Naga Bercaun Bab 075

Kejahatan memang sudah menjadi sebagian dari keadaan manusia

Engkau sudah banyak mendengar tentang itu dari kami, Siong Ki

Mudahmudahan saja engkau akan menjadi seorang pendekar yang tidak akan memalukan kami sebagai gurumu.

Teecu akan selalu mengingat semua petunjuk dan nasehat suhu dan bibi,

kata Siong Ki

Siong Ki, ada satu hal yang kami ingin engkau melakukannya untuk kami,

kata Bu Giok Cu tibatiba

Siong Ki mengangkat muka memandang wajah isteri suhunya itu

Wajahnya berseri dan pandang matanya penuh s emangat

Dia akan merasa girang sekali kalau dapat melakukan sesuatu untuk guru dan bibinya

Teecu akan melakukan segalanya untuk suhu dan bibi, biarpun untu k itu te ecu harus mempertaruhkan nyawa teecu!

Kami ingin engkau mencari dan menemukan kembali adikmu Lan Lan!

kata wanita itu dan pandang matanya berubah menjadi sayu

Bibi, hal itu tidak pernah te ecu lupakan! Sejak sumoi (adik seperguruan) Hong Lan diculik, teecu selalu ingat kepadanya dan sebetulnya, sejak dulu teecu sudah mempunyai te kad untuk mencarinya sampai dapat dan mengajaknya kembali kepada suhu dan bibi!

suara pemuda itu penuh semangat, sehingga menggembirakan hati suami isteri itu

Teecu tidak akan pernah melupakan wanita penculik bernama Kwa Bi Lan itu!

Siong Ki, engkau hanya kami tugaskan mencari Lan Lan, bukan untuk memusuhi Kwa Bi Lan

Ingat, engkau tidak boleh memusuhinya.

Maaf, suhu

Akan tetapi sikap suhu dan bibi sungguh amat aneh

Sudah je las bahwa Kwa Bi Lan mendatangkan kedukaan dalam kehidupan suhu berdua

Ia sudah menculik adik Lan Lan sejak ia berusia dua tahun sampai sekarang

Akan tetapi, suhu dan bibi yang memiliki ilmu kepandaian tinggi tidak pernah melakukan pengejaran dan pencarian, dan sekarang, setelah teecu hendak mencarinya, suhu memesan agar teecu tidak memusuhi penculik itu

Bukankah ia sudah melakukan hal yang amat jahat, suhu?

Hemm, engkau tidak tahu, Siong Ki

Kwa Bi Lan itu adalah murid Siaw-lim-pai pula, dan ia adalah isteri guruku yang pertama

Ia masih keponakan dari pendekar Siauw-lim-pai Lie Koan Tek yang kau sebut-sebut tadi

Ia seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, sama sekali bukan penjahat

Kalau ia membawa pergi Lan Lan, hal itu ia lakukan bukan karena ia jahat, melainkan persoalan pribadi antara ia dan aku yang tidak perlu diketahui orang lain

Nah, sekarang berjanjilah bahwa engkau akan mencari Lan Lan sampai dapat kaute mukan, kemudian mengusahakan agar ia dapat kauajak pulang, tanpa mengganggu dan memusuhi Kwa Bi Lan.

Siong Ki menundukkan mukanya

Baiklah, suhu dan bibi, teecu berjanji akan menemukan sumoi Hong Lan dan mengajaknya pulang tanpa memusuhi Kwa Bi Lan

Sebelum itu, teecu hendak berkunjung dulu ke Ta-bun-cung

mengunjungi keluarga He k-houw-pang dan bersembahyang di makam ibu dan ayah.

Me mang seharusnya begitu,

kata Si Han Beng

Engkaupun harus tahu bahwa He k-houw-pang adalah perkumpulan orang gagah

Ole h karena itu, mengingat bahwa mendiang ayahmu adalah murid dan tokoh He k-houw-pang pula, maka sudah sepantasnya kalau e ngkaupun ikut membantu dan mendorong kemajuan He k-houw-pang agar nama keluarga Hek-houw-pang terangkat.

Siong Ki, kau bawalah pedangku Seng-kangkiam (Pedang Baja Bintang) ini

Pedangku ini sudah membuat banyak jas a ketika aku masih merantau di dunia kang-ouw

Bawalah pedangku ini untuk membantumu mencari Lan Lan sampai dapat dan kelak kembalikan pedang ini kepadaku bersama Lan Lan,

kata Bu Giok Cu sambil menyerahkan sebatang pedang dengan sarung dan gagang yang terukir indah

Siong Ki terkejut dan girang

Tentu saja dia mengenal pedang isteri gurunya itu

Sebatang pedang pusaka yang amat ampuh walaupun pedang itu tidak tajam

Pedang itu tumpul karena sukar untuk menajamkan baja yang berasal dari bintang itu

Namun, segala macam senjata dari logam apapun tidak ada yang mampu menandingi baja bintang itu dalam hal kekuatannya

Dia menerima pedang itu dengan sikap menghormat

Kemudian, setelah menerima banyak nasehat dari Si Han Beng dan Bu Giok Cu, membawa pula bekal uang dan pakaian dalam buntalan kain kuning, berangkatlah Siong Ki meninggalkan dusun Hong-cun

Siong Ki yang enambelas tahun yang lalu datang sebagai anak berusia enam tahun yang berpakaian compang-camping, kini meninggalkan dusun itu sebagai seorang pemuda tinggi te gap dan tampan gagah, berpakaian sederhana namun rapi, melangkah dengan te gap meninggalkan te mpat di mana selama belas an tahun dia dibesarkan

Di sepanjang jalan, setiap orang yang dijumpainya menyapanya dengan hormat dan dibalas dengan ramah oleh pemuda itu

Semua penghuni dusun itu sudah mendengar belaka bahwa pemuda yang mereka kagumi itu kini meninggalkan dusun untuk pergi merantau

-ooo0dw0ooo- Dusun Ta-bun-cung kini menjadi dusun yang besar dan ramai seperti sebuah kota saja

Hal ini berkat kemajuan yang dicapai He k-houw-pang di bawah pimpinan Lai Kun

Hek houw-pang telah mempunyai perusahaan pengawal barang yang bergerak dari kota-kota yang berdekatan ke seluruh kota, baik yang berjarak dekat maupun jauh

Dan berkat adanya surat penghargaan dari Kaisar, maka boleh dibilang pengawalan mereka tidak pernah ada yang berani mengganggu

Kini dusun itu menjadi ramai karena didatangi banyak pedagang yang hendak mengirim barang melalui pengawalan He k-houw-pang

Sebagai pangkalan pengiriman barang, maka dusun itu kini membangun, banyak sudah didirikan rumah penginapan dan rumah makan, disamping toko toko sehingga dusun yang tadinya sunyi itu kini menjadi sebuah kota

Lai Kun adalah seorang murid He k-houw-pang yang beruntung

Ketika te rjadi malapetaka menimpa Hek-houw-pang, dia sendiri belum berkeluarga dan diapun dapat meloloskan diri tidak menjadi korban serbuan anak buah Pangeran Cian Bu Ong

Kini, setelah dia diangkat menjadi ketua He k-houw-pang dan berhasil membuat perkumpulan itu maju pesat, diapun tidak melupakan keluarga pimpinan He k-houw-pang yang telah terbasmi pemberontak

Dia membangun tanah kuburan menjadi indah dan bersih, dan diapun te rkenal dermawan, siap menolong warga dusun yang sedang ditimpa kesulitan hidup, sehingga bukan saja Hek-houw-pang yang te rkenal maju, juga nama Lai Kun sebagai ketuanya menjadi harum dan dihormati orang

Pada suatu sore, di tanah kuburan yang sunyi itu nampak seorang gadis bersimpuh di depan sebuah makam

Gadis itu tidak menangis, hanya duduk bersimpuh seperti dalam samadhi, sampai le bih dari sejam lamanya

Ia seorang gadis yang amat cantik, dan tubuhnya diselimuti jubah luar yang lebar dan panjang, menutupi leher dan kedua pundaknya, sehingga kedua tangannya tidak nampak

Hanya wajahnya saja yang nampak, kulit mukanya putih mulus kemerahan dilatar belakangi rambut hitam dan jubah yang kebiruan

Sebuah buntalan dengan kain hijau terletak di dekatnya

Dari buntalan ini saja mudah diduga bahwa ia te ntulah bukan penduduk Ta-bun-cung, melainkan pendatang dari yang membawa bekal pakaian dalam buntalan itu

Setelah senja tiba dan matahari sudah condong jauh ke barat, gadis itu bergerak bangkit dan berbisik di depan makam itu

Ayah, te nangkan dirimu, ayah, aku akan mencari ibu sampai dapat......

Lalu ia meninggalkan makam, menjinjing buntalan kain hijau dan memasuki jalan raya yang ramai di dusun Ta-bun-cung itu

Tak lama kemudian, nampak gadis itu sudah duduk di dalam sebuah rumah makan besar yang berada di te pi jalan raya

Lampu-lampu gantung sudah dinyalakan dan ruangan rumah makan itu cukup te rang

Juga ruangan itu luas, te rdapat belasan meja dikelilingi bangku

Namun, hari masih terlalu sore untuk makan malam dan sudah te rlalu sore untuk makan siang sehingga tidak banyak dikunjungi tamu

Hanya ada tiga meja yang dihadapi tamu, meja pertama adalah meja gadis itu yang berada di paling ujung sebelah dalam, lalu meja ke dua dihadapi dua orang laki-laki setengah tua yang nampaknya adalah pedagang-pedagang pendatang dari luar kota, sedangkan meja ke tiga dihadapi empat orang laki-laki muda berusia antara duapuluh lima sampai tigapuluh tahun

Mereka berempat itu sudah berada di sana ketika gadis bermantel biru itu masuk, dan sejak gadis itu masuk, tingkah empat orang muda itu menjadi berbeda

Agaknya sudah menjadi sifat atau watak semua kaum pria di seluruh dunia ini

Setiap kali ada serombongan pria berkumpul, lalu muncul wanita, apalagi kalau wanita itu cantik, maka terjadilah perubahan yang aneh pada rombongan pria itu

Kalau kita mengamati tanpa melibatkan diri sebagai orang luar, maka kita akan melihat perubahan yang aneh dan lucu

Pandang mata, gerak-gerik, bahkan suara serombongan pria itu akan berbeda sama sekali dengan ketika tadi mereka bercakap-cakap se belum ada wanita cantik yang muncul

Begitu ada wanita muncul, maka gerak-gerik, pandang mata dan suara mereka itu menjadi tidak wajar lagi, dibuat-buat atau setidaktidaknya ada suatu lagak te rte ntu yang mungkin tidak mereka sadari sendiri

Tanpa mereka sengaja, pandang mata mereka selalu melirik ke arah si wanita seperti tertarik ole h sembrani, senyum mereka semakin sering dan suara mereka meninggi menuntut perhatian

Kalau kita meneliti keadaan setiap mahkluk jantan, melihat lagak setiap jantan kalau melihat betina, maka rasa aneh itu akan le nyap

Agaknya memang begitulah pembawaan sifat jantan kalau melihat betina

Sebaliknya, walaupun le bih halus dan tidak kentara, ada perasaan timbal balik bagi si betina kalau diperhatikan pria

Sang jantan terdorong untuk menggoda dan memuji, sang betina condong untuk ingin digoda dan dipuji, asalkan sifatnya sopan dan tidak kurang ajar

Bahkan pria yang wataknya alim sekalipun, tak dapat te rbebas sama sekali dan biarpun dengan sikap yang alim, dia menentang gejolak perasaannya sendiri, tetap saja sang mata ingin melirik dan sang mulut ingin te rsenyum segagah-gagahnya! Empat orang pemuda itu agaknya memiliki keberanian yang lebih, atau juga memang mereka itu te rbiasa mengganggu wanita dengan cara yang tidak sopan

Dan lingkunganpun mempengaruhi pembawaan setiap pria

Kalau seorang di antara empat pemuda itu berada di situ s eorang diri saja, kiranya belum te ntu dia akan berani menganggu, atau andaikata dia tertarikpun tentu akan membatasi diri dengan kerling dan senyun memikat saja

Akan te tapi, sekali seorang pemuda berkumpul dengan kawan-kawannya, keberaniannya akan meningkat berlipat ganda

Semakin banyak jumlah kawan, s emakin beranilah dan agaknya keberanian mereka digabungkan dan dipergunakan oleh mereka!

Aduh, bukan main cantiknya!

Hemmn, kulit mukanya begitu putih, halus mulus, apalagi bagian badan yang lain!

Kalau aku, yang paling hebat adalah matanya

Seperti sepasang bintang kejora!

Tidak, hidungnya le bih hebat

Lihat, kecil mancung dan lucu!

Salah semua

Lihat bibirnya! Merah segar tanpa gincu

Betapa nikmatnya kalau diciumi.

Bermacam-macam ucapan empat orang pemuda itu

Jelas ditujukan kepada gadis itu karena secara te rang-terangan dan menantang mereka memandang ke arah gadis itu

Sikap dan tingkah laku mereka, ucapan mereka, sempat membuat dua orang tamu setengah tua yang duduk di ruangan itu geleng-geleng kepala, akan tetapi mereka tidak berani mencampuri

Tentu saja gadis itu tahu akan itu semua

Akan tetapi sikapnya dingin saja, acuh dan seola'h-olah tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu

Bahkan pandang matanya biasa saja, tetap tenang ketika pelayan menghampirinya untuk menerima pesanan makanan

Iapun hanya memesan nasi dan dua macam sayuran, tidak memesan arak melainkan minuman ringan dari buah

Setelah pelayan menerima pesanan dan pergi, iapun duduk diam seperti melamun, kedua tangan te tap bersembunyi di dalam jubah luar dan buntalan kain hijau itu kini terletak di atas meja

Kalau hanya ada seorang saja di antara para pemuda itu yang berakal sehat, tentu sikap diam dari gadis itu membuat mereka mundur

Seorang laki-laki yang sendirian, kalaupun berani mengganggu wanita, kalau didiamkan saja dan tidak ditanggapi, diapun akan mundur

Akan tetapi, empat orang pemuda itu agaknya malah semakin penasaran

Mereka adalah pemudapemuda yang ganteng dan kaya, biasanya hampir tidak pernah ada wanita yang tidak merasa bangga kalau mereka puji dan dekati

Akan tetapi gadis yang satu ini demikian dingin dan menganggap mereka seperti empat ekor lalat saja! Sikap ini sungguh membuat mereka penas aran sekali

Kalau gadis itu memperlihatkan sikap marah atau malu, atau memaki mereka dengan kata-kata, dengan pandang mata melotot, dengan cemberut, hal itu sudah akan memuaskan hati mereka, merupakan hasil kenakalan mereka

Akan tetapi didiamkan saja seperti itu, dilirikpun tidak, membuat mereka merasa diri kecil tak berarti

Hai, jangan-jangan si cantik ini tuli!

Atau mungkin juga gagu.

Aduh sayang sekali kalau begitu

Cantik-cantik gagu dan tuli.

Aih, gagu dan tuli juga tidak apa-apa, malah asyik tidak usah banyak bicara.

Mereka mengganggu te rus dan sama sekali tidak diperdulikan gadis itu sampai makanan yang dipesan gadis itu tiba

Pelayan menaruh semua pesanan ke atas meja dan mempersilakan gadis itu makan dengan sikap sopan seperti biasa, karena semua pelayan di situ diharuskan bersikap sopan kepada semua langganan dengan ancaman dipecat kalau berlaku tidak patut

Gadis itu mengangguk, dan tanpa memperdulikan empat orang pemuda yang te rus menggodanya dengan pandang mata dan katakata, ia mengeluarkan kedua le ngannya dari balik jubah untuk mulai makan

Empat orang pemuda itu te rbelalak ketika melihat betapa lengan kiri gadis cantik itu buntung sebatas pergelangan

Lengan kiri itu tidak mempunyai tangan dan ujung le ngan itu dibalut kain putih yang bersih, nampak tersembul sedikit dari le ngan baju!

Wah, tangannya buntung!

Aduh sayang........begitu cantik manis tangan kirinya buntung!

Wah, kalau ia tuli, gagu dan buntung, cacatnya te rlalu banyak!

Aihhh, ia tetap cantik manis, dan dengan satu tanganpun ia akan dapat membelaiku!

Gadis itu memang buntung tangan kirinya, ia adalah Kam Cin atau Cin Cin, gadis murid Tunghai Mo-li Bhok Sui Lan

Seperti telah diceritakan di bagian depan, gadis ini mendapat tugas dari gurunya untuk mencari dan membunuh Cian Bu Ong

Ia memang telah dapat menemukan musuh besar gurunya itu, namun ia gagal membunuh Cian Bu Ong, bahkan ia dikalahkan

Ketika Thian Ki mencampuri, ia menyerang Thian Ki dan mencengkeram pundak Thian Ki dengan tangan kirinya

Ternyata cengkeraraman ini bahkan membuat tangan kirinya keracunan hebat dan Thian Ki lalu membabat putus tangannya itu

Rasa nyeri di le ngannya tidaklah sehebat rasa nyeri di hatinya

Ia dikalahkan Cian Bu Ong, dikalahkan Thian Ki bahkan kehilangan tangan kiri yang menjadi buntung

Sakit sekali rasa hatinya dan ia merasa malu untuk pulang menemui gurunya, malu untuk menceritakan kekalahannya

Tidak, ia tidak akan merengek kepada gurunya

Dia harus membuat persiapan sendiri, untuk menuntut balas, sekali ini bukan hanya untuk menuntut dendam gurunya, melainkan dirinya sendiri pula

Ia akan menantang Cian Bu Ong sebagai wakil gurunya, dan akan menantang Thian Ki untuk diri sendiri

Demikianlah, dengan le ngan buntung dan hati terluka, gadis itu pergi ke dusun Ta-bun-cung, bukan hanya untuk bersembahyang di depan kuburan ayahnya, a kan tetapi juga untuk mendengar tentang ibunya, untuk berkunjung kepada semua warga Hek-houw-pang dan terutama sekali untuk pergi mencari keterangan tentang paman gurunya, Lai Kun

Ia masih.mempunyai perhitungan besar dengan paman gurunya yang pernah menipunya dan menjualnya kepada rumah pelacuran di kota Ji-goan itu! Inilah sebabnya mengapa pada sore hari ini Cin Cin muncul di tanah kuburan dusun Ta-bun-cung, kemudian makan di rumah makan itu sebelum berkunjung ke Hek-houw-pang

Ia merasa kagum dan te rheran-heran melihat dusunnya yang dulu sepi itu kini menjadi sebuah kota yang ramai

Tadi ketika menghadapi empat orang pemuda yang menggodanya, ia tidak perduli dan diam saja

Akan te tapi, kini mereka menyinggung te ntang buntungnya tangan kirinya! Mereka telah menyentuh kehormatan dirinya! Cin Cin meletakkan sumpitnya dan menoleh ke arah kiri, ke arah meja dimana empat orang pemuda itu masih tertawa-tawa memandang dan menggodanya

Melihat gadis cantik itu menoleh dan memandang kepada mereka, empat orang itu semakin gembira dan memberi tanda dengan kedipan mata ke arah Cin Cin, lagak mereka kurang ajar sekali

Kalian jahanam-jahanam kecil! Pergilah dan jangan menggangguku atau te rpaksa aku akan menghajar kalian!

kata Cin Cin dengan suara dingin dan sikap tenang, namun sepasang matanya mencorong

Dimaki dengan suara keras oleh gadis buntung itu, tentu saja empat orang pemuda itu menjadi marah

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar