Bab 12 Meninggalkan Kuburan Tua
Panorama di gunung Bu TOng
sungguh indah meNak,ubkan. Terdengar kicauan burung dan suara aiHerjun, hawa
udara di situ pun sejuk menyegarkan.
Pagi ini tampak seorang pemuda
sedang mendaki gunung itu melalui jalan yang sempit.
Pemuda itu adalahThioHan
Liong, telah tiba di gunung tersebut. Tiba-tiba muncul belasan orang, dan
mereka menatap Thio Han Liong dengan tajam sekali-
"Anak muda" tanya
salah seorang dari mereka.
"Mau apa engkau ke mari?
Ini adalah tempat Bu TOng Pay"
"Maaf" ucap Thio Han
Liong-
"Apakah aku berhadapan
dengan murid-murid Bu Tong Pay?"
"Betul" sahut orang
itu-
"Cepat katakan siapa
engkau dan mau apa ke mari?"
"Namaku Thio Han Liong-
Aku kemari ingin menemui guru-guru kalian." sahut Thio Han Liong.
"Thio Han Liong? Kami
tidak pernah mendengar namamu. AYoh cepat pergi" bentak salah seorang yang
lain dengan sikap kasar pula.
"Aku ingin menemui Kakek
song. Kakek In dan lainnya" ujar Thio Han Liong dengan sabar.
"saudara-saudara
sekalian, aku harap kalian sudi mengantarku ke sam Cing Koan (Kuil Bu Tong Pay)
menemui beliau-beliau itu"
"Engkau punya hubungan
apa dengan guru-guru kami?" tanya orang itu dengan kening berkerut.
"Hubungan kami erat
sekali" sahut Thio Han liong.
"saudara-saudara
sekalian, percayalah"
"suheng" ujar yang
lainnya lagi.
"Lebih baik kita antar
dia menemui guru."
"Bagaimana kalau dia
bohong?" tanya orang yang dipanggil suheng itu.
"Engkau mau
bertanggung-jawab?"
"Aku...." orang itu
menundukkan kepala.
"Saudara, percayalah
kepadaku" ujar Thio Han Liong, dan kemudian mendadak bergerak
memperlihatkan beberapa jurus Thay Kek Kun.
"Tentunya kalian tahu
ilmu silat apa yang kuperlihatkan barusan, bukan?"
"Dari mana engkau mencuri
belajar Thay Kek Kun?" bentak orang uang dipanggil suheng itu.
"sudah kukatakan tadi,
bahwa aku punya hubungan erat dengan Bu TOng Pay. Aku harap kalian sudi
mengantarku ke sam Ctng Koan menemui guru-guru kalian"
"TOa suheng, kelihatannya
dia tidak bohong, lagi pula dia bisa Thay Kek Kun pertanda dia punya hubungan
dengan partai kita."
TOa suheng itu berpikir lama
sekali, setelah itu barulah mengangguk-
"Baiklah- Mari ikut kami
ke atas"
"Terima kasih," ucap
Thio Han Liong, lalu mengikuti mereka ke atas, menuju sam Cing Koan.
sampai di depan kuil tersebut.
Toa suheng menyuruh Thio Han Liong menunggu di situ, lalu ke dalam untuk
melapor kepada gurunya.
Berselang beberapa saat. si
Toa suheng itu sudah kembali ke situ dan berkata kepada Thio Han Liong.
"Guru sudah menunggu,
mari ikut aku ke dalam"
"Terima kasih." ucan
Thio Han Liong, la mengikuti orang itu ke dalam dengan wajah berseri, sebab
akan bertemu sucouw Thio sam Hong dan lainnya.
Di ruang depan tampak duduk
beberapa orangtua. yakni song Wan Kiauw, jie Thay Giam, Thio song Kee dan jie
Lian Cu.
"Guru" orang itu
memberi hormat dan melapor.
"Pemuda ini yang ingin
menemui Guru. Dia pun bisa Thay Kek Kun."
song Wan Kiauw menatap Thio
Han Liong dengan tajam sekali-
"Anak muda, siapa engkau
dan dari mana engkau belajar Thay Kek Kun?"
"Kakek" panggil Thio
Han Liong sekaligus bersujud di hadapan mereka dan memberitahukan.
"Ayah yang mengajarku
Thay Kek Kun. Namaku Thio Han Liong"
"Thio Han Liong?"
song Wan Kiauw menatapnya
dengan penuh perhatian,
"siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Thio Bu
Ki."
"Apa?"
song Wan Kiauw terbelalak,
begitu pula yang lain.
"Engkau... engkau adalah
anak Thio Bu Ki?"
"Betul."
Thio Han Liong mengangguk.
"ibuku adalah Tio
Beng."
"Tidak salah-"
song Wan Kiauw tertawa
gembira.
"Nak, bangun dan duduklah
Mari kita bercakap-cakap"
"Ya, Kakek-"
Thio Han Liong seaera bangun
dan duduk, sedangkan song Wan Kiauw segera memperkenalkan dirinya dan yang
lain.
"Han Liong, aku adalah
song Wan Kiauw, mereka adalah jie Lian ciu, Thio song Kee dan Jie Thay Glam"
"Kakek song, bukankah
masih ada Kakek In?" tanya Thio Han Liong.
"Di mana beliau?"
"Dia sedang pergi ke
Siauw Lim Sie karena ada urusan," sahut song wan Kiauw dan bertanya.
"Han Liong, bagaimana
kabar ke dua orang tuamu dan tinggal di mana mereka sekarang?"
"Ke dua orangtuaku
baik-baik saja-" Thio Han Liong memberitahukan. Tinggal di Pulau Hong
Hoang To, di Pak Hai-"
"Pulau Hong Hoang
to?"
song Wan Kiauw mengerutkan
kening.
"Di Pak Hai terdapat
pulau itu?"
"Karena di pulau itu
terdapat burung Hong Hoang, maka ayah menamai pulau itu Hong Hoang TO,"
ujar Thio Han Liong,
"oooh" song Wan
Kiauw manggut-manggut.
"Kakek song, bagaimana
keadaan sucouw?" tanya Thio Han Liong.
"Apakah sucouw baik-baik
saja?"
"sucouwmu baik-baik
saja," sahut song wan Kiauw.
"Mari ke ruang meditasi
menemui beliau"
Mereka semua menuju ruang
meditasi. Guru Besar Thio sam Hong sedang duduk bersila di dalam ruang itu
dengan mata terpejam.
"Ada urusan apa kalian ke
mari?" tanya Thio sam Hong. "Apakah In Lie Heng sudah pulang dari
Siauw Lim sie?" "In Lie Heng belum pulang. Guru,"jawab song Wan
Kiauw. "Tapi ada seorang tamu istimewa ke mari."
"Tamu istimewa yang masih
muda?" tanya Thio sam Hong tanpa membuka matanya, itu sungguh membuat Thio
Han Liong kagum.
"Ya." song Wan Kiauw
mengangguk-"Kalian, duduklah" ujar Thio sam Hong.
Mereka segera duduk, namun
Thio Han Liong justru bersujud di hadapan guru besar itu.
"Anak muda, kenapa engkau
bersujud di hadapanku?" tanya Thio sam Hong.
"sucouw, terimalah sujud
Han Liong" ucap Thio Han Liong.
"Engkau memanggilku
sucouw?" Thio sam Hong heran dan perlahan-lahan membuka matanya, lalu
menatap Thio Han Liong dengan tajam.
"Anak muda, siapa engkau
dan dari mana asalmu?"
"sucouw, namaku Thio Han
Liong. Aku datang dari Pulau Hong Hoang to, di Laut Utara, ayah Han Liong
adalah Thio Bu Ki."
"Apa?" Thio sam Hong
terbelalak,
"Engkau adalah anak Thio
Bu Ki? Betulkah itu?"
"Betul, sucouw,"
jawab Thio Han Liong.
"Ha ha ha" Thio sam
Hong tertawa gembira.
"Thio Bu Ki sudah punya
anak Thio Bu Ki sudah punya anak Ha ha ha..."
Menyaksikan Thio sam Hong
gembira, song Wan Kiauw dan lainnya juga turut gembira.
"Han Liong,
duduklah" ujar Thio sam Hong dengan wajah berseri.
"Ya, sucouw." Thio
Han Liong seaera duduk-
"Han Liong," tanya
Thio sam Hong penuh perhatian.
"Bagaimana keadaan ke dua
orang tuamu?"
"Ayah dan ibu baik-baik
saja. Namun...."
Thio Han Liong
menggeleng-telengkan kepala. "Wajah ke dua orangtua Han Liong telah
rusak"
"Kenapa wajah ke dua
orangtua mu bisa rusak?" tanya song Wan Kiauw terkejut-
"Apakah telah terjadi
sesuatu atas diri ke dua orangtua mu?"
Thio Han Liong mengangguk.
lalu menutur tentang kejadian penyerbuan para Dhalai Lhama dan pasukan pilihan
Cu Goan Ciang, kematian Ciu Ci Jiak dan ke dua orangtuanya terluka.... wajah ke
dua orangtua Han Liong rusak terbakar
oleh Liak Hwee Tan.
"sungguh keterlaluan Cu
Goan Ciang" jie Lian ciu mengepal tinju.
"Dia sudah menjadi
kaisar, namun masih tetap ingin membunuh Bu Ki Padahal Bu Ki sudah menyingkir
ke pulau itu"
"Hm" dengus song Wan
Kiauw dingin.
"Kita harus ke Kota raja
membunuh Cu Goan Ciang yang tak kenal budi itu"
"song Wan Kiauw. engkau
bukan anak kecil lagi-" tegur Thio sam Hong sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
"Kok masih gampang emosi?"
"Maafkan aku. Guru"
ucap song Wan Kiauw. "Aku...."
"Guru tahu perasaanmu,
namun semua itu telah berlalu," ujar Thio sam Hong lalu memandang Thio Han
Liong seraya berkata.
"Jelaskan tentang luka
ayahmu"
"Tergempur oleh Iweekang
gabungan para Dhalai Lhama...." Thio Han Liong menjelaskan.
"Ayah tidak sanggup
melawan mereka, maka menyuruh Han Liong mohon petunjuk sucouw."
"Luar biasa sekali- ujar
Thio Sam Hong sambil menggeleng-Gelengkan kepala,
"itu adalah Ie Kang Tai
Tik (Memindahkan Lweekang Menggempur Musuh)- ilmu tersebut sudah lama lenyap
ini
rimba persilatan, tak disangka
para Dhalai Lhama Tibet memiliki ilmu itu"
"Guru," tanya jie
Lian Ciu.
"Adakah cara memecahkan
ilmu itu?"
"Tidak ada-" Thio
sam Hong menghela nafas panjang, kemudian bertanya kepada Thio Han Liong.
"apa Dhalai Lhama itu
berjumlah sembilan orang?" "Ya, sucouw." Thio Han Liong
mengangguk.
"Kalau begitu, mereka
pasti mengerti formasi Kiu Kiong, Pat Kwa dan Ngo Heng."
Thio sam Hong
menggeleng-telengkan kepala.
"Pantas Bu Ki tidak
sanggup melawan mereka. Kalau begitu, tiada seorang jagoan pun di Tionggoan
sanggup melawan para Dhalai Lhama itu"
"Guru," tanya Jie
Lian ciu.
"Apakah tiada cara sama
sekali untuk memecahkan ilmu istimewa itu?"
"Tentu ada. Hanya saja
guru belum memikirkannya."jawab Thio sam Hong dengan kening
berkerut-kerut.
"Coba kalian bayangkan,
betapa dahsyatnya Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu. siapa yang sanggup
menyambut pukulannya?"
"Guru...."Jie Lian
Ciu ingin menanyakan sesuatu,. tapi
kemudian dibatalkannya dan dia
hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Han Liong" Thio sam
Hong menatapnya seraya bertanya. "Apakah engkau sudah menguasai semua ilmu
ayahmu?" "sudah, sucouw," Thio Han Liong mengangguk-"Hanya
saia Iweekangku masih dangkal." "Hmmmm" Thio sam Hong
manggut-mangguh
Kalau begitu, engkau masih
harus berlatih di sini, sucouw akan memberi petunjuk kepadamu."
"Terima kasih,
sucouw," ucap Thio Han Liong girang.
"sekarang kalian boleh
keluar dulu," ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya.lie Lian Ciu
dan lainnya segera keluar, lalu kembali ke ruang depan.
"Han Liong, mungkin tidak
lama lagi engkau akan berkecimpung ke dalam rimba persilatan. Maka aku harus
menceritakan tentang situasi rimba persilatan sekarang" kata Jie Lian ciu.
"Kakek Jie" Thio Han
Liong memberitahukan.
"Aku pernah
berkelana...."
Thio Han Liong menutur tentang
dirinya ditangkap oleh para Dhalai Lhama, cara bagaimana meloloskan diri dan
lain sebadainya. Jie Lian Ciu manggut-manggut sambil tersenyum.
"Han Liong, itu merupakan
pengalaman yang amat berharga bagimu-" lalu ia menceritakan tentang
situasi kondisi persilatan sekarang, juga mengenai kemunculan empat jago dan
pembunuh misterius lalu menambahkan dengan wajah serius
"-- belum lama ini justru
muncul lagi sebuah perkumpulan misterius-"
"oh?" Thio Han Liong
tertegun, "perkumpulan apa itu?" tanyanya-
"Hek liong pang
(Perkumpulan Naga Hitam)." Jie Lian ciu memberitahukan.
"Kemunculan Hek liong
pang telah menggemparkan rimba persilatan, sebab ketuanya berkepandaian sangat
tinggi sekali-Tiada seorang pun tahu siapa ketua Hek liong pang itu, bahkan
belum lama ini ketua Hek liong pang itu telah mengalahkan beberapa ketua partai
besar, sasaran berikutnya mungkin Partai Siauw Lim, maka guru mengutus In Lie
Heng ke Siauw lim sie-"
"KakekJie, ketua Hek
liong pang itu lelaki atau wanita?" tanya Thio Han Liong.
"Wanita," sahut jie
Lian Ciu.
"Berusia lima puluhan,
tapi masih tampak cantik. Hek liong pang itu sudah berkembang pesat dan sering
membunuh kaum rimba persilatan goiongan putih."
song Wan Kiauw menghela nafas
panjang. "Tak disangka kini rimba persilatan berubah kacau tidak
karuan"
"Han Liong." pesan
jie Lian ciu.
"Kalau engkau sudah berkecimpung
dalam rimba persilatan, harus ber-hati-hati-"
"Ya, Kakek Jie."
Thio Han Liong mengangguk.
Keesokan harinya, Thio sam
Hong mulai memberi petunjuk kepada Thio Han Liong mengenai ilmu silat dan lain
sebagainya, terutama mengenai ilmu Iweekang.
Di dalam sebuah kuburan tua
yang amat besar, tampak Tan Giok Cu dan Yo Sian Sian duduk berhadapan. Kini
gadis itu telah remaja, berusia lima belasan. Parasnya cantik luar biasa dan
putih bagaikan salju.
"Giok Cu" Yo sian
sian menatapnya sambil tersenyum lembut,
"sudah lima tahun lebih
engkau berada di sini dan kini engkau sudah berhasil menguasai ilmuku."
"semua itu adalah atas
gemblengan Guru," ujar Tan Giok Cu sambil tersenyum-senyum.
"selama ini. Guru sangat
baik sekali padaku."
"Giok Cu" Yo Sian Sian
tersenyum lembut.
"Engkau adalah muridku,
tentunya aku harus baik dan menyayangimu."
"Guru...." Tan Giok
Cu menatapnya, kemudian
menundukkan kepala.
"Aku tahu." Yo Sian
Sian manggut-manggut.
"Engkau rindu sekali
kepada Thio Han Liong kan?"
"Ya." Tan Giok Cu
mengangguk.
"Giok Cu" Yo Sian
Sian menatapnya dalam-dalam seraya berkata.
"Hari ini engkau boleh
pulang ke rumahmu, tapi sebelumnya aku harus menceritakan tentang rimba
persilatan kepadamu, itu agar engkau tahu."
"Guru...." Tan Giok
Cu tertegun, "hari ini aku boleh
pulang?"
"ya-" Yo sian Sian
mengangguk. kemudian menceritakan tentang rimba persilatan dan lain sebagainya.
"..... si Mo (iblis
DariBarat) amat jahat dan licik, maka kalau
bertemu dia, engkau harus
berhati hati"
"Ya, Guru."
"Giok Cu...."
Mendadak Yo sian sian menghela nafas
panjang,
"sebetulnya peraturan
KouwBok Pay (Partai Kuburan Tua) sangat ketat sekali. Anak maupun murid
dilarang meninggalkan kuburan tua ini, kecuali ada urusan penting."
"oh?"
"Tapi sejak murid ayahku
diusir, maka ayahku menghapus peraturan tersebut."
"Kalau begitu, aku masih
punya seorang bibi guru?" "Betul." Yo sian Sian mengangguk-
"Bibi gurumu bernama Kwee
In Loan, kini sudah berusia lima puluhan."
"Guru, kenapa bibi guru
diusir?"
"Karena dia sangat jahat,
lagtpula sering meninggalkan kuburan tua ini secara diam-diam maka ayahku
mengusirnya, sebetulnya ayahku sangat menyayanginya, namun
kelakuannya...." Yo Sian sian menggeleng-gelengkan kepala.
"Ketika dia diusir, dia
pun mencuri sebuah kitab salinan Kiu Im Cin Keng."
"Kitab salinan Kiu Im Cin
Keng?"
"ya- Itu adalah kitab
salinan peninggalan kakek moyangku, sin Tiauw Tayhiap Yo Ko-"
"Kalau begitu kepandaian
bibi guru...."
"Aku yakin kepandaiannya
sudah tinggi sekali- sebab hingga kini sudah dua puluh lima tahun tiada kabar
beritanya, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari Kiu Im Cin
Keng itu"
"Guru-..." Tan Giok
Cu menatapnya seraya bertanya-"Kenapa Guru tidak mau menikah?"
"Kini usiaku sudah empat
puluh lebih, tentunya tidak akan menikah lagi-" sahut Yo Sian Sian sambil
tersenyum getir,
"sudah tua, lagi pula aku
tidak pernah mencintai lelaki yang mana pun."
"Dari muda hingga
sekarang Guru tidak pernah mencintai kaum lelaki?" tanya Tan Giok Cu
heran.
Yo sian sian menghela nafas
panjang.
"Belasan tahun lalu, aku
pernah jatuh cinta. Tapi pemuda itu sudah punya pacar, karena itu aku harus
menjauhinya."
"siapa dia?"
"Dia adalah Thio Bu
Ki-"
"Apa?" Tan Giok Cu
terbelalak.
"Ayah Thio Han
Liong?" Yo Sian Sian mengangguk.
"Pada waKiu itu aku
menyelamatkan putri ketua Kay Pang bernama su Hong se ki kemudian bertemu Thio
Bu Ki. Namun dia sudah punya kekasih bernama Tio Beng. setelah itu kami bertemu
lagi di kuil Siauw Lim sie."
Tan Giok Cu manggut-manggut.
"Guru, apakah Han Liong
akan setia terhadapku?"
"Anak itu memang tampan
dan baik hati- tentunya banyak anak gadis yang akan jatuh cinta
kepadanya," sahut Yo Sian Sian.
"Kalau dia mencintaimu
dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati- tentunya dia akan setia terhadapmu.
Akan tetapi- engkau harus ingat satu hal"
"Hal apa?"
"Engkau tidak boleh
cemburu buta. seandainya dia berjalan bersama gadis lain, janganlah engkau
langsung cemburu atau curiga, tanyakan dulu sejelas-jelasnya- Engkau harus
ingat itu"
"Ya, Guru-"
"oh ya" Yo Sian Sian
tersenyum-
"Aku akan menghadiahkan
kepadamu sebilah pedang pusaka yakni Pek Kong Kiam (Pedang ca\f\ai^R
Putih)-"
"Terima kasih.
Guru-"
"Giok Cu" Yo Sian
sian menatapnya lembut-
"Engkau boleh berkemas
sekarang, dan meninggalkan kuburan tua ini-"
"Guru-—" Mata Tan
Giok Cu mulai berkaca-kaca. "Bolehkah aku ke mari menengok Guru
kelak?" Yo Sian sian menggelengkan kepala.
"Tidak usah- Apabila
perlu, aku akan mencarimu dalam rimba persilatan."
"Guru...."
"Cepatlah engkau berkemas"
Mata Yo Sian Sian juga sudah basah-
"Sudah lima tahun lebih,
engkau harus pulang."
Tan Giok Cu sudah meninggalkan
kuburan tua itu dan langsung menuju desa Hok An. la merupakan gadis remaja yang
cantik jelita, maka sangat menarik perhatian kaum lelaki-Namun ada sebilah
pedang bergantung di punggungnya, maka kaum lelaki tidak berani sembarang
menggodanya, karena tahu gadis remaja itu mengerti ilmu silat.
Ketika melewati sebuah rimba,
mendadak muncul belasan orang yang bertampang seram dan bersenjata tajam.
Mereka itu ternyata para perampok-
"Ha ha ha" Kepala
perampok itu tertawa gelak-
"Tak disangka sama
sekali- hari ini kedatangan seorang gaudis remaja uang cantik jelita Kita
sungguh beruntung lho"
Para perampok itu langsung
mengepung Tan Giok Cu. Gagis itu mengerutkan kening, ia sudah tahu bahwa mereka
adalah para penjahat.
"Kalian mau apa?"
bentak Tan Giok Cu-
"He he he" Kepala
perampok tertawa terkekeh-
"Gadis cantik, kenapa
engkau galak?"
Kepala perampok itu
menjulurkan tangannya untuk menowel pipi Tan Giok Cu, namun gadis itu cepat
menghindar.
"Jangan kurang ajar"
bentak Tan Giok Cu lagi-
"Kalau kalian berani
kurang ajar, aku tidak akan memberi ampun kepada kalian."
"He he he" Kepala
perampok itu tertawa terkekeh-kekeh lagi.
"Gadis cantik yang galak
lebih baik engkau menemani aku bersenang-senang. Kalau tidak, engkau akan kami
cincang"
"Hm" dengus Tan Giok
Cu sambil menghunus pedang pusakanya.
Kepala perampok itu terkejut
ketika melihat pedang yang memancarkan cahaya putih. Namun Tan Giok Cu baru
berusia belasan, maka perampok itu meremehkannya.
"Gadis cantiki lebih baik
engkau menemani aku bersenang-senang," ujar kepala perampok itu sambil
menatapnya dengan penuh nafsu btrahi-"Diam" bentak Tan Giok Cu.
"Cepatlah kalian pergi- kalau tidak—."
"Hm" dengus kepala
perampok itu, kemudian berseru kepada anak buahnya,
"tangkap dia"
Para anak buah kepala perampok
itu langsung menyerang Tan Giok Cu dengan senjata masing-masing. Gadis itu menangkis
dengan pedang pusakanya, kemudian balas menyerang dengan Giok Li Kiam Hoat
(Ilmu Pedang Gadis Murni).
Belasan jurus kemudian, sudah
ada empat di antara para penjahat itu terluka. Menyaksikan kejadian itu, kepala
perampok tampak tersentak kaget akan kelihayan Tan Giok Cu.
"Berhenti- bentaknya
mendadak, lalu mendekati gadis itu dengan golok di tangan.
"Gadis cantik, ternyata
kepandatanmu cukup tinggi-sekarang aku yang turun tangan. Maka daripada engkau
terluka, lebih baik menyerah sekarang saja"
"Hai- perampok Aku harus
membasmi" sahut Tan Giok Cu sengit.
"He he he" Kepala
perampok itu tertawa terkekeh-kekeh, kemudian mendadak menyerang Tan Giok Cu.
Gadis itu memang sudah siap,
maka langsung berkelit dengan gesit sekali- sehingga golok kepala perampok itu
menyerang tempat kosong. Di saat itulah Tan Giok Cu mengayunkan pedangnya
menyerang kepala perampok itu. Kepala perampok itu terkejut sekali- tapi
secepat kilat ta meioncat ke belakang kemudian menyabetkan goloknya.
Tan Giok Cu tersenyum dingin,
dan mendadak badannya mencelat ke atas, lalu menggerakkan pedangnya untuk
menangkis golok itu. Ternyata Tan Giok Cu mengeluarkan jurus Giok Li Kiam Hoa
(Gadis Murni MenaburBunga). Trang Terdengar suara benturan pedang dengan golok.
Golok di tangan kepala
perampok itu tinggal sepotong, telah kutung oleh pedang pusaka Tan Giok Cu.
"Haaah?" Wajah
kepala perampok itu berubah pucat pias. "Lihiap, ampunilah aku"
"Hm" Tan Giok Cu
mendengus dingin dan mendadak menggerakkan pedangnya-Crasss
"Aduuuh..."Jerit
kepala perampok itu kesakitan. Lengan kanannya telah kutung sebatas bahu, dan
darah segarnya langsung mengucur deras.
Tan Giok Cu menatapnya dingin
sejeNak, kemudian melesat pergi- sedangkan para anak buah kepala perampok itu
masih berdiri di tempat dengan tubuh menggigil.
Ketika hari mulai gelap, Tan
Ek seng dan Lim soat Hong duduk di ruang depan dengan wajah murung, bahkan
nYonya itu pun sering menghela nafas panjang.
"Isteriku...." Tan
Ek seng menggeleng-gelengkan kepala,
"sudahlah jangan terus
menerus menghela nafas panjang, itu tidak baik-"
Lim soat Hong menghela nafas
panjang lagi seraya berkata-
"Aku tidak habis pikir,
kenapa Giok Cu masih belum pulang?"
"Mungkin...." sahut
Tan Ek Seng menghibur.
"Giok Cu sedang berada
dalam perjalanan ke mari-"
"suamiku...." Lim
soat Hong menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku mulai
mencemaskannya-"
"Tidak usah
mencemaskannya, dia pasti pulang."
"sudah lima tahun lebih,
seharusnya dia sudah pulang. Tapi-—"
Ketika itu, mendadak
berkelebat sesosok bayangan ke dalam- Betapa terkejutnya Tan Ek seng dan Lim
soat Hong, sehingga mereka berdua serentak membentak-
"siapa?"
"Ayah, ibu"
terdengar suara sahutan dari seorang gadis remaja yang berdiri di hadapan
mereka dengan wajah berseri-seri-
"Giok Cu" Lim soat
Hong dan Tan Ek seng terbelalak-
"Nak-—"
Lim soat Hong langsung bangkit
berdiri, dan Tan Giok Cu
menghampirinya dengan mata
bersimbah air. "ibu...."
"Nak-..." Lim soat
Hong membelainya. "Engkau... engkau sudah pulang" "ibu...."
Tan Ek seng juga mendekati
putrinya, kemudian membelainya dengan penuh kasih sayang.
"Nak-..." Wajah Tan
Ek seng tampak berseri-seri. "Engkau sudah besar, ayah nyaris tidak
mengenalimu lagu"
"Ayah-..." Tan Giok
Cu tersenyum-
"oh ya, di mana Bibi Ah
Hiang?"
"Ada, ada di dalam"
sahut Lim soat Hong dan menambahkan.
"AYoh, mari kita duduk
saja"
Mereka bertiga lalu duduk,
dandisaat itulah muncul Ah Hiang. Begitu melihat Tan Giok Cu, Ah Hiang pun
terbelalak-
"Bibi Ah Hiang"
panggil Tan Giok Cu.
"Engkau... engkau adalah
nona kecil?" tanya Ah Hiang seakan tidak percaya sebab kini Tan Giok Cu
sudah besar.
"Betul, Bibi Ah
Hiang" sahut Tan Giok Cu.
"sekarang aku sudah
besar."
"Nona...." Ah Hiang
menghampirinya, kemudian
membelainya dengan gembira
sekali. "Engkau... engkau sudah kembali."
setelah mencurahkan rasa
rindunya, barulah Ah Hiang ke belakang untuk mengambil minuman.
"Nak,"ujar Tan Ek
Seng sambil menatap putrinya d eng a n penuh perhatian.
"Ayah Gembira sekali-
karena kini engkau sudah kembali." "Ayah-" tanya Tan Giok Cu
mendadak-"Apakah Han Liong sudah ke mari?"
"Dia sudah ke mari, tapi
ketika itu engkau belum pulang" sahut Tan Ek seng.
"Maka dia berangkat ke
gunung Bu TOng. Dia berpesan agar engkau tunggu di rumah. sebab dia akan ke
mari lagi"
"oh?" Wajah Tan Giok
Cu ceria.
"Dia juga sudah
besar?"
"Dia pun sudah besar,
bahkan...." Lim soat Hong
tersenyum,
"...bertambah tampan
lho"
"oh ya?" Wajah Tan
Giok Cu agak merah-
"Dia bilang apa
saja?"
"Nak," Tan Ek seng
tersenyum-
"Kami sudah bertanya
kepadanya-"
"Ayah dan ibu bertanya
apa kepadanya?"
"Kami bertanya kepadanya
cinta atau tidak terhadapmu, dia jawab...."
Tan Ek Seng sengaja tidak
melanjutkan ucapannya karena ingin membuat putrinya tegang.
"Dia menjawab apa?"
tanya Tan Giok Cu dengan hati berdebar-debar tegang.
"Dia menjawab-..."
Tan Ek seng tersenyum.
"Cinta kepadamu. Namun
dia...."
"oh?" Tan Giok Cu
girang bukan main.
"Kenapa dia?"
"Dia bilang engkau cinta
atau tidak kepadanya. Kami memberitahukan bahwa engkau mencintainya, namun dia
kelihatan kurang percaya."
"Aku, aku sangat cinta
kepadanya. Dia, dia kok tidak tahu?" Tan Giok Cu menggeleng-telengkan
kepala.
"Bagaimana mungkin dia
tahu?" Lim soat Hong tertawa.
"Kalian belum bertemu
untuk mencurahkan perasaan masing-masing, tentunya dia tidak tahu engkau
mencintainya."
"Ketika kami masih kecil,
aku... aku sudah menyukainya," ujar Tan Giok Cu dengan wajah agak
kemerah-merahan.
"Itu adalah urusan ketika
kalian masih kecil. Tapi kini kalian sudah besar, tentunya tidak seperti dulu
lagi."
Tan Ek seng tersenyum dan
menambahkan, "syukurlah kalau engkau pun mencintainya"
"Nak," Lim soat Hong menatapnya seraya berkata. "TUturkanlah
keadaanmu sejak ikut gurumu itu"
"Aku langsung dibawa ke
belakang gunung Ciong Lam san. Ternyata di situ terdapat sebuah kuburan tua
yang amat besar, itulah tempat tinggal guruku dan para pengiringnya."
"Dalam kurun waktu lima
tahun lebih, engkau terus berdiam di dalam kuburan tua itu?" tanya Lim
soat Hong.
"Ya-" Tan Giok Cu
mengangguk.
"Pantas wajahmu menjadi
seputih salju"
Lim soat Hong manggut-manggut-
"oh ya, engkau sudah
menguasai seluruh ilmu gurumu?"
"Ya. Aku tidak menyangka
sama sekali- ternyata guruku adalah keturunan sin Tiauw Tay hiap Yo Ko dan
Siauw Liong Li-"
Tan Giok Cu memberitahukan.
"Ayah sudah menduga
itu," ujar Tan Ek seng sambil tersenyum.
"Giok Cu," tanya Lim
soat Hong mendadak-"Guru tidak punya suami?"
"Guru tidak mau menikah,
sebab tidak bertemu lelaki idaman hatinya," jawab Tan Giok Cu
memberitahukan.
"Belasan tahun lalu,
guruku pernah jatuh cinta kepada seorang pemuda, namun pemuda itu sudah punya
kekasih, maka guruku terpaksa menjauhinya." "siapa pemuda itu?"
tanya Lim soat Hong.
"Ternyata adalah Thio Bu
Ki, ayah Thio Han Liong," jawab Tan Giok Cu.
"Itu sungguh di luar
dugaan" Tan Ek seng menggeleng-Gelengkan kepala.
"Kini gurumu tetap
tinggal di dalam kuburan tua itu?"
"ya." Tan Giok Cu
mengangguk dan menambahkan.
"Guru sangat baik dan
amat menyayangiku. "
"syukurlah" ucap Lim
soat Hong.
"oh ya" Tan Giok Cu
teringat sesuatu.
"Ketika dalam perjalanan
kesini, aku dihadang para perampok-"
"oh?" Lim soat Hong
tersentak-
"Lalu baguimana?"
"Kepala perampok itu
berniat tidak baik terhadap diriku. Dia menyuruh pada anak buahnya menangkapku
tapi aku berhasil melukai mereka dengan pedang pusaka Pek Kong Kiam."
"setelah itu bagaimana
kepala perampok itu?" tanya Tan Giok Cu tertarik-
"Kepala perampok itu
langsung menyerangku dengan golok, namun aku berhasil mengutungkan goloknya,
kemudian aku pun mengutungkan sebuah lengannya."
"Ngmmm" Tan Ek seng
manggut-manggut.
"Kepala perampok itu
memang harus dihukum"
"Ayah, ibu." ujar
Tan Giok Cu mendadak bernada dengan serius.
"Aku akan menunggu Han
Liong di rumah sebulan. Kalau dia belum ke mari, aku akan menyusulnya ke gunung
Bu TOng."
"Nak," Lim soat Hong
menggelengkan kepala.
"Itu mana boleh?"
"ibu, jangan
melarangku," sahut Tan Giok Cu.
"Kini aku sudah besar,
lagi pula kepandaianku sudah tinggi-dan aku sudah bisa menjaga diri."
"Nak," Tan Ek seng
menatapnya.
"Kini engkau memang sudah
besar dan berkepandaian tinggi- tapi tidak baik engkau berkecimpung dalam rimba
persilatan."
"Ayah" Tan Giok Cu
memberitahukan.
"Guruku telah berpesan,
aku harus menjadi pendekar wanita yang membela kebenaran dalam rimba
persilatan."
"Hmmm" Tan Ek seng
mangmit-manggut.
"Baiklah. Namun engkau
harus berhati-hati sebab dalam rimba persilatan penuh diliputi berbagai
kejahatan dan kelicikan"
"Ya- Ayah-" Tan Giok
Cu mengangguk-"Nak," pesan Lim soat Hong.
"setelah bertemu Han
Liong, engkau harus pulang bersamanya"
"Ya, ibu." Tan Giok
Cu tersenyum.
"Giok Cu" Tan Giok
Cu menatap putrinya sambil tersenyum.
"Engkau dan Han Liong
memang merupakan pasangan yang serasi- Engkau cantik jelita, dan dia tampan,
gagah serta baik hati- Ha ha ha..."