Naga Bercaun Bab 074


Akupun tidak cengeng!

Kui Eng berkata dan membalikkan tubuh, berdiri membelakangi Thian Ki

Koko, engkau berangkatlah, pergilah!

Eng-moi, jagalah ibu dan suhu baik-baik selama aku tidak berada di rumah

Nah, Eng-moi, aku pergi sekarang

Selamat tinggal.

Kui Eng tidak menjawab, bahkan tidak lagi menengok

Karena mengira bahwa gadis itu tidak mau melihat dia pergi, Thian Ki melangkah meninggalkannya

Akan te tapi baru lima langkah, dia berhenti dan membalikkan tubuhnya

Dia mendengar tangis tertahan dan ketika dia menengok, dia melihat gadis itu menangis, mencoba untuk tidak bersuara, akan te tapi kedua pundaknya bergoyang-goyang, kepalanya menunduk dan kedua tangannya menutupi mukanya

-ooo0dw0ooo-

Jilid 20

Eng-moi..........!

Thian Ki sekali loncat telah berada di dekat gadis itu dan menyentuh pundaknya,

Kenapa engkau menangis......?

Suara Thian Ki terdengar lembut penuh getaran kasih sayang

Koko

..

!

Kui Eng membalik dan merangkul

Bagaikan tanggul pecah, tangisnya mengguguk dan ia menempelkan mukanya di dada Thian Ki, kedua le ngannya melingkari pinggang

Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata, hanya menangis seperti anak kecil

Thian Ki membiarkan saja gadis itu menangis sepuasnya, karena dia tahu bahwa tangis merupakan obat paling ampuh untuk melarutkan segala macam rasa penasaran, kecewa ataupun duka

Dia merasa betapa dia amat iba dan menyayang gadis ini

Rasa ibanya le bih banyak disebabkan karena dia melihat betapa gadis ini amat mencintanya, namun dia sendiri belum yakin apakah ada cinta seperti itu di hatinya terhadap Kui Eng

Dia tidak merasakan desakan nafsu berahi terhadap Kui Eng

Tidak ada hasrat untuk mendekat, dan mencumbunya

Yang ada hanyalah perasaan iba dan ingin menghiburnya agar tidak berduka

Tenanglah, Eng-moi

Kuatkan hatimu dan hentikan tangismu.

setelah tangis gadis itu agak mereda, Thian Ki berbisik, membujuknya dan tangannya mengelus rambut kepala yang bersandar di dadanya itu

Bajunya di bagian dada te rasa basah oleh air mata gadis itu

Koko.....aku......aku ingin ikut......

akhirnya gadis itu dapat berbisik

Hampir Thian Ki tertawa

Sungguh Kui Eng masih separti kanak-kanak saja

Kanak kanak yang manja, pikirnya

Aih, Eng-moi

Hal itu tidak mungkin kita lakukan

Suhu dan ibu te ntu akan marah kepada kita.

Aku takut kehilangan engkau, koko.........aku tidak akan dapat hidup tanpa engkau di sisiku...

Thian Ki memejamkan matanya

Hatinya terharu sekali

Demikian besarkah cinta hati Kui Eng kepadanya

Dia merasa seperti berdosa kalau tidak membalas cinta kasih yang demikian besarnya

Eng-moi, aku pergi bukan untuk selamanya

Aku pergi untuk melaksanakan tugas yang diberikan suhu kepadaku

Aku pergi mencari obat, untuk menyembuhkan diriku

Engkau tinggallah di rumah

Kalau aku pulang kelak, aku sudah berhasil mendapatkan Liong-cu-kiam dan sudah sembuh dari cengkeraman hawa beracun.

Teringat akan keadaan tubuh Thian Ki, Kui Eng dapat menenangkan hatinya

Ia masih mendekap tubuh pemuda itu, menengadah dan dengan air mata masih membasahi pipi dan mata yang kemerahan oleh tangis, ia menatap wajah pemuda yang dicintainya itu

Koko......aku akan menunggumu di rumah..

semoga engkau berhasil......

Kedua lengannya melepaskan rangkulan di pinggang, dan iapun melangkah mundur sampai tiga langkah

Thian Ki memandang dengan perasaan iba dan sayang

Aku pergi, Eng-moi

Jagalah s ubu dan ibu baikbaik.

Thian Ki lalu membalik dan melangkah dengan cepatnya meninggalkan Kui Eng yang masih berdiri seperti patung

Baru setelah bayangan Thian Ki le nyap di sebuah tikungan jauh di depan, Kui Eng menghela napas panjang, menghapus sisa air mata di pipinya, lalu pulang dengan langkah gontai

Sepekan kemudian, setelah Thian Ki pergi, Cian Bu Ong dan Sim Lan Ci berkemas untuk melakukan perjalanan jauh

Melihat ayah ibunya berkemas, Kui Eng tentu saja ingin ikut, namun selalu dilarang oleh ayahnya

Bahkan ketika ia merengek kepada Sim Lan Ci yang kini dipanggil subo olehnya, wanita itu menghiburnya dengan le mbut

Kui Eng, kami pergi untuk mencarikan obat bagi Thian Ki

Obat itu hanya te rdapat di pegunungan Himalaya, yaitu Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah)

Perjalanan ini jauh sekali dan sulit, namun aku yakin ayahmu dan aku akan mampu mendapatkan rumput merah itu

Engkau jagalah di rumah, Kui Eng

Siapa tahu, sebelum kami kembali, Thian Ki yang lebih dulu pulang

Kalau engkau ikut pula dengan kami, bagaimana kalau Thian Ki pulang?

Akhirnya, karena bujukan ayahnya dan subonya, Kui Eng mau ditinggalkan walaupun ia selalu cemberut

Suami isteri itupun berangkat meninggalkan dusun, menuju ke barat, ke pegunungan Himalaya untuk mencarikan obat pemunah racun yang amat langka itu

Akan te tapi, orang yang memiliki watak lincah je naka dan penuh semangat seperti Kui Eng, bagaimana mungkin tahan untuk hidup seorang diri saja di rumah mereka

Apalagi seluruh penghuni dusun itu kini menganggap ia sebagai pengganti ayahnya dan selalu melapor kepadanya kalau te rjadi hal-hal yang menyulitkan

Seolah ia yang menggantikan ayahnya menjadi kepala dusun! Hanya satu bulan saja ia dapat bertahan

Setelah hatinya tidak dapat menahannya lagi, ia mengumpulkan para pemuka dan sesepuh dusun itu, meninggalkan pesan bahwa ia akan pergi menyusul Thian Ki dan menyerahkan kepengurusan dusun itu kepada mereka

Juga ia menyerahkan perawatan rumah keluarganya kepada para pelayan

Setelah itu, Kui Eng meninggalkan dusun, menggendong sebuah buntalan pakaian dan bekal uang yang cukup

Ia ingin mencari Thian Ki.! -ooo0dw0ooo-

Suhu dan bibi, te cu (murid) te lah menerima budi yang berlimpah dari ji-wi (anda berdua)

Sampai matipun teecu tidak akan melupakan budi itu dan kalau teecu tidak sempat membalasnya, teecu hanya berdoa semoga Tuhan yang akan membalas budi kebaikan ji-wi kepada teecu.

Pemuda berusia duapuluh dua tahun itu bertubuh tinggi te gap, wajahnya tampan dan dari pakaian dan bentuk rambutnya, juga kuku jari tangannya, dapat diketahui bahwa dia seorang pemuda yang pandai menjaga diri, nampak rapi dan anggun, walaupun pakaiannya te rbuat dari kain yang sederhana

Terutama sepasang mata pemuda itu yang membayangkan bahwa dia bukan pemuda biasa

Sepasang matanya bersinar tajam dan kadang mencorong seperti mata seekor naga dalam dongeng, dan pembawaannya le mbut dan sopan

Hanya ada satu hal yang membuat orang berhati-hati menghadapinya, yaitu senyumnya

Mulut yang bentuknya bagus itu selalu dibayangi senyum yang sinis, seperti orang yang selalu mengejek orang lain, selalu memandang rendah orang lain

Pemuda itu memang bukan pemuda biasa

Dia adalah murid pendekar sakti Si Han Beng yang berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)

Dia bernama The Siong Ki, murid tunggal pendekar besar itu

Seperti telah diceritakan di bagian depan, The Siong Ki adalah putera mendiang The Ci Kok, seorang anggota Hek houw pang yang ikut te was ketika perkumpulan itu diserbu oleh kaki tangan Pangeran Cian Bu Ong, yang menganggap He k-houw-pang sebagai musuh, karena perkumpulan itu membantu kerajaan baru Tang

The Siong Ki kemudian pergi mencari Huangho Sin-liong Si Han Beng yang tinggal di dusun Hong-cun tepi sungai Huang-ho dan menjadi murid pendekar bes ar ini

Seperti kita ketahui, Si Han Beng dan is terinya, Bu Giok Cu yang dalam hal ilmu kepandaiannya sedikit di bawah tingkat suaminya, memiliki seorang anak saja, yaitu Si Hong Lan

Akan te tapi dalam usia dua tahun, anak mereka itu diculik dan dilarikan oleh Kwa Bi Lan, janda mendiang Sintiauw Liu Bhok Ki dengan ancaman bahwa kalau suami isteri itu mencari anak mereka, anak itu akan dibunuhnya

Semenjak kehilangan anak mereka itulah, Si Han Beng dan is terinya mencurahkan perhatian mereka kepada The Siong Ki

Anak laki-laki yang menjadi murid mereka ini memang seorang yang pandai membawa diri, rajin dan taat sehingga mereka menyayanginya

Bahkan kalau tadinya Bu Giok Cu tidak mau mengajar silat kepadanya, hanya Si Han Beng yang mengajarnya, karena suami isteri itu tidak ingin murid ini kelak lebih pandai daripada anak mereka, s etelah Si Hong Lan diculik orang, maka Bu Giok Cu akhirnya juga menurunkan beberapa ilmu pukulan yang khas kepada murid suaminya itu

Hanya saja, mentaati perintah gurunya pada saat dia diangkat murid, Siong Ki sampai sekarang tidak berani menyebut subo (ibu guru) kepada Bu Giok Cu, melainkan menyebutnya bibi

Sebutan kepada suami iste ri itu bukan suhu dan subo melainkan suhu dan bibi

Siong Ki memang pandai membawa diri

Selalu sopan, halus dan bukan saja dalam ilmu silat, bahkan ketika diajar ilmu kesusasteraan, diapun rajin dan berbakat sekali

Karena sikapnya yang selalu baik itulah maka dua orang gurunya semakin sayang kepadanya, dan diam-diam menaruh harapan agar kelak murid mereka itu yang akan mampu mempertemukan mereka dengan anak mereka kembali

Pagi hari itu, suami isteri pendekar itu memanggil murid mereka menghadap dan mereka menyatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Siong Ki untuk te rjun ke dalam dunia ramai dan memanfaatkan semua ilmu yang pernah dipelajarinya dari kedua orang suami isteri itu

Setelah mendengar pernyataan kedua orang gurunya itu, Siong Ki sambil berlutut menyatakan te rima kasihnya dengan kata-kata seperti tadi

Mendengar ucapan murid mereka, suami isteri itu saling pandang dan wajah mereka berseri

Pemuda itu memang pandai menyenangkan hati mereka, selalu bersikap sopan penurut dan juga halus tutur sapanya

Siong Ki, antara guru dan murid tidak a da yang dinamakan hutang budi

Sudah menjadi kewajibanku sebagai gurumu untu k mendidikmu sebaik mungkin, dan sudah menjadi kewajibanmu sebagai muridku untuk mentaati semua petunjuk dan pesanku

Ingat, kami mengajarkan ilmu silat kepadamu bukan dengan maksud agar engkau menjadi kuat untuk membalas dendam

Apa yang te rjadi menimpa keluarga He k-houw-pang adalah akibat dari adanya perang saudara, te rgantinya dinasti Kerajaan Sui menjadi Kerajaan Tang.

Teecu mengerti, suhu

Sudah sering suhu dan bibi menasihatkan teecu agar tidak memikirkan lagi tentang akibat perang saudara yang mendatangkan malapetaka kepada keluarga He k houw pang

Teecu tidak mendendam kepada siapapun, akan tetapi bagaimana teecu dapat mendiamkan saja kalau mendengar seorang tokoh Siauw-lim-pai yang merupakan aliran persilatan paling besar dan te rkenal mempunyai tokoh-tokoh pendekar perkasa dan budiman, melakukan perbuatan jahat, membantu pemberontak menyerbu Hek-houw-pang dan menyebar maut kepada orang-orang yang tidak berdosa?

Suami isteri itu saling pandang

Mereka teringat akan cerita murid mereka ketika pertama kali datang kepada mereka

Anak itu menceritakan te ntang malapetaka yang menimpa keluarga He khouw-pang, dan menceritakan pula pendengarannya bahwa yang melakukan penyerbuan dan pembunuhan di dusun Ta-buncung itu, antara lain adalah pendekar Siauw-limpai yang bernama Lie Koan Tek

Siong Ki, ketahuilah bahwa engkau harus dapat membedakan antara orang yang sengaja berbuat jahat dan melakukan pembunuhan karena demi kepentingan pribadinya, seperti para perampok, penindas dan sebagainya yang memang merupakan orang-orang jahat, dan orang yang te rpaksa melakukah perte mpuran dan mungkin pembunuhan yang te rjadi dalam perang

Kami mengenal siapa pendekar Lie Koan Tek itu

Dia seorang pendekar besar, dan kami tidak pernah mendengar dia melakukan kejahatan, bahkan selalu menentang kejahatan

Kalau dia sampai ikut menyerbu dan mungkin saja membunuh ayahmu yang melakukan perlawanan, hal itu terjadi dalam perte mpuran yang te rkendali oleh pemberontakan, oleh perang, bukan karena urusan pribadi

Kalau dendam berlarut-larut dibiarkan merajalela dan menguasai hati manusia, mungkin sekarang ini tidak ada orang yang tidak mendendam kepada orang atau bangsa lain

Dalam perang, sejak dahulu, entah berapa juta orang yang tewas

Kalau semua keturunan mereka mendendam, betapa dunia ini akan penuh dengan dendam.

Suhu, apakah kalau begitu membunuh banyak orang dalam perang tidak merupakan dosa

Teecu seringkali merasa heran mengapa kalau di waktu perang, seseorang membunuhi banyak sekali orang yang tidak dikenalnya sama sekali, yang tidak mempunyai urusan pribadi dengan dia, orang itu bahkan dipuji sebagai pahlawan yang gagah perkasa

Sebaliknya di luar perang, kalau ada orang membunuh orang lain, biar dengan alasan yang kuat sekalipun, karena urusan pribadi, orang itu dikutuk, ditangkap dan dijatuhi hukuman

Berbedakah membunuh dalam perang dengan membunuh di luar perang?

Si Han Beng te rsenyum dan menganggukangguk, ia sendiri dahulu sudah sering memikirkan hal ini dan berbincang dengan banyak orang cerdik pandai dan bijaksana mengenai perang

Pembunuhan adalah tetap pembunuhan, dalam bentuk apapun dan dalam keadaan apapun, Siong Ki

Perang antar golongan, antar bangsa hanya merupakan pembesaran, perluasan dan perkembangan daripada perang dalam diri pribadi dan antar manusia

Urusan pribadi berkembang menjadi urusan golongan, urusan antar bangsa dan selanjutnya

Manusia dikuasai nafsu dan nafsu dengan liciknya, dengan berbagai tipu muslihat, membuat manusia mengejar tujuan dengan menghalalkan segala cara

Perang merupakan suatu cara untuk mencapai sesuatu

Ada yang berperang untuk meluaskan daerah kekuasaan, perang untuk memaksakan kehe ndak demi keuntungan negaranya, perang untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, perang untuk membela diri dari serangan musuh, dan masih banyak lagi

Namun, semua alasan itu mengakibatkan malapetaka yang amat menyedihkan, yaitu membuat manusia menjadi buas, saling bunuh

Dalam perang, seorang perajurit hanya mengenal dua hal, dibunuh atau membunuh

Tentu saja setiap orang tidak ingin dibunuh, walaupun untuk itu harus membunuh! Dan itu sudah menjadi tugas seorang perajurit atau seorang yang berpihak pada suatu golongan atau pemerintahan

Nah, jelas sekali perbedaan sifatnya dari pembunuhan karena urusan pribadi, bukan

Pembunuhan dalam perang melibatkan seluruh pemerintahan dan negara, maka tidak ada hukumannya

Kalau si pembunuh dihukum, te ntu pemerintahnya yang dihukum, karena pemerintah yang menyuruh dia berperang dan membunuh, padahal yang membuat dan melaksanakan hukum adalah pemerintah sendiri

Sedangkan membunuh di luar perang, berarti karena urusan pribadi dan melanggar hukum pemerintah.

Siong Ki mengangguk-angguk mengerti

Harap suhu dan bibi jangan khawatir

Teecu tidak mendendam kepada Lie Koan Tek, melainkan hanya penas aran mengapa seorang pendekar diperalat oleh pemberontak

Teecu akan melakukan penyelidikan

Kalau memang benar dia bukan orang jahat, dan seorang pendekar, tentu teecu tidak akan mengganggunya

Akan te tapi kalau dia penjahat, sudah menjadi kewajiban teecu untuk membasminya.

Si Han Beng tersenyum

Bukan hanya Lie Koan Tek seorang yang harus kaute ntang, melainkan semua bentuk kejahatan

Akan tetapi jangan mencari musuh, jangan te rlalu usil

Tidak mungkin engkau seorang diri hendak membasmi semua kejahatan, karena di dunia ini, jauh lebih banyak te rdapat orang jahat dari pada yang baik

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar