Bara Maharani Jilid 12 : Thong Thian Kauw vs Hong Im Hwie

 
Jilid 12 : Thong Thian Kauw vs Hong Im Hwie

CICI, kau tidak tahu bahwa nona Chin dengan mempertaruhkan jiwanya telah menyelamatkan diriku dari mara bahaya, namun hal ini masih tidak penting….”

“Lalu apa yang paling penting?”

“Kedatangan siauwte ke dalam dunia persilatan kali ini tujuannya bukan tain adalah melaksanakan perintah dari ibuku untuk menyelamatkan jiwa keluarga Chin,” kata Hoa Thian-hong dengan wajah serius. “Bila menolong orang tidak menolong sampai pada dasarnya, darimana siauwte punya maka untuk berjumpa lagi dengan ibuku?”

“Saudaraku, apa yang cici katakan kepadamu adalah perkataan yang sejujurnya!” seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. “Tenaga gabungan kita berduapun belum tentu bisa menandingi kekuatan mereka bertiga, kenapa sih kau musti mencari kerugian yang ada di depan mata?”

Dengan perasaan berterima kasih Hoa Thian-hong anggukkan kepalanya. “Siauwte pun mengerti akan enteng beratnya persoalan, cuma peristiwa ini sudah berada di depan mata, masalah kita musti mengkeret dan takut untuk maju? Cici, harap kau duduk sejenak disini, siauwte akan pergi sebentar saja kesitu dan segera kembali.”

Giok Teng Hujien tertawa mengikik. “Manusia tolol, setelah kesitu kau takkan bisa kembali lagi!” Ia menghela napas panjang, bangkit berdiri dan berlalu bersama-sama dirinya.

Sambil tertawa ia melanjutkan, “Aaaii…. akupun tak tahu kenapa bisa begitu menurut dengan dirimu….”

“Kenapa?”

“Kalau tidak mengerti, lebih baik jangan bertanya!”

Rumah makan Cie Eng Loo adalah rumah makan paling besar pada waktu itu, di tengah rumah makan itu terdapat sebidang tanah lapang yang diberi nama ‘Yan- Boe-Peng’ atau lapangan demonstrasi silat, luasnya dua puluh tombak persegi dengan alas batu hijau yang atos, sekeliling tempat itu dilapisi oleh dinding tembok terbuat dari batu granit, disitulah tempat yang biasanya digunakan untuk beradu silat.

Diluar pagar merupakan sebuah serambi yang berliuk- liuk, dimana biasanya para penonton menikmati jalannya pertarungan sambil minum arak. Di samping serambi tadi terdapat pula garuda dan bangunan loteng sejumlah dua puluh buah.

Pemilik dari rumah makan inipun seorang jago silat dari kalangan Bulim, tapi tidak tergabung dalam perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw.

Dalam rumah makan tadi terdapat satu peraturan yang unik, yaitu bilamana tidak terdesak oleh keadaan selamanya tidak memberi kesempatan bagi para jago dari ketiga perkumpulan itu untuk saling berjumpa muka di tempat itu, tindakan ini dimaksudkan agar bisa mengurangi bentrokan phisik yang tidak perlu.

Setibanya di tempat luar, Hoa Thian-hong segera celingukan kesana kemari namun bayangan tubuh Cu Goan-khek sekalian tak ditemukan juga.

Melihat tingkah laku si anak muda itu, Giok Teng Hujien segera tertawa. Kepada pengurus yang bertugas di serambi bawah tegurnya, “Eeei, Cu Tang-kee berada dimana?”

“Hamba segera akan membawa jalan!” buru-buru pengurus itu berseru sambil bongkok bongkokkan badannya.

oooOcoo

DENGAN mengikuti di belakang pengurus tadi, kedua orang itu secara beruntun telah melewati beberapa lapis serambi yang berbelok kesana kemari, akhirnya sampailah di sebuah beranda tepat berhadapan dengan lapangan ‘Yan-Boe-Peng’.

Tampaklah sebuah meja perjamuan telah dipersiapkan, Cu Goan-khek duduk di kursi utara sedang dua orang kurus kering yang nampaknya menyerupai sepasang saudara kembar itu duduk di kedua belah sisinya. sedang Chin Giok-liong dengan badan kaku bagaikan patung duduk di hadapan mereka. Tiba-tiba Cu Goan-khek angkat kepalanya, ketika ia jumpai Giok Teng Hujien mendampingi seorang pemuda berwajah tampan berjalan menghampiri dirinya, air muka orang itu seketika berubah hebat diikuti wajahnya yang berbentuk persegi segera terlapis oleh nafsu membunuh yang menyeramkan.

Hoa Thian-hong langsung berjalan masuk ke dalam ruangan, sinar matanya dengan tajam menatap Chin Giok-liong tanpa berkedip, melihat pemuda itu tetap duduk dengan wajah yang ketolol-tololan tanpa terasa diam-diam ia menghela napas panjang.

Sebetulnya pada saat itu wajah Giok Teng Hujien dihiasi dengan senyum tetapi setelah menjumpai beberapa orang itu tak seorangpun yang bangkit dari tempat duduknya, ia segera berhenti berjalan dan serunya dengan nada dingin, “Saudaraku, kalau kau ada urusan cepatlah diselesaikan kemudian kita harus pergi minum arak.”

“Sungguh mengagumkan sekali ‘Nyonya’ ini, berhadapan muka dengan musuh tangguhpun tak mau turunkan pamornya,” pikir Hoa Thian-hong di dalam hati.

Otaknya dengan cepat berputar, setelah mengambil keputusan untuk mengatasi persoalan itu di ujung senjata seorang diri ia segera meneruskan langkahnya berjalan maju ke depan.

Tiba-tiba terdengar Cu Goan-khek tertawa keras, sepasang telapaknya menekan pinggiran meja dan segera bangkit dari tempat duduknya. Tenaga lweekang yang dimiliki orang ini sungguh amat sempurna, gelak tertawa yang amat perlahan itu ternyata cukup menggetarkan telinga sehingga gendang telinganya secara 1apat-lapat terasa sakit.

Setelah Cu Goan-khek bangkit dari tempat duduknya, kedua orang lelaki kurus kering itupun bangkit berdiri, hanya Chin Giok-liong seorang tetap duduk di tempat semula tanpa berkutik, seolah olah terhadap gerak-gerik beberapa orang itu ia sama sekali tidak melihat.

Giok Teng Hujieu kuattr Cu Gotn Khek secara tiba melancarkan serangan bokongan yang mematikan, cepat iapun melangkah maju ke depan dan berdiri disisi Hoa Thian-hong, wajahnya berubah jadi sinis dan penuh dihiasi dengan ejekan.

Suasana jadi semakin tegang, rupanya sebelum pembicaraan dilangsungkan pertempuran bisa segera meledak.

Tiba-tiba Cu Goan-khek berhenti maju ke depan dan merangkap tangannya menjura, kemudian sambil tertawa katanya, “Hujien, Harap kau suka maafkan diri loohu yang sudah bersikap kurang hormat terhadap dirimu. Maklumlah, loohu sedang diumbar oleh hawa amarah yang rasanya susah dikendalikan lagi.”

Air muka Giok Teng Hujien masih tetap dihiasi senyuman sinis, sambil menyelempitkan senjata Hud- timnya ke belakang bahu ia berkata dengan nada ketus, “Soat-jie ku tadi pagi telah melukai seorang anggota perkumpulan kalian.”

“Jumlah anggota perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im- hwie serta Thong-thian-kauw amat banyak dan tak terhitung jumlahnya, sekalipun terjadi sedikit kesalahpahaman diantara kawanan sealiran, rasanya juga tak usah dipersoalkan lebih lanjut” tukas Cu Goan- khek sambil goyangkan tangannya.

Ia merandek sejenak, lalu sambil tertawa terbahak- bahak sambungnya lebih lanjut, “Loohu mempunyai peraturan loohu sendiri, dan Hujien pun mempunyai peraturan menurut selera serta cara hujien sendiri, bilamana manusia yang tak tahu diri berani bertindak kurangajar, sudah sewajarnya kalau kita beri hukuman yang setimpal.”

Giok Teng Hujien segera tersenyum. “Pantanganku yang paling berat adalah tidak akan memberi kesempatan hidup bagi seseorang yang berani mengintip rahasia pribadiku, entah bagaimana pula dengan peraturan dari Jie Tang-kee?”

“Putra kesayangan dari Jien toako telah mati dibunuh oleh seorang manusia berhati keji, Loohu pun hanya mempunyai seorang putra tunggal, aku tidak ingin kejadian serupa itu terulang kembali untuk kedua kalinya!”

Bicara sampai disitu, dengan sorot mata yang tajam menggidikkan orang she Cu itu segera alihkan sinar matanya ke atas wajah Hoa Thian-hong, tegurnya, “Putra kesayangan Loohu apakah menderita luka di tanganmu?”

Giok Teng Hujien gerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Hoa Thian-hong berpaling dan katanya sambil tertawa.”

“Cici, maafkanlah daku, siauwte akan mengatasi sendiri persoalan ini!!”

Diluar ia berkata demikian, sementara di dalam hati pikirnya, “Hidup di dalam dunia persilatan memang penuh diliputi oleh mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam datang, bila aku tak mampu menandingi kepandaian silatnya aku masih bisa kabur, kalau tak Sanggup kabur adu bisa bertahan sampai titik darah penghabisan, minta perlindungan di bawah gaun seorang perempuan, kejadian ini apakah tidak akan dibuat sebagai bahan lelucon oleh orang lain? lagipula belum tentu ia sanggup memberikan perlindungan kepadaku.”

Setelah mengambil keputusan di dalam hati sikapnya jadi semakin tenang dan kalem, kepada Cu Goan-khek ujarnya, “Kemarin malam cayhe memang pernah saling beradu satu pukulan dengan putra kesayanganmu, waktu itu serangan yang cayhe lancarkan terlalu berat hingga mungkin sudah melukai putramu, untuk itu harap kau suka memberi maaf!”

Sepasang mata Cu Goan-khek melotot besar, sepasang sorot mata yang tajam bagaikan dua batang pisau menatap wajah si anak muda itu tanpa berkedip, lama kemudian ia baru menegur, “Apakah kau she Hoa?” “Cayhe Hoa Thian-hong, majikan lama dari perkampungan Liok Soat Sanceng,” jawab si anak muda itu sambil tertawa ewa.

Cu Goan-khek mendengus dingin.

“Hmmmm! peristiwa yang sudah lampau tak usah kita ungkap kembali. Putraku tak becus dan terima kasih buat pelajaran yang telah kau berikan kepadanya mewakili diriku. Loohu sendiripun merupakan seorang manusia yang tak tahu diri, aku ingin sekali mohon petunjuk pula mengenai kehebatan ilmu silatmu!”

“Oooh, jadi inikah peraturan dari Jie Tang-kee?” “Sedikitpun tidak salah, inilah peraturan dari Loohu!

Musuh yang tak sanggup dihadapi putraku maka Loohu

akan turun tangan sendiri untuk menghadapinya.”

“Ooooh, pandai sekali Jie Tang-kee menyayang anak!” sindir Hoa Thian-hong sambil tertawa, mendadak dengan wajah serius ujarnya lebih jauh, “Kedatangan cayhe pada saat ini bukanlah untuk mencari satori atau gara-gara dengan diri Jie Tang-kee, tapi kalau memang Jie Tang- kee ada keinginan untuk minta petunjuk tentu saja cayhe akan mengiringi keinginanmu itu.”

“Sebelumnya ada sedikit urusan kecil mohon Jie Tang- kee suka memberi penjelasan terlebih dahulu”

Sebelum orang she-Cu itu sempat menjawab, tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien telah berteriak, “Jie Tang- kee, kaupun merupakan seorang enghiong yang memiliki nama besar yang telah menggemparkan seluruh kolong langit. masa beginikah caramu untuk menyambut kedatangan seorang tetamu?”

“Aku dengar perempuan siluman ini lihay sekali,” diam-diam Cu Goan-khek berpikir di dalam hati. “Jika ditinjau dari sikapnya yang begitu membelai bajingan cilik itu, kemungkinan besar kedua orang ini sudah berkomplot lebih dahulu.

Dalam hati ia berpikir demikian, diluar segera mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam ruangan, katanya, “Silakan kalian berdua masuk ke dalam pertama-tama loohu hendak menghormati secawan arak lebih dahulu kepada kalian kemudian baru minta petunjuk dari Hoa kongcu!”

Giok Teng hujien tersenyum, ia segera berjalan masuk lebih dibulu ke dalam ruangan. Hoa Thian-hong berjalan ke sisi Chin Giok-liong dan duduk disampingnya, ia menegur, “Chin-heng, masih ingatkah kau dengan siauwte Hong-po Seng?”

Mendapat pertanyaan itu, sepasang mata Chin Giok- liong yang pudar tak bercahaya dialihkan ke atas wajah Hoa Thian-hong, lama sekali ia duduk tertegun lalu menoleh ke arah Cu Goan-khek.

Orang she-Cu itu segera menunjukkan suatu gerakan tangan, melihat gerakan itu Chin Giok-liong tundukkan kepalanya dan tidak memberikan suatu reaksi lagi. Diam-diam Hoa Thian-hong jadi amat gelisah, pikirnya, “Gerakan tangannya itu sederhana dan sama sekali tidak mengandung arti, tapi dalam pandangan Chin Giok-liong yang nampaknya pudar dan tak bercahaya itu seolah-olah mengandung suatu arti yang mendalam, sebetulnya apa yang telah terjadi?”

Pelayan telah menambah cawan dan sumpit bagi tamu yang baru datang, sedang pria tinggi kurus yang duduk di kursi utama angkat poci araknya dan memenuhi cawan dari Giok Teng Hujien serta Hoa Thian-hong.

Menyaksikan kesemuanya itu, Giok Teng hujien tertawa. sambil menuding ke arah orang itu katanya, “Saudaraku, dia ada1ah Siang loo-toa, sedang disebelah sana Siang loo-jie, kedua orang bersaudara ini menduduki urutan kursi keenam belas dan tujuh belas di dalam perkumpulan Hong-im-hwie, ilmu cakar Thong Long-Jiauw yang diyakini kedua orang ini termasyhur sebagai ilmu silat maha sakti di dalam dunia persilatan!”

“Selamat bertemu!” kata Hoa Thian-hong sambil menjura, sinar matanya berkelebat menyapu sekejap jari tangan Siang loo-toa yang mencekal poci arak, ketika dilihatnya kelima jari tangan orang itu bersih tidak menyerupai seseorang yang ilmu cakar beracun, dalam bati ia merasa keheranan sedang rasa was-was pun semakin menebal.

Tampak Siang loo-toa meletakkan poci arak itu ke atas meja, lalu sambil balas memberi hormat katanya, “Aku adalah Siang Kiat dengan adikku Siang Hauw!” Sementara Siang Hauw dengan suara dingin menegur, “Hoa-heng, apakah kau telah menggabung diri dengan pihak sekte agama Thong-thian-kauw?”

Walaupan Siang Kiat serta Siang Hauw adalah saudara sekandung tetapi watak Loo toa lebih mantap dan berpikir panjang sedang sang Loo-jie berangasan, tak dapat menyembunyikan perasaan sendiri.

Mendengar teguran orang tidak senonoh dan mengandung maksud tak baik, tidak menanti Giok Teng Hujien buka suara, Hoa Thian-hong segera menjawab dengan nada ketus .

“Selama aku hidup berkelana Seorang diri, belum pernah terlintas dalam benakku untuk masuk menjadi anggota perkumpulan Thong-thian-kauw!”

Giok Teng Hujien yang sedang memberi minum Soat- jie makhluk anehnya dengan arak wangi segera menyambung pula sambil tertawa, “Sekalipun antara aku dengan saudara Hoa tiada hubungan tugas, tetapi hubungan persahabatan kami sangat erat, bila Siang

Loo-jie ada urusan mau cari dia atau aku juga lama saja”

Sepasang alis Siang Hauw kontan berkerut, dengan wajah berubah hebat serunya, “Sudah lama aku Siang Loo-jie mendengar orang berkata bahwa ilmu Kie-Sat Sinkang yang dimiliki Hujien merupakan ilmu ampuh dalam dunia persilatan, bila kau tidak keberatan ingin sekali aku mohon beberapa jurus petunjuk dari Hujien.” “Hiih….Hiih….Hiiiih….bagus sekali!” sahut Giok Teng Hujien sambil tertawa terkekeh kekeh. “Bila kalian dua bersaudara punya kegembiraan, aku pasti unjukkan kejelekanku buat kalian berdua.”

Maksud dari ucapan itu jelas sekali, ia telah masukkan pula sang Loo-toa Siang Kiat dalam hitungan.

Cu Goan-khek yang merasakan situasi makin lama tidak menguntungkan, segera tertawa seram, ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong sambil tegurnya hambar, “Apa kongcu kau ada urusan apa? rasanya sekarang boleh utarakan keluar”

Hoa Thian-hong mengejek dingin, ia tuding ke arah Chin Giok-liong dan berkata, “Karena persoalan apa Saudara Chin ini telah menyatroni diri Jie Tang-kee….? Kalau dilihat tingkah lakunya yang bodoh dan lamban, cahaya matanya yang pudar serta sikapnya yang tidak bicara tidak tertawa, rupanya kau sudah cekoki sebangsa obat pemabok kepadanya hingga ia hilang ingatan…!”

“Oooh! Rupanya kedatangan Hoa kongcu adalah disebabkan urusan ini!….”

Ia merandek sejenak, sorot matanya yang tajam kembali menatap wajah si anak muda itu dalam2.

Kesaktian ilmu silat yang dimiliki Hoa Goan-siu serta nama besarnya yang telah menggetarkan seluruh sungai telaga telah membekas sangat dalam di hati kecil setiap jago dari dunia persilatan, sekalipun Hoa Thian-hong masih muda, namun Cu Goan-khek tak berani memandang enteng dirinya sebab ia menganggap ayahnya lihay sedikit banyak anaknya pasti punya simpanan yang lumayan.

Setelah merandek sejenak, segera sambungnya kembali, “Chin Giok-liong ini sih tidak mencari perkara dengan diriku, tetapi dia sudah menyalahi seorang Ciong Touw-cu kami hingga ia harus minum obat pemabok milik Touwcu tersebut, lalu tolong tanya Hoa kongcu ada rencana apa terhadap urusan ini?”

Diam-diam Hoa Thian-hong merasa amat gusar jawabnya tegas, “Maaf terpaksa aku orang She Hoa-kee harus bertindak kurangajar dan minta kembali orang itu dari tangan Jie Tang-kee, di samping minta pula obat penawar dari racun pemabok dari Jie Loo Tang-kee!”

“Haaaah…. haaaah….. haaaah….” Cu Goan-khek mendongak dan tertawa terbahak bahak. “Untuk minta kembali orang ini sih gampang, cuma untuk mendapatkan obat penawar itu rasanya terlalu susah!”

Apa kehendak Jie Tang-kee harap segera dikatakan keluar, aku orang she Hoa pasti akan berusaha memenuhinya dengan sebaik baiknya!”

Nafsu membunuh berkelebat menghiasi wajah Cu Goan-khek, ia tertawa dingin.

“Untuk memerintah dirimu sih aku berani, tetapi Hoa kongcu sebagai keturunan seorang jagoan yang tersohor namanya di kolong langit tentu memiliki ilmu silat yang sakti, asal kau sanggup memenangkan satu atau setengah jurus dariku, maka Chin Giok-liong segera akan kuserahkan kembali pada diri kongcu”

Giok Teng Hujien yang selama ini selalu membungkam, tiba-tiba menimbrung dari samping, “Oooh…! Sungguh tak nyana Jie Tang-kee mempunyai kegembiraan sebesar itu, akupun sudah lama tak pernah bergebrak melawan orang, otot-otot di tangan serta kakiku terasa agak kaku dan linu…… bagus sekali!

Beruntung kita bisa saling bertemu pada hari ini, biarlah aku yang melayani Jie Tang-kee untuk bermain sebanyak beberapa jurus!”

Habis berkata ia mengelus bulu makhluk anehnya kemudian meletakkan binatang tadi di bawah meja.

Baik Cu Goan-khek maupun dua bersaudara she-Siang sama-sama mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari makhluk aneh itu, melihat binatang tersebut mendekam di bawah meja ketiga orang itu diam-diam jadi tegang bercampur gelisah, mereka kuatir kalau makhluk itu secara tiba-tiba menggigit kaki sendiri.

Oleh sebab itu seluruh perhatian mereka segera dipusatkan jadi satu untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, siapapun diantara ketiga orang itu tak berani turun tangan secara gegabah

Giok Teng Hujien tersenyum, ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong dan bertanya lirih, “Sewaktu racun dalam tubuhmu kambuh, apakah kau masih sanggup untuk turun tangan bergebrak melawan orang?” Setiap perkataan dan setiap senyuman dari perempuan ini terhadap diri Hoa Thian-hong selalu disertai dengan nada halus, lunak dan hangat yang sukar dilukiskan dengan kata?, membuat si anak muda itu lama kelamaan takluk oleh kelembutan serta kemesraannya itu, perasaan simpatik dan senangpun makin mendekati perempuan itu.

Terutama sekali berhadapan muka dengan musuh tangguh pada saat ini bisa mendengar pertanyaan yang begitu hangat serta penuh perhatian membuat si anak muda itu jadi amat terharu.

“Terima kasih atas perhatian dari cici,” sahutnya. “Siauwte sendiripun tidak tahu dikala racun teratai itu mulai kambuh, sanggupkah aku bergebrak melawan orang?”

Bicara sampai disini ia putar kepala dan memandang cuaca, setelah mengetahui bahwa saatnya hingga racun teratai itu mulai kambuh masih terpaut setengah jam, dalam hati segera pikirnya, “Ilmu silat yang dimiliki Chin Pek-cuan ada batasnya, enci Wan-hong sendiri kendati sudah angkat Kioe-Tok Sian-Ci sebagai guru tetapi ilmu silatnya sewaktu masuk perguruan ada batas2nya pula, apalagi air yang jauh sulit menolong kebakaran di depan mata, Dalam urusan yang terjadi hari ini bila aku tidak unjukkan diri untuk bantu yang lemah, maka kesatu aku akan malu menjumpai enci Wan-hong, kedua, aku gagal menolong orang dan tak bisa memberikan pertanggungan jawab terhadap ibu …” Meski yang dipikir banyak tapi semua ingatan tersebut berkelebat dalam sekejap mata, sesudah mengambil keputusan di dalam hati ia segera bangkit berdiri dan turun dari beranda.

Melihat pemuda itu sudah tinggalkan tempat duduknya Che Goan Khek segera menoleh dan menatap wajah Giok Teng Hujien tajam-tajam, serunya, “Peristiwa yang terjadi hari ini merupakan bentrokan antara sahabat ataukah perebutan antara perkumpulan Hong-im-hwie dengan Thong-thian-kauw? harap Hujien bisa memberikan ketegasan!”

“Bagiku kedua duanya sama saja!”

“Perempuan siluman” sumpah Cu Goan-khek di dalam hati. “Kau tak usah jual lagak dihadapanku suatu hari loohu pasti akan suruh kau rasakan kelihayanku!”

Dalam hati ia memaki, diluar wajah tetap tenang seperti sedia kala. dan dalam sakunya dia ambil keluar sebuah medali Kim Pay dan serahkan kepada pelayan yang berdiri disisi ruangan, katanya, “Katakan kepada pengurus, semua saudara yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah makan ini …”

Giok Teng Hujien tertawa terkekeh, dari sakunya diapun ambil keluar sebuah benda dan diserahkan kepada pelayan itu sambil pesannya , “Bilamana di atas loteng terdapat anak murid dari perkumpulan Thong- thian-kauw, usir mereka semua dari tempat ini” Pelayan itu mengiyakan berulang kali, sambil membawa tanda pengenal dari kedua orang itu buru- buru berlalu dari situ.

Menggunakan kesempatan dikala pelayan tadi berjalan lewat dihadapannya, Hoa Thian-hong melirik sekejap memperhatikan kedua benda itu.

Tampaklah di atas medali Kim-pay terukir sebuah lukisan angin dan mega, di bawah lambang dari perkumpulan Hong-im-hwie atau Angin dan mega itu terukir pula sebuah huruf ,.,Cu” yakni she dari Cu Goan- khek.

Sebaliknya tanda pengenal dari Giok Teng Hujien merupakan tanda pengenal pribadi yang sama sekali tiada hubungannya dengan sekte agama Thong-thian- kauw, benda itu adalah sebuah hioloo kumala yang tingginya cuma beberapa senti,

Selama Soat-jie si makhluk aneh itu tetap mendekam di bawah meja Cu Goan-khek serta dua bersaudara she Siang selalu merasa hati mereka tidak tenang suatu ketika mereka bertiga saling berpandangan sekejap dan serentak bangkit berdiri

Alis Giok Teng Hujien seketika berkerut tegurnya, “Apakah kalian bertiga akan turun tangan berbareng?”

Siang Hauw melangkah ke samping sejauh enam depa dan berdiri jauh dari meja perjamuan, sambil tertawa dingin jawabnya, “Heeeh…. heeeh…. heeeeh, saudara dari perkumpulan Hong-im-hwie belum sampai setidak becus itu.”

“Sahabat Siang! Kau tak usah bersombong hati!” bentak Hoa Thian-hong secara mendadak dengan suara gusar. “Akupun sudah pernah menjumpai beberapa orang Hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie.”

Giok Teng Hujien yang menyaksikan sikap si anak muda itu secara tiba-tiba berubah Jadi berangasan hingga kegagahannya tadi sama sekali hilang tak berbekas, jadi melengak, serunya, “Saudara Hoa, inilah yang dinamakan tata cara dunia persilatan, sebelum kirim pasukan harus melakukan upacara lebih dulu.”

Terhadap manusia-manusia yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie maupun Sin-kie-pang. Hoa Thian-hong telah mempunyai kesan buruk yang amat mendalam, ia tahu bila tengah hari sudah tiba maka racun teratai yang mengeram di dalam tubuhnya akan kambuh, bila pertempuran tidak diselesaikan dengan cepat niscaya situasi tidak menguntungkan bagi dirinya.

Oleh sebab itu tidak menanti sampai Giok Teng Hujien menyelesaikan kata-katanya, dengan nada yang dingin dan ketus ia berseru kembali ‘

Setelah kita hajar yang kecil, yang tua tentu akan keluar sendiri. Biar kubereskan dulu si Loo jie ini kemudian baru meringkus si Loo toa. buat apa kita musti urusi segala macam tata cara Bulim yang sama sekali tak ada gunanya itu? dari pada banyak ngebacot lebih baik kita selesaikan urusan dengan adu tenaga!”. Bicara sampai disitu ia putar badan dan menghardik dengan nada gusar, “Cu Goan-khek! Ayoh cepat unjukkan diri di tengah kalangan!”

Dari mulutnya Cu Goan-khek jadi gusar, ia melayang turun dari beranda dan berseru, “Ayoh! Kau beleh mulai turun tangan, asal loohu berhasil kau kalahkan kami Chin Giok-liong kau boleh bawa pergi.”

“Omong kosong kau anggap tanpa menangkan dirimu aku akan membiarkan kau membawa pergi Chin-heng dari sini?”

“Sreeet!” telapak segera berputar dan melancarkan sebuah pukulan kilat ke depan.

Waktu berlalu dengan cepatnya, jurus ‘Koeo Siu-Ca- Tauw’ ini tampak terasa sudah setengah dilatihnya dengan giat, meskipun belum bisa menandingi kematangan diri kakek telaga dingin Cioe It Bong yang setiap saat sanggup menciptakan perubahan baru, tetapi jurus-jurus serangan yang berhasil dikuasainya itu sudah dilatihnya hingga matang dan amat sempurna.

Dari hebatnya serangan yang mengancam datang, seketika Cu Goan-khek menyadari akan kelihayannya si anak muda itu, ia tahu bahwa untuk merobohkan Hoa Thian-hong tak mungkin bisa dilakukannya dalam tiga jurus belaka. Telapak kirinya segera diayun membabat pergelangan lawan, telapak kanan dengan mengeluarkan ilmu pukulan ‘Mo-Im Jiu’ melancarkan satu pukulan kemuka. Dalam sekejap mata terjadilah suatu pertempuran yang amat seru antara Cu Goan-khek yang sudah tersohor didunia persilatan melawan Hoa Thian-hong yang baru saja menunjukkan diri dimuka bumi.

Sementara itu Giok Teng Hujien yang diserobot beberapa kali oleh ucapan Hoa Thian-hong yang tajam, membuat hatinya merasa amat mendongkol. Melihat kedua orang itu sudah mulai bertempur. ia segera geserkan langkahnya dan berdiri di atas beranda, sedang Soat-jie si makhluk aneh itu menerobos keluar dari bawah meja dan lari ke sisinya.

Dua bersaudara she-Siang pun berjalan keluar dari beranda, pelayan segera menggeserkan kursi bagi tamunya agar bisa menonton jalannya pertarungan sambil duduk.

Soat-jie si makluk aneh itu rupanya mengerti akan ilmu silat, sepasang matanya yang berwarna merah menatap tajam gerakan Hoa Thian-hong maupun Cu Goan-khek yang sedang bertarung, cahaya tajam berkilauan menyorot keluar dari matanya, mungkin binatang itu sedang bersiap diri untuk menolong Hoa Thian-hong dimana perlu.

Di tengah pertarungan, tiba-tiba terdengar Hoa Thian- hong membentak keras, jurus demi jurus serangan dilancarkan makin gencar, tubuhnya pun ikut mendesak kemuka. Ilmu pukulan tangan kirinya ini didapatkan dari si- kakek telaga dingin Cioe It Bong, bagi si kakek tersebut sudah tentu jurus pukulan itu bisa dimainkan dengan pelbagai perubahan yang diluar dugaan, tetapi setelah dimainkan pemuda ini gerakannya berubah dan setiap jurus serangannyapun berubah jadi jurus pukulan yang jujur dan bersifat keras

Cu Goan-khek belum begitu menguasai menghadapi serangan tangan kiri lawan yang begitu dahsyat, melihat datangnya serangan yang bertubi-tubi dan lihay itu terpaksa ia harus kerahkan segenap kemampuannya untuk memunahkan setiap ancaman yang tiba, ia terdesak untuk menggunakan posisi bertahan guna melindungi dirinya dari ancaman.

Bagaimanapun juga Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang telah punya nama sejak puluhan tahun berselang, pengalamannya menghadapi pertempuran sudah amat matang dan iapun sudah banyak kali menghadapi musuh tangguh, kini walaupun ia tak sanggup untuk mengalahkan si anak muda itu dengan mudah, tetapi untuk melindungi keselamatan sendiri tentu saja masih jauh lebih mampu.

Setelah melancarkan tujuh belas buah pukulan gencar tanpa berhasil mendesak mundur Cu Goan-khek dari tempatnya semula Hoa Thian-hong mulai sadar bahwa musuh yang dihadapinya saat ini merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpainya selama ini, kecuali muncul keanehan disitu jelas harapannya untuk merebut kemenangan amat tipis. Hawa murninya segera dihimpun dengan ketat diseluruh tubuh, otaknya mulai berputar kencang untuk mencari jalan guna merebut kemenangan.

Bagi jago lihay yang sedang bertempur semua gerakan berlalu laksana kilat, karena harus cabangkan pikiran untuk berpikir itulah serangan Hoa Thian-hong jadi mengendor.

Cu Goan-khek segera mendengus dingin, telapaknya berputar kencang dan ia mulai melancarkan serangan balasan dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia berubah jadi posisi menyerang, sepasang telapaknya menari di angkasa dengan gencarnya, satu serangan lebih hebat dari serangan sebelumnya, memaksa Hoa Thian-hong harus berlarian diseluruh kalangan untuk melepaskan diri dari bahaya maut.

Beberapa saat kemudian keadaan Hoa Thian-hong jadi sangat berbahaya, maut setiap saat mengancam jiwanya, dari keadaan itu bisa terlihat bahwa tidak sampai seratus jurus lagi ia pasti akan menderita kalah di ujung telapak Cu Goan-khek.

Giok Teng Hujien menyaksikan keadaan itu, sepasang alisnya tangsung berkerut kencang. Sepasang mata dengan tajam memperhatikan gerakan telapak orang she Cu itu, sementara kakinya perlahan-lahan bergeser maju ke depan, Soat-jie si makhluk aneh diturunkan di belakang tubuhnya.

Pertempuran sengit yang sedang berlangsung dewasa ini penuh diliputi oleh nafsu membunuh yang tebal, masing-masing pihak bernafsu besar untuk mengalahkan lawannya, hanya sayang yang satu adalah keturunan jago kenamaan sedang yang lain adalah jago lihay kelas satu, meskipun kedua orang itu sama-sama ganas tapi kecuali membentak dan mendengus tiada kedengaran suara makian atau ejekan.

Makin bertempur kedua orang itu saling bergebrak makin sengit, diam-diam Giok Teng Hujien serta dua saudara she Siang merasa tegang, tampaknya asal Cu Goan-khek melancarkan beberapa jurus serangan lagi niscaya Hoa Thian-hong akan menderita kekalahan total.

Siapa tabu pada saat itulah Hoa Thian-hong membentak keras. telapak tangannya dengan dahsyat mengirim satu pukulan keras ke depan.

“Blaaaam……!” sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya menimbulkan suara bentrokan nyaring.

Tubuh kedua orang itu sama-sama terjengkang ke belakang dan mundur beberapa langkah, Cu Goan-khek dengan pengalamannya yang lebih matang segera memanfaatkan kesempatan itu sebaik baiknya, dikala tubuhnya belum bergerak mundur ke belakang tangan kirinya dituding ke atas dan menyodok iga si anak muda itu.

Pada saat itu kekuatan tubuh kedua orang itu sama- sama telah mengendor, serangan bokongan yang dilancarkan Cu Goan-khek saat ini betul-betul merupakan suatu serangan yang luar biasa dan mematikan. Hoa Thian-hong jadi tercekat hatinya dan berseru kaget, sebelum ingatan kedua berkelebat di dalam benaknya. jari musuh telah menempel di atas tubuhnya.

Pada detik terakhir yang kritis itulah, tiba-tiba Hoa Thian-hong tarik napas dalam2 dengan ilmu ‘Hoei-Si- Kang’ ia alihkan jalan darahnya setengah coen lebih kesampings kemudian telapak kanannya berputar kencang menggunakan gerakan membabat ia bacok batok kepala Cu Goan-khek yang sedang menjorok kemuka,

Ketika melihat totokan jarinya mengenai sasaran, Cu Goan-khek merasa sangat berbangga hati, tiba-tiba jarinya bergetar keras dan jalan darah yang diancamnya ternyata meleset dari dugaan semula.

Bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan, begitu merasakan sesuatu yang aneh pada ujung jarinya. segera ia menyadari bahwa si anak muda itn memiliki kepandaian untuk memindahkan jalan darah-

Sementara hatinya masih tertegun dan ingatan kedua belum muncul dalam benaknya, babatan telapak kanan dari Hoa Thian-hong telah membacok tiba. Sreet..,! diiringi desiran tajam bagaikan sabetan senjata tajam, babatan itu melesat ke bawah.

Cu Goan-khek merasa terkejut bercampur sangsi, ia tahu ilmu pukulan apa yang telah digunakan lawannya, dalam gugupnya sepasang kaki segera menjejak tanah dengan sekuat tenaga, tubuhnya segera menyurut mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. Dengan gebrakan mundurnya sang lawan, babatan telapak Hoa Thian-hong gagal melukai musuhnya, kendati begitu sambaran angin pukulannya yang tajam sempat menyambar ujung jubah Cu Goan-khek hingga terkupas kutung sebagian, pada ujung robekan kain jubah tadi nampak amat rata bagaikan tersobek oleh babatan pisau.

Semua kejadian ini hanya berlangsung dalam sekejap mata, setelah peristiwa itu berlalu Hoa Thian-hong berdiri menjublak dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. air muka Cu Goan-khek berubah jadi hijau membesi, wajah Giok Teng Hujien berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, sedangkan dua bersaudara she Siang tergetar keras hatinya, semua orang dibuat kaget dan tercekat oleh kejadian yang baru saja berlalu itu.

Totokan dari Cu Goan-khek dilancarkan secara mendadak itu melanggar kebiasaan Bulim, sekalipun Giok Teng Hujien mengawasi jalannya pertarungan dari sisi kalangan dengan siap siaga penuh, namun ia tak sempat memberikan bantuannya dikala Hoa Thian-hong terancam banyak maut.

Sebaliknya si anak muda itu sanggup menggeserkan letak jalan darahnya dari tempat semula disaat yang kritis. tindakan itu cukup mengejutkan hati orang terutama sekali babatan telapaknya yang dahsyat lebih- lebih menggetarkan hati musuhnya.

Semua orang belum pernah menyaksikan permainan ilmu pedangnya, mereka hanya tahu bahwa pemuda ini memiliki ilmu pukulan tangan kiri yang hebat, siapa tahu disaat yang paling kritis itulah dengan telapak menggantikan pedang ternyata pemuda itu berhasil membabat robek sebagian dari jubah yang dikenakan Cu Goan-khek, kejadian ini sungguh diluar dugaan siapapun juga Untuk sesaat suasana berobah jadi hening dan sunyi tak kedengaran sedikit suarapun yang memecahkan kesepian yang mencekam seluruh ruangan itu.

Beberapa saat kemudian terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, “Sebuah totokan ditukar dengan sebuah babatan, kedua belah pihak sama-sama kuat dan setali tiga uang. Menurut pendapatku lebih baik pertarungan yang berlangsung pada hari tni hanya dihentikan sampai disini saja, Jie Tang-kee! bagaimana kalau kau jual muka bagiku dan serahkan

Chin Giok-liong agar bisa diajak pergi oleh Hoa Kongcu? Tentang obat pemunahnya biar kita lanjutkan pembicaraan ini di kemudian hari.”

Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang tersohor namanya di dalam dunia persilatan, sedangkan Hoa Thian-hong hanya seorang pemuda yang baru saja munculkan diri di dalam Bulim, tentu saja ia tak sudi mengakui bahwa kekuatan mereka seimbang. Pikirnya di dalam hati, “Meskipun ilmu silat yang dimiliki perempuan siluman ini amat lihay, rasanya dengan tenaga gabungan dari Siang Loo-toa serta Siang Loo-jie untuk sementara waktu ia bisa ditahan. Ditambah pula dengan binatang aneh itu paling banter kedua belah pihak berada pada posisi seimbang biarlah aku lihat dulu bagaimanakah keadaan dari si bajingan cilik ini disaat racun teratainya sedang kambuh ….”

Karena berpikir demikian ia segera tertawa dingin.

Katanya, “Perintah dari Hujien sudah sepantasnya kalau kupenuhi, Cuma sayang bila Chin Giok-liong sampai terlepas dari tanganku maka aku jadi tak dapat mempertanggung jawabkan diri dihadapan toako nanti, maka maaf bila aku tak sanggup memenuhi keinginanmu itu.”

Sepasang bahunya bergerak maju ke depan, sebuah pukulan kembali dilancarkan ke arah Hoa Thian-hong.

Dalam bentrokan kekerasan tadi jelas terlihat bahwa kekuatan tenaga lwekang yang dimiliki kedua belah pihak sama? Kuat Cu Goan-khek hanya lebih menang dalam pengalaman, beraneka ragamnya jurus pukulan serta pengetahuan yang lebih luas. sekalipun begitu untuk mengalahkan Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan yang gampang baginya. Kembali kedua orang itu melangsungkan pertarungannya. Hoa Thian-hong yang selalu kuatir racun teratai dalam tubuhnya keburu kambuh, serangan-serangan yang dilancarkan kian lama kian bertambah gencar, dalam sekejap mata ia sudah membawa pertarungan itu berubah jadi sengit dan seru.

Giok Teng Hujien yang menonton jalannya pertarungan dan sisi kalangan. Mengerutkan alisnya, tiba-tiba ia berseru dengan nada dingin, “Jie Tang-kee kau terlalu tidak pandang sebelah mata kepada orang lain …” Sambil berseru Seat-Jie si makhluk aneh itu dilempar masuk ke dalam kalangan pertempuran.

Tampak bayangan putih berkelebat lewat, ‘Soat-Jie’ si makhluk aneh itu bagaikan segulung asap ringan segera meluncur ke arah kaki Cu Goan-khek yang sedang bertempur.

“Jie-ko, hati-hati!” teriak dua bersaudara she Siang hampir berbareng dengan suara kaget.

Cu Goan-khek terkejut bercampur gusar badannya cepat berputar kencang sambil mengirim satu tendangan kilat menyongsong datangnya tubrukan dari makhluk aneh itu.

Tampak bayangan putih kembali berkelebat, dengan kecepatan yang sukar dilakukan dengan kata-kata Soat- jie berkelebat menuju ke belakang tubuh Cu Goan-khek, kecepatannya sungguh membuat hati orang tercekat.

Walaupun ilmu silat yang dimiliki Cu Goan-khek masih lebih tinggi satu tingkat jika dibandingkan dengan Hoa Thian-hong, tetapi si anak muda itu tetap merupakan seorang tandingan yang keras dan berat

Kini setelah ikut campurnya si Soat-jie makhluk aneh itu ke dalam kalangan pertempuran, Cu Goan-khek kontan merasakan tekanan yang menimpa dirinya semakin berat, dalam waktu singkat gerakannya sudah mulai kacau dan kelabakan tidak karuan. Berhadapan dengan situasi seperti ini, Hoa Thian-hong pun lantas berpikir di dalam hati. “Menolong orang adalah masalah besar. aku tak usah memikirkan masalah gengsi atau muka lagi!”

Berpikir demikian menggunakan kesempatan dikala perhatian orang she Cu itu dipusatkan ke bawah kakinya, ia segera maju ke depan sambil melancarkan serangan bertubi tubi, bayangan telapak menumpuk laksana bukit menggulung dan menghajar ke depan tiada hentinya.

Soat-jie si makhluk aneh itu sambil mendekam di tanah khusus menyerang sepasang kaki Cu Goan-khek, gerakannya kesana kemari cepat laksanakan kilatan cahaya, bukan Saja lihay bahkan sukar diduga sebelumnya.

Ditambah pula dengan serangan gencar dari Hoa Thian-hong, sesaat kemudian Cu Goan-khek sudah terdesak hebat hingga keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa amat gelisah bercampur kuatir, sang badan sering kali meloncat ke tengah udara sambil meraung gusar.

Dua bersaudara she-Siang yang menyaksikan jalannya pertarungan disisi kalangan berusaha keras untuk menemukan cara yang baik untuk mengatasi serangan dari rase putih itu, namun setiap kali jalan pikiran mereka selalu menemui jalan buntu, kini setelah menyaksikan keadaan Cu Goan-khek amat terdesak dan jiwanya terancam bahaya mereka sadar apabila dirinya berdua tidak segera turun tangan niscaya Jie Tang-kee nya ini akan keok di tangan musuh. Dalam keadaan begini mereka berdua tak bisa berpikir panjang lagi, setelah saling tukar pandangan sekejap serentak mereka menyerbu ke dalam kalangan pertempuran.

Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu tegurnya, “Siang Loo-jie, katanya kau tak akan berbuat sehina ini, kenapa sekarang kau tebalkan muka dan ikut terjun ke dalam gelanggang?”

Sembari berseru senjata Hud-timnya dibabat kemuka langsung menyerang tubuh Siang Kiat, Siang Hauw berdua.

Siang Hauw mendengus dingin, tangan kirinya dikebaskan ke muka melancarkan sebuah babatan dahsyat hingga menggetarkan senjata Hud-tim di tangan Giok Teng Hujien. Sementara kelima jari tangan kanannya bagaikan kaitan tajam langsung menyambar ketubuh lawan. 

Giok Teng Hujien tetap tersenyum, senjata Hud-tim nya menyerang pinggang Siang Kiat sementara ujung baju tangan kirinya dikebas menggulung pergelangan tagan Siauw Hauw.

Beberapa orang itu semuanya merupakan jago-jago lihay yang memiliki ilmu silat amat tinggi, gerak-gerik Giok Teng Hujien enteng dan indah bagaikan bidadari yang sedang menari. Sebaliknya sepasang bersaudara she-Siang yang melatih ilmu cakar maut, dengan perawakannya yang tinggi kurus jauh lebih tinggi dua depa dari perawakan Giok Teng Hujien, di bawah serangan Thong-Long-Jiauw mereka yang lihay tampak sepuluh jari berubah jadi hitam bercahaya dan amar menusuk mata, serangan- serangan yang dilancarkan kedua orang inipun luar biasa lihaynya.

Di tengah pertarungan Siang Kiat bergerak cepat melepaskan diri dari ancaman senjata Hud-tim Giok Teng Hujien, kakinya bergerak cepat dan segera menyapu ke arah Soat-jie makhluk aneh itu.

Perawakan tubuh rase putih ini cuma beberapa depa saja ditambah ekornya paling banter cuma tiga depa, sekalipun badannya kecil tetapi gerak-geriknya Cepat laksana kilat, cakarnya tajam dan giginya runcing ditambah pula tenaganya luar biasa, serangannya yang khusus mengancam kaki orang benar-benar merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya.

Tendangan yang dilancarkan Siang Kiat nampak segera akan mengenai sasarannya, tiba-tiba pandangan mata terasa jadi kabur dan tahu-tahu tendangannya mengenai Sasaran kosong, buru-buru ia tarik kembali serangannya sambil ganti melancarkan satu tendangan dengan kaki kiri,

Dalam waktu singkat situasi di tengah kalanganpun segera berubah, Siang Kiat seorang diri bertempur melawan rase putih itu, satu manusia yang lain binasa bergebrak dalam keadaan seimbang, untuk sesaat si rase putih itu tak sanggup melukai Siang Kiat sedangkan Si Siang Kiat jago lihay yang sudah punya nama besar dalam dunia persilatan pun tak bisa berkutik melawan seekor makhluk aneh.

Giok Teng Hujien memutar senjata Hud-tim nya mengurung seluruh tubuh Siang Hauw, jelas ia tidak menggunakan Segenap kekuatan yang dimilikinya. Sambil bertempur perhatiannya selalu dicurahkan ke arah Hoa Thian-hong serta Soat-jie makhluk anehnya itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Agaknya perempuan ini tak mau menimbulkan bentrokan langsung antara perkumpulan Thong-thian- kauwnya dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie. karena itu walau sudah bertempur agak lama tetapi ia tak pernah melancarkan serangan mematikan,

Dipihak lain Hoa Thian-hong yang sedang bertempur melawan Cu Goan-khek lama kelamaan ia terdesak hebat dan tak sanggup menahan diri. ditambah pula ancaman racun teratai yang setiap saat bisa kambuh dalam tubuhnya membuat pikiran pemuda ini bertambah tidak senang, dengan sendirinya daya tekanan pada serangan- serangan yang dilancarkanpun bertambah merosot

Cu Goan-khek berhasil menguasai keadaan dan merebut posisi di atas angin, pukulan2nya dengan gencar dan mantap meneter musuhnya habis2an, sedikitpun ia tidak beri kesempatan lagi lawannya untuk bertukar napas. Tiba-tiba Hoa Thian-hong merasakan segulung hawa panas yang amat menyengat badan muncul dan dalam pusarnya dan menyebar ke seluruh tubuh, Sedarlah si anak muda ini bahwa tengah hari sudah tiba dan daya kerja racun teratai empedu api sudah mulai kambuh

Selamanya pada saat seperti ini belum pernah ia bergebrak melawan orang, ini hari terdesak oleh keadaan membuat pemuda itu mau tak mau membendung rasa keadaan, pada pengalaman yang pertama ini ia tak kuasa membendung rasa tegang yang menguasai hatinya. begitu hawa panas mulai muncul di dalam pusar ia jadi tercekat dan serangannya semakin mengendor.

Cu Goan-khek adalah seorang jago lihay yang pengalaman. begitu mengetahui peluang baik kembali didapatkan olehnya, ia segera membentak keras. serangan yang lebih dahsyatpun dilancarkan bartubi-tubi

.

Serangan itu meluncur laksana sambaran kilat, tampaknya dada Hoa Thian-hong segera akan termakan oleh pukulan itu. Mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang, disusul segulung angin pukulan yang tajam menyapu tiba.

Cepat-cepat Cu Goan-khek berpaling tampaklah sebuah telapak putih yang memacarkan cahaya merah yang membara tiba-tiba menyerang tubuhnya dari arah belakang, dengan cepat ia geserkan tubuhnya lima depa dari tempat semula untuk melepaskan diri dari ancaman tersebut. Tetapi dengan adanya gerakan ini maka dengan sendirinya hawa pukulan yang sudah dihimpun dalam telapakpun jadi buyar, sekalipun bersarang telak di atas dada Hoa Thian-hong hingga menggetarkan tubuhnya sejauh beberapa tombak dan jatuh terjengkang. namun tidak sampai melukai isi perutnya

Cu Goan-khek jadi amat gusar, la membentak dan melancarkan serangan dahsyat ke arah Giok Teng Hujien, pertempuran sengitpun segera berlangsung dengan serunya. dalam waktu singkat mereka telah saling bergebrak sebanyak delapan sembilan jurus.

Dalam pada itu Siang Hauw yang terlepas dari belenggu senjata Hud-tim Giok Teng Hujien segera menerjang ke arah Hoa Thian-hong, kelima jari tangannya yang hitam berkilat menyambar kian kemari mengancam batok kepala si anak muda itu

Terdengar Giok Teng Hujien bersuit nyaring, rase putih yang sedang bertempur melawan Siang Kiat segera meninggalkan lawannya dan berbalik menubruk ke arah kaki dari Loo-jie Siang Hauw.

Haruslah diketahui perawakan tubuh sepasang bersaudara she-Siang ini mencapai ketinggian delapan depa lebih, mereka yang harus bertempur melawan Rase putih yang pendek kecil serta khusus menyerang kaki ini benar-benar terasa amat payah dan tidak leluasa.

Begitu merasakan datangnya ancaman dari belakang tubuh, Siang Hauw segera lepaskan Hoa Thian-hong sambil putar badan mengirim sebuah tendangan kilat, perhatiannya dipusatkan jadi satu dan sedikitpun tak berani bertindak gegabah.

Hoa Thian-hong bergelinding di atas tanah beberapa tombak jauhnya lalu meloncat bangun dan berdiri tak berkutik, sepasang matanya melotot besar memperhatikan empat orang yang sedang bertempur di tengah kalangan.

Sepasang matanya telah berubah jadi merah berapi api, sepasang giginya bergemerutuk kencang, otot dan daging di atas keningnya bergetar keras. keringat membasahi seluruh wajahnya, keadaan Hoa Thian-hong pada saat ini benar-benar mengerikan sekali,

Tiba-tiba. terdengar Giok Teng Hujien membentak keras, “Jie Tang-kee, harap tahan sebentar!”-

Cu Goan-khek yang bertempur sengit beberapa waktu lamanya tanpa berhasil menangkan musuhnya, dalam hati merasa amat mendendam terhadap Giok Teng Hujien, apa lacur ilmu silat yang dimiliki perempuan itu terlalu lihay membuat ia kehilangan pegangan untuk merebut kemenangan begitu mendengar seruan berhenti, tanpa banyak bicara lagi ia tarik kembali serangannya dan mengundurkan diri ke belakang.

Dengan cepat Giok Teng Hujien berkelebat ke sisi Hoa Thian-hong, tanyanya dengan nada penuh perhatian, “Kenapa kau saudaraku? Aku lihat lebih baik pergilah dulu keluar kota untuk berlari racun urusan di tempat ini kita selesaikan di kemudian hari saja.” Sekujur badan Hoa Thian gemetar keras sepasang giginya saling berada gemerutukan keringat dingin mengucur keluar dengan amat deras ingin sekali pemuda itu untuk berlari kencang.

Ia gelengkan kepalanya lalu mengangguk tiba-tiba dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan, teriaknya lantang, “Giok Liong heng, ayoh kita pergi dari sini”

Selama beberapa orang itu melangsungkan pertarungan sengit Chin Giok-liong seorang diri duduk di depan meja dengan membelakangi pintu, selamanya ia tak pernah berpaling atau menegok ke belakang. Menanti dirinya dibentak keras barulah kepalanya perlahan lahan menoleh ke belakang.

Hoa Thian-hong melangkah maju ke depan. tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan tangannya lalu berseru lagi dengan suara keras, “Saudara Giok Liong, ayoh kita pergi dari sini!”

Chin Giok-liong merasakan pergelangannya amat sakit, ia berusaha meronta untuk melepaskan diri dari cekalan lawan tetapi usahanya gagal, sementara tubuhnya sudah diseret keluar oleh Hoa Thian-hong.

Dari sikap serta perubahan wajahnya yang menahan penderitaan besar Giok Teng Hujien mengetahui bahwa pemuda itu sudah tak kuat menahan diri, ia segera maju menghampiri sambil berkata, “Saudaraku, pergilah ‘Lari racun’! persoalan di tempat ini serahkan saja kepada cici untuk menyelesaikannya.” Hoa Thian-hong gelengkan kepalanya, dengan ujung baju ia menyeka keringat yang membasahi keningnya lalu menyahut, “Terima kasih atas bantuan yang cici berikan kepadaku, siauwte akan menyelesaikan sendiri persoalan ini hingga duduknya perkara jadi jelas”

Sambil berkata ia tarik pergelangan tangan Chin Giok- liong dan berjalan menuju keluar dengan langkah lebar.

Cu Goan-khek jadi mendongkol dibuatnya, dengan sigap ia menghadang jalan pergi pemuda itu. serunya, “Hoa Thian-hong, kau toh tidak berhasil menahan diriku, kenapa kau ajak pergi orang itu?”

Hoa Thian-hong berhenti melangkah, wajahnya berubah jadi merah padam, hardiknya, “Enyah kau dari sini!” Sambil berseru telapaknya bergerak cepat melancarkan sebuah babatan ke depan.

Pukulan telapak ini dilancarkan dengan amat sederhana dan merupakan suatu pandangan hina terhadap lawannya Cu Goan-khek merasa amat gusar, telapaknya segera dia ayun menyambut datangnya serangan tadi dengan keras lawan keras.

“Blaam…,! di tengah suara bentrokan yang amat nyaring, tubuh kedua orang itu sama’2 tergetar keras dan mundur selangkah ke belakang

Hoa Thian-hong merasakan tubuhnya jadi lebih nyaman Setelah terjadi bentrokan itu, daya tekanan yang mengempit tubuhnya jauh lebih berkurang. segera ia lepaskan pergelangan Chin Giok-liong dan melangkah maju ke depan, bentaknya dengan penuh kegusaran, “Cu Goan-khek. lihat pukulan!”

Jago tua she-Cu itu sudah tentu tak mau unjukkan kelemahannya, ia ayunkan pula telapaknya untuk menyambut datangnya serangan.

“Blaaam…! Sekali lagi terjadi bentrokan keras, sepasang kaki kedua orang itu yang menginjak di atas lantai batu segera mencetak dalam2 di atas ubin meninggalkan bekas telapak yang nyata. Dalam tubuh Hoa Thian-hong merasa amat tersiksa tetapi setelah menggunakan tenaga dalamnya untuk menyerang ia merasa rasa sakitnya rada berkurang, karena kejadian ini timbullah niatnya untuk menyerang lebih gencar lagi agar rasa sakit dalam badannya lebih berkurang.

Berpikir demikian ia lantas gertak gigi dan maju lagi ke depan sambil melancarkan satu pukulan. Cu Goan-khek merasa kaget bercampur gusar, telapaknya segara diayun menyambut datangnya ancaman itu.

“Braaak…..! Untuk kesekian kalinya terjadi benturan keras yang menimbulkan suara nyaring, kedua orang itu mendengus dingin Sambil tergetar mundur dua langkah ke belakang, ubin batu di atas 1antai segera hancur berantakan terinjak kaki kedua orang itu.

Pada saat itu baik Giok Teng Hujien, dua bersaudara she-Siang maupun para jago yang secara diam-diam mengintip jalannya pertarungan dari tempat persembunyian sama-sama dibikin melengak oleh cara bertarung kedua orang itu, Giok Teng Hujien yang berdiri sangat dekat dengan kalangan pertempuranpun tidak berhasil menentukan siapa menang siapa kalah dalam bentrokan2 kekerasan itu, iapun tak tahu bagaimana caranya untuk mencegah terjadinya peristiwa itu.

Dikala semua orang mencurahkan perhatiannya ke tengah kalangan itulah, tiba-tiba dari balik ruangan muncul seorang kakek tua, ia punya perawakan yang pendek. lagi gemuk, kepalanya botak dan bersinar tajam, pakaiannya kasar dengan sebuah kipas bulat berada dalam cekalannya.

Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia menyusup ke dalam ruangan itu dan mendekati tubuh Chin Giok-liong.

Air muka si kakek gemuk ini merah bercahaya, pipinya montok dan mulutnya lebar saat itu dengan wajah murung bersembunyi di belakang tubuh Chin Giok-liong sambil menatap tajam wajah Hoa Thian-hong, dari balik sorot matanya secara lapat memancar keluar rasa murung, kasihan serta kuatirnya yang amal mendalam.

Terdengar Hoa Thian-hong yang berada di tengah kalangan membentak keras, “Cu Goan-khek, aku orang she-Hoa ingin minta petunjuk tiga buah pukulan lagi darimu!” Tubuhnya merangsek ke depan dan telapak nya langsung membabat tubuh lawannya.

Sementara itu Cu Goan-khek merasakan isi perutnya telah bergetar keras, darah panas dalam dadanya bergolak kencang, dalam keadaan begitu ia tak ingin bergebrak lebih lanjut. sebab keadaannya sudah payah, tetapi mengingat nama besarnya yang dipupuk selama ini dengan susah payah, ia tak mau unjukkan kelemahannya dihadapan orang.

Ia segera membentak keras, dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan.

“BRAAAK..! dalam bentrokan kali ini tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar mundur dengan kuda2nya gempur. jelas kedua belah pihak telah menderita kerugian semua.

Giok Teng Hujien mengerutkan alisnya ia hendak maju ke depan melerai pertarungan itu, sedang dua saudara she Siang-pun telah menemukan pula keadaan Cu Goan- khek yang payah, bila sampai terjadi bentrokan lagi niscaya ia akan menderita luka parah, kedua orang itu segera saling bertukar pandangan dan siap maju ke depan.

Tapi sebelum kedua belah pihak sama-sama turun tangan untuk membantu jagonya masing-masing, si kakek cebol gemuk yang berdiri di belakang Chin Giok- liong itu mendadak menyambar pinggang pemuda itu lalu mengempitnya di bawah ketiak, sambil berteriak tubuhnya segera lari keluar dari ruangan tersebut …

Lima orang yang berada di dalam kalangan saat itu rata-rata merupakan jago lihay yang memiliki ilmu silat tinggi, tetapi berhubung Hoa Thian-hong yang tersiksa oleh daya kerja racun teratai harus menyerang secara ganas dan nekad, semua perhatian Giok Teng Hujien maupun dua bersaudara she-Siang harus dipusatkah ke tengah kalangan, siapapun tidak memperhatikan keadaan di belakang mereka.

Menanti beberapa orang itu sadar kembali dan berpaling, tampaklah kakek cebol dan gemuk itu sudah mengepit tubuh Chin Giok-liong dan kabur jauh.

Reaksi Giok Teng Hujien paling cepat diantara beberapa orang itu, sepintas memandang bayangan punggungnya ia segera kenali orang itu sebagai orang yang menggoda dirinya sewaktu ada di rumah penginapan dengan bait lagunya yang konyol, ia segera tertawa merdu dan berseru, “Saudaraku, Chin Giok-liong telah dirampas orang. kenapa kau tidak melakukan pengejaran?”

Walaupun tubuh Hoa Thian-hong terasa amat sakit dan menderita, namun pikirannya masih terang, mendengar seruan itu iapun tinggalkan Cu Goan-khek dan mengejar ke arah kakek tua itu.

Giok Teng Hujien tak berani berayal diapun enjotkan badannya menyusul disisi pemuda itu, Soat-jie si rase putih menyusul di belakang mereka dan Cu Goan-khek serta dua bersaudara Siang berada di paling buncit.

Gerakan tubuh kakek gemuk cebol itu sangat aneh, dalam waktu singkat ia sudah berada amat jauh dari situ. Terlihatlah ia membelok ke kiri menikung ke kanan bergerak menuju ke pintu besar rumah makan. Walaupun di sekitar situ banyak terdapat manusia tetapi sebagian besar mereka adalah orang-orang dari perkumpulan Sin-kie-pang yang tak sudi mencampuri urusan itu, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw telah dipersilahkan keluar dari rumah makan itu sebelum kedua belah pihak saling bertempur tadi dan kini berjaga jaga diluar pintu sambil menunggu berita hasil pertarungan itu.

Dengan demikian sewaktu kakek cebol itu raendadak munculkan diri diluar pintu. tak seorangpun yang turun tangan menghalangi jalan perginya.

Dengan tangan kiri mengepit tubuh Chin Giok-liong, tangan kanan menggoyangkan kipas dalam usaha melarikan dirinya itu mendadak si kakek cebol tadi bersenandung nyaring,

Arak lama habis, arak baru meluap.

Berdiri di tepi baskom sambil tertawa terbahak- bahak. Padri gunung kakek liar saling berjumpa muka.

Ia sambang sepasang ayam, aku sumbang seekor bebek.

Ooh…. hidup di alam ini sungguh berbahagia.

Bait lagu ini sangat populer dan dikenal setiap orang, walaupun seorang pekerja kasar juga bisa membawakan lagu ini, tapi dinyanyikan oleh si kakek gemuk itu ternyata membawa suasana yang lain. Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, teriaknya nyaring, “Hey. kakek tua, pandai amat kau menyanyi? Bagaimana kalau kau bawakan lagu Soe-Koay-Giok?”

Kakek cebol itu pura-pura tidak mendengar, badannya dengan cepat berkelebat masuk ke dalam ruang dalam, terlihatlah manusia berjubal-jubal diluar pintu hingga sulit bagi siapapun untuk berjalan keluar, disaat ia menemui jalan buntu itulah mendadak dilihatnya ada dua benda berada di atas meja pengurus rumah makan, benda itu yang satu adalah Kim Pay dari Cu Goan-khek sedang yang lain adalah hioloo kumalu dari Giok Teng Hujien.

Dengan gerakan yang cepat bagaikan hembusan angin kakek cebol gemuk itu meluncur ke arah meja tersebut, kipasnya dengan cepat bergerak menyapu kedua benda tadi.

Suasana diluar pintu kontan jadi kacau dan ribut, si kakek cebol gemuk itu tidak berhenti sampai disitu saja, kembali kipasnya bergerak melemparkan kedua macam benda itu ke tengah rumah orang.

Suasana semakin kacau tak karuan, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie sama-sama menyambar tanda pengenai Kim Pay itu, sedang para anak buah perkumpulan Thong-thian-kauw sama-sama merampas hioloo kumala ttu, suasana jadi hiruk pikuk dan ramai.

Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah si kakek cebol tadi menyusup diantara gerombolan manusia dan melayang keluar dari pintu. Sementara itu Hoa Thian-hong serta Giok Teng Hujien bersama-sama telah tiba disitu, Soat-jie si makhluk aneh segera menyusup di antara gerombolan manusia.

Suasana semakin kacau lagi, di tengah jeritan kaget dan panik para jago dari perkumpulan Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw sama-sama berlompatan ke samping dan melarikan diri keempat penjuru.

Cu Goan-khek serta dua bersaudara she-Siangpun sejenak kemudian menyusul tiba disitu, terhadang oleh orang yang saling berdesak2an dihadapan mereka tanpa sadar beberapa Orang itu tergencet jadi satu dengan Hoa Thian-hong.

Pada saat itulah seorang murid perkumpulan Thong- thian-kauw menyerahkan hioloo kecil yang berhasil didapatkan itu ke tangan Giok Teng, Hujien, sedang seorang anggota perkumpulan Hong-im-hwie menyerahkan Kim-Pay itu ke tangan Cu Goan-khek.

Hanya Hoa Thian-hong seorang yang pusatkan seluruh perhatiannya pada Chin Giok-liong, ditambah pula daya kerja racun teratai yang bergelora dalam tubuhnya membuat ia amat tersiksa, sepasang tangannya bekerja keras mendorong orang-orang yang menghadang dihadapannya ke samping, sekuat tenaga ia menerjang maju terus ke depan

Siang Hauw yang berada disisi pemuda itu segera timbul niat jahatnya ketika melihat ketiak orang terbuka tanpa perlindungan. Pikirnya, “Usia keparat cilik ini. belum mencapai dua puluh tahun, tapi ia telah sanggup beradu tenaga dalam dengan Cu Jie ko, bila ia dibiarkan hidup terus di kolong langit maka sepuluh tahun kemudian bukankah akan muncul seorang Hoa Goan-siu lagi ..”

Berpikir sampai disini hawa murninya segera disalurkan ke dalam tangan, kelima jarinya dipentang dan menunggu disaat Hoa Thian-hong sedang mendorong orang-orang di hadapannya hingga ketiaknya terbuka, jari tangannya itu segera mencengkeram tubuh lawan.

Tindakan orang ini betul-betul amat keji, ilmu cakar ‘Thong-Long-Jiauw’ yang diyakininya itu merupakan ilmu kepandaian beracun yang amat tersohor, begitu bertemu dengan, darah segera akan bekerja dan mencabut jiwa korbannya, Hoa Thian-hong berada dalam keadaan tidak siap tentu saja sulit baginya untuk menghindarkan diri.

Dalam pada itu Hoa Thian-hong.sama sekali tidak menduga dirinya bakal diserang dari belakang secara keji. menanti ia menyadari akan datangnya ancaman tahu-tahu ketiaknya sudah kena dicengkeram oleh Jari tangan Siang Hauw.

Dalam gugupnya tanpa menunggu jari tangan lawan menusuk lebih dalam, sikutnya segera disodok ke belakang menghajar lengan musuh sementara tubuhnya berputar kencang ke belakang sambil menggerakkan tangan kanannya mencakar sepasang mata lawan. Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan tetapi merupakan suatu ancaman yang amat ganas dan keji, dengan sebat Siang Hauw miringkan, kepalanya menghindarkan dari ancaman tersebut, siapa tahu karena terburu nafsu gerakan tangannya jadi terlambat, sodokan sikut Hoa Thian-hong segera membentuk telak di atas pergelangannya hingga Jari kelingkingnya terasa amat sakit kukunya hampir saja patah jadi dua bagian.

Giok Teng Hujien yang menyaksikan kejadian itu jadi amat gusar, ia gerakan tangannya mencengkeram pergelangan Siang Hauw. Serunya dengan nada ketus, “Hey orang she Siang, kau betul-betul tak tahu malu.

Akan kusuruh kau rasakan siksaan yang paling hebat sebelum ajalmu tiba!”

Sambil berkata hawa sinkang ‘Hiat-Sat-sinkang’ nya disalurkan ke tangan kiri dan mengurung tubuhnya.

Siang Hauw yang merasa salah karena serangan bokongannya itu jadi ketakutan, buru-buru ia geserkan badannya bersembunyi di belakang tubuh Cu Goan-khek, sementara Siang Kiat serta jago she Cu itu segera menangkis serangan yang dilancarkan Giok Tang Hujien. 

“Orang she-Siang?” bentak Giok Teng Hujien dengan suara seram. Cepat serahkan obat pemunah kepadaku, kalau tidak kau akan merasa menyesal untuk selamanya.”

“Heeeh…. heeeh…..heeh…. bukankah orang she-Hoa itu masih segar bugar….?” seru Siang Hauw sambil memuding ke arah pemuda itu. “Toh ia sendiri yang terburu-buru, kenapa Hujien mesti ikut prihatin karena porsoalan ini?”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

1 komentar

  1. Bagus