Sikapmu ini hanya pantas dimiliki seorang lakilaki yang lemah dan cengeng! Segalanya sudah te rjadi dan sebagai laki-laki yang gagah engkau harus berani menghadapi kenyataan, harus berani bertanggung-jawab atas semua yang te lah kaulakukan! Engkau tidak pantas disebut orang gagah kalau bersikap seperti ini, memalukan saja
Pada hal, sekarang engkau te lah selesai belajar dan sudah tiba saatnya engkau te rjun ke dunia persilatan sebagai seorang pendekar, sebagai seorang gagah agar tidak sia-sia semua pelajaran yang telah kaupelajari selama ini
Agar tidak sia-sia engkau hidup sebagai seorang manusia di dunia ini.
Ucapan Cian Bu Ong itu seperti sengat lebah, seperti siraman air dingin, membuat Thian Ki te rsadar
Dia mengangkat mukanya yang pucat dan memandang kepada ayah tirinya, juga gurunya, dan diapun menjatuhkan diri berlutut di depan ayah tirinya dan ibunya, kedua matanya basah, akan tetapi dia tidak menangis
Ayah, ibu, maafkan aku yang le mah ini
Semua kata-kata ayah, ibu dan adik Kui Eng benar
Sekarang aku menyadari bahwa sikapku ini sungguh sikap seorang pengecut yang hendak melarikan diri dari kenyataan hidup
Maafkan aku.
Ibunya, Sim Lan Ci, memaklumi apa yang te rdapat di hati puteranya, maka iapun merangkul pute ranya dengan hati terharu
Sejak kecil, ia sendiri dan mendiang suaminya, Coa Siang Lee, yang mendidik anak ini agar menjauhkan diri dari segala kekerasan, sengaja tidak mengajarkan ilmu silat bahkan menanamkan dalam hatinya agar menjauhi kekerasan
Akan tetapi ia dijadikan seorang tok tong (anak beracun) oleh mendiang neneknya yang bermaksud agar sang cucu kelak menjadi seorang jagoan tanpa tanding! Karena sudah terlanjur memiliki tubuh beracun, sehingga di luar kehendaknya beberapa orang tokoh dunia persilatan te was ketika mencoba untuk membunuh dan menyerangnya, maka kemudian setelah menjadi putera tiri Cian Bu Ong, Thian Ki belajar ilmu silat tinggi
Namun, ia tahu bahwa di dasar hati Thian Ki masih te rdapat kelembutan itu
Dia tidak ingin melukai orang, apa lagi membunuhnya
Dan kini, secara terpaksa dia membuntungi tangan Cin Cin, seorang gadis yang pernah akrab dengannya ketika masih sama-sama kecil
Sudahlah, anakku
Bangkitlah dan jangan lagi membiarkan dirimu te nggelam dalam penyesalan dan kedukaan
Ayahmu benar
Engkau seorang laki-laki yang seharusnya bersikap gagah dan jantan,
kata ibu ini
Thian Ki bangkit dan duduk kembali
Ketika dia mengangkat muka memandang ayah tirinya, ibunya dan Kui Eng, matanya sudah mengeluarkan sinar, tidak lagi muram dan layu seperti sebelumnya
Yang terpenting adalah pengamatan diri, Thian Ki
Carilah dalam dirimu sendiri dan lihat kenyataan apa yang te lah terjadi
Kalau dalam peristiwa itu engkau merasa bahwa engkau telah melakukan kesalahan, maka engkau harus berte kad untuk mengubah kesalahan itu dan tidak mengulanginya kelak
Sebaliknya, kalau engkau tidak merasa melakukan suatu kesalahan, jangan engkau takut menghadapi segala akibatnya
Dalam peristiwa yang telah terjadi itu, aku tidak melihat kesalahan dalam tindakanmu Akan te tapi andaikata akibatnya tidak menguntungkan, andaikata gadis itu mendendam kepadamu, engkau harus berani menghadapi kenyataan itu dengan modal utama, yaitu keyakinan bahwa engkau tidak melakukan kesalahan
Itu saja!
Thian Ki mengangguk-angguk
Terbayang semua peristiwa itu
Mula-mula dia turun tangan untuk mencegah Cin Cin membunuh ayah tirinya, yang tadinya sudah mengalah terhadap gadis itu
Tentu saja perbuatannya ini tidak salah karena tidak mengandung niat buruk di hatinya ketika dia menyelamatkan ayahnya
Akan tetapi Cin Cin bahkan menyerangnya
Diapun hanya membela diri, sama sekali tidak bermaksud untuk melukai gadis itu
Akan tetapi kenyataannya menjadi lain dari yang dia kehe ndaki
Gadis itu mencengkeram pundaknya, dan di luar kesadarannya, tanpa disengaja karena otomatis hawa beracun di tubuhnya bergerak tak te rkendali untuk melindungi pundak yang dicengkeram, tangan Cin Cin keracunan
Racun itu akan menjalar dan menewaskan Cin Cin, tanpa ada obat yang akan mampu menolongnya
Oleh karena itu, dia cepat membuntungi tangan beracun itu demi keselamatan nyawa Cin Cin
Memang tidak ada kebencian mendorong semua perbuatannya itu
Hanya nasib yang menentukan demikian
Sudah digariskan
Sudah menjadi kehendak Tuhan
Dia harus berani menghadapi segala akibatnya
Dia teringat akan sikap ayah tirinya
Ayah tirinya menghadapi pula akibat dari perbuatannya ketika muda, yaitu mengenai urusan pribadinya dengan Tung-hai Mo-li Bhok Sui lan
Dan kini ayah tirinya menanggung akibatnya
Akan te tapi dengan sikap yang gagah, tidak ingin melibatkan keluarganya
Semua akibat ditanggungnya sendiri, tanpa memperlihatkan penyesalan atau kecengengan
Sesal dan duka hanya mendatangkan kekeruhan pikiran dan hati, sama sekali tidak ada manfaatnya, sama sekali tidak akan dapat mengubah keadaan
Dia bahkan harus bertindak te gas untuk meluruskan yang bengkok, menjernihkan yang keruh
Dia harus dapat menemukan Cin Cin dan memberi penjelasan
Sukur kalau gadis itu dapat melihat kenyataan, kalau tidakpun dia harus berani menghadapi apa saja yang akan menjadi akibat dari peris tiwa itu
Memang segala sesuatu Tuhan yang menentukan akan tetapi dia harus berikhtiar, harus berusaha ke arah kebaikan dan melalui jalan kebenaran
Terima kasih, ayah
Kini aku mengerti benar dan harap ayah suka memberi tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Wajah bekas pangeran itu berseri
Thian Ki memang bukan keturunannya, bukan darah dagingnya, namun dia merasa sayang kepada anak ini, menaruh harapan besar dalam diri anak ini
Engkau sudah selesai belajar, Thian Ki
Pada saat ini, semua ilmuku sudah kuberikan kepadamu
Dalam hal ilmu silat, engkau sudah setingkat denganku, hanya mungkin kalah pengalaman s aja
Akan te tapi kekalahan itu dapat kau tutup dengan keadaan dirimu yang mengandung hawa beracun
Kalau kita berkelahi benar-benar, aku sendiri tidak akan mampu mengalahkanmu
Nah, sekarang untuk apa engkau yang sudah dewasa ini menghabis kan waktu sia-sia saja di tempat ini
Terjunlah ke dunia kang-ouw, perlihatkan dirimu sebagai seorang manusia yang berguna, bagi diri sendiri, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi rakyat.
Jadilah seorang pendekar yang berbudi baik, anakku
Kau bela yang le mah te rtindas, kau te ntang yang kuat dan jahat, akan tetapi ingat, jangan sekali-kali engkau te rlibat dalam urusan pemerintah, jangan te rlibat dalam urusan pemberontakan,
kata ibunya yang mengerling ke arah suaminya
Cian Bu Ong tidak merasa tersinggung, bahkan te rsenyum le bar dan menghela napas dalamdalam
I bumu benar, Thian Ki
Dahulu aku dikuasai nafsu yang membuat aku bercita-cita te rlalu muluk, tidak mau melihat kenyataan bahwa Kerajaan Sui telah runtuh dan Kerajaan Tang telah bangkit dan lahir menjadi penggantinya
Tidak ada yang kekal di dunia ini
Kerajaan demi Kerajaan bangkit dan jatuh, seperti juga manusia, satu demi satu lahir dan mati
Tidak mungkin menentang garis yang sudah ditentukan oleh Thian (Tuhan)
Usahaku melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan baru Tang hanya mendatangkan malapetaka bagi keluargaku, bagi aku sendiri dan banyak orang lain
Biarlah keadaanku itu menjadi contoh bagimu.
Thian Ki, engkau te ntu masih ingat akan pesan nenekmu, bukan
Nah, jangan lupa, dalam perantauanmu mencari pengalaman, pergilah engkau ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Kuning, te mui kakak-angkat mendiang ayah kandungmu, yaitu Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng dan isterinya yang bernama Bu Giok Cu
Dari merekalah engkau akan dapat memperoleh keterangan di mana adanya Pek I Tojin dan He k Bin Hwesio, dua orang yang akan mampu membebaskanmu dari hawa beracun di tubuhmu
Atau mungkin juga suami isteri itu akan mau dan mampu menolongmu.
Baik, ibu, akan kuperhatikan pesan ibu.
Nah, sebaiknya engkau berkemas dan siap untuk segera berangkat meluaskan pengalamanmu, Thian Ki,
kata pula ayah tirinya
Aku akan ikut pergi merantau bersama kakak Thian Ki!
tiba-tiba Kui Eng berkata
Suami is teri itu saling pandang dan Sim Lan Ci cepat berkata
Aih, tidak mungkin engkau melakukan perjalanan bersama Thian Ki, Kui Eng!
Kui Eng mengangkat muka memandang wajah ibu tirinya, lalu wajah ayahnya dan melihat betapa ayahnya menggele ng kepala
Kui Eng mengerutkan alisnya, cemberut dan berkata,
Hemm, aku mengerti apa yang dipikirkan ayah dan ibu! Aku sudah berusia duapuluh tahun dan aku mengerti bahwa tidak pantas bagi seorang gadis melakukan perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda, apalagi kalau mereka itu bukan saudara sekandung
Akan te tapi, ayah dan ibu
Bukankah sejak kecil aku sudah menganggap koko sebagai kakak kandungku sendiri
Semua orangpun.menganggap kami berdua kakak beradik, maka apa salahnya melakukan perjalanan berdua?
Sim Lan Ci yang merasa bahwa gadis itu bukan pute ri kandungnya, merasa tidak berdaya dan iapun hanya memandang kepada suaminya, menyerahkan keputusannya kepada suaminya
Cian Bu On menggele ng kepalanya dan suaranya te gas ketika akhirnya dia berkata,
Kui Eng, engkau tidak boleh pergi mengikuti kakakmu
Dia hendak meluaskan pengalamannya dan te rutama sekali, hendak mencari penawar hawa beracun di tubuhnya
Apalagi, dengan adanya rencana kami, ayah ibumu, maka makin tidak boleh kalian'melakukan perjalanan berdua.
Kui Eng masih mengerutkan alisnya
Aih, ayah sungguh aneh
Rencana apa yang menyebabkan aku tidak boleh pergi bersama koko?
Suami isteri itu kembali saling pandang
Mereka berdua sudah sepakat untuk menjodohkan kedua orang anak mereka itu
Hanya ada hal yang membuat mereka sangsi dan sampai sekarang, setelah Thian Ki berusia duapuluh s atu tahun dan Kui Eng berusia duapuluh tahun, mereka belum dapat memberi tahu mereka, karena keadaan Thian Ki
Dalam keadaan bertubuh seperti itu, penuh dengan hawa beracun, mereka tahu bahwa Thian Ki tidak boleh mendekati wanita
Siapapun yang berhubungan sebagai suami isteri dengan dia, pasti akan tewas! Kini, Kui Eng sudah dewasa benar, bagaimanapun juga, gadis itu dan juga Thian Ki harus diberitahu
Bagi Kui Eng, agar gadis itu tahu bahwa ia sudah mempunyai calon suami, dan bagi Thian Ki, hal itu tentu akan menjadi pendorong agar dia cepat mencari orang yang dapat membersihkan hawa beracun dari tubuhnya
Setelah saling pandang dengan is terinya dan mendapat isyarat persetujuannya, Cian Bu Ong dengan suara mantap berkata,
Rencana kami adalah untuk menjodohkan kalian menjadi suami isteri.
He ning sejenak, kehe ningan yang mencekam karena kedua orang muda itu terkejut bukan main mendengar keputusan yang keluar dari mulut Cian Bu Ong itu
Terlalu tiba-tiba datangnya, merupakan kejutan yang tak pernah mereka duga
Bagi Kui Eng, merupakan kejutan yang menyusup ke jantung dan tulang sumsumnya, karena diamdiam ia memang sudah jatuh cinta sebagai seorang wanita terhadap seorang pria kepada pemuda yang selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya itu
Akan tetapi, karena iapun sama sekali tidak menyangka bahwa ayah dan ibunya merencanakan perjodohan itu, iapun terkejut dan sejenak ia te rtegun, lalu wajahnya yang manis itu berubah menjadi merah sekali
Tanpa dapat ditahan lagi, ia menoleh memandang kepada Thian Ki dan kebetulan pemuda itupun menoleh kepadanya
Sejenak dua pasang mata berte mu pandang dan segalanya nampak berobah dalam pandang mata mereka setelah mendengar keputusan itu
Kui Eng tidak dapat menahan lagi dan menunduk dengan wajah makin memerah sampai ke lehernya, sedangkan Thian Ki juga menundukkan mukanya yang menjadi merah
Aiih, ayah..........!
Kui Eng yang menjadi salah tingkah itu merasa tidak kuat untuk berada disitu le bih lama saking malunya
Sambil mengeluarkan suara yang te rdengar seperti setengah tawa dan setengah isak, iapun melompat pergi meninggalkan ruangan itu, memasuki kamarnya sendiri
Tinggal Thian Ki yang masih duduk menundukkan mukanya di depan ayah dan ibunya, seperti orang bingung dan tidak tahu harus berkata apa
Thian Ki, bagaimana pendapatmu dengan keputusan ayahmu?
tiba-tiba ibunya bertanya untuk menuntun kembali pemuda itu ke dalam ketenangan! Thian Ki mengangkat muka memandang ibunya, lalu ayahnya, kemudian dia menghela napas panjang
Selama ini, belum pernah masuk dalam gagasannya te ntang diri Kui Eng, apalagi sebagai calon isteri
Bahkan belum pernah dia memikirkan wanita, tahu bahwa dia sama sekali tidak boleh berdekatan dengan wanita
Mendengar bahwa dia ditunangkan dengan Kui Eng membuat dia te rkejut dan heran, juga bingung mengapa ayah ibunya mengambil keputusan seperti itu
Dia memang sayang kepada Kui Eng, amat sayang kepadanya
Namun, kasih sayangnya itu adalah kasih sayang seorang kakak kepada adiknya
Dia sudah tahu bahwa Kui Eng bukan adik tiri, bukan pula adik sendiri, melainkan orang lain, tidak ada hubungan darah sama sekali, akan tetapi karena mereka berdua bergaul sejak kecil, maka dia sudah te rlanjur mencinta Kui Eng sebagai adiknya
I bu, bagaimana mungkin ini
Tubuhku.....
Tubuhmu dapat dibersihkan dari racun asal engkau dapat memperole h pertolongan pamanmu Naga Sakti Sungai Kuning, Thian Ki,
ibunya memotong
Tentu saja pernikahanmu dengan Kui Eng baru akan kami rayakan dan res mikan setelah engkau te rbebas dari hawa beracun itu.
Aku sendiri akan ikut berusaha mencarikan obat bagimu, Thian Ki
Aku mendengar bahwa di daerah perbatasan sebelah barat, di pegunungan Himalaya terdapat semacam rumput merah yang dinamakan Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah) dan yang dapat membersihkan tubuh dari segala macam pengaruh racun
Aku akan mencarinya di sana, sedangkan engkau mencari dan mengunjungi Naga Sakti Sungai Kuning.
Akan tetapi, ayah dan ibu
Bukan hanya itu yang yang menjadi pikiranku
Semua orang te lah menganggap bahwa aku dan Eng-moi adalah kakak beradik, bagaimana mungkin kami berjodoh
Apa nanti pendapat dan anggapan orang-orang kalau mendengar hal itu!
Cian Bu Ong te rtawa bergelak dan memandang kepada is terinya
Ha-ha-ha, betapa sama benar bantahanmu itu dengan bantahan ibumu
Lama kami memperbincangkan hal ini dan pendapat ibumu sama pula dengan apa yang kau katakan tadi
Akan tetapi akhirnya ibumu menyadari
Kuharap engkau akan dapat menyadari pula, Thian Ki
Kehidupan kita adalah milik kita pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain
Hidup kita tidak dapat kita gantungkan kepada pendapat orang lain, Thian Ki.
Maaf, ayah
Memang benar demikian, akan tetapi mungkinkah kita hidup tanpa memperdulikan anggapan umum
Kita hidup di masyarakat, ayah, bagaimana mungkin kita mengabaikan pendapat dan peraturan umum