tidak pernah disangka-sangka oleh Sun Tiong Kun. Coba jika ucapan seperti ini dilontarkan oleh seorang pemuda biasa, niscaya Sun Tiong Kun akan mengamuk dan memperlihatkan ketelengasan tangannya untuk menyiksa pemuda itu. Namun memang sekarang dia melihat Hun Lam bukan sorang pemuda sembarang, dan apa yang dikatakannya itu merupakan hal yang tau s dari dasar hatinya, maka dia tidak jadi marah. Malah dia merasakan sesuatu yang aneh.

Pemuda she Oey di hadapannya ini sangat tampan, gagah dan juga begitu lembut. Dengan demikian, hati Sun Tiong Kun menjadi berdebar. Berpikir begitu juga pipinya berobah merah panas lagi.

Walaupun sebelumnya Sun Tiong Kun selalu bersikap ketus dan keras terhadap pemuda-pemuda yang bermaksud mendekatinya, namun walaupun bagaimana dia tetap saja seorang gadis yang membutuhkan kasih sayang dari seorang pemuda, dan perasaannya itu, yang membutuhkan kasih sayang dan belai hangat dari seorang pemuda, selalu ditindihnya, sehingga telah menimbulkan sifat yang kurang baik pada diri Sun Tiong Kun. Ia jadi ketus dan selalu beranggapan buruk jika saja ada seorang pemuda yang mendekatinya, karena ia lebih cepat tersinggung.

Jika saja uluran tangan dari para pemuda itu dilakukan di saat Sun Tiong Kun berusia tujuh atau delapan belas tahun, tentu Sun Tiong Kun tidak akan ganas dan ketus seperti itu. Namun disebabkan usianya yang semakin tinggi dan belum pernah berpacaran, ia berbalik membenci setiap lelaki, yang dianggapnya tidak mau mendekatinya, dan jika tokh ada pemuda yang berusaha mendekatinya, itu hanya merupakan akal bulus dari pemuda yang bersangkutan untuk berlaku ceriwis padanya.

Sekarang justeru yang mengucapkan kata-kata sabar dan begitu penuh pengertian adalah seorang pemuda yang tampan dan juga memiliki kepandaian yang tidak rendah, malah seorang murid dari tokoh sakti dan putera dari seorang menteri besar. Dengan demikian, hati Sun Tiong Kun tergoncang keras.

Hun Lam tersenyum melihat gadis itu berdiam diri saja dan berkata: "Jika memang demikian, nona bersedia untuk bekerja sama denganku, bukan?!"

Sun Tiong Kun tidak segera menjawab, ia hanya menatap pemuda itu dalam-dalam, lalu katanya "Aku tidak bisa menjawabnya sekarang, karena aku datang ke lembah ini bukan seorang diri seperti yang engkau kemukakan tadi.”

"Ihhh!" Hun Lam mengeluarkan seruan tertahan. "Jadi nona Sun bukan datang seorang diri?"

Sun Tiong Kun mengangguk.

"Ya, memang aku datang ke Lembah Ular ini bukan seorang diri. Orang-orang gagah dari Lam hay akan hadir juga di tempat ini dipimpin oleh Siauw.... Siauw.... Susiokku!" Waktu berkata begitu, pipi Sun Tiong Kun berobah merah.

Yang dimaksudkannya dengan sebutan Siauw Susiok, paman kecil, tidak lain dari Wan Sin Cie. Tangan kanannya telah buntung seperti ditabas oleh Bok Jin Ceng sebagai hukuman karena disebabkan Wan Sin Cie, dimana Sun Tiong Kun berlaku kurang ajar padanya. Walaupun memang benar Wan Sin Cie sendiri tidak bermaksud untuk menghukumnya, hanya saja sebagai cikal bakal pintu perguruan Hoa San Pay yang mementingkan disiplin pintu perguruannya menyebabkan Bok Jin Ceng telah menghukum juga cucu murid tersebut.

Dengan demikian sesungguhnya Sun Tiong Kun mengandung sakit hati pada Sin Cie, hanya saja akhirnya ia beranggapan bahwa semua itu persoalan yang tidak mungkin diungkapkan kembali, dimana Wan Siauw Susioknya itu memang benar-benar memiliki kepandaian tinggi sekali dan pengaruh yang luas di dalam kalangan rimba persilatan. Semua orang gagah telah tunduk dan patuh padanya, malah ikut dengannya ke Lamhay, menetap mengasingkan diri di sana. Karennya, timbul juga rasa kagum Sun Tiong Kun terhadap kehebatan Siauw Susioknya tersebut.

Jika memang Sun Tiong Kun melakukan perjalanan seorang diri, karena memang ia tidak mau bergabung dengan rombongan Wan Sin Cie. Ia masih memiliki ganjalan sedikit dengan Sin Cie. Setiap kali melihat Sin Cie, ia akan teringat penderitaannya, di mana ia telah kehilangan tangan kanannya.

Sedangkan Oey Hun Lam yang selama dalam perjalanan mendengar tentang sepak terjang Sun Tiong Kun, semula menduga bahwa cucu murid perempuan Hoa San Pay ini melakukan perjalanan ke Lembah Ular hanya seorang diri. Maka mengetahui bahwa gurunya memiliki hubungan yang dekat dengan Hoa San Pay, ia jadi mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.

Sekarang setelah mendengar dari Sun Tiong Kun bahwa Wan Sin Cie dan para orang-orang gagah Lamhay akan hadir juga di Lembah Ular ini, membuat hati Oey Hun Lam jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ia yakin, dengan berkumpulnya orang-orang gagah di Lembah Ular, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang-orang Ngo Tok Kauw.

"Apa yang akan kau lakukan di sini?!" tanya Sun Tiong Kun akhirnya, ia telah memperoleh kesan yang lain pada diri pemuda ini.

"Aku berusaha untuk menggagalkan perhimpunan orang- orang Ngo Tok Kauw dan juga berusaha membasminya jika memang bisa...!"

Sun Tiong Kun tersenyum kecil. Entah mengapa, berlainan dari biasanya, jika menghadapi para pemuda, Sun Tiong Kun memiliki sikap yang sinis dan juga tangan telengas, terhadap Hun Lam ia bisa berlaku sabar dan lembut.

“Apakah dengan seorang diri saja engkau akan dapat melakukan pekerjaan besar itu?” tanya Sun Tiong Kun. "Bukankah itu sangat membahayakan keselamatan dirimu?"

Hun Lam tersenyum sejenak, nada suara si gadis memiliki perhatian besar terhadap dirinya, juga suaranya begitu sabar dan lembut. Namun akhirnya Hun Lam tersenyum.

"Tentu saja tidak bisa, itulah sebabnya akupun tengah berusaha mencari kontak dengan orang-orang gagah, untuk bergabung dengan mereka, bekerja sama dengan baik."

Sun Tiong Kun menghela napas. “Akan tetapi urusan demikian besar, bahaya yang mengancam negeri tampaknya telah terlanjur juga, karena orang- orang Ngo Tok Kauw telah mengumpulkan orang-orang Mongolia. Di antara jago Mongolia yang berhasil menyelusup ke daratan Tionggoan dan ditampung orang-orang Ngo Tok Kauw itu memiliki kepandaian tinggi sekali, karenanya untuk membasmi Ngo Tok Kauw kukira bukan pekerjaan yang mudah lagi! Wan Siauw Susiok juga telah mengatakan untuk menggagalkan perhimpunan orang-orang Ngo Tok Kauw ini sama sulitnya waktu ia menghadapi tentara kerajaan... hanya saja, tetap saja Wan Siauw Susiok itu rnencobanya, untuk menggagalkan perhimpunan ini dan juga berusaha untuk membasmi orang-orang Ngo Tok Kauw serta orang-orang Mongolia yang ingin menimbulkan pemberontakan di dalam!"

Oey Hun Lam tercenung sejenak. Tampaknya ia tengah berpikir keras, sampai akhirnya: "Pertemuan besar yang diadakan oleh orang-orang Ngo Tok Kauw ini berbeda dengan pertemuan besar yang biasa diselenggarakan oleh orang-orang yang pernah menghimpun beberapa pintu perguruan di daratan Tionggoan.

Mereka tidak akan mengumpulkan kita sarnua dalam pertemuan besar. Lihatlah, Ngo Tok Kauw sengaja telah rnenyediakan perumahan itu, mereka akan memanggil segolongan orang demi segolongan orang, untuk mempengaruhinya.

Dan jika telah yakin rombongan orang itu bisa dipaengaruhi, ia akan memberikan kedudukan di dalam Ngo Tok Kauw pada pemimpinnya dan diperintahkan untuk membantu menjaga Lembah Ular ini. Sedangkan orang-orang yang menolak tawarannya, akan dibinasakannya di Lembah Ular ini juga!" "Hal itu pun telah diduga sebelumnya oleh Wan Susiok, karena beberapa surat penting dari Ngo Tok Kauw telah terjatuh ke tangan Wan Siauw Susiok!"

Begitulah, Sun Tiong Kun bercakap-cakap dengan Hun Lam berdua sambil berjalan perlaha-lahan, sampai mereka telah berada di bawah sebatang pohon yang rindang sekali. Keadaan di tempat tersebut sepi sekali. Di depan mereka terhampar ladang rumput yang cukup luas.

Hun Lan menunjuk ke ladang rumput itu,

"Tempat itu cukup baik untuk kita nanti menempatkan diri kalau saja terjadi bentrokan dengan orang-orang Ngo Tok Kauw.... dengar berkumpul di tempat itu, kalau saja terjadi bentokan dengan Ngo Tok Kauw kita bisa menghimpun kekuatan dengan jago-jago yang berpihak pada kita di tempat itu!"

Akan tetapi Sun Tiong Kun menggeleng perlahan, ia bilang: "Justeru tempat seperti itu sangat berbahaya buat kita! Tidakkah kau berpikir, mengapa orang-orang Ngo Tok Kauw tidak menempatkan orang-orangnya menjaga tempat ini?!"

Oey Hun Lam tidak mengerti pertanyaan yang diajukan Sun Tiong Kun, ia menggeleng sambil kemudian katanya:"Aku tidak mengerti apa yang kau tanyakan.... sesungguhnya tempat yang tidak sesuai dipergunakan oleh kita. Dan mengapa orang Ngo Tok Kauw tidak menempatkan orang-orangnya di tempat ini?!"

Sun Tiong Kun mengawasi ladang rumput itu, kemudian menghela napas.

"Kau tahu, apa-apa saja yang diandalkan oleh Ngo Tok Kauw?"

"Binatang berbisa!" menyahuti Hun Lam. Dan menyahuti seperti itu, Hun Lam seperti baru tersadar, ia telah mengeluarkan seruan tertahan, katanya: "Akh, aku baru ingat! Ya, ya, ladang rumput itu tentu saja dipenuhi oleh binatang-binatang berbisa!"

"Tepat!" menyahuti Sun Tiong Kun, "Secara kebetulan sekali kemarin malam waktu aku baru tiba di Lembah Ular ini, aku telah mendengar percakapan beberapa orang penting Ngo Tok Kauw. Justeru mereka ingin mendesak orang-orang yang tidak menyetujui rencana mereka, menyambut bangsa Mongolia sebagai majikan, akan dipaksa untuk melarikan diri berundung di tempat ini! Tentu orang-orang gagah rimba persilatan yang terdesak oleh orang-orang Ngo Tok Kauw itu, yang jika kemungkinan ada merekapun ingin membakar api unggun yang besar di mulut pintu lembah, dengan begitu orang-orang tersebut akan mencari tempat perlindungan yang lebih nyarnan dan mereka akan datang ke ladang rumput ini. Dan di sinilah mereka akan dijadikan mangsa dari ular, kelabang dan binatang berbisa lainnya peliharaan Ngo Tok Kauw yang berpesta pora !"

Bergidik Oey Hun Lam. Ia seorang yang sangat cerdas sekali, namun ia tidak berpikir sampai sebegitu jauh akan keganasan dan maksud jahat orang-orang Ngo Tok Kauw tersebut.

"Hemmm, jika demikian kita harus menghubungi orang- orang yang masih memiliki sedikit rasa cinta pada negeri agar bersiap-siap dan tidak menanti sampai mereka dijadikan mangsa dari binatang berbisa itu. "

"Tunggu dulu!" kata Sun Tiong Kun. "Kita tidak boleh bekerja gegabah, karena sama saja dengan kita memukul rumput mengejutkan ular! Kita harus bekerja dengan teliti dan cermat, kita harus merundingkan semuanya dengan para orang-orang gagah lainnya dari Lamhay itu, yang mungkin besok pagi akan tiba di Lembab Ular ini!"

"Apakah orang-orang Ngo Tok Kauw itu mengetahui bahwa Siauw Susiokmu dengan para orang-orang gagah dari Lamhay itu akan hadir juga di Lembah Ular ini? Atau mereka memang menerima undangan juga?!"

Sun Tiong Kun tersenyum mendengar pertanyaan Hun Lam, ia menggeleng.

"Tentu saja orang-orang Ngo Tok Kauw tidak mau mencari penyakit seperti itu, mereka jelasi tidak mengundang Wan Siauw Susiok dan orang-orang gagah Lamhay lainnya. Hanya saja Siauw Susiok telah mendengar kabar perihal maksud buruk dari orang-orang Ngo Tok Kauw tersebut, bahkan telah ada bukti- bukti di tangan Wan Siauw Susiok, rencana orang-orang Ngo Tok Kauw yang ingin menjual negara ke tangan bangsa asing....

orang-orang gagah semua murka, mereka bertekad hendak membasmi orang Ngo Tok Kauw karenanya mereka telah berangkat menuju kemari. Syukur jika orang Ngo Tok Kauw itu menerimanya dengan baik, jika tidak tentu mereka akan mempergunakan kekerasan."

Angin malam waktu itu berhembus dingin sekali, akan tetapi hembusan angin yang dingin itu seperti tidak dirasakan oleh Hun Lam dan Sun Tiong Kun.

Di saat-saat seperti ini Sun Tiong Kun melirik kepada Hun Lam, dilihatnya pemuda itu tengah mengerutkan sepasang alisnya.

"Apa yang engkau pikirkan?" tanya Sun Tiong Kun akhirnya.

Hun Lam menggeleng, baru kemudian ia menghela napas dan katanya: "Aku tengah memikirkan, betapapun juga ayahku dengan orang-orangnya bekerja terlalu lambat. Jika memang telah terlanjur suku bangsa Mongolia bekerja cepat dan telah menyebar orang-orangnya menyelusup kedaratan Tionggoan untuk mempengaruhi orang-orang kita, inilah bukan urusan kecil lagi! Pihak kerajaan seharusnya sudah boleh mulai bertindak untuk menjaga agar tidak menyebabkan negeri jatuh ke tangan orang asing!"

Sun Tiong Kun mengangguk. Entah mengapa, ia begitu bersimpati terhadap pemuda yang baru dikenalnya ini. Pada diri Hun Lam, Sun Tioug Kun menemui sesuatu yang belum pernah diperolehnya dari pemuda-pemuda lain. Tampaknya Hun Lam sebagai pemuda pelajar yang lemah dan juga tampan sekali,dia seperti juga tidak memiliki kepandaian yang berarti. Namun sekarang, setelah tadi Sun Tiong Kun melihatnya, betapa Hun Lam dapat melangkah begitu cepat dengan pundak sama sekali tidak bergerak, hal tersebut menunjukan Hun Lam memiliki ginkang yang sangat tinggi sekali.

Begitulah, mereka berdua berdiam. Sedangkan Sun Tiong Kun merasakan suatu perasaan aneh seperti menyelusup ke dalam dasar hatinya. Itulah perasaan aneh yang belum pernah dirasakan.

Banyak yang dibicarakan oleh mereka, sampai suatu saat Sun Tiong Kun terkejut, ia merasakan hawa hangat dekat kakinya, juga pendengarannya yang tajam mendengar suara desis yang perlahan.

Baru saja Sun Tiong Kun ingin melompat, Hun Lam telah mencekal tangannya kuat-kuat.

“Kau?!” seru Sun Tiong Kun sambil mengawasi Hun Lam dengan mata terpentang lebar-lebar. Dan dia telah melihat pemuda itu mengedipkan matanya.

“Diam, jangan bergerak...” kata Hun Lam. Semula Sung Tiong Kun menyangka bahwa Hun Lam bermaksud tidak baik, akan tetapi melihat sikap Hun Lam yang begitu memperhatikannya dan juga tampak bersungguh-sungguh, Sun Tiong Kun menahan diri dan ia hanya mengawasi dengan hati bertanya-tanya dan berdebar karena ia menyadari bahwa di dekatnya tentu ada seekor ular. Suara mendesis itu didengarnya dari suara ular dan juga hawa hangat yang meliputi dirinya menunjukkan ular itu memang berada di dekatnya.

Sedangkan Hun Lam dengan tangan satunya lagi telah merogoh sakunya. Ia mengeluarkan beberapa butir biji tasbeh, ia menimpuk ke bawah. Tak lama kemudian terdengar suara menggelepar dan tampak tiga ekor ular yang cukup besar telah menggeletak diam tak bergerak lagi.

Sun Tiong Kun menyeka keringat dinginnya, ia memandang kepada tiga ekor ular tersebut. Kemudian ia melirik kepada Hun Lam.

"Sudah lewat   sudah tidak ada bahaya lagi." kata Hun Lam.

Namun cekalan tangannya pada Sun Tiong Kun tidak dilepaskan. Dan Sun Tiong Kun merasakan pipinya berobah merah. Entah mengapa, secara aneh sekali ia merasakan suatu perasaan yang membuat hatinya girang sekali dicekal tangannya oleh pemuda itu.

Hun Lam memandangnya sambil katanya: "Jika tadi engkau bergerak, tentu ketiga ekor ular itu akan segera memagutmu."

Sun Tiong Kun hanya mengangguk.

"Akupun telah mendengarnya sejak tadi kedatangan ketiga ekor ular itu, hanya saja aku tengah memperhatikan tempat mereka yang tepat, karena itu aku berdiam diri saja. Cuma saja, jika tadi aku tidak keburu mencegah agar kau tidak bergerak, pasti terjadi sesuatu yang kurang menggembirakan." Berkata sampai di situ, Hun Lam seperti teringat sesuatu cepat-cepat ia melepaskan cekalan tangannya pada tangan Sun Tiong Kun, dengan pipi berobah merah. Ia merangkapkan kedua tangannya, ia pun telah memberi hormat sambil katanya: "Maaf    maaf, aku

tidak sengaja ingin berlaku kurang ajar "

Sun Tiong Kun pun berubah pipinya menjadi merah, ia telah menggelengkan kepalanya, katanya: "Tidak... tidak apa-apa, malah seharusnya aku sangat berterima kasih sebab engkau telah menyelamatkan jiwaku. "

Muka Hun Lam berobah merah, dan ia tampak likat sekali. Dalam keadaan seperti ini, Sun Tiong Kun maupun Oey Hun

Lam saling berdiam diri, hanya mata mereka yang salirg lirik dan pandang dari mata mereka itulah terpancarkan sinar yang sejuta kata, lebih banyak dari apa yang dapat mereka katakan.

Hun Lam sendiri merasa aneh, mengapa melihat Sun Tiong Kun, ia merasa kasihan dan memiliki perasaan yang aneh sekali, perasaan aneh yang menyelinap ke dalam hatinya, memang di istana ayahnya, ia banyak sekali memiliki pelayan wanita, juga di kotanya banyak gadis-gadis cautik dari keturunan bangsawan yang bersedia untuk dipersunting, akan tetapi hati Hun Lam sama sekali tidak tertarik. Sekarang, justeru melihat Sun Tiong Kun, ia merasakan adanya sesuatu yang aneh sekali.

Begitulah, setelah saling pandang beberapa saat, dengan mata masing-masing memancarkan sinar sejuta kata, keduanya telah saling tunduk.

Sun Tiong Kun telah memutar tubuhnya, katanya kemudian dengan suara tergagap: "Aku....aku harus kembali ke tempatku....jika memang orang-orang Ngo Tok Kauw sempat menyaksikan kita berdua di sini, tentu mereka akan bercuriga  "

"Ya " mengangguk Hun Lam dengan sikap masih tertegun. Walaupun Sun Tiong Kun menyatakan bahwa ia harus pergi dari tempat itu, akan tetapi sepasang kakinya tidak juga bergerak. Dan di kala iapun melirik beberapa kali kepada Hun Lam.

Melihat sikap gadis ini, Hun Lam tersenyum, katanya: "Mari kita kembali ke dalam lembah itu berdua "

"Oh, tidak..." Sun Tiong Kun jadi malu sekali sambil menggelengkan kepalanya, kemudian dia berlari dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Hanya baru beberapa langkah ia berlari, Hun Lam telah berkata dengan suara membentak: "Berhenti!"

Sun Tiong Kun terkejut dan heran, ia menahan langkah kakinya, cepat ia memutar tubuhnya dan memandang tajam kepada Hun Lam.

Dilihatnya Hun Lam menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ke arah sebelah kanannya, kearah semak belukar yang lebat sekali, telapak tangan kanan Hun Lam bergerak menghantam ke arah semak belukar itu, waktu tubuhnya hinggap, dia membarengi mengulur tangan yang satunya buat mencengkeram, sedangkan dari dalam semak belukar itu telah melompat keluar bergelinding sesosok tobuh, garakannya gesit.

Hanya saja, dibandingkan dengan Hun Lam, kegesitannya masih terpaut jauh. Karenanya, walaupun ia berusaha menyingkirkan diri, tokh ia tidak dapat. Dengan telak sekali rusuknya kena dihantam oleh pukulan tangan kanan Hun Lam, sampai ia menjerit kesakitan, dan baju di punggungnya kena dicengkeram oleh Hun Lam.

Ternyata orang tersebut adalah seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun lebih, yang mengenakan seragam sebagai anak buah Ngo Tok Kauw. "Hemmm, semua pembicaraan kita telah didengar olehnya!" mendesis Hun Lam dengan suara yang tawar.

Sun Tiong Kun yang baru tersadar dari tertegunnya sekarang baru mengerti, bahwa bentakan Hun Lam tadi ditujukan kepada orang itu yang hendak melarikan diri dari tempat tersebut.

Tanpa banyak bicara, dengan sorot mata yang bengis, Sun Tiong Kun mencabut pedangnya.

"Biar kita habisi saja jiwanya, habis uusan!" kata Sun Tiong Kun.

"Jangan!” mencegah Hun Lam.

"Jangan? Kau keberatan membunuh orang ini? Jika kita melepaskannya tentu ia akan mengadu kepada pimpinannya dan kita akan memperoleh kesulitan lagi " kata Sun Tiong Kun.

"Aku ada cara untuk membungkam mulutnya!" berkata Hun Lam.

"Dengan cara bagaimana? Apakah dengan membuat dia bercacad? Atau memotong-motong lidahnya dan kesepuluh jari tangannya?"

Bergidik juga Hun Lam mendengar ketelengasan hukuman yang dimajukan oleh Sun Tiong Kun.

"Bukan! Bukan!" kata Hun Lam, "Kita totok saja agar ia kehilangan ingatan "

Sun Tiong Kun berdiam diri sejenak, akhirnya ia mengangguk setuju.

"Baiklah, terserah kepadamu sajalah."

Orang itu yang mendengar dirinya akan ditotok lupa ingatan, ketakutan bukan main. "Kongcu! Kouwnio! Ampunilah diriku! Aku berjanji tidak buka mulut! Aku..." meratap orang itu,

Hun Lam tidak memperdulikan ratapan orang itu, tangan kanannya menotok. Seketika tubuh orang itu terkulai pingsan.

"Jika nanti ia tersadar, pikirannya sudah tidak waras lagi, apa yang telah didengar dan dilihatnya juga sudah tidak diingatnya, karena telah kutotok putus syaraf besarnya !" kata Hun Lam.

Sun Tiong Kun mengangguk saja, memasukkan kembali pedangnya ke dalam kerangkanya, kemudian mereka meninggalkan tempat tersebut.

Dan mendekati perumahan itu, Sun Tiong Kun dengan Hun Lam berpisah, karena mereka tidak mau menarik perhatian orang- orang Ngo Tok Kauw.

Hun Lam segera merebahkan dirinya untuk tidur dengan nyenyak.

Waktu matahari fajar menyingsing, cepat-cepat Oey Hun Lam mencuci muka dan salin pakaian, ia keluar dari perumahan itu. Dilihatnya di Lernbah tersebut telah berkumpul puluhan ribu orang, ramai sekali. Mereka semua telah keluar dari perumahan dimana mereka ditampung. Dan banyak tingkah laku mereka, sedangkan orang-orang Ngo Tok Kauw sibuk melayani mereka.

Hun Lam telah mengelilingi Lembah Ular tersebut, ia melihat lembah yang benar-benar sangat Iuas. Waktu itu ia telah melihatnya, banyak juga orang-orang yang diketahuinya dari aliran Pek-to yang berkumpul di Lembah Ular tersebut Hanya saja Hun Lam belum lagi mengetahui apakah mereka berkumpul di lembah itu akan berpihak kepada orang-orang Ngo Tok Kauw atau memang kelak akan membantu para orang-orang gagah yang berusaha gigih akan membela negara dan juga membasmi pengkhianat. Setelah memutar kesana kemari, akhirnya Hun Lam melihat Sun Tiong Kun yang seperti tengah mencari sesuatu, cepat-cepat Hun Lam menghampiri cucu murid Hoa can pay tersebut. Ketika Hun Lam telah dekat, Sun Tiong Kun baru melihatnya, seketika pipi gadis itu berobbah merah panas, karena ia jadi likat sendirinya, sesungguhnya tadi ia memang tengah mencari-cari Hun Lam.

"Kau.... kau sudah bangun...?" tanya Sun Tiong Kun tergagap. Dia telah menunduk.

"Aku justeru tengah mencari kau, nona Sun." kata Hun Lam.

Pipi si gadis jadi bertambah merah, tetapi hatinya senang bukan main. Dia mengangkat kepalanya memandang Hun Lam, katanya: "Rombongan Wan Siauw Susiokku baru tiba tadi, mereka ditempatkan di sebelah selatan lembah. Hanya saja, sejak kedatangan Wan Siauw Susiok dengan beberapa ratus orang- orang gagah dari Lamhay, orang-orang Ngo Tok Kauw jadi sibuk-sibuk sekali, tampaknya juga, setiap gerak-gerik dari Wan Susiok diawasi dengan ketat, di bagian selatan lembah ini telah ditempatkan oleh orang-orang Ngo Tok Kauw yang berjumlah tidak sedikit. Malah menurut keterangan Wan Siauw Susiok, di antara orang-orang Ngo Tok Kauw itu, yang berpakaian seragam ada beberapa orang Mongolia yang menyamar!"

Hun Lam mengerutkan alisnya, katanya : “Jika demikian, dapatkah kau mengajakku untuk bertemu dengan Wan Susiokmu itu?"

"Justru aku ingin memberitahukan kepadamu agar kau menggabungkan diri dengan rombongan Wan Susiok, karena dengan demikian engkau dapat bekerja lebih balk lagi bersama- sama mereka! Entah engkau bersedia apa tidak bergabung dengan Wan Susiok?" "Tentu. mengapa tidak?" kata Hun Lam segera.

"Mari kau ikut denganku...!" kata Sun Tiong Kun girang bukan main, ia mengajak sambil melirik penuh arti, matanya memancarkan sinar yang memiliki arti.

Hun Lam tersenyum. Memang ia merasakan adanya suatu perasaan aneh di hatinya terhadap gadis ini. Dan ia mengikuti Sun Tiong Kun ke sebelah selatan lembah itu.

Wan Sin Cie dengan beberapa orang tokoh Lamhay tengah berunding. Mereka menyambut gembira kedatangan pemuda she Oey tersebut. Memang mereka telah mendengar juga tentang Lam Khek Siansu, mereka tidak menyangka Lam Khek Siansu bisa memiliki murid seperli Hun Lam, seorang putera dari menteri besar.

Begitulah, setelah saling berkenalan, Hun Lam diajak ikut berunding, banyak keterangan yang diberikan Hun Lam mengenai yang diketahuinya tentang sepak terjang Ngo Tok Kauw, dan iapun telah memberitahukan bahwa orang-orang Kaypang dan Kun Lun Pay serta beberapa pintu perguruan dari golongan putih akan hadir juga dalam lembah ini.

Sin Cie mendengar hal itu jadi gembira.

Bin Giok Hoa yang ikut dalam rombongan Sin Cie, juga bersiap-siap, ia telah mengetahui orang yang menyamar sebagai pamannya, yaitu Bin Cu Hoa adalah orang Ngo Tok Kauw yang into menimbulkan kemelut dalam rimba persilatan.

”Jika demikian kita harus segera rnencari kontak dengan pihak mereka!" kata Sin Cie. Dua hari lagi Ho Ang Yo dengan seluruh anggota Ngo Tok Kauw akan memulai aksi mereka.

Semua orang menyetujui pendapat Sin Cie, mereka segera memerintahkan untuk menyebar diri. "Yang perlu kita perhatikan, Ngo Tok Kauw akan menempatkan orang-orangnya secara ketat memperhatikan sepak terjang kita, karena dari itu, walaupun kita menyebar diri, jangan melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan kerusuhan sebelum waktunya tiba. Kita harus mengetahui ebih banyak, berapa jauh langkah-langkah yang telah diambil oleh orang-orang Ngo Tok Kauw itu!"

"Benar!" kata Hun Lam. "Karena dati itu kitapun harus berusaha menghindar dari perhatian orang-orang Ngo Tok Kauw itu. ”

“Kepandaian orang-orang yang ditempatkan mengawasi kita walaupun memiliki kepandaian tinggi, kita masih bisa menghindari dari mereka. Jika memang di antara kalian ada yang kuntit, maka dengan mempergunakan ginkang akan dapat menghindar dari mereka. Dan setelah menyingkir di mana orang Ngo Tok Kauw yang khusus mengawasi kalian kehilangan jejak, barulah mencari kontak dengan orang-orang gagah lainnya. Ada satu yang perlu kalian ingat pula, bahwa kalian tidak boleh sekali-kali memakan santapan dan minuman yang disediakan oleh Ngo Tok Kauw, kemungkinan besar mereka akan mempergunakan racun! Jika sebelum kedatangan karni, mungkin mereka belum mempergunakan cara yang keji seperti itu, narnun sekarang, setelah kedatangan kami, tentu mereka telah memikirkan cara yang sehalus-halusnya untuk rnenyingkirkan kita. Untuk menghadapi dengan berkeras, mungkin mereka menyadari tidak mungkin, sebab jika terjadi bentrokan, akan mengacaukan jalannya perhimpunan yang mereka selenggarakan ini! Karena dari itu, janganlah kalian makan barang makanan mereka, kita membawa bekal yang cukup banyak!"

Semua orang mengiakan. Beberapa orang tokoh Lamhay segera juga keluar dari perumahan itu, mereka memencarkan diri untuk berusaha mencari kontak dengan Kaypang maupun orang- orang gagah lainnya.

Wan Sie Cie menoleh kepada Sun Tiong Kun, katanya. "Engkau berdua dengan Oey Kongcu boleh menyelidiki ke pusat perumahan yang disediakan buat tamu, di sana berkumpul orang- orang dari berbagai golongan, yang perlu kalian selidiki, berapa banyak kurang lebih orang-orang yang telah berpihak kepada Ngo Tok Kauw!"

Girang Sun Tiong Kun dan Hun Lam menerima tugas ini, karena mereka berdua, walaupun baru satu hari lebih berkenalan, di hati masing-masing terdapat perasaan yang aneh, segera juga mereka menerima tugas itu dan pergi ke pusat perumahan buat tamu-tamu Ngo Tok Kauw.

Waktu berjalan berduaan seperti itu, muda-mudi ini lebih banyak berdiarn diri, hanya mata mereka yang saling melirik dan tersenyum jika mata mereka saling bentrok satu dengan yang lain.

Walaupun kedua-duanya saling bungkam tidak berkata-kata, sinar mata mereka itu telah lebih banyak berkata dibandingkan mulut mereka.. Sun Tiong Kun, gadis yang biasanya sangat telengas dan benci pemuda-pemuda ceriwis, ternyata bisa bersikap lembut dan manis sekali terhadap Hun Lam.

Hun Lam sendiri, justeru perasaan kasihannya bersumber dari keadaan tangan gadis yang cantik ini, yang telah buntung. Perasaan kasihannya itu menyebabkan ia menaruh perasaan sayang padanya. Terlebih lagi, Hun Lam sering mendengar Sun Tiong Kun merupakan pendekar wanita yang telengas dan sekarang mendapatkan kenyataan Sun Tiong Kun demikian manis, juga ia bersikap begitu lembut dengannya, segera juga hatinya jatuh dan ia memiliki perasaan yang aneh sekali. Ketika mereka berdua tengah berjalan, seorang lelaki bertubuh tegap telah menghampiri mereka, sambil katanya dengan suara yang hati-hati sekali, seteng berbisik: "Sun Kouwnio, apakakah kau telah bertemu dengan Wan Kongcu?"

Sun Tiong Kun menoleh kepada orang itu, yang tidak lain dari Ang Seng Hay.

"Kami baru saja dari sana dan Wan Siauw Susiok memberikan tugas kepada kami untuk menyelidiki pusat perumahan tamu Ngo Tok Kauw." menjelaskan Sun Tiong Kun sambil melirik kesana kemari karena kuatir di dekat mereka terdapat orang Ngo Tok Kauw.

"Tampaknya orang-orang Ngo Tok Kauw akan bergerak malam ini untuk mempersulit rombongan kita!" kata Ang Seng Hay kemudian, "Tadi aku telah berhasil menyelusup ke markas meraka dan selanjutnya kita harus Iebih hati-hati! Ngo Tok Kauw rupanya ingin memusnahkan rombongan kita malam ini, agar lusa waktu perhimpunan itu dimulai mereka tidak memperoleh kesulitan lain dari kita!"

Sun Tiong Kun mengangguk mengiakan. Ia memperkenalkan Oey Hun Lam.

Setelah mengeluarkan kata-kata memuji, walaupun tidak mengetahui siapa adanya Oey Hun Lam, Ang Seng Hay segera meminta diri. Karena ia kesusu sekali ingin memberikan laporan pada Wan Sin Cie.

Hun Lam bersama Sun Tiong Kun melanjutkan perjalanan mereka ke pusat perumahan para tamu Ngo Tok Kauw. Mereka berhasil melakukan tugas mereka dengan baik, mereka menyelidikinya dan ternyata bahwa semua orang dari kalangan Hek-to telah cenderung memihak Ngo Tok Kauw. Kesimpulan seperti itu dieroleh Hun Lam dan Sun Tiong Kun karena memang mereka mendengarkan percakapan mereka, dimana semuanya lebih cenderung untuk memihak Ngo Tok Kauw, karena mereka mengharapkan memperoleh kedudukan dan harta lewat Ngo Tok Kauw, kalau saja Mongolia berhasil menyerbu ke daratan Tionggoan dan berhasil merebut tahta.

Bukan main gusarnya Sin Cie ketika menerima laporan tersebut.

"Kita harus berusaha sekuat tenaga kita untuk menyadarkan mereka. Jika mereka tidak mau sadar dan tetap bermaksud mengkhianati tanah air dan negara, manusia-manusia seperti itu harus dibasmi!" begitulah keputusan yang deb. n Sin Cie.

Malam itu, Hun Lam tidur di tempat penampungan rombongan Wan Sin Cie.

Menjelang larut malam justeru beberapa sosok tubuh telah mendatangi tempat rombongan Sin Cie. Mereka semua memakai topeng pada muka masing-masing. Dengan demikian tidak bisa terlihat jelas wajah mereka.

Rupanya orang-orang itu mengandung niat tidak baik, mereka berusaha membunuh beberapa orang tokoh Lamhay, dengan memakai racun yang sangat berbisa, atau juga dengan mengandalkan kepandaian mereka yang tinggi. Dilihat dari gerakan orang-orang itu, mereka bukan orang-orang Han, karena selain suara mereka yang kaku mempergunakan bahasa Han, pun ilmu silat mereka bukan merupakan ilmu silat Tionggoan.

Tentunya ini merupakan orang-orang Mongolia, yang berusaha untuk mendukung Ngo Tak Kauw. Dan mereka umumnya adalah para pahlawan dari kaisar Mongolia, dengan demikian merekapun memiliki kepandaian tinggi, menyelusup terlebih dulu ke daratan Tionggoan, untuk mengadakan persiapan penyambutan dari dalam terhadap penyerbuan bangsa Mongolia di kelak kemudian hari.

Wan Sin Cie memimpin kawan memberikan perlawanan yang gigih. Walaupun orang-orang bertopeng itu memiliki kepandaian yang tinggi-tinggi, mereka mana bisa menandingi Sin Cie dengan kawan-kawannya yang semuanya memiliki kepandaian sangat tinggi sekali. Akhirnya orang-orang itu telah gagal dengan usaha mereka untuk melakukan pembunuhan secara menggelap dan melarikan diri.

Sin Cie dan rombongannya tidak mengejar, karena Sin Cie Klub mengetahui bahwa mereka tentunya orang-orang yang diutus oleh Ho Ang Yo.

– ooOoo – PENUTUP

BUKAN main gusarnya Ho Ang Yo. Tubuhnya tampak gemetaran menahan marah saat orang-orang Mongolia yang diutusnya untuk melakukan pembunuhan menggelap pada rombongan Wan Sin Cie telah datang melaporkan kegagalan mereka.

"Kita harus mencari jalan lain untuk memusnahkan mereka! Kita harus menjalankan rencana kedua kita, dimana kita harus mengorbankan yang lain-lainnya juga..... kita terpaksa. Jika memang Wan Sin Cie dengan orang-orangnya dapat kita musnahkan, tentu selanjutnya kita tidak memperoleh kesulitan lagi untuk menyambut penyerbuan dari Mongolia!" Orang-orang Mongolia tersebut berdiam diri saja, mereka seperti menanti perintah Ho Ang Yo.

"Kita akan mempergunakan dinamit yang kalian bawa, yang dihadiahkan Hongsiang (Kaisar, tentu saja Kaisar Mongolia yang dimaksudkan) untuk memusnahkan mereka!" kata Ho Aug Yo lebih jauh.

Orang-orang Mongolia tersebut mengangguk menyetujui keputusan Ho Ang Yo.

"Semua dinamit itu telah dipasang di seluruh lembah ini. Jika kita telah menyingkir dan dinamit itu kita ledakkan, maka tidak ada satu orangpun yang akan hidup lebih jauh Iagi, semuanya akan terkurung dan mati di lembah ini!" Setelah berkata begitu, Ho Ang Yo tertawa bergelak-gelak, demikian juga beberapa tokoh Ngo Tok Kauw yang hadir di tempat tersebut ikut tertawa girang.

Besok paginya, seperti tidak terjadi sesuatu, tetap saja orang- orang Ngo Tok Kauw sibuk melayani para tamu-tamu yang masih juga berdatangan. Dan menjelang sore hari, mulai sedikit jumlah orang Ngo Tok Kauw yang tampak. Terlebih lagi menjelang malam hari, boleh dibilang sudah tidak terlihat seorangpun anggota Ngo Tok Kauw, yang tarnpak hanyalah para tamu-tamu Ngo Tok Kauw dari berbagai golongan, mereka sama sekali tidak menyadari bahaya berada di ubun-ubun kepala mereka. Semuanya tetap bergembira, bercakap-cakap memperbincangkan tekad mereka yang ingin memperhambakan diri pada bangsa Han, dan akan bersungguh-sungguh hati memihak pada Ngo Tok Kauw.

MUKA Sin Cie agak pucat waktu ia kembail ke tengah- tengah rombongan. "Kita harus cepat-cepat menyingkir, keadaan sangat berbahaya sekali!" katanya kepada kawan-kawannya.

"Kenapa?!" tanya Hun Lam.

"Di seluruh lembah ini telah dipasangi dinamit yang sewaktu-waktu bisa diledakkan oleh orang-orang Ngo Tok Kauw. Jika sampai dinamit itu meledak, akan habislah kita terkubur hidup-hidup di lembah ini! Cepat berkemas! Kita harus meninggalkan lembah ini dan juga memberitahukan semua orang-orang yang berkumpul di tempat ini...”

"Kalau mereka mempercayai, jika tidak?" tanya Sun Tiong Kun.

"Percaya atau tidak bukan urusan kita, terpenting kita telah memberitahukan." jawab Sin Cie yang sibuk memberesi semua barang-barang mereka.

Tadi Sin Cie ternyata jadi curiga melihat jumlah anggota Ngo Tok Kauw yang semakin sedikit. Terlebih lagi menjelang sore, jumlah orang-orang Ngo Tok Kauw itu semakin sedikit juga. Maka akhirnya ia telah menangkap seorang anggota Ngo Tok Kauw, yang dipaksanya untuk bicara terus terang.

Semula orang itu berusaha untuk menyangkal dan tidak tahu- menahu apapun juga. Setelah disiksa oleh Sin Cie barulah ia mau bicara. Ia mernberitahukan perihal dipasangnya dinamit di seluruh lembah ini, di bawah tanah.

Bukan main kagetnya Sin Cie, ia segera cepat-cepat kernbali ke tempat rombongannya. Hanya saja sayang, orang Ngo Tok Kauw itu dilepaskan begitu saja. Dan inilah suatu kesalahan yang tidak kecil, sebab orang itu segera melaporkan pada Ho Ang Yo, yang waktu itu bersama seluruh orang-orang Ngo Tok Kauw dan orang-orang Mongolia menanti di mulut lembah. Ho Ang Yo merobah rencananya, yaitu mempercepat waktu peledakan dinamit itu. Segera juga ia perintahkan orang-orangnya meledakkan dinamit di waktu itu juga.

Sin Cie dan rombongannya baru saja selesai memberesi barang-barang mereka saat terdengar suara ledakan yang menggemuruh hebat.

Orang-orang lainnya yang menjadi tamu Ngo Tok Kauw, tidak kurang kagetnya. Mereka jadi panik.

"Terlambat...!” mengeluh Sin Cie "Cepat! Cepat!" Sin Cie masih berusaha orang-orangnya buat menyingkir. Terdengar suara ledakan lagi beruntun, dengan batu-batu gunung yang berguguran. Beberapa orang gayab di bagian sebekah barat lembah itu telah tertimpa bongkahan batu, sehingga seketika binasa, yang lainnya tambah panik.

Sin Cie mengerahkan tenaga dalamnya, ia berseru nyaring: "Semua harus menyingkir meninggalkan lembah ini! NgoTok Kauw telah memasang dinamit di seluruh penjuru lembah ini hendak membinasakan kita!"

Suara teriakan Sin Cie bergema sangat nyaring sekali, dan didengar oleh orang-orang yang lainnya. Bukan main kagetnya orang-orang itu, mereka tambah panik, tanpa memperdulikan lagi barang-barangnya, mereka segera berlari serabutan ke arah mulut lembah, terdengar lagi beberapa kali suara ledakan. Api yang menyala di antara asap yang mengepul tinggi dan debit, membuat pandangan mata setiap orang jadi sulit sekali, merekapun memang tengah panik.

Suara ledakan itu masih terus terdengar, dan banyak pohon yang telah terbakar.

Yang lebih mengerikan justeru di tanah menggeleser ribuan ekor ular berbisa, kelabang dan juga binatang berbisa lainnya. Terdengar suara jerit ketakutan dan kesakitan dari orang-orang itu.

Sin Cie dengan rombongannya berusaha untuk menuju ke mulut lembah.

Sun Tiong Kun dengan wajah agak pucat saling tuntun tangan dengan Hun Lam. Mereka gusar, mendongkol dan ngeri juga, karena ledakan dinamit ini jika telah menguasai seluruh lembah, jangan harap mereka bisa hidup lebih lama lagi.

Waktu orang-orang tengah berlari ke mulut lembah mereka jadi tambah kaget.

Ternyata mulut lembah telah berkobar api yang besar dan tinggi sekali, rupanya Ho Ang Yo telah perintahkan anak buahnya untuk menyalakan api unggun yang besar sekali menutup pintu goa.

Hawa panas sekali, angin yang berhembus dari luar lembah membuat api menyambar-nyambar ke dalam lembah itu, menimbulkan hawa yang luar biasa panasnya. Uap yang tebal membuat mata pedih dan tidak bisa melihat dengan jelas, semua orang tambah panik.

Beberapa orang tampaknya nekad, mereka menunggu waktu api terhembus angin ke arah kanan, mereka menerjang api yang tengah berkobar tersebut.

Akan tetapi waktu tubuh mereka melayang di tengah udara dan meluncur melewati kobaran api, mereka menjerit dan rubuh dengan dada masing-masing tertembus anak panah. Rupanya Ho Ang Yo telah mempersiapkan barisan panah di balik kobaran api itu. Jika ada orang yang menerjang kobaran api tersebut, tentu akan menjadi umpan anak panah! Bahkan pada ujung mata panah tersebut beracun! Wan Sin Cie mengeluh.

Di dalam lembah terdengar suara ledakan yang beruntun. Inilah yang disebut maju tidak bisa, mundurpun tidak dapat. Akhirnya Sin Cie memutuskan melakukan hal yang nekad sekali. "Kita maju terus menerjang api itu, dan kalian harus hati-hati menghadapi panah! Mundur berarti kita akan mati, mari kita adu untung dengan menerjang maju!"

Sambil berkata begitu Sin Cie mendahului melompati kobaran api itu.

Belasan anak panah menyambar ke arahnya, tetapi Sin Cie memutar kedua lengan bajunya, semua anak panah itu tersampok men-rtl jurusan, dan juga tangan lainnya Sin Cie melontarkan biji catumya. Belasan orang pemanah telah terguling roboh tertotok. Kemudian Sin Cin melemparkan belasan biji catur lainnya, maka di sekitar itu belasan orang pemanah lainnya yang tengah mempersiapkan anak panah mereka, terjungkal roboh pingsan dalam keadaan tertotok.

Kawan-kawan Sin Cie, demikian juga Hun Lam, Sun Tiong Kun dan Ang Seng Hay, telah melompat juga. Mereka tidak perlu menghadapi hujan anak panah, karena pasukan panah di sebelah depan telah dirobohkan Sin Cie. Begitulah, para orang gagah ini mengamuk membasmi orang-orang Ngo Tok Kauw. Sedangkan orang yang di dalam lembah itu berlaku nekad retail melompati kobaran api dan ikut mengamuk. Mereka murka bukan main ingin dikorbankan di lembah itu oleh Ho Ang Yo dengan ledakan dinamit.

Ribuan orang yang telah keluar dari lembah itu mengamuk rnembasmi orang-orang Ngo Tok Kauw yang berada di tempat itu. Mereka semuanya tengah diliputi kemarahan yang sangat. Suara ledakan lebih hebat terdengar di dalam lembah itu, bumi tergoncang karenanya, sebab ledakan-ledakan itu bagaikan gempa bumi yang mengubur lembah itu dengan bongkahan batu- batu gunung yang berguguran.

Cukup banyak anggota Ngo Tok Kauw yang terbinasa, akan tetapi Ho Ang Yo dan tokoh-tokoh Ngo Tok Kauw lainnya tidak tampak. Demikian juga dengan orang-orang Mongolia. Rupanya mereka telah menyingkirkan diri dan hanya menempatkan anak buah Ngo Tok Kaow sebagai barisan panah belaka. Itulah kelicikan Ho Ang Yo.

Dalam keadaan demikian Sin Cie telah bicara, ia bilang justeru mereka harus bersyukur kepada Thian yang masih melindungi mereka, tidak sampai terkubur hidup-hidup di lembah itu, dan sekarang Sin Cie mengharapkan semua orang itu insyaf dan sadar, berkhianat kepada negara bukan merupakan perbuatan yang terpuji, malah akan menerirna kutuk.

Dan juga, betapa rendahnya Ngo Tok Kauw. Dengan mengungkapkan kebusukan Ho Ang Yo, Sin Cie berhasil menyadarkan ribuan orang itu. Mereka berjanji tidak akan memiliki pikiran busuk lagi, bahkan mereka bersumpah jika memiliki kesempatan akan membasmi orang-orang Ngo Tok Kauw.

Demikianlah, akhirnya orang-orang itu telah meninggalkan Lembah Ular.

Sin Cie dengan rombongannya telah berkelana selama satu tahun mencari Ho Ang Yo dan anggota Ngo Tok Kauw lainnya, akan tetapi mereka tidak berhasil mencari jejak ketua Ngo Tok Kauw tersebut. Akhirnya Sin Cie mengajak rombongannya kembali ke Lam Hay.

Sedangkan Hun Lam dan Sun Tiong Kun memiliki hubungan kian intim dan mendalam akhirnya menikah setelah ayah Hun Lam, Oey Kokkong menyetujui. Pihak kerajaan yang diberitahukan oleh Oey Kokkong mengenai maksud Ngo Tok Kauw yang hampir saja berhasil menghimpun orang-orang gagah rimba persilatan untuk menyambut kelak penyerbuan orang-orang Mongolia, jadi mengambil tindakan tegas. Pengejaran terhadap orang-orang Ngo Tok Kauw dilaksanakan dengan ketat.

Namun perjalanan masih jauh, dimana orang-orang Ngo Tok Kauw memiliki ular dengan berbagai siasat, sampai akhirnya memang bangsa Mongolia berhasil merebut daratan Tionggoan.

Kisah KEMELUT LEMBAH ULAR berakhir sampai di sini. Dan pergolakan yang terjadi selanjutnya memang masih berkepanjangan terus.

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

2 komentar

  1. bagus, terima kasih
    1. Sami-Sami