Nafsu berahi yang mendorong dua mahluk berlainan jenis untuk saling te rtarik, saling mendekati, kemudian,saling mencinta
Nafsu berahi mendorong seorang pria dan seorang wanita untuk bersatu sehingga dari persatuan ini te rlahir keturunan dan perkembangan-biakan pun tidak akan terputus
Tidak demikian dengan cinta antara pria dari wanita yang menjadi saudara kandung
Kalaupun timbul gairah berahi di antara keduanya, maka jelas bahwa hal itu tidaklah wajar bagi manusia, tidak semestinya dan kalau dilanggar te ntu akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik
N afsu, dalam bentuk apapun juga, kalau sudah menguasai manusia, tentu akan menyeret manusia ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak wajar dan tidak benar
Di samping semua daya rendah yang menimbulkan nafsu, pada manusia disertakan pula akal budi
Akal budi inilah yang membuat kita dapat mengerti mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk
Akal budi ini yang membuat manusia menjadi mahluk yang paling tinggi derajatnya di antara segala mahluk di dunia ini, juga menjadi mahluk yang paling kuat dan paling kuasa
Tanpa akal budi, manusia akan menjadi mahluk yang paling le mah, kita tidak akan menang melawan seekor kucing sekalipun, karena kucing masih memiliki taring dan kuku tajam
Apalagi melawan binatang yang le bih kuat dan le bih besar
Kitapun tanpa akal budi akan mudah sakit dan mati karena kita tidak akan mempunyai te mpat dan pakaian untuk berlindung
Akal budi bekerja sama dengan nafsu daya rendah yang menjadi pendorongnya, memungkinkan kita membuat s egala macam benda keperluan hidup kita di dunia ini, memungkinkan kita menikmati hidup ini
Akal budi pula yang membuat kita dapat membedakan segala sesuatu, mempertimbangkan segala sesuatu, dan akal budi yang melahirkan Ilmu-Ilmu, peradaban, kebudayaan dan lain sebagainya yang menjadi isi kehidupan manusia
Kalau engkau cinta padaku, koko, engkau tentu tidak akan meninggalkan aku, engkau tentu tidak akan suka berpisah dariku,
kata Kui Eng dengan suara lirih
Itukah sebabnya mengapa engkau murung dan ingin ikut pergi denganku?
tanya Thian Ki
Kui Eng mengangguk
Sejak aku mendengar bahwa di antara kita tidak ada hubungan darah sama sekali, aku.....aku tidak ingin berpisah darimu, koko
Dan itu pula yang membuat aku......
merasa benci kepada Cin Cin
Aku tidak ingin engkau mengasihi gadis lain, memikirkan gadis lain, melindungi gadis lain
Aku hanya ingin engkau untukku seorang.............
Thian Ki tertegun
Itukah cinta
Dia tidak mengerti
Dia belum merasakan hal yang seperti dirasakan oleh Kui Eng te rhadap dirinya
Belum te rasa olehnya keinginan agar Kui Eng tak pernah berpisah darinya, atau agar Kui Eng menjadi miliknya, hanya untuk dia seorang
Barangkali belum bersemi apa yang dinamakan cinta itu di hatinya terhadap Kui Eng
Atau barangkali dia yang bodoh
Bagaimanapun juga, dia harus dapat menjawab dan memberi alasan, karena pandang mata Kui Eng te tap menuntut agar dia menjawab, apakah dia juga mencinta Kui Eng seperti yang dirasakan gadis itu kepadanya
Eng-moi, engkau te ntu tahu bahwa aku pergi untuk meluaskan pengetahuan dan menambah pengalaman
Juga aku perlu sekali mencari adik angkat mendiang ayahku, yaitu Naga Sakti Sungai Kuning, paman Si Han Beng, untuk minta tolong agar hawa beracun di tubuhku dapat dipunahkan
Engkau te ntu sudah tahu pula bahwa selama hawa beracun ini tidak lenyap dari tubuhku, aku tidak bolen menikah
Oleh karena itu, sebelum keadaanku ini te rtolong, aku sama sekali tidak dapat memikirkan tentang perjodohan.
Kui Eng mengangguk, lalu menundukkan mukanya, menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan yang membayang di mukanya
Aku mengerti, koko
Jadi, engkau akan pergi
Kapan engkau akan pergi?
Aku sudah berkemas, siap berangkat, besok pagi-pagi.
Besok pagi-pagi
Ahh......!
Kui Eng te rkejut
Aku akan merasa kesepian sekali, koko
Ketika engkau kami tinggalkan di rumah nenekmu dahulu itu dan kita saling berpisah hampir dua tahun, aku merasa tersiksa setengah mati
Dan sekarang, engkau yang akan meninggalkan aku, dan aku tidak boleh ikut denganmu......
Suara gadis itu menjadi gemetar seperti akan menangis
Eng moi, aku tidak akan lama pergi
Setelah berhasil, aku pasti akan segera kembali.
Engkau tidak akan melupakan aku, bukan
Engkau berjanji tidak akan melupakan aku?
Thian Ki tersenyum dan memegang pundak gadis itu, seperti yang sudah-sudah kalau dia menghibur gadis ini
Jangan khawatir, aku tidak akan pernah melupakanmu.
Kui Eng te risak, bangkit lalu berlari meninggalkan Thian Ki yang masih sempat mendengar ia te risak
Sampai lama pemuda ini duduk di atas bangku, berulang kali menghela napas panjang
Kini dia yakin bahwa Kui Eng mencintanya, dan mengharapkan kelak menjadi isterinya! Dia merasa bangga dan senang, akan tetapi juga bingung dan ragu
Dia merasa senang dan bangga dicinta seorang gadis hebat seperti Kui Eng, akan tetapi adakah perasaan cinta yang sama dalam hatinya terhadap Kui Eng
Dia sudah te rlanjur menyayangnya seperti seorang adik! -ooo0dw0ooo- Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki sudah berpamit kepada ibunya dan suhunya
Kedua orang tua itupun pagi-pagi sekali sudah bangun, karena mereka hendak melihat Thian Ki pergi
Thian KI menggendong sebuah buntalan yang cukup besar, terisi pakaian dan uang, di punggungnya
Pemuda ini tidak pernah membawa senjata walaupun dia telah mempelajari cara menggunakan delapanbelas macam senjata dengan mahir
Suhu dan ibunya duduk di beranda ketika pemuda itu berpamit
Dia menjatuhkan diri berlutut di depan kaki kedua orang tua itu, mohon diri dan mohon doa restu
De ngan kedua mata basah, Sim Lan Ci mengelus kepala pute ranya
Kini baru ia menyadari bahwa pute ranya telah menjadi seorang pemuda dewasa, telah menjadi seorang pria yang gagah dan yang siap untuk terjun ke dalam dunia ramai seorang diri, siap untuk mandiri dan sudah dibekali kepandaian yang hebat
Dia tidak merasa khawatir
Puteranya kini menjadi seorang yang amat lihai, jauh le bih lihai dibandingkan ia sendiri, atau mendiang ayah pemuda itu
Mungkin kini telah memillki kepandaian setingkat dengan gurunya
Thian Ki, doa restuku selalu menyertaimu
Engkau berhati-hatilah, nak
Jangan sekali-kali engkau takabur
Walaupun engkau kini te lah menguasai banyak ilmu silat yang cukup untuk membela diri, namun ingatlah selalu bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali orang jahat yang selain amat lihai, juga suka mempergunakan sias at yang curang dan licik
Jangan menonjolkan diri dan mencari permusuhan
Aku doakan semoga engkau dapat berte mu dengan pamanmu Si Han Beng
Syukurlah kalau dia dapat mengobatimu sampai engkau te rbebas dari racun, karena kalau engkau te rpaksa harus mencari Pek I Tojin atau He k Bin Hwesio pekerjaan itu sungguh amar sukar
Ke dua orang sakti itu bagaikan dewa, sukar dicari bayangannya
Dan jangan lupa singgah di dusun Ta-bun-cung mengunjungi keluarga Coa yang memimpin He k-houw-pang, menengok keadaan keluarga mendiang ayah kandungmu.
Baik, ibu
Semua nasihat dan pesan ibu akan kulaksanakan,
jawab Thian Ki
Semua pesan ibumu memang harus kautaati, Thian Ki
Engkau te ntu masih ingat akan nama nama dan keadaan para tokoh di dunia persilatan seperti yang pernah kuceritakan kepadamu,
kata Cian Bu Ong
Engkau boleh merantau untuk meluaskan pengalaman dan menambah pengetahuan, akan tetapi ada satu hal yang aku ingin engkau lakukan untukku.
Selama menjadi putera tiri dan murid bekas pangeran itu, belum pernah Cian Bu Ong menyuruh Thian Ki melaksanakan suatu tugas te rtentu, maka kini mendengar ini, Thian Ki merasa girang sekali
Katakanlah, suhu
Apakah yang harus kulakukan untuk suhu?
biarpun masih agak merasa janggal dan kaku, Thian Ki mulai memanggil bekas pangeran itu dengan sebutan suhu, tidak lagi ayah seperti yang sudah, memenuhi permintaan Cian Bu Ong yang menjodohkannya dengan Cian Kui Eng
Hanya ada satu pekerjaan yang ingin kulihat engkau melakukannya untukku, akan te tapi pekerjaan ini cukup berbahaya, Thian Ki
Ketahuilah, dahulu ketika aku masih menjadi seorang pangeran, aku mempunyai banyak pusaka
Akan te tapi di antara semua pusaka itu, yang paling kusayangi adalah sebatang pedang yang disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mustika Naga)
Ketika terjadi perang dan kota raja diserbu, semua benda pusaka milikku itu terampas musuh
Aku te lah mendengar bahwa pedangku Liong-cukiam itu kini berada di gudang pusaka is tana kaisar, menjadi satu di antara benda-benda pusaka rampasan
Nah, aku minta agar engkau singgah di kota raja, mencoba untuk mengambil kembali pedangku Liong-cu-kiam itu dari gudang pusaka di kota raja.
Aih, akan tetapi itu berbahaya sekali!
kata Sim Lan Ci cemas
Suaminya tersenyum
Kalau saja bukan isterinya te rcinta yang mengatakan demikian, mungkin bekas pangeran ini akan marah
Seruan itu sama saja dengan memandang rendah muridnya, anak tirinya bahkan calon mantunya!
Thian Ki bukan kanak-kana k lagi dan aku yakin dia akan mampu melakukannya
Kalau saja aku sendiri tidak dikenal ole h banyak orang di kota raja, agaknya te ntu aku sendiri yang akan mengambil benda pusakaku itu.
Suhu, aku akan melaksanakan pesan suhu itu
Ibu, harap jangan khawatir
Aku akan berhati hati sekali karena aku tahu bahwa di kota raja, apalagi di gudang pusaka, te ntu penjagaannya kuat sekali.
Setelah menerima pesan dan nasehat kedua orang tua itu, Thian ki berangkat
Kedua orang tua itupun berpesan wanti-wanti agar perantauannya ini paling lama dua tahun, dia harus pulang
Sebetulnya, hati Thian Ki agak berat untuk berangkat karena dia belum melihat Kui Eng keluar menemuinya
Kenapa gadis itu tidak keluar dan melihat dia berangkat
Apakah Kui Eng marah kepadanya karena dia hendak pergi meninggalkannya
Untuk bertanya kepada ibunya atau gurunya te ntu saja dia merasa malu, karena kini Kui Eng bukan lagi sebagai adiknya, melainkan tunangannya, calon iste rinya
Ketika dengan hati agak berat dia meninggalkan dusun dan keluar dari pintu gerbang dusun itu, hari masih pagi sekali dan cuaca masih agak remang, hawanya dingin dan suasana masih amat sunyi karena para penduduk dusun belum berangkat ke sawah ladang mereka
Tiba-tiba wajahnya berseri ketika ia melihat sesosok bayangan berdiri menghadang perjalanannya, di luar dusun itu
Eng-moi.........!!
dia berseru sambil melangkah cepat menghampiri gadis itu yang berdiri di tengah jalan
Eng-moi, pantas saja sejak tadi aku tidak melihat engkau muncul dari kamarmu
Kiranya engkau malah s udah berada di sini!
Gadis itu te rsenyum
Memang manis sekali Kui Eng
Sepagi itu, biarpun belum mandi, belum bersolek, rambutnya masih kusut, demikian pula pakaiannya belum diganti yang baru, namun kecantikannya nampak le bih asli, tanpa bedak tanpa gincu
Koko, apakah engkau mengharapkan aku keluar menemuimu?
Tentu saja
Bukankah aku akan pergi
Hatiku merasa tidak enak sekali tadi, terpaksa meninggalkan rumah sebelum sempat berpamit denganmu yang kukira masih tidur.
Hati Kui Eng merasa gembira bukan main
Koko Thian Ki, tahukah engkau bahwa malam tadi aku tidak pernah tidur barang sekejappun
Dan tadi, le wat tengah malam, aku sudah turun dari pembaringan dan diam-diam aku sibuk di dapur.
Lewat tengah malam sibuk di dapur
Untuk apa?
tanya Thian Ki heran
Untuk membuat ini!
katanya dan gadis itu memperlihatkan bungkusan-bungkusan kepada Thian Ki, wajahnya tersipu namun berse ri gembira
Aku menyembelih ayam dan menggorengnya, memasaknya seperti kesukaanmu, dan memanggang roti......untuk bekalmu di jalan, koko
Turunkanlah buntalanmu itu agar kumasukkan bungkusan ini ke dalam buntalanmu.
De ngan hati terharu Thian Ki menurunkan buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada Kui Eng
Gadis itu membuka buntalan, menaruh bungkusan makanan ke dalam buntalan dan tibatiba ia berkata dengan suara yang sedih
Koko, engkau akan pergi merantau seorang diri
Bagaimana kalau pakaianmu kotor dan robekrobek
Siapa yang akan mencuci pakaianmu dan menjahit yang robek
Aih, kalau aku boleh pergi bersamamu, te ntu aku yang akan mencuci pakaianmu, memasakkan makanan untukmu, dan menjahit pakaianmu yang robek.
Thian Ki menerima kembali buntalan pakaiannya dan menalikan di punggungnya seperti tadi
Tercium olehnya bau masakan daging ayam yang sedap, dan te rasa betapa bungkusan makanan yang kini berada dalam buntalan di punggungnya itu masih hangat
Eng-moi, engkau baik sekali
Terima kasih atas kebaikanmu ini, Eng-moi
Aku pergi takkan lama
Ibu dan suhu memesan agar paling lama a ku pergi dua tahun, harus sudah pulang.
Dua tahun
Aih, lama amat, koko! Aku.....lalu aku bagaimana............?
Mendengar suara gadis itu tergetar seperti hendak menangis, Thian Ki yang tidak ingin diantar tangis segera berkata sambil tersenyum
Aih adik yang manis, mana kelincahanmu yang biasa
Engkau biasanya lincah jenaka dan tidak cengeng............