Beng Ciang Hong In Lok Jilid 11

Pertarungan itu jadi semakin hebat hingga si bewok terdesak mundur dua depa. Namun masih bisa bertahan dan wajah Lauw Kan Lu mulai tampak serius. Ternyata lelaki bewok itu bernama Pouw Yang Hian. Han Pwee Fng beberapa hari yang lalu pernah bertemu dengannya. Sedang ilmu Huahiat-to itu sangat beracun, sekalipun kalah hebat dengan ilmu Siu-lo-im-sat-kang.

Setelah bertarung seratus jurus lebih bau amis itu semakin menyengat. Tak heran napas Lauw Kan Lu pun mulai semakin sesak. Dia kaget dan berpikir bahwa bahaya sedang mengancam dirinya

"Dua ilmu beracun keluarga Suang memang bukan omong kosong! Jika aku tidak segera mengalahkan orang ini. malah aku .bisa celaka!" pikir Lauw Kan Lu.

Memang dugaan Lauw Kan Lu jadi kenyataan. Dia mulai terdesak Saat bahaya mengancam. Kok Siauw Hong melancarkan serangan hebat. Serangan itu membuat si bewok kaget. Karena tahu telah datang musuh lain. si bewok menganggap sudah tidak ada gunanya meneruskan pertarungan, lalu dia kabur. Lauw Kan Lu heran menyaksikan musuhnya tiba-tiba kabur. Begitu juga dengan Chu Kiu Sek. dia juga meninggalkan orang she Liok yang jadi lawannya.

Tak lama Lauw Kan Lu mendengar langkah orang sedang berjalan mendatangi. Lauw Kan Lu segera menoleh

Kelihatan seorang pemuda berpakaian serba putih sedang berjalan ke arahnya. Begitu melihat pemuda itu bukan main girangnya Lauw Kan Lu. Segera dia memanggil pemuda itu dengan nada gembira sekali.

"Kok Kong-cu. kapan kau sampai? Apa kau sudah pergi ke rumah Han Tay Hiong?" kata Lauw Kan Lu.

Kok Siauw Hong tersenyum. Dulu saat dia datang ke rumah Han Tay Hiong untuk memberitahu ayahnya telah meninggal. Kok Siauw Hong pernah bertemu dengan Lauw Kan Lu di markas cabang Kay-pang kota Lok-yang. Liok Kun Lun kawan baik ayah Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong memberi hormat kepada kedua jago tua itu.

"Baru hari ini aku tiba di sini." kata Kok Siauw Hong. "Aku baru saja dari rumah Paman Han."

Liok Kun Lun menatap wajah pemuda itu.

"Aku dengar kau akan membatalkan perjodohanmu dengan puteri Han Tay Hiong. benarkah begitu?" kata Liok Kun Lun.

Wajah Kok Siauw Hong berubah merah. "Benar." jawab pemuda itu.

"Tindakanmu itu tepat sekali, nak." kata Liok Kun Lun. "Jangan takut jika Han Tay Hiong gusar padamu atau memusuhimu. aku si pengemis tua siap membantumu!" kata Liok Kun Lun. Mendengar ucapan Liok Kun Lun. kelihatan Kok Siauw Hong sedikit terperanjat.

"Eh! Apa maksudnya, kenapa dia bilang tindakanku membatalkan perjodohan itu tepat sekali?" pikir Kok Siauw Hong.

Sebenarnya dia membatalkan pertunangannya karena dia sudah jatuh cinta kepada Ci Giok Hian. sedangkan dia dengan

Han Pwee Eng belum pernah bergaul rapat seperti dia bergaul dengan nona Ci Giok Hian. Ditambah lagi perjodohan dia dengan nona Han karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Bukan berdasarkan saling cinta mencintai.

Kok Siauw Hong tidak menganggap bahwa cintanya telah berubah. Dia juga tidak menganggap dirinya bersalah. Hanya dia jadi heran pada saat mendengar Liok Kun Lun mengatakan tindakannya itu sangat tepat.

"Kau tidak bersedia menikah dengan puteri Han Tay Hiong. kalau begitu kau sudah tahu tentang orang she Han itu. bukan?" kata Lauw Kan Lu ikut bicara.

"Tentang apa?" tanya Kok Siauw Hong heran. "Mengenai   masalah   persekongkolan   Han   Tay  Hong

dengan bangsa Mongol! Memang masalah lain apa lagi?"

kata Lauw Kan Lu.

"Be... Benarkah Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong agak gagap.

Lauw Kan Lu balik bertanya.

"Jadi Pamanmu Jen Thian Ngo belum memberitahumu?" kata Lauw Kan Lu.

Kok Siauw Hong mengangguk. "Sudah." kata Kok Siauw Hong. "Menurut Paman Jen dia melihat Paman Han berhubungan dengan Siang-koan Hok. Justru aku ke sini ingin bertanya pada Lauw Cian- pwee. apa benar begitu?"

Lauw Kan Lu membuka pakaiannya hingga tampak bekas luka di dadanya.

"Malam itu aku mendapat laporan rahasia, katanya Siangkoan Hok ada di rumah Han Tay Hiong. Aku bersama Jen Thian Ngo pergi ke rumah Han Tay Hiong. maksud kami kami ingin membuka kedok dia Tapi mereka sudah mengetahui kedatangan kami. Sebelum kami tiba Siang-koan Hok sudah kabur. Di tengah jalan kami bertemu dengan Siang-koan Hok. Sungguh memalukan sekali, sekalipun kami bergabung dengan pamanmu, kami tidak berhasil menangkap Siang-koan Hok. Dia berhasil melukaiku, dan ini adalah tanda mata dari Siang-koan Hok untukku!" kata Lauw Kan Lu.

"Sekalipun luka pukulan Siang-koan Hok sudah dua tahun yang lalu. ternyata masih membekas. Kalau begitu dia sangat lihay. Jadi keterangan Paman Jen memang benar. Tapi....aku sangsi. Sekalipun Paman Han sahabat Siang-koan Hok. belum tentu Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" pikir Kok Siauw Hong.

"Lauw Cian-pwee yakin. Paman Han punya hubungan dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong.

"Pertanyaanmu itu benar Waktu itu memang peperangan dengan bangsa Mongol belum berkobar." kata Lauw Kan Lu.. "Sedang dari pihak Monggol dengan kerajaan Tay Song (Kerajaan Song Besar) telah ada perjanjian. Malam itu Han Tay Hiong menjamu Siang-koan Hok. itu pun bukan kesalahan besar. Tetapi Siang-koan Hok itu wakil Kok-su Kerajaan Mongol dan Han Tay Hong berhubungan  dengan Siang-koan Hok. itu pasti akan menimbulkan kecurigaan pada setiap orang. Sedang perang sekarang sudah berkobar, maka itu kita harus siap-siaga. Kok Hian-tit. bagaimana pendapatmu?"

"Ya. Lo-cian-pwee benar." kata Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu semula bernama Lauw Kun. karena semua orang memanggil dia Lauw Kan Lu. maka dia menggunakan nama itu.

"Sekarang pasukan pelopor bangsa Mongol berada kurang lebih seratus li dari Lok-yang." kata Liok Kun Lun.

"Kedatanganku ke mari mi karena aku ingin bertarung dengan Han Tay Hiong. Kita bunuh dia agar dia tidak bisa menyambutt kedatangan tentara Mongol!"

"Kau baru dari rumah Paman Han. apakah dia ada di sana?" tanya Lauw Kan Lu.

"Rumah dia hangus terbakar. entah dia masih hidup atau sudah mati?" kata Kok Siauw Hong.

Di depan kedua jago Kay-pang itu Kok Siauw Hong tidak berani menyebut "Paman Han". dia hanya bilang dengan kata "dia" saja.

"Dari laporan anak buah Kay-pang. kebakaran itu terjadi tadi malam. Apinya tidak begitu besar. Kedua anggota Kay- pang yang melihat kebakaran itu. mereka langsung ke sana. Saat mereka sampai api sudah padam. Mereka tidak berani masuk ke rumah Han Tay Hiong karena takut terjebak oleh siasat orang she Han itu." kata Lauw Kan Lu.

"Siasat apa?" tanya Kok Siauw Hong.

"Mereka menduga jangan-jangan Han Tay Hiong sendiri yang membakar rumahnya, jadi mereka tidak berani masuk!" kata Lauw Kan Lu. "Tapi kenapa dia membakar rumahnya sendiri?" tanya Kok Siauw Hong sedikit heran.

Liok Kun Lun tertawa terbahak-bahak.

"Ini akal liciknya! Dia berpura-pura telah didatangi oleh musuh besarnya. Malah rumahnya telah musnah oleh api dan dia sendiri mati! Jika sudah demikian, siapa yang bisa menyelidiki lagi kalau dia itu bersekongkol dengan bangsa Mongol? Nanti, setelah tentara Mongol datang, baru dia muncul lagi. Dengan demikian dia jadi sangat berjasa kepada bangsa Mongol. Lalu apa yang bisa kita lakukan sesudah itu?" kata Liok Kun Lun.

Kok Siauw Hong teringat pada dugaan Chu Kiu Sek. bahwa terbakarnya rumah Han Tay Hiong karena Han Tay Hiong takut kepadanya. Sedangkan Liok Kun Lun mengira. Han Tay Hiong membakar rumahnya sendiri untuk menghindari penyelidikan persekongkolannya dengan bangsa Mongol. Sekalipun dugaan itu berbeda, tapi dugaan itu sama, yaitu bahwa Han Tay Hiong yang membakar rumahnya sendiri!

Kok Siauw Hong jadi merinding

"Hati manusia sulit diterka. Benarkah kelakuan Paman Han begini rendahnya?" pikir Kok Siauw Hong.

"Aku kira untuk menutupi rahasianya. Han Tay Hiong sampai tega membunuh semua pelayan setianya. Apa lagi mereka masih punya sanak famili?" kata Liok Kun Lun.

"Dugaan Liok Cian-pwee benar, semua pelayannya telah mati. tetapi pelaku yang membunuh mereka itu belum tentu Han Tay Hiong?" kata Kok Siauw Hong.

"Sungguh keji perbuatannya itu! Su-siok (Paman Guru), sungguh hebat dugaanmu. tidak seorang pun dari keluarga Han yang masih hidup." kata Lauw Kan Lu. "Tidak! Masih ada dua orang yang masih hidup." sanggah Kok Siauw Hong.

Lauw Kan Lu tertegun mendengar keterangan itu. "Siapa kedua orang itu?"

"Yang seorang puteri Han Tay Hiong." Mata Lauw Kan Lu terbelalak.

"Kau datang bersamanya?" kata Lauw Kan Lu.

"Tidak!" kata Kok Siauw Hong. "Dia tiba di rumahnya lebih dulu dariku. Ketika aku sampai di rumahnya, kebetulan aku melihat dia sedang bertarung melawan Chu Kiu Sek." sahut Kok Siauw Hong.

Liok Kun Lun manggut-inanggut.

"Oh. aku lupa, kau sudah tidak mau menikah dengan dia. jadi mana mungkin kau berjalan bersamanya?" kata Liok Kun Lun." Sesudah itu dia tatap wajah Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, kau bergabung dengannya melawan Chu Kiu Sek dan kalian mengalahkan si Iblis Tua itu?"

"Tidak begitu, tapi Chu Kiu Sek kabur sendiri" "Kenapa?" tanya Lauw Kan Lu heran.

"Karena Chu Kiu Sek mendengar suara batuk seseorang! Aku kira dia takut kalau Han Tay Hiong sedang bersembunyi di sini. maka dia kabur!" kata Kok Siauw Hong.

Liok Kun Lun dan Lauw Kan Lu tertegun.

"Menurutmu siapa orang itu?" kata mereka hampir serempak.

Kok Siauw Hong menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu siapa orang itu?" jawab Kok Siauw Hong

Kemudian Kok Siauw Hong menceritakan sejak awal dia datang dan tiba di rumah Han Tay Hiong. Dia juga bilang dia menemukan orang yang terkubur dan sudah mereka tolongi itu serta tentang penemuan kulit kambing yang bertulisan bahasa Mongol. Liok Kun Lun manggut- manggut.

"Oh. kalau begitu mari kita ke rumah Han Tay Hiong untuk melihatnya!" kata Liok Kun Lun.

"Tadi kau bilang di tangan pelayan yang mau kau kuburkan mayatnya itu kau menemukan kulit kambing bertulisan bahasa Mongol. Apakah kulit kambing itu ada padamu?" kata Lauw Kan Lu.

"Ada! Mungkin benda ini bisa membuka semua misteri ini." kata Kok Siauw Hong.

"Serahkan barang itu padaku, di antara murid-murid kami yang berpakaian karung bertambal enam ada yang bisa membaca tulisan bahasa Mongol." kata Lauw Kan Lu.

"Oh bagus sekali." kata Kok Siauw Hong.

Kok Siauw Hong menyerahkan kulit kambing yang dijadikan alat tulis itu kepada Lauw Kan Lu. Sesudah itu mereka meninggalkan rimba menuju ke rumah Han Tay Hiong.

Ketika itu hari mulai pagi. Udara sangat sejuk dan nyaman sekali. Saat berjalan Liok Kun Lun menggunakan gin-kang. semula dia khawatir Kok Siauw Hong tidak mampu mengikutinya. Tapi saat dia menoleh, ternyata Kok Siauw Hong ada di belakang dia. "Kok Hian-tit. kau mencari Han Tay Hiong untuk membatalkan pertunanganmu'." kata Liok Kun Lun.

'Benar, aku bermaksud memberi penjelasan agar kelak tidak jadi masalah!" kata Kok Siauw Hong.

"Benar, begitu!" kata Liok Kun Lun.

"Kau pikir aku mencari Paman Han untuk urusan apa?" pikir Kok Siauw Hong agak kesal juga.

Liok Kun Lun melirik.

"Kok Hian-tit kau berhasil menguasai Siauw-yang-sin- kang, aku ucapkan selamat kepadamu!" kata Liok Kun  Lun.

"Aku hanya menguasai enam sampai tujuh bagian saja." kata Kok Siauw Hong berterus terang.

Kok Siauw Hong tertegun, sebab Siauw-yang-sin-kang dia peroleh dari ibunya, dia heran mengapa pengemis tua ini tahu tentang ilmu silat itu.

"Chu Kiu Sek pandai Sui-lo-im-sat-kang, ilmu itu hanya bisa diatasi oleh Siuw-yang-sin-kang" kata Liok Kun Lun. "Kau bertarung dengan Chu Kiu Sek. tapi sedikitpun kau tidak terluka olehnya. Aku pikir kau telah berhasil menguasai ilmu tersebut. Kok Hian-tit aku ingin menanyakan sesuatu padamu"

"Katakan saja."kata Kok Siauw Hong.

"Apa kau akan menggunakan ilmu itu untuk mengobati Han Tay Hiong?" kata Liok Kun Lun.

"Benar, semula aku pikir begitu!" kata Kok Siauw Hong dengan jujur. "Karena aku membatalkan pertunanganku dengan puterinya. aku merasa bersalah kepada mereka. Tetapi setelah aku dengar kata-kata Paman Jen. maka niatku akan aku batalkan!" Liok Kun Lun tersenyum.

"Nona Han sangat cantik dan ilmu silatnya pun tinggi. Apa kau masih menaruh hati kepadanya?" kata Liok Kun Lun. Wajah Kok Siauw Hong merah.

"Sekalipun aku bukan tunangannya lagi. tapi tetap aku tak bisa membiarkan dia dihina oleh Chu Kiu Sek. Apa salah yang aku lakukan itu. Lauw Cian-pwee?" kata Kok Siauw Hong.

"Membantu orang yang lemah itu sikap terpuji seorang gagah. Asal itu kau lakukan bukan karena cintamu, aku lega." kata Liok Kun Lun.

"Hm! Sekalipun nona Han cantik dan baik kepadaku, aku tidak bisa menikah dengannya. Di hatiku hanya ada Ci Giok Hian seorang!" pikir Kok Siauw Hong.

Tak lama Kok Siauw Hong berkata lagi.

"Sekalipun benar misalnya Han Tay Hiong bersekongkol dengan bangsa Mongol. tetapi nona Han tidak sejalan dengan pendapat ayahnya!"

"Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Liok Kun Lun. "Jika dia bekerja-sama. tidak mungkin dia menyerahkan

kulit kambing bertulisan huruf Mongol itu kepadaku." kata

Kok Siauw Hong.

Pernikahannya dengan nona Han memang telah dia batalkan, tapi setelah bertemu dengan nona Han. dan menyaksikan sikapnya. Kok Siauw Hong jadi kagum dan tanpa sadar dia membela nona itu.

Tak lama mereka sudah sampai di rumah Han Tay Hiong. Ketika melihat kedatangan ketiga orang itu nona Han terperanjat. "Nona Han. ini Liok Cian-pwee. ketua Kay-pang. dan yang ini Lauw Hiang-cu. Iblis Tua itu rupanya bertemu dengan kedua cian-pwee ini. Dia kalah dan kabur." kata Kok Siauw Hong.

Nona Han kenal pada Lauw Kan Lu tetapi dia tidak kenal pada Liok Kun Lun. Dia segera memberi hormat.

"Ayahku didatangi oleh musuh, masih hidupkah dia atau telah binasakah dia. aku belum mengetahuinya." kata nona Han. "Mohon bantuan dari Lo-cian-pwee untuk menyelidikinya!"

Han Pwee Eng sudah tahu perkumpulan Kay-pang bisa cepat mendapat informasi. Dia tidak tahu kalau ketua pengemis itu justru sedang mencurigai ayahnya bersekongkol dengan bangsa Mongol.

"Aku dengar rumahmu terbakar, maka kami ke mari. Legakan saja hatimu, kami akan membantu mencari di mana ayahmu itu berada." kata Lauw Kan Lu.

"Selain ayahmu yang tidak ketahuan entah di mana. apa ada yang masih selamat dan tidak terkena musibah?" tanya Liok Kun Lun.

"Semuanya telah mati. tapi kami menemukan seseorang yang masih hidup, dia bukan orangku tetapi orang lain yang tidak aku kenal." kata nona Han.

Nona Han mengajak tamunya masuk. Orang yang dimaksud oleh nona Han itu masih duduk bersandar di tembok. Sepasang tangannya sedang memegangi kepalanya. Saat mereka masuk seolah orang itu tidak melihat dan mendengarnya.

"Siapa dia?" tanya Lauw Kan Lu pada nona Han. "Dia seperti orang yang ketakutan dan berubah jadi bodoh. Setiap aku bertanya, dia hanya berteriak-teriak saja." sahut nona Han.

Liok Kun Lun melepas tangan orang itu. lalu dia angkat dagu orang itu. Ketika sudah melihat wajah orang itu. Liok Kun Lun berseru.

"Bukankah kau ini Pauw Leng?"

Mendengar kata-kata Liok Kun Lun. Kok Siauw Hong terkejut. Pauw Leng dikenal dan bergelar Miauw Ciu Sin Touw (Pencuri Sakti Bertangan Lincah). Setiap kali melakukan pencurian dia jarang gagal. Heran sekali kali ini dia kedapatan terkubur hidup-hidup di rumah Han Tay Hiong.

Dia tatap wajah Liok Kun Lun. dia seolah mengenali pengemis itu.

Liok Kun Lun segera memeriksa nadinya. Seperti Kok Siauw Hong dia juga berpendapat, nadi Pauw Leng normal. Tenaganya tidak hilang. Sekalipun sangat lemah tidak seharusnya dia seperti orang yang mau mati saja. Lalu Liok Kun Lun mengurut jalan darahnya. Tak berapa lama Pauw Leng muntah. Dia segera berlutut di depan Liok Kun Lun

"Pang-cu.. .Tolonglah aku.. ." kata dia.

Suara Pauw Leng sangat lemah, seperti orang sakit "Legakan saja hatimu, aku akan mengobatimu." kata

Liok Kun Lun.

Nona Han kagum oleh kepandaian Liok Kun Lun ini. "Nona Han. bolehkah aku bawa orang ini untuk kuobati.

Sesudah  sembuh  dan  bisa  bicara,  pasti  kau  akan  kuberi

tahu." kata Liok Kun Lun. Rumah nona Han telah rusak karena terbakar, dia sedang bingung mau ke mana? Sekarang Liok Kun Lun minta agar orang itu boleh dibawa, tentu saja nona Han tidak keberatan.

"Silakan. Pang-cu aku tidak keberatan. Tapi aku masih punya satu masalah, aku mohon bantuan dari Cian-pwee!" kata nona Han.

"Jangan sungkan-sungkan, katakan saja!" kata Liok Kun Lun.

"Hidup matinya Ayahku belum diketahui, maka sebaiknya sisa harta kami ini tolong Pang-cu bawa semua dan serahkan pada para pejuang!" kata nona Han.

Mendengar ucapan nona Han tentu saja dua pengemis tua itu kaget bukan main. Harta keluarga Han sangat banyak. Konon jika semua diuangkan, uangnya bisa untuk membeli sebuah kota. Ini belum terhitung kekayaan yang lainnya.

”Orang-orang yang membakar rumah keluarga Han itu tidak mengambil barang milik berharga ini." pikir Lauw Kun Lun. "Sungguh mengherankan? Jika yang membunuh itu Han Tay Hiong. mengapa dia tidak mengatur dulu. Misalnya dia menyingkirkan semua barang berharga agar tidak ikut terbakar. Jika ini perbuatan musuh, mengapa dia tidak mengambil kekayaan keluarga Han ini?"

Semula dia berpikir semua itu perbuatan Han Tay  Hiong. Setelah menyaksikan banyak benda berharga yang terbakai hangus, dia jadi ragu sendiri. Bahkan Kok Siauw Hong pun heran dan kagum saat mendengar nona Han menyumbangkan hartanya untuk para pejuang tanah air.

"Nona Han. kau mulia dan gagah Kau pantas disebut pendekar wanita!" kata Kok Siauw Hong. "Nona Han berhati mulia, aku si Pengemis Tua kagum. Tapi jika ayahnya pulang, apakah dua tidak akan marah dan menyalahkan tindakannya?" kata Lauw Kan Lu.

Kiok Kun Lun mengangguk.

"Baik Nona Han. kau menyumbang dengan tulus hati kami senang. Kami mewakili para pejuang mengucapkan terima kasih."

Liok Kun Lun mengawasi ke arah Lauw Kan Lu. "Kau tinggal di sini mengurus hal ini. Aku akan membawa Pauw Ling ke markas cabang untuk mengobatinya."

Lauw Kun Lun mengangguk

Liok Kun Lun langsung memapah Pauw Ling sambil berkata pada Kok Siauw Hong.

"Kok Hian-tit. kau juga ikut aku!" katanya.

"Baik." kata Kok Siauw Hong yang lalu menoleh ke arah nona Han. "Nona Han. kau tunggu di sini aku akan ke mari lagi!"

Liok Kun Lu memapah Pauw Leng diikuti oleh Kok Siauw Hong. mereka meninggalkan rumah Han Tay Hiong. Sesampai di jalan gunung dia lepaskan Pauw Leng.

"Sudah. Pauw Lo-sam. kau jangan berpura-pura lagi.

Kau harus berjalan sendiri!" kata Liok Kun Lun.

"Liok-lo-ya-cu." kata Pauw Leng. ”aku sudah dua hari tidak makan. Aku sangat kelaparan. Jika terpaksa aku memang hisa berjalan sendiri, tapi aku tidak akan sanggup mengikutimu." sahut Pauw Leng.

Wajahnya berubah murung. Liok Kun Lun tertawa. "Dasar mulut maling! Baik. aku akan membuatmu kenyang!" kata Liok Kun Lun.

Pengemis tua itu menurunkan buli-buli araknya. Dia keluarkan seekor ayam panggang dari saku bajunya, ayam panggang itu dia berikan pada Pauw Leng.

"Ayam ini pemberian Lauw Kan Lu untukku, sekarang makanlah untukmu!" kata Liok Kun Lun.

Pauw Leng menyantap panggang ayam dan minum arak.

Tak lama dia seka mulutnya.

"Hm! Harum sekali arak ini. sayang cuma sedikit. Mari kita berangkat!" kata Pauw Leng.

Pauw Leng sekarang bisa jalan dengan gagah dan cepat.

Kok Siauw Hong keheranan melihat kejadian itu.

"Dia tak apa-apa. Tadi dia hanya pura-pura. Mengapa dia harus berbuat begitu?" pikir Kok Siauw Hong.

Tak lama mereka sudah sampai di markas cabang Kay- pang. Liok Kun Lun mengajak mereka ke ruang rahasia. Di sini baru Liok Kun Lun bicara.

"Nah. Pauw Lo-sam. kau sekarang boleh bicara. Apa yang sebenarnya telah terjadi?" kata Liok Kun Lun.

Dia awasi Kok Siauw Hong. dia malu-malu untuk segera bicara. Liok Kun Lun tertawa

"Semua orang tahu bahwa kau Miauw-ciu-sin-touw. Mau apa kau masuk ke rumah orang she Han itu? Sudah lekas kau bicara jangan mau-malu!" kata Liok Kun Lun.

"Liok-lo-ya-cu orang yang pengertian, aku memang seorang pengusaha tidak bermodal, aku ke sana tentu saja untuk mencuri." kata dia.

Liok Kun Lun tertawa. "Kau terlalu berani. Kau bukan mencuri di tempat lain malah kau datang mencuri di rumah Han Tay Hiong!" kata Liok Kun Lun.

"Di Lok-yang memang banyak orang kaya. tapi tidak ada yang sekaya Han Tay Hiong. Maka itu aku ke datang ke rumahnya." kata Pauw Leng.

"Dari mana kau tahu Han Tay Hiong sangat kaya?" tanya Liok Kun Lun.

"Pekerjaanku menjadi pencuri, oleh karena itu aku harus banyak menyebar orang untuk mencari informasi yang akurat. Tahun lalu Han Tay Hiong membeli banyak barang- barang antik yang mahal harganya Dari sesama malinglah aku mendapat keterangan ini. Maka itu aku jadi tahu dengan jelas." kata Pauw Leng.

"Kau tahu tentang kekayaannya, apakah kau juga tahu dia seorang yang berilmu tinggi?" kata Liok Kun Lun. "Jika kau berhadapan dengan salah seorang pelayannya pun. kau akan repot sekali. Apalagi kau harus menghadapi Han Tay Hiong. Apa matamu telah buta karena harta itu hingga kau lupa pada keselamatan nyawamu sendiri?"

"Tidak! Aku bukan buta oleh kekayaannya, tapi ...aku tidak tahu mengenai asal-usul Han Tay Hiong ini. Kau ketua Kay-pang tentu kau tahu siapa dia?" kata Pauw Leng. Liok Kun Lun manggut.

"Tidak heran kalau kau tidak tahu asal-usulnya, karena Han Tay Hiong sudah menutup diri selama duapuluh tahun. Tak heran kaum Rimba Persilatan biasa atau golongan muda jadi tidak tahu siapa dia? Dia adalah pesilat berilmu tinggi!" kata Liok Kun Lun.

Pauw Leng manggut. "Kau benar, kalau tidak masakan Beng Cong-piauw- tauw bersedia mengantarkan puterinya yang akan menikah di Yangcou?" kata Pauw Lena.

Ketika itu wajah Kok Siauw Hong berubah merah.  Entah Pauw Leng tahu atau tidak, bahwa calon menantu Han Tay Hiong itu adalah dia.

"Sudah kau jangan ngawur! Ceritakan saja setelah kau ada di dalam rumah Han Tay Hiong." kata Liok Kun Lun.

"Saat aku sampai di rumah Han Tay Hiong. lampu di kamar baca Han Tay Hiong belum dimatikan. Kemudian aku dengar ada orang yang bicara. Aku mengendap-endap mendekati jendela kamar itu. Maksudku akan meniupkan obat bius supaya mereka semua tertidur!" kata Pauw Leng.

"Apa kau berhasil meniupkan obat bius itu?" kala Liok Kun Lun.

"Belum!" kata Pauw Leng sambil menggelengkan kepalanya. "Untung belum sehingga mereka tidak tahu aku ada di situ. Saat itu Han Tay Hiong sedang bicara dengan seseorang. Aku hanya mendengar dua patah kata dan aku jadi kaget."

"Kau tahu, siapa orang yang bicara dengan Han Tay Hiong itu?" kata Liok Kun Lun. "Apa yang mereka bicarakan hingga kau kaget sekali?"

"Orang itu pelayan Han Tay Hiong." sahut Pauw Leng. "Sayup-sayup aku mendengar kata-katanya. "

"Apa yang dikatakannya?" desak Liok Kun Lun.

"Dia bilang "Kali ini aku telah membunuh Ho-pak Samhiong (Tiga Orang Gagah dari Ho-pak)." kata Pauw Leng menirukan suara pelayan Han Tay Hiong. "Aku menyesal sekali!" Mendengar keterangan Pauw Leng itu Kok Siauw Hong terkejut sekali.

"Ho-pak Sam-hiong itu orang gagah di Dunia Persilatan. Bagaimana pelayan tua itu malah membunuh mereka?" pikir Kok Siauw Hong.

"Mengapa dia bunuh Ho-pak Sam-hiong. apa dikatakannya?" kata Liok Kun Lun.

"Ya," kata Pauw Leng lalu dia meneguk arak, "dia bilang saat dia akan pulang, di Yun-kang dia bertemu dengan mereka. Mereka bertanya kepada pelayan itu, apa yang si pelayan tua lihat dan lakukan di Ho-lim? Pelayan tua itu bilang, selain majikannya, orang lain tidak boleh tahu. Ketika Han Tay Hiong mendengar keterangan pelayan tua itu bilang begitu, Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu sangat setia kepadanya."

Setelah mendengar ucapan Pauw Leng kembali Kok Siauw Hong kaget. Karena Ho-lam ibukota Kerajaan Mongol, dia heran mengapa Han Tay Hiong mengutus pelayan tua itu ke sana?

"Empat tahun yang lalu Siang-koan Hok singgah di kota Lok-yang," pikir Kok Siauw Hong. "Waktu itu perang belum berkobar, katanya Paman Han menjamu Siang-koan Hok di rumahnya. Itu masih bisa dimaklumi karena antara Mongol dan kerajaan Song belum terjadi peperangan. Tapi sekarang pasukan Mongol telah memasuki wilayah Tiong- goan, anehnya Paman Han masih mengutus pelayan tua itu ke kota Ho-lim. Ini bukti bahwa Paman Han benar-benar bersekongkol dengan bangsa Mongol?"

"Lalu bagaimana selanjutnya?" kata Liok Kun Lun. "Setelah Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu, wajah

si pelayan tua malah jadi murung," kata Pauw Leng. "Apa yang dikatakannya?" kata Liok Kun Lun.

"Dia bilang, saudara paling tua dari Ho-pak Sam-hiong melihatnya. Saat si pelayan tua tidak menjawab, lalu dia berkata, 'Baiklah! Tak apa kau tidak mau bicara, tapi aku sudah tahu jelas sekali. Kali ini kau menerima perintah majikanmu ke Ho-lam untuk menemui Siang-koan Hok dan pasti dia menulis surat untuk majikanmu. Cepat kau perlihatkan surat itu kepadaku!" katanya. Si pelayan tua bilang, 'Memang surat itu ada padaku, tapi tidak bisa kuperlihatkan kepadamu. Ketua Ho-pak Sam Hiong gusar. 'Baik, karena kau tidak bersedia menunjukkan surat itu, kami akan merebut surat itu dari tanganmu!' Akhirnya mereka berkelahi. Sekalipun pelayan tua itu tidak berniat membunuh mereka, tetapi akhirnya Ho-pak Sam Hiong binasa di tangannya." kata Pauw Leng.

Liok Kun Lun menghela napas panjang.

'Oh. Tidak kusangka Ho-pak Sam-hiong harus mati dengan penasaran. Tapi tadi kau bilang pelayan tua itu sangat menyesal, jadi dia masih punya hati nurani juga," kata Liok Kun Lun.

"Aku kira begitu," kata Pauw Leng. "Tapi Han Tay Hiong berpikir lain. Dia bilang pada si pelayan, ''Ho-pak Sam-hiong sudah tahu kau pelayanku, tapi mereka berani membuat kau susah. Mereka sudah sepantasnya binasa!' Tapi pelayan tua itu bilang begini, 'Tuan Besar tidak boleh bilang begitu! Mereka para pendekar termasyur, hanya karena sepucuk surat akhirnya mereka harus binasa. Mana aku bisa tenang. Aaah! Tahun ini umurku sudah  tahun, sekalipun selama ini aku sering melakukan perbuatan yang tidak terpuji, kali ini aku melakukan kesalahan besar!' Mendengar ucapan pelayan tua itu Han Tay Hiong marah. "Tak perlu kau menysal, serahkan surat itu kepadaku!' Tapi dijawab oleh si pelayan tua, 'Tuan Besar, maafkan hamba!' pelayan tua itu kelihatan gugup sekali. Dia tidak mau menyerahkan surat itu. Wajah Han Tay Hiong berubah merah padam. 'Kenapa, apa surat itu hilang?' tanya Han Tay Hiong.

”Tidak! Surat itu ada padaku,' jawab si pelayan tua. Han Tay Hiong mengerutkan dahinya.

”Kalau begitu mana surat itu?'

”Surat itu ada, tapi sudah dibuka! Aku minta maaf Tuan Besar!”

Wajah Han Tay Hiong berubah gusar bukan main. ”Siapa yang membuka surat itu?”

”Aku, Tuan Besar!”

Han Tay Hiong melotot. ”Kenapa kau buka?”

”Karena aku merasa berdosa pada Ho-pak Sam-hiong. sebelum Lo Toa (Saudara Tertua) mereka meninggal, aku ingin memenuhi permintaannya yang terakhir...” kata si pelayan lua.

”Kalau begitu dia sudah melihat surat itu?” kata Han Tay Hiong.

Pelayan tua itu mengangguk.

”Ya, saat itu dua saudaranya yang lain telah mati. Dia bilang kepadaku, 'Kau sangat setia kepada majikanmu, aku tidak menyalahkanmu. Tapi surat itu sangat penting, kau harus menunjukannya kepadaku, agar aku tidak mati penasaran.' Aku pikir dia hampir mati. Sekalipun dia membaca surat itu, dia tidak bisa membocorkannya kepada orang lain. Lalu kurobek sampul surat itu. Kemudian kuperlihatkan kepadanya. Setelah membaca surat itu dia menghela napas panjang, 'Ternyata dugaanku tidak salah!' Saat itu aku terheran-heran, lalu aku bertanya, 'Maksudmu?' Dia balik bertanya, 'Kau mengerti tulisan Mongol?' kata Lo Toa. Lalu aku jawab aku mengerti sedikit. Dia berkata lagi, 'Bacalah sendiri!

Jika kau setia pada majikanmu, sebaiknya surat ini jangan sampai jatuh ke tangannya!' Ketika aku mau bertanya lagi, dia telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Lalu kubaca surat itu.”

Han Tay Hiong membentak. “Kau sudah membaca surat itu?”

”Ya! Bahkan hamba siap dihukum apapun.” kata si pelayan.

”Kau ikut aku sudah puluhan tahun, tidak kusangka kau berani berbuat begitu!” kata Han Tay Hiong. "Tapi mengingat jasamu yang besar telah mengantarkan suratku, maka untuk sementara hukumanmu ditangguhkan. Cepat serahkan surat itu kepadaku!”

”Tapi lebih baik Tuan Besar jangan membaca surat ini!” ”Mengapa?” tanya Han Tay Hiong dengan gusar.

”Lo Toa benar, Tuan Besar sebaiknya tidak membaca surat

ini. Jika Tuan Besar memaksa membacanya, kelak nama baik Tuan Besar akan hancur,” jawab si pelayan tua.

Han Tay Hiong bertambah gusar.

”Omong kosong! Membaca atau tidak itu urusanku, kau jangan ikut campur!” kata Han Tay Hiong.

”Jika Tuan Besar memaksa ingin membacanya, bunuh dulu hamba!” kata si pelayan tua dengan berani.

Han Tay Hiong kaget dan gusar. ”Jadi kau tetap akan melarang aku membacanya?” kata Han Tay Hiong.

Pelayan itu mengangguk.

”Itu demi kebaikan Tuan Besar. Tapi jika Tuan Besar berkeras memaksa, apa boleh buat!” kata si pelayan tua.

Dia genggam surat itu erat-erat.

Saat itu Kok Siauw Hong teringat pada sesuatu.

"Oh, surat kulit kambing yang kutemukan itu ternyata surat dari Siang-koan Hok untuk Han Tay Hiong," pikir Kok Siauw Hong.

"Karena surat itu dipertahankan oleh pelayan tua itu, Han Tay Hiong gusar," Pauw Leng melanjutkan ceritanya.

”Apa maksudmu?” kata Han Tay Hiong. Pelayan tua itu menjawab.

”Seorang lelaki sejati, jika telah bicara, kata-katanya sulit dikejar, sekalipun dengan empat ekor kuda! Sekalipun hamba bukan seorang lelaki sejati, namun sudah hamba bilang begitu, tidak mungkin ditarik kembali! Silakan Tuan Besar mau bagaimana?' kata si pelayan tua dengan berani.

Wajah Han Tay Hiong berubah merah. 'Hm!' dia mengeluarkan suara di hidung.

"Aku lihat Han Tay Hiong menggunakan jari tangannya menyentil," kata Pauw Leng. "Yang diserang kepalan tangan si pelayan tua itu! Seketika gigi si pelayan tua gemeretuk, wajahnya berubah kelabu dan keringat dinginnya mengucur. Entah ilmu apa yang digunakan Han Tay Hiong hingga membuat pelayan tua itu tersiksa sekali. Kepalan tangannya mulai terbuka. Tiba-tiba Han Tay Hiong menyambar surat itu. Tapi pada saat itu pelayan tua itu  kembali  memegang  surat  itu  erat-erat,  dan  Han  Tay Hiong hanya berhasil mengambil separuh dari surat itu. Maka robohlah pelayan tua itu dengan sangat menderita."

"Lalu bagaimana selanjutnya?' tanya Liok Kun Lun. "Han Tay Hiong benar-benar gusar," kata Pauw Leng.

"Kemudian Han Tay Hiong berkata dengan nyaring.

'Kau benar-benar tak sayang pada nyawamu?' bentak Han Tay Hiong.

”Hamba tak ingin nama Tuan Besar hancur, silakan Tuan Besar bunuh hamba," jawab pelayan tua itu.

Wajah Han Tay Hiong berubah kehijauan.

”Hm! Apa kau kira aku tak berani membunuhmu?' kata Han Tay Hiong.

Tiba-tiba dia memukul ke arah kepala pelayan tua itu. Tak lama terdengar suara jeritan mengerikan. Batok kepala pelayan tua itu berlubang, darah keluar dari lukanya.

Mendengar cerita itu Liok Kun Lun gusar bukan main. "Kelihatannya Han Tay Hiong itu seorang pria sejati, tak

tahunya dia begitu keji melebihi seekor srigala!" kata Liok Kun Lun.

"Saat kusaksikan kejadian itu," melanjutkan Pauw Ling, "saking ketakutan aku nyaris pingsan. Aku berusaha agar tubuhku tak menggigil, tapi tetap menggigil hingga terdengar oleh Han Tay Hiong. Dia membentak, 'Siapa di luar?' Kemudian dia melancarkan pukulan ke arah jendela."

Pauw Leng diam sejenak, lalu melanjutkan.

"Untung aku bersembunyi di bawah jendela, kalau tidak batok kepalaku bisa hancur. Buru-buru aku pergi. Aku dengar suara Han Tay Hiong mengeluh. Mungkin dia heran mengapa  pukulannya  gagal  mengenai  sasaran.  Han  Tay Hiong keluar akan mengejarku. Tapi untung Thian (Tuhan) masih melindungiku. Kebetulan malam itu rembulan tertutup oleh awan hitam, dia tidak melihatku. Dia melompat ke atas sebuah batu besar, lalu memukul ke empat penjuru. Saat itu aku sedang lari. Ketika aku merasa aku terkena pukulannya, darahku bergolak. Aku tidak tahu apakah aku terluka atau tidak? Tapi jelas aku sudah tidak bisa lari lagi."

Liok Kun Lun dan Kok Siauw Hong saling pandang. "Hm! Tak kusangka dia memiliki pukulan sehebat itu!"

kata Liok Kun Lun.

"Pantas Pauw Leng bergelar Miau-ciu-sin-tou, gin- kangnya memang lihay. Jika bukan dia mungkin tidak akan lolos dari serangan Han Tay Hiong!" pikir Kok Siauw Hong.

Pauw Leng menyeka keringat di keningnya dan menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan ceritanya.

"Aku bingung dan tidak bisa menggunakan hawa murniku lagi. Jika aku lari aku takut langkahku akan terdengar oleh dia. Aku takut dan bingung bukan main," kata Pauw Leng.

"Selanjutnya bagaimana?" tanya Liok Kun Lun tidak sabar lagi.

"Aku sudah tidak bisa kabur lagi," sahut Pauw Leng. "Terpaksa aku harus mencari tempat sembunyi di goa atau gunung-gunungan. Tapi tiba-tiba aku menemukan sebuah akal. Untung Han Tay Hiong tidak mendengar langkahku. Mungkin dia kira aku sudah pergi jauh dari rumahnya. Sekarang dia juga tidak melancarkan serangan seperti tadi..."

Setelah meneguk arak dia melanjutkan. "Dengan hati-hati aku merangkak di tanah, aku tiba di tempat banyak pohonnya. Kebetulan tanah di tempat itu tidak keras. Lalu kugali sebuah lubang dan mengubur diri di sana." kata Pauw Leng.

"Saat kau menggali apa suaramu tak terdengar oleh Han Tay Hiong," kata Kok Siauw Hong.

Pauw Leng tertawa.

"Itu kepandaian khususku, dengan cara begitu aku bisa memasuki setiap rumah orang kaya," kata Pauw Leng terus terang. Aku tahu Han Tay Hiong telinganya tajam, tapi aku menggali tanah dengan kedua tanganku. Jika jaraknya tak terlalu dekat dia tak akan mendengar aku menggali tanah.

Tapi nasibku memang tergantung dari keberuntunganku sendiri. Han Tay Hiong terus mencariku, tapi sebelum dia menemukan aku, para pelayannya sudah berhamburan keluar. Mereka ribut menanyakan ada apa."

'Ada apa, apa ada maling?' mereka bilang.

"Tidak ada,' jawab Han Tay Hiong. 'Kalian ke mari aku mau bicara!'

Saat itu tubuhku sudah terkubur di dalam lubang. Mataku tak melihat apa-apa, tapi telingaku mendengar sesuatu yang mengejutkan.

"Apa yang terjadi?" tanya Liok Kun Lun.

Pauw Leng mengelah napas baru dia melanjutkan.

"Aku mendengar suara jeritan yang menyayat hati. Pasti Han Tay Hiong telah membunuh para pelayannya itu. Bukan main takutnya aku. Aku mengeluarkan sebatang pipa yang selalu aku bawa-bawa, dan memasukkannya ke mulutku, kemudian kupakai untuk mengambil napas. Sedang yang muncul ke permukaan tanah, ya pipa itu." Liok Kun Lun tersenyum.

"Aku sudah menduga pasti kau mengubur diri sendiri. Semula aku kira Han Tay Hiong yang menguburmu, aku heran bagaimana kau bisa tahan demikian lama di dalam tanah. Ternyata kau menggunakan pipa untuk bernapas..." kata Liok Kun Lun.

"Aku tahu hanya ini yang bisa menyelamatkan aku, tapi itu pun hanya untuk sementara waktu saja," kata Pauw Leng sambil menghela napas. "Jika Han Tay Hiong menemukan aku, pasti aku bisa celaka! Cepat atau lambat pasti dia akan menemukan aku. Untung halaman rumahnya demikian luas. Ditambah lagi rumah itu banyak kamarnya. Aku yakin dia tak menyangka aku mengubur diri di tempat itu. Jika dia ingin mencariku itu butuh waktu lama baru akan menemukan aku. Maka aku bilang nasibku tergantung dari keberuntunganku."

Setelah diam sejenak dia melanjutkan ceritanya lagi. "Aku tidak tahu sudah berapa lama aku terkubur di

dalam tanah," kata Pauw Leng, "aku juga tidak tahu di mana Han Tay Hiong berada saat itu? Aku tidak berani keluar dari dalam lubang itu. Perutku terasa lapar sekali, tapi aku takut Han Tay Hiong akan menemukan aku. Aku benar-benar gugup dan panik sekali!" 

Liok Kun Lun tertawa.

"Kau maling sakti, sejak kau jadi maling kau selalu berhasil dengan baik. Kali ini kau tersiksa, itu sudah cukup pantas!" kata Liok Kun Lun.

"Aku lapar mataku berkunang-kunang," kata Pauw Leng melanjutkan ceritanya lagi. "Entah sudah berapa lama kemudian    aku    mendengar    suara    seorang    lelaki dan perempuan datang mencari orang yang masih hidup di rumah itu. Saat itu aku memberanikan diri minta tolong "

Sampai di sini dia awasi Kok Siauw Hong.

"Terima kasih atas pertolonganmu," kata Pauw Leng pada Kok Siauw Hong. "Aku dikeluarkan olehmu dari dalam lubang itu. Jika tak ada kau mungkin aku akan terkubur selamanya di tempat itu! Aku memang berpura- pura seolah napasku hampir putus. Tapi jika aku disuruh keluar sendiri dari lubang itu, aku benar-benar tak  sanggup!"

"Setelah Han Tay Hong membunuh semua pegawainya, apa lagi yang terjadi? Apa kau mendengarnya?" kata Kok Siauw Hong.

"Aku sedang kelaparan hampir pingsan, hinggu aku lak tahu apa-apa lagi," kata Pauw Leng.

"Baik, kau lelah dan ketakutan. Sekarang kau boleh istirahat. Aku tidak tahu apa aku akan menanyakan sesuatu lagi padamu atau tidak? Setelah kau segar aku akan memanggilmu!" kata Liok Kun Lun.

"Baik," kata Pauw Leng.

Seorang pengemis segera membawa Pauw Leng ke sebuah kamar supaya bisa istirahat. Setelah Pauw Leng pergi, Liok Kun Lun bicara dengan Kok Siauw Hong.

"Kok Hian-tit apa kau percaya pada cerita Pauw Leng tadi atau kau mencurigai dia? Menurutku dia sangat ketakutan, aku yakin dia tidak berpura-pura untuk berbohong. Ditambah lagi dia bicara di depanku!" kata Liok Kun Lun.

Dahi Kok Siauw Hong berkerut.

"Ada yang membuatku heran. " kata Kok Siauw Hong. "Mengenai apa?"

"Surat dari Siang-koan Hok itu sangat penting," kata Kok Siauw Hong. "Sesudah Han Tay Hiong membunuh si pelayan tua, mengapa dia tidak mengambil surat yang sepotongnya lagi dari tangan si pelayan tua? Seandainya dia pergi mencari Pauw Leng dan dia tidak berhasil menemukannya, dia masih sempat untuk kembali lagi mengambil surat itu. Baru dia pergi, ya kan?"

Setelah berpikir sejenak Liok Kun Lun mengangguk. "Kau benar. Memang agak aneh? Tapi di dunia ini

memang banyak hal yang aneh-aneh dan di luar dugaan. Siapa tahu ketika itu Han Tay Hiong menemukan sesuatu yang lebih penting sehingga dia harus segera pergi." kata Liok Kun Lun.

Saat itu Lauw Kan Lu muncul ke kamar rahasia. Dia tertawa terbahak-bahak karena girang sekali. Liok Kun Lun heran dan langsung bertanya pada rekannya itu.

"Kan Lu, apa yang kau tertawakan?" kata Liok Kun Lun. "Su-siok, coba kau terka, berapa banyak harta milik Han

Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu.

"Justru aku ingin tahu durimu, tapi kenapa kau girang sekali?" kata Liok Kun Lun.

"Aku tidak tahu berapa jumlah harta Han Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu. "Tapi menurut Pauw Lo Sam harta Han Tay Hiong itu cukup untuk membeli sebuah kota, aku rasa itu benar! Di rumahnya banyak emas dan perak. Untung aku telah mencari belasan saudara kita untuk memindahkan semua barang itu ke dalam empat buah kereta. Sekarang menggirangkan. Pantas saja kau begitu girang." kata Liok Kun Lun.

"Ya, aku girang. Barang-barang itu akan disumbangkan untuk para pejuang. Jangan salah bukan untuk pribadi!" kata Lauw Kan Lu sambil tertawa.

"Sudah, jangan bicara begitu, kau akan ditertawakan oleh Kok Hian-tit. Lekas bawa barang-barang itu ke gudang," kata Liok Kun Lun.

"Baiklah, Su-siok! Malah aku sudah menyuruh beberapa anggota kita agar besok mereka bisa ikut mengawal. Aku akan ke Houw-wie-piauw-kiok untuk minta bantuan pada Beng Cong-piauw-thauw dan beberapa piauw-su lain."

Kemudian dia mengawasi Kok Siauw Hong sambil berkata.

"Kok Siauw-hiap, jika kau tidak punya urusan lain, kau boleh membantu kami supaya barang-barang itu aman di dalam perjalanan."

"Maaf, aku masih harus kembali ke rumah Han Tay Hiong. Lebih baik kalian berangkat lusa saja, aku pasti akan ke mari." kata Kok Siauw Hong.

Lauw Kan Lu tertawa.

"Kau tidak salah semua urusan harus ada awal dan akhirnya. Kau belum resmi membatalkan pertundanganmu dengan nona Han, posisi nona Han masih calon isterimu. Tentu saja kau harus peduli kepadanya! Terus-terang nona Han tidak sama dengan ayahnya. Dia sumbangkan harta ayanya dengan tulus liati, sama sekali dia tidak merasa sayang. Semula aku curiga kepadanya, tapi sekarang tidak. Malah aku salut kepadanya. Kok Siauw-hiap, jika kau tidak jadi membatalkan pertunanganmu itu, aku juga tidak akan mencegah kau menikah dengannya!" kata Lauw Kan Lu. Wajah pemuda itu merah.

"Maksudku bukan begitu, tapi aku sudah berjanji akan menemuinya lagi. Jika aku tidak menepati janjiku itu tidak baik," kata Kok Siauw Hong.

"Benar, rumahnya telah terbakar habis. Semua pelayannya juga mati. Dia sangat berduka, kau harus ke sana menghiburnya," kata Lauw Kan Lu.

"Nona Han berjiwa besar, tapi dari mana Han Tay  Hiong memperoleh harta sebanyak itu?" pikir Kok Siauw Hong.

"Dia nona yang sangat baik, jika dia tahu ayahnya begitu, pasti dia akan berduka sekali," kata Lauw Kan Lu.

"Sudah Kan Lu, jangan nyerocos terus. Sekarang aku tanya kau, apakah kau sudah menemukan orang kita yang mengerti tulisan Mongol itu?" kata Liok Kun Lun.

"Sudah, Su-siok! Untung orang itu belum mengungsi malah aku sudah menyuruhnya menerjemahkan surat ini!" kata

Lauw Kan Lu sambil tertawa.

-o-DewiKZ^~^aaa-o-

Kok Siauw Hong menghentikan langkahnya. Dia ingin tahu apa isi surat itu, dia menghampiri Lauw Kan Lu. Kemudian langsung bicara. "Apa isi surat itu?" tanya Kok Siauw Hong.

"Setelah diterjemahkan, isi surat itu begini : Setelah berhasil, daerah yang di Tiong-goan terserah. Anda

boleh jadi raja....bo!eh pilih sendiri yang mana? Begitu bunyi surat ini," kata Lauw Kan Lu.

Liok Kun Lun menepuk meja.

"Dugaan kita tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Karena adanya sisa surat ini, kita sudah dapat membuktikan,  bahwa Han Tay Hiong memang bersekongkol dengan bangsa Mongol!"

Kok Siauw Hong diam. Hati pemuda ini sangat kacau. Sekalipun surat itu tinggal separuh, namun beberapa kalimatnya sangat jelas. Setelah berhasil itu artinya setelah pihak Mongol berhasil meruntuhkan Dinasti Song, maka Han Tay Hiong akan diangkat menjadi raja di suatu daerah.

"Kok Siauw-hiap, kau masih curiga pada sesuatu?" kata Lauw Kan Lu.

"Tidak! Tapi masalah ini sangat tiba-tiba sekali, sungguh di luar dugaan," sahut Kok Siauw Hong.

"Atas dasar surat ini, kecurigaan kita kepada Han Tay Hiong tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Membunuh pelayan dan membakar rumah, itu pasti perbuatannya! Dengan akalnya ini dia ingin mengacaukan kita agar dia lebih leluasa menyambut kedatangan pasukan Mongol dari bagian dalam!"

"Kalau begitu dia belum mati!" kata Kok Siauw Hong. "Bagaimana?  Aku  lihat  kau  belum  percaya  bahwa dia

seorang  pengkhianat?  Jelas  dia  belum  mati,  malah  aku

yakin dia masih ada di Lok-yang!" kata Lauw Kan Lu.

Liok Kun Lun mengerutkan dahinya.

"Kita menghadapi kesulitan. Aku khawatir sewaktu- waktu pasukan Mongol akan masuk ke kota Lok-yang! Jika kita mengantarkan harta itu untuk  para pejuang,  bukankah itu malah akan menggirangkan Han Tay Hiong? Dia bisa terus bersekongkol dengan bangsa Mongol. Lalu siapa yang akan mengungkap kejahatannya?" kata Liok Kun Lun.

"Siapa tahu ini malah sebuah perangkap?" kata Lauw Kan Lu. "Han Tay Hiong membiarkan kita mengambil hartanya, aku yakin sia tentu akan berusaha mengambilnya kembali! Sudah jelas dia tidak akan membiarkan kita aman sampai di tempat tujuan. Saat kita sedang berusaha keras mengantarkan harta itu pada para pejuang, sementara dia dengan leluasa bisa bergerak di dalam kota."

"Benar, oleh karena itu kita harus membuat rencana," kata Liok Kun Lun. "Pertama-tama kita selidiki dulu jejaknya Kok Hian-tit, aku kira masalah ini akan merepotkan kau. Sekarang puteri Han Tay Hiong sudah ada di sini. Aku yakin diam-diam dia akan menemui ayahnya. Han Tay Hiong akan berbohong untuk mengelabui puterinya agat tidak tahu perbuatan dia yang sebenarnya!"

"Baik, aku akan segera menemui nona Han. Jika aku mendapat kabar aku akan memberitahu kalian di sini!" kata Kok Siauw Hong.

"Baik! Tapi sebelum semuanya jelas kau jangan bicara apaapa, supaya nona Han tidak risau," kata Lauw Kan Lu.

"Aku tahu," jawab Kok Siauw Hong.

Dia langsung pamit dan berangkat ke rumah Han Tay Hiong.

Di jalan pikiran Kok Siauw Hong jadi kacau. Dia tidak tahu dari mana Han Tay Hiong bisa memiliki demikian banyak harta yang sangat berharga itu? Sekalipun Lauw Kan Lu berpendapat bahwa semua itu siasat Han Tay Hiong. Dia sengaja meninggalkan semua hartanya, tetapi Kok Siauw Hong tidak setuju pada pendapat Lauw Kan Lu itu. Dia heran kenapa Han Tay Hiong tidak membawa hartanya yang demikian banyak itu?

"Aku yakin Paman Han dengan susah-payah mengumpulkan harta itu, tidak semudah itu dia mau melepaskannya?" pikir Kok Siauw Hong. "Sekalipun Lauw Kan Lu bilang dia akan merampas kembali hartanya itu, pekerjaan yang harus dia kerjakan itu sulit sekali! Kalau benar itu siasatnya, aku kira itu siasat yang sangat bodoh!"

Mengenai separuh surat yang sudah disalin itu, Kok Siauw Hong sudah menyampaikan kecurigaannya. Bahkan Liok Kun Lun tidak berhasil memberi jawaban yang tepat. Dia hanya menerka bahwa Han Tay Hiong bertemu masalah lain yang lebih penting, hingga ia tidak sempat mengambil sisa surat di tangan pelayan tua itu.

"Tak salah di dunia ini memang banyak masalah yang terjadi di luar dugaan. Mungkinkah begitu? Tapi tidak masuk akal!" pikir Kok Siauw Hong.

Kok Siauw Hong terlalu yakin pada pendapat ayahnya. Dia kurang yakin pada pendapat Liok Kun Lun yang mengatakan bahwa Han Tay Hiong penjahat besar.

"Ayahku dan Paman Han bersahabat sudah puluhan tahun lamanya," pikir Kok Siauw Hong. "Sekiranya Paman Han itu penjahat seperti yang dikatakan Liok Kun Lun, mana mungkin puluhan tahun tak sekalipun menunjukkan boroknya di depan Ayahku? Aku tahu Ayahku sangat benci kepada kejahatan. Apakah Ayahku tidak tahu sifat Paman Han? Jika dia tahu aku yakin Ayahku tidak akan menjodohkan aku dengan puteri Paman Han?"

Dia berjalan terus tapi sambil berpikir.

"Ayah selalu memuji Paman Han lurus dan gagah, dia bilang    Paman    Han    pantas    disebut    sebagai   seorang pendekar. Ayah menjodohkan aku mungkin karena merasa cocok dengan Paman Han dan bukan karena kekayaan Paman Han. Namun Paman Han begitu kaya, tapi Ayah tak pernah menyinggung masalah itu. Apa Ayah tidak tahu soal ini? Lalu mengapa Paman Han tidak bilang tentang kekayaannya pada Ayahku? Jika demikian Paman Han membohongi Ayahku, jadi dalam masalah lain pun  bisa jadi begitu?"

Kok Siauw Hong bingung bukan main. Dia tidak yakin pada ucapan Liok Kun Lun maupun Lauw Kan Lu, tapi ia juga tidak berani mengatakan bahwa Han Tay Hiong itu orang baik. Saat berjalan sambil berpikir mendadak Kok Siauw Hong ingat sesuatu.

"Mengapa aku sampai melupakan barang bukti yang begitu penting?" pikirnya.

Ketika baru tiba dan sedang menyelidik di rumah Han Tay Hiong, dia pernah mengorek darah beku di kepala pelayan tua itu. Ketika itu dia ingin memeriksa darah itu di markas cabang Kay-pang tadi. Tapi Liok Kun Lun menyuruhnya segera pergi hingga dia lupa barang itu.

Malam itu rembulan bersinar terang. Ketika Kok Siauw Hong ingat pada darah beku itu, kebetulan saat itu dia berada di tepi sungai. Air sungai itu sangat jernih dan ikan- ikan yang sedang berenangpun kelihatan jelas sekali.

"Akan kuperiksa darah itu, aku kira belum terlambat!" pikir pemuda ini.

Dia memeriksa ke sekitarnya sampai dia melihat sebuah lubang berair dan air itu langsung menuju ke sungai. Dia keluarkan darah beku dari sakunya Darah beku yang ada dalam sapu tangan itu dia hancurkan, lalu dia masukkan ke dalam lubang berair itu. Air sungai masuk ke lubang kemudian  berbalik  lagi  ke  sungai.  Selang  beberapa  saat ikan-ikan yang tadi asyik berenang itu, sudah langsung terapung ke permukaan air mati semua. Padahal darah beku yang dipercikan oleh Kok Siauw Hong sedikit sekali. Begitu air di lubang masuk ke sungai bisa meracuni semua ikan- ikan itu. Sudah sejak awal Kok Siauw Hong mengira bahwa darah beku itu beracun, tapi dia tidak menduga begitu dasyatnya racun tersebut. Hal ini membuat Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Tapi sesudah itu dia jadi girang bukan main.

"Paman Han bukan pembunuhnya! Paman Han bukan pembunuhnya!" kata dia.

Lwee-kang Han Tay Hiong adalah lwee-kang aliran lurus Sedang orang yang punya lwee-kang lurus tidak bisa melatih lwee-kang pukulan beracun. Jika dia lakukan juga dia bisa melukai diri sendiri. Itu yang diketahui oleh Kok Siauw Hong.

Empat tahun yang lalu Kok Siauw Hong datang ke rumah Han Tay Hiong. Dia tahu Han Tay Hiong bisa pukulan Pan-juciang (Ilmu Pukulan Lunak), ilmu pukulan aliran Buddha yang harus digunakan dengan lwee-kang aliran lurus. Maka tidak mungkin dalam waktu empat tahun Han Tay Hiong akan berhasil memiliki pukulan beracun.

"Jadi siapa pembunuh itu? Siu-lo-im-sat-kang pun tidak beracun sekali seperti itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Aah benar! Kalau begitu Paman Han bertemu dengan musuh yang sangat lihay, tapi aku yakin bukan Chu Kiu Sek! Aku harus segera menemui Liok Pang-cu untuk memberitahu dia!"

Saat Kok Siauw Hong akan kembali ke markas Kay- pang, dia berpikir lain. "Nona Han ada di sini, orang itu membunuh semua pelayannya. Pasti orang itu pun tidak akan melepaskan nona Han hidup-hidup! Dia sekarang sendirian di rumahnya, ini berbahaya! Lebih baik aku menemuinya dulu!" pikir Kok Siauw Hong.

Tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar suara dengusan, suara itu terdengar dingin. Dia kaget lalu membentak.

"Siapa?" kata Kok Siauw Hong.

Tetapi tidak ada jawaban. Kok Siauw Hong mengerahkan gin-kang Pat-pou-kan-tan (Delapan langkah meluncur), dia melompat ke arah suara dengusan itu. Tapi di tempat itu tidak terlihat ada siapa-siapa.

"Apa aku salah dengar?" pikir Kok Siauw Hong.

Selang sesaat Kok Siauw Hong menggunakan ilmu "Coanim-jip-pek" (Ilmu menyampaikan suara ke delapan telinga).

"Sahabat, apakah kau tahu dengan jelas tentang keluarga Han, silakan Anda keluar untuk memberi petunjuk padaku!" kata Kok Siauw Hong.

Tadi saat dia girang bukan main dan berkata, "Paman Han bukan pembunuhnya!" tiba-tiba dia mendengar suara dengusan itu. Dia pikir orang itu menganggap dia ini ceroboh. Dia yakin saat dia gunakan ilmu menyampaikan suara, orang itu pasti mendengar suaranya. 

"Ah, barangkali aku terlalu tegang!" pikir Kong Siauw Hong. Bisa jadi aku salah dengar. Mungkin itu suara burung malam, jika ada orang pasti dia akan menampakkan diri!" pikir Kok Siauw Hong.

Dia kembali ke tempat semula. Dia tutup lubang air itu agar racunnya tak mengalir ke sungai, karena bisa meracuni semua makhluk hidup di sungai itu. Baru kemudian dia berjalan menuju ke rumah nona Han.

Saat itu nona Han sedang duduk melamun. Dia awasi rumahnya yang sudah hancur luluh. Dia anggap itu merupakan sebuah mimpi buruk yang tidak dia duga sejak awalnya-Sudah duapuluh tahun dia tinggal di rumah itu. Para pelayannya sangat baik kepadanya. Dia juga banyak menanam bunga. Pada masa kecilnya dia sangat gembira bermain di taman bunga dan menangkap kupu-kupu. Setelah dewasa ia berlatih pedang di sana. Sekarang semua telah berubah. Semua telah sirna.

Dia masih ingat saat ayahnya mengantarkan dia naik kereta dan menyuruh Chan It Hoan dan Liok Hong bersama para piauw-su yang disewa ayahnya mengantarkannya ke Yang-cou untuk menikah. Ayahnya mengucapkan selamat jalan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar