Naga Bercaun Bab 073

Nafsu berahi yang mendorong dua mahluk berlainan jenis untuk saling te rtarik, saling mendekati, kemudian,saling mencinta

Nafsu berahi mendorong seorang pria dan seorang wanita untuk bersatu sehingga dari persatuan ini te rlahir keturunan dan perkembangan-biakan pun tidak akan terputus

Tidak demikian dengan cinta antara pria dari wanita yang menjadi saudara kandung

Kalaupun timbul gairah berahi di antara keduanya, maka jelas bahwa hal itu tidaklah wajar bagi manusia, tidak semestinya dan kalau dilanggar te ntu akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik

N afsu, dalam bentuk apapun juga, kalau sudah menguasai manusia, tentu akan menyeret manusia ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak wajar dan tidak benar

Di samping semua daya rendah yang menimbulkan nafsu, pada manusia disertakan pula akal budi

Akal budi inilah yang membuat kita dapat mengerti mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk

Akal budi ini yang membuat manusia menjadi mahluk yang paling tinggi derajatnya di antara segala mahluk di dunia ini, juga menjadi mahluk yang paling kuat dan paling kuasa

Tanpa akal budi, manusia akan menjadi mahluk yang paling le mah, kita tidak akan menang melawan seekor kucing sekalipun, karena kucing masih memiliki taring dan kuku tajam

Apalagi melawan binatang yang le bih kuat dan le bih besar

Kitapun tanpa akal budi akan mudah sakit dan mati karena kita tidak akan mempunyai te mpat dan pakaian untuk berlindung

Akal budi bekerja sama dengan nafsu daya rendah yang menjadi pendorongnya, memungkinkan kita membuat s egala macam benda keperluan hidup kita di dunia ini, memungkinkan kita menikmati hidup ini

Akal budi pula yang membuat kita dapat membedakan segala sesuatu, mempertimbangkan segala sesuatu, dan akal budi yang melahirkan Ilmu-Ilmu, peradaban, kebudayaan dan lain sebagainya yang menjadi isi kehidupan manusia

Kalau engkau cinta padaku, koko, engkau tentu tidak akan meninggalkan aku, engkau tentu tidak akan suka berpisah dariku,

kata Kui Eng dengan suara lirih

Itukah sebabnya mengapa engkau murung dan ingin ikut pergi denganku?

tanya Thian Ki

Kui Eng mengangguk

Sejak aku mendengar bahwa di antara kita tidak ada hubungan darah sama sekali, aku.....aku tidak ingin berpisah darimu, koko

Dan itu pula yang membuat aku......

merasa benci kepada Cin Cin

Aku tidak ingin engkau mengasihi gadis lain, memikirkan gadis lain, melindungi gadis lain

Aku hanya ingin engkau untukku seorang.............

Thian Ki tertegun

Itukah cinta

Dia tidak mengerti

Dia belum merasakan hal yang seperti dirasakan oleh Kui Eng te rhadap dirinya

Belum te rasa olehnya keinginan agar Kui Eng tak pernah berpisah darinya, atau agar Kui Eng menjadi miliknya, hanya untuk dia seorang

Barangkali belum bersemi apa yang dinamakan cinta itu di hatinya terhadap Kui Eng

Atau barangkali dia yang bodoh

Bagaimanapun juga, dia harus dapat menjawab dan memberi alasan, karena pandang mata Kui Eng te tap menuntut agar dia menjawab, apakah dia juga mencinta Kui Eng seperti yang dirasakan gadis itu kepadanya

Eng-moi, engkau te ntu tahu bahwa aku pergi untuk meluaskan pengetahuan dan menambah pengalaman

Juga aku perlu sekali mencari adik angkat mendiang ayahku, yaitu Naga Sakti Sungai Kuning, paman Si Han Beng, untuk minta tolong agar hawa beracun di tubuhku dapat dipunahkan

Engkau te ntu sudah tahu pula bahwa selama hawa beracun ini tidak lenyap dari tubuhku, aku tidak bolen menikah

Oleh karena itu, sebelum keadaanku ini te rtolong, aku sama sekali tidak dapat memikirkan tentang perjodohan.

Kui Eng mengangguk, lalu menundukkan mukanya, menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan yang membayang di mukanya

Aku mengerti, koko

Jadi, engkau akan pergi

Kapan engkau akan pergi?

Aku sudah berkemas, siap berangkat, besok pagi-pagi.

Besok pagi-pagi

Ahh......!

Kui Eng te rkejut

Aku akan merasa kesepian sekali, koko

Ketika engkau kami tinggalkan di rumah nenekmu dahulu itu dan kita saling berpisah hampir dua tahun, aku merasa tersiksa setengah mati

Dan sekarang, engkau yang akan meninggalkan aku, dan aku tidak boleh ikut denganmu......

Suara gadis itu menjadi gemetar seperti akan menangis

Eng moi, aku tidak akan lama pergi

Setelah berhasil, aku pasti akan segera kembali.

Engkau tidak akan melupakan aku, bukan

Engkau berjanji tidak akan melupakan aku?

Thian Ki tersenyum dan memegang pundak gadis itu, seperti yang sudah-sudah kalau dia menghibur gadis ini

Jangan khawatir, aku tidak akan pernah melupakanmu.

Kui Eng te risak, bangkit lalu berlari meninggalkan Thian Ki yang masih sempat mendengar ia te risak

Sampai lama pemuda ini duduk di atas bangku, berulang kali menghela napas panjang

Kini dia yakin bahwa Kui Eng mencintanya, dan mengharapkan kelak menjadi isterinya! Dia merasa bangga dan senang, akan tetapi juga bingung dan ragu

Dia merasa senang dan bangga dicinta seorang gadis hebat seperti Kui Eng, akan tetapi adakah perasaan cinta yang sama dalam hatinya terhadap Kui Eng

Dia sudah te rlanjur menyayangnya seperti seorang adik! -ooo0dw0ooo- Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki sudah berpamit kepada ibunya dan suhunya

Kedua orang tua itupun pagi-pagi sekali sudah bangun, karena mereka hendak melihat Thian Ki pergi

Thian KI menggendong sebuah buntalan yang cukup besar, terisi pakaian dan uang, di punggungnya

Pemuda ini tidak pernah membawa senjata walaupun dia telah mempelajari cara menggunakan delapanbelas macam senjata dengan mahir

Suhu dan ibunya duduk di beranda ketika pemuda itu berpamit

Dia menjatuhkan diri berlutut di depan kaki kedua orang tua itu, mohon diri dan mohon doa restu

De ngan kedua mata basah, Sim Lan Ci mengelus kepala pute ranya

Kini baru ia menyadari bahwa pute ranya telah menjadi seorang pemuda dewasa, telah menjadi seorang pria yang gagah dan yang siap untuk terjun ke dalam dunia ramai seorang diri, siap untuk mandiri dan sudah dibekali kepandaian yang hebat

Dia tidak merasa khawatir

Puteranya kini menjadi seorang yang amat lihai, jauh le bih lihai dibandingkan ia sendiri, atau mendiang ayah pemuda itu

Mungkin kini telah memillki kepandaian setingkat dengan gurunya

Thian Ki, doa restuku selalu menyertaimu

Engkau berhati-hatilah, nak

Jangan sekali-kali engkau takabur

Walaupun engkau kini te lah menguasai banyak ilmu silat yang cukup untuk membela diri, namun ingatlah selalu bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali orang jahat yang selain amat lihai, juga suka mempergunakan sias at yang curang dan licik

Jangan menonjolkan diri dan mencari permusuhan

Aku doakan semoga engkau dapat berte mu dengan pamanmu Si Han Beng

Syukurlah kalau dia dapat mengobatimu sampai engkau te rbebas dari racun, karena kalau engkau te rpaksa harus mencari Pek I Tojin atau He k Bin Hwesio pekerjaan itu sungguh amar sukar

Ke dua orang sakti itu bagaikan dewa, sukar dicari bayangannya

Dan jangan lupa singgah di dusun Ta-bun-cung mengunjungi keluarga Coa yang memimpin He k-houw-pang, menengok keadaan keluarga mendiang ayah kandungmu.

Baik, ibu

Semua nasihat dan pesan ibu akan kulaksanakan,

jawab Thian Ki

Semua pesan ibumu memang harus kautaati, Thian Ki

Engkau te ntu masih ingat akan nama nama dan keadaan para tokoh di dunia persilatan seperti yang pernah kuceritakan kepadamu,

kata Cian Bu Ong

Engkau boleh merantau untuk meluaskan pengalaman dan menambah pengetahuan, akan tetapi ada satu hal yang aku ingin engkau lakukan untukku.

Selama menjadi putera tiri dan murid bekas pangeran itu, belum pernah Cian Bu Ong menyuruh Thian Ki melaksanakan suatu tugas te rtentu, maka kini mendengar ini, Thian Ki merasa girang sekali

Katakanlah, suhu

Apakah yang harus kulakukan untuk suhu?

biarpun masih agak merasa janggal dan kaku, Thian Ki mulai memanggil bekas pangeran itu dengan sebutan suhu, tidak lagi ayah seperti yang sudah, memenuhi permintaan Cian Bu Ong yang menjodohkannya dengan Cian Kui Eng

Hanya ada satu pekerjaan yang ingin kulihat engkau melakukannya untukku, akan te tapi pekerjaan ini cukup berbahaya, Thian Ki

Ketahuilah, dahulu ketika aku masih menjadi seorang pangeran, aku mempunyai banyak pusaka

Akan te tapi di antara semua pusaka itu, yang paling kusayangi adalah sebatang pedang yang disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mustika Naga)

Ketika terjadi perang dan kota raja diserbu, semua benda pusaka milikku itu terampas musuh

Aku te lah mendengar bahwa pedangku Liong-cukiam itu kini berada di gudang pusaka is tana kaisar, menjadi satu di antara benda-benda pusaka rampasan

Nah, aku minta agar engkau singgah di kota raja, mencoba untuk mengambil kembali pedangku Liong-cu-kiam itu dari gudang pusaka di kota raja.

Aih, akan tetapi itu berbahaya sekali!

kata Sim Lan Ci cemas

Suaminya tersenyum

Kalau saja bukan isterinya te rcinta yang mengatakan demikian, mungkin bekas pangeran ini akan marah

Seruan itu sama saja dengan memandang rendah muridnya, anak tirinya bahkan calon mantunya!

Thian Ki bukan kanak-kana k lagi dan aku yakin dia akan mampu melakukannya

Kalau saja aku sendiri tidak dikenal ole h banyak orang di kota raja, agaknya te ntu aku sendiri yang akan mengambil benda pusakaku itu.

Suhu, aku akan melaksanakan pesan suhu itu

Ibu, harap jangan khawatir

Aku akan berhati hati sekali karena aku tahu bahwa di kota raja, apalagi di gudang pusaka, te ntu penjagaannya kuat sekali.

Setelah menerima pesan dan nasehat kedua orang tua itu, Thian ki berangkat

Kedua orang tua itupun berpesan wanti-wanti agar perantauannya ini paling lama dua tahun, dia harus pulang

Sebetulnya, hati Thian Ki agak berat untuk berangkat karena dia belum melihat Kui Eng keluar menemuinya

Kenapa gadis itu tidak keluar dan melihat dia berangkat

Apakah Kui Eng marah kepadanya karena dia hendak pergi meninggalkannya

Untuk bertanya kepada ibunya atau gurunya te ntu saja dia merasa malu, karena kini Kui Eng bukan lagi sebagai adiknya, melainkan tunangannya, calon iste rinya

Ketika dengan hati agak berat dia meninggalkan dusun dan keluar dari pintu gerbang dusun itu, hari masih pagi sekali dan cuaca masih agak remang, hawanya dingin dan suasana masih amat sunyi karena para penduduk dusun belum berangkat ke sawah ladang mereka

Tiba-tiba wajahnya berseri ketika ia melihat sesosok bayangan berdiri menghadang perjalanannya, di luar dusun itu

Eng-moi.........!!

dia berseru sambil melangkah cepat menghampiri gadis itu yang berdiri di tengah jalan

Eng-moi, pantas saja sejak tadi aku tidak melihat engkau muncul dari kamarmu

Kiranya engkau malah s udah berada di sini!

Gadis itu te rsenyum

Memang manis sekali Kui Eng

Sepagi itu, biarpun belum mandi, belum bersolek, rambutnya masih kusut, demikian pula pakaiannya belum diganti yang baru, namun kecantikannya nampak le bih asli, tanpa bedak tanpa gincu

Koko, apakah engkau mengharapkan aku keluar menemuimu?

Tentu saja

Bukankah aku akan pergi

Hatiku merasa tidak enak sekali tadi, terpaksa meninggalkan rumah sebelum sempat berpamit denganmu yang kukira masih tidur.

Hati Kui Eng merasa gembira bukan main

Koko Thian Ki, tahukah engkau bahwa malam tadi aku tidak pernah tidur barang sekejappun

Dan tadi, le wat tengah malam, aku sudah turun dari pembaringan dan diam-diam aku sibuk di dapur.

Lewat tengah malam sibuk di dapur

Untuk apa?

tanya Thian Ki heran

Untuk membuat ini!

katanya dan gadis itu memperlihatkan bungkusan-bungkusan kepada Thian Ki, wajahnya tersipu namun berse ri gembira

Aku menyembelih ayam dan menggorengnya, memasaknya seperti kesukaanmu, dan memanggang roti......untuk bekalmu di jalan, koko

Turunkanlah buntalanmu itu agar kumasukkan bungkusan ini ke dalam buntalanmu.

De ngan hati terharu Thian Ki menurunkan buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada Kui Eng

Gadis itu membuka buntalan, menaruh bungkusan makanan ke dalam buntalan dan tibatiba ia berkata dengan suara yang sedih

Koko, engkau akan pergi merantau seorang diri

Bagaimana kalau pakaianmu kotor dan robekrobek

Siapa yang akan mencuci pakaianmu dan menjahit yang robek

Aih, kalau aku boleh pergi bersamamu, te ntu aku yang akan mencuci pakaianmu, memasakkan makanan untukmu, dan menjahit pakaianmu yang robek.

Thian Ki menerima kembali buntalan pakaiannya dan menalikan di punggungnya seperti tadi

Tercium olehnya bau masakan daging ayam yang sedap, dan te rasa betapa bungkusan makanan yang kini berada dalam buntalan di punggungnya itu masih hangat

Eng-moi, engkau baik sekali

Terima kasih atas kebaikanmu ini, Eng-moi

Aku pergi takkan lama

Ibu dan suhu memesan agar paling lama a ku pergi dua tahun, harus sudah pulang.

Dua tahun

Aih, lama amat, koko! Aku.....lalu aku bagaimana............?

Mendengar suara gadis itu tergetar seperti hendak menangis, Thian Ki yang tidak ingin diantar tangis segera berkata sambil tersenyum

Aih adik yang manis, mana kelincahanmu yang biasa

Engkau biasanya lincah jenaka dan tidak cengeng............

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar