Naga Bercaun Bab 071

Sikapmu ini hanya pantas dimiliki seorang lakilaki yang lemah dan cengeng! Segalanya sudah te rjadi dan sebagai laki-laki yang gagah engkau harus berani menghadapi kenyataan, harus berani bertanggung-jawab atas semua yang te lah kaulakukan! Engkau tidak pantas disebut orang gagah kalau bersikap seperti ini, memalukan saja

Pada hal, sekarang engkau te lah selesai belajar dan sudah tiba saatnya engkau te rjun ke dunia persilatan sebagai seorang pendekar, sebagai seorang gagah agar tidak sia-sia semua pelajaran yang telah kaupelajari selama ini

Agar tidak sia-sia engkau hidup sebagai seorang manusia di dunia ini.

Ucapan Cian Bu Ong itu seperti sengat lebah, seperti siraman air dingin, membuat Thian Ki te rsadar

Dia mengangkat mukanya yang pucat dan memandang kepada ayah tirinya, juga gurunya, dan diapun menjatuhkan diri berlutut di depan ayah tirinya dan ibunya, kedua matanya basah, akan tetapi dia tidak menangis

Ayah, ibu, maafkan aku yang le mah ini

Semua kata-kata ayah, ibu dan adik Kui Eng benar

Sekarang aku menyadari bahwa sikapku ini sungguh sikap seorang pengecut yang hendak melarikan diri dari kenyataan hidup

Maafkan aku.

Ibunya, Sim Lan Ci, memaklumi apa yang te rdapat di hati puteranya, maka iapun merangkul pute ranya dengan hati terharu

Sejak kecil, ia sendiri dan mendiang suaminya, Coa Siang Lee, yang mendidik anak ini agar menjauhkan diri dari segala kekerasan, sengaja tidak mengajarkan ilmu silat bahkan menanamkan dalam hatinya agar menjauhi kekerasan

Akan tetapi ia dijadikan seorang tok tong (anak beracun) oleh mendiang neneknya yang bermaksud agar sang cucu kelak menjadi seorang jagoan tanpa tanding! Karena sudah terlanjur memiliki tubuh beracun, sehingga di luar kehendaknya beberapa orang tokoh dunia persilatan te was ketika mencoba untuk membunuh dan menyerangnya, maka kemudian setelah menjadi putera tiri Cian Bu Ong, Thian Ki belajar ilmu silat tinggi

Namun, ia tahu bahwa di dasar hati Thian Ki masih te rdapat kelembutan itu

Dia tidak ingin melukai orang, apa lagi membunuhnya

Dan kini, secara terpaksa dia membuntungi tangan Cin Cin, seorang gadis yang pernah akrab dengannya ketika masih sama-sama kecil

Sudahlah, anakku

Bangkitlah dan jangan lagi membiarkan dirimu te nggelam dalam penyesalan dan kedukaan

Ayahmu benar

Engkau seorang laki-laki yang seharusnya bersikap gagah dan jantan,

kata ibu ini

Thian Ki bangkit dan duduk kembali

Ketika dia mengangkat muka memandang ayah tirinya, ibunya dan Kui Eng, matanya sudah mengeluarkan sinar, tidak lagi muram dan layu seperti sebelumnya

Yang terpenting adalah pengamatan diri, Thian Ki

Carilah dalam dirimu sendiri dan lihat kenyataan apa yang te lah terjadi

Kalau dalam peristiwa itu engkau merasa bahwa engkau telah melakukan kesalahan, maka engkau harus berte kad untuk mengubah kesalahan itu dan tidak mengulanginya kelak

Sebaliknya, kalau engkau tidak merasa melakukan suatu kesalahan, jangan engkau takut menghadapi segala akibatnya

Dalam peristiwa yang telah terjadi itu, aku tidak melihat kesalahan dalam tindakanmu Akan te tapi andaikata akibatnya tidak menguntungkan, andaikata gadis itu mendendam kepadamu, engkau harus berani menghadapi kenyataan itu dengan modal utama, yaitu keyakinan bahwa engkau tidak melakukan kesalahan

Itu saja!

Thian Ki mengangguk-angguk

Terbayang semua peristiwa itu

Mula-mula dia turun tangan untuk mencegah Cin Cin membunuh ayah tirinya, yang tadinya sudah mengalah terhadap gadis itu

Tentu saja perbuatannya ini tidak salah karena tidak mengandung niat buruk di hatinya ketika dia menyelamatkan ayahnya

Akan tetapi Cin Cin bahkan menyerangnya

Diapun hanya membela diri, sama sekali tidak bermaksud untuk melukai gadis itu

Akan tetapi kenyataannya menjadi lain dari yang dia kehe ndaki

Gadis itu mencengkeram pundaknya, dan di luar kesadarannya, tanpa disengaja karena otomatis hawa beracun di tubuhnya bergerak tak te rkendali untuk melindungi pundak yang dicengkeram, tangan Cin Cin keracunan

Racun itu akan menjalar dan menewaskan Cin Cin, tanpa ada obat yang akan mampu menolongnya

Oleh karena itu, dia cepat membuntungi tangan beracun itu demi keselamatan nyawa Cin Cin

Memang tidak ada kebencian mendorong semua perbuatannya itu

Hanya nasib yang menentukan demikian

Sudah digariskan

Sudah menjadi kehendak Tuhan

Dia harus berani menghadapi segala akibatnya

Dia teringat akan sikap ayah tirinya

Ayah tirinya menghadapi pula akibat dari perbuatannya ketika muda, yaitu mengenai urusan pribadinya dengan Tung-hai Mo-li Bhok Sui lan

Dan kini ayah tirinya menanggung akibatnya

Akan te tapi dengan sikap yang gagah, tidak ingin melibatkan keluarganya

Semua akibat ditanggungnya sendiri, tanpa memperlihatkan penyesalan atau kecengengan

Sesal dan duka hanya mendatangkan kekeruhan pikiran dan hati, sama sekali tidak ada manfaatnya, sama sekali tidak akan dapat mengubah keadaan

Dia bahkan harus bertindak te gas untuk meluruskan yang bengkok, menjernihkan yang keruh

Dia harus dapat menemukan Cin Cin dan memberi penjelasan

Sukur kalau gadis itu dapat melihat kenyataan, kalau tidakpun dia harus berani menghadapi apa saja yang akan menjadi akibat dari peris tiwa itu

Memang segala sesuatu Tuhan yang menentukan akan tetapi dia harus berikhtiar, harus berusaha ke arah kebaikan dan melalui jalan kebenaran

Terima kasih, ayah

Kini aku mengerti benar dan harap ayah suka memberi tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Wajah bekas pangeran itu berseri

Thian Ki memang bukan keturunannya, bukan darah dagingnya, namun dia merasa sayang kepada anak ini, menaruh harapan besar dalam diri anak ini

Engkau sudah selesai belajar, Thian Ki

Pada saat ini, semua ilmuku sudah kuberikan kepadamu

Dalam hal ilmu silat, engkau sudah setingkat denganku, hanya mungkin kalah pengalaman s aja

Akan te tapi kekalahan itu dapat kau tutup dengan keadaan dirimu yang mengandung hawa beracun

Kalau kita berkelahi benar-benar, aku sendiri tidak akan mampu mengalahkanmu

Nah, sekarang untuk apa engkau yang sudah dewasa ini menghabis kan waktu sia-sia saja di tempat ini

Terjunlah ke dunia kang-ouw, perlihatkan dirimu sebagai seorang manusia yang berguna, bagi diri sendiri, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi rakyat.

Jadilah seorang pendekar yang berbudi baik, anakku

Kau bela yang le mah te rtindas, kau te ntang yang kuat dan jahat, akan tetapi ingat, jangan sekali-kali engkau te rlibat dalam urusan pemerintah, jangan te rlibat dalam urusan pemberontakan,

kata ibunya yang mengerling ke arah suaminya

Cian Bu Ong tidak merasa tersinggung, bahkan te rsenyum le bar dan menghela napas dalamdalam

I bumu benar, Thian Ki

Dahulu aku dikuasai nafsu yang membuat aku bercita-cita te rlalu muluk, tidak mau melihat kenyataan bahwa Kerajaan Sui telah runtuh dan Kerajaan Tang telah bangkit dan lahir menjadi penggantinya

Tidak ada yang kekal di dunia ini

Kerajaan demi Kerajaan bangkit dan jatuh, seperti juga manusia, satu demi satu lahir dan mati

Tidak mungkin menentang garis yang sudah ditentukan oleh Thian (Tuhan)

Usahaku melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan baru Tang hanya mendatangkan malapetaka bagi keluargaku, bagi aku sendiri dan banyak orang lain

Biarlah keadaanku itu menjadi contoh bagimu.



Thian Ki, engkau te ntu masih ingat akan pesan nenekmu, bukan

Nah, jangan lupa, dalam perantauanmu mencari pengalaman, pergilah engkau ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Kuning, te mui kakak-angkat mendiang ayah kandungmu, yaitu Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng dan isterinya yang bernama Bu Giok Cu

Dari merekalah engkau akan dapat memperoleh keterangan di mana adanya Pek I Tojin dan He k Bin Hwesio, dua orang yang akan mampu membebaskanmu dari hawa beracun di tubuhmu

Atau mungkin juga suami isteri itu akan mau dan mampu menolongmu.

Baik, ibu, akan kuperhatikan pesan ibu.

Nah, sebaiknya engkau berkemas dan siap untuk segera berangkat meluaskan pengalamanmu, Thian Ki,

kata pula ayah tirinya

Aku akan ikut pergi merantau bersama kakak Thian Ki!

tiba-tiba Kui Eng berkata

Suami is teri itu saling pandang dan Sim Lan Ci cepat berkata

Aih, tidak mungkin engkau melakukan perjalanan bersama Thian Ki, Kui Eng!

Kui Eng mengangkat muka memandang wajah ibu tirinya, lalu wajah ayahnya dan melihat betapa ayahnya menggele ng kepala

Kui Eng mengerutkan alisnya, cemberut dan berkata,

Hemm, aku mengerti apa yang dipikirkan ayah dan ibu! Aku sudah berusia duapuluh tahun dan aku mengerti bahwa tidak pantas bagi seorang gadis melakukan perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda, apalagi kalau mereka itu bukan saudara sekandung

Akan te tapi, ayah dan ibu

Bukankah sejak kecil aku sudah menganggap koko sebagai kakak kandungku sendiri

Semua orangpun.menganggap kami berdua kakak beradik, maka apa salahnya melakukan perjalanan berdua?

Sim Lan Ci yang merasa bahwa gadis itu bukan pute ri kandungnya, merasa tidak berdaya dan iapun hanya memandang kepada suaminya, menyerahkan keputusannya kepada suaminya

Cian Bu On menggele ng kepalanya dan suaranya te gas ketika akhirnya dia berkata,

Kui Eng, engkau tidak boleh pergi mengikuti kakakmu

Dia hendak meluaskan pengalamannya dan te rutama sekali, hendak mencari penawar hawa beracun di tubuhnya

Apalagi, dengan adanya rencana kami, ayah ibumu, maka makin tidak boleh kalian'melakukan perjalanan berdua.

Kui Eng masih mengerutkan alisnya

Aih, ayah sungguh aneh

Rencana apa yang menyebabkan aku tidak boleh pergi bersama koko?

Suami isteri itu kembali saling pandang

Mereka berdua sudah sepakat untuk menjodohkan kedua orang anak mereka itu

Hanya ada hal yang membuat mereka sangsi dan sampai sekarang, setelah Thian Ki berusia duapuluh s atu tahun dan Kui Eng berusia duapuluh tahun, mereka belum dapat memberi tahu mereka, karena keadaan Thian Ki

Dalam keadaan bertubuh seperti itu, penuh dengan hawa beracun, mereka tahu bahwa Thian Ki tidak boleh mendekati wanita

Siapapun yang berhubungan sebagai suami isteri dengan dia, pasti akan tewas! Kini, Kui Eng sudah dewasa benar, bagaimanapun juga, gadis itu dan juga Thian Ki harus diberitahu

Bagi Kui Eng, agar gadis itu tahu bahwa ia sudah mempunyai calon suami, dan bagi Thian Ki, hal itu tentu akan menjadi pendorong agar dia cepat mencari orang yang dapat membersihkan hawa beracun dari tubuhnya

Setelah saling pandang dengan is terinya dan mendapat isyarat persetujuannya, Cian Bu Ong dengan suara mantap berkata,

Rencana kami adalah untuk menjodohkan kalian menjadi suami isteri.

He ning sejenak, kehe ningan yang mencekam karena kedua orang muda itu terkejut bukan main mendengar keputusan yang keluar dari mulut Cian Bu Ong itu

Terlalu tiba-tiba datangnya, merupakan kejutan yang tak pernah mereka duga

Bagi Kui Eng, merupakan kejutan yang menyusup ke jantung dan tulang sumsumnya, karena diamdiam ia memang sudah jatuh cinta sebagai seorang wanita terhadap seorang pria kepada pemuda yang selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya itu

Akan tetapi, karena iapun sama sekali tidak menyangka bahwa ayah dan ibunya merencanakan perjodohan itu, iapun terkejut dan sejenak ia te rtegun, lalu wajahnya yang manis itu berubah menjadi merah sekali

Tanpa dapat ditahan lagi, ia menoleh memandang kepada Thian Ki dan kebetulan pemuda itupun menoleh kepadanya

Sejenak dua pasang mata berte mu pandang dan segalanya nampak berobah dalam pandang mata mereka setelah mendengar keputusan itu

Kui Eng tidak dapat menahan lagi dan menunduk dengan wajah makin memerah sampai ke lehernya, sedangkan Thian Ki juga menundukkan mukanya yang menjadi merah

Aiih, ayah..........!

Kui Eng yang menjadi salah tingkah itu merasa tidak kuat untuk berada disitu le bih lama saking malunya

Sambil mengeluarkan suara yang te rdengar seperti setengah tawa dan setengah isak, iapun melompat pergi meninggalkan ruangan itu, memasuki kamarnya sendiri

Tinggal Thian Ki yang masih duduk menundukkan mukanya di depan ayah dan ibunya, seperti orang bingung dan tidak tahu harus berkata apa

Thian Ki, bagaimana pendapatmu dengan keputusan ayahmu?

tiba-tiba ibunya bertanya untuk menuntun kembali pemuda itu ke dalam ketenangan! Thian Ki mengangkat muka memandang ibunya, lalu ayahnya, kemudian dia menghela napas panjang

Selama ini, belum pernah masuk dalam gagasannya te ntang diri Kui Eng, apalagi sebagai calon isteri

Bahkan belum pernah dia memikirkan wanita, tahu bahwa dia sama sekali tidak boleh berdekatan dengan wanita

Mendengar bahwa dia ditunangkan dengan Kui Eng membuat dia te rkejut dan heran, juga bingung mengapa ayah ibunya mengambil keputusan seperti itu

Dia memang sayang kepada Kui Eng, amat sayang kepadanya

Namun, kasih sayangnya itu adalah kasih sayang seorang kakak kepada adiknya

Dia sudah tahu bahwa Kui Eng bukan adik tiri, bukan pula adik sendiri, melainkan orang lain, tidak ada hubungan darah sama sekali, akan tetapi karena mereka berdua bergaul sejak kecil, maka dia sudah te rlanjur mencinta Kui Eng sebagai adiknya

I bu, bagaimana mungkin ini

Tubuhku.....

Tubuhmu dapat dibersihkan dari racun asal engkau dapat memperole h pertolongan pamanmu Naga Sakti Sungai Kuning, Thian Ki,

ibunya memotong

Tentu saja pernikahanmu dengan Kui Eng baru akan kami rayakan dan res mikan setelah engkau te rbebas dari hawa beracun itu.

Aku sendiri akan ikut berusaha mencarikan obat bagimu, Thian Ki

Aku mendengar bahwa di daerah perbatasan sebelah barat, di pegunungan Himalaya terdapat semacam rumput merah yang dinamakan Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah) dan yang dapat membersihkan tubuh dari segala macam pengaruh racun

Aku akan mencarinya di sana, sedangkan engkau mencari dan mengunjungi Naga Sakti Sungai Kuning.

Akan tetapi, ayah dan ibu

Bukan hanya itu yang yang menjadi pikiranku

Semua orang te lah menganggap bahwa aku dan Eng-moi adalah kakak beradik, bagaimana mungkin kami berjodoh

Apa nanti pendapat dan anggapan orang-orang kalau mendengar hal itu!

Cian Bu Ong te rtawa bergelak dan memandang kepada is terinya

Ha-ha-ha, betapa sama benar bantahanmu itu dengan bantahan ibumu

Lama kami memperbincangkan hal ini dan pendapat ibumu sama pula dengan apa yang kau katakan tadi

Akan tetapi akhirnya ibumu menyadari

Kuharap engkau akan dapat menyadari pula, Thian Ki

Kehidupan kita adalah milik kita pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain

Hidup kita tidak dapat kita gantungkan kepada pendapat orang lain, Thian Ki.

Maaf, ayah

Memang benar demikian, akan tetapi mungkinkah kita hidup tanpa memperdulikan anggapan umum

Kita hidup di masyarakat, ayah, bagaimana mungkin kita mengabaikan pendapat dan peraturan umum

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar