Namun, ia bukanlah seorang wanita yang mudah puas
Citacitanya setinggi langit
Segala macam pria yang berkedudukan tinggi itu tidak ada artinya baginya
Ia harus mencapai puncaknya! Orang ke dua setelah Kaisar Tang Tai Cung yang dianggapnya akan mampu mengangkatnya ke te mpat tertinggi, adalah Pangeran Li Hong, putera mahkota! Pangeran ini berusia duapuluh tahun, tentu saja jauh lebih menarik daripada ayahnya, Kaisar Tang Tai Cung yang sudah berusia empatpuluh tahun
Kembali Bu Couw Hwa mengatur siasat
Sebagai seorang dayang yang dipercaya membersihkan kamar-kamar, te ntu saja banyak kesempatan baginya untu k menyambar barang-barang berharga yang berserakan dan tidak pernah diteliti oleh para permais uri dan selir
Mudah saja bagi Bu Couw Hwa untuk mencuri barang-barang perhiasan berharga dan benda-benda ini ia pergunakan untuk mendekati para thai-kam
De ngan menyogok sana sini akhirnya para thaikam dapat mengatur suatu pertemuan yang seolah-olah tidak disengaja antara ia dan Pangeran Mahkota Li Hong di dalam taman
Pada suatu malam te rang bulan, ketika Pangeran Mahkota Li Hong sedang berjalan-jalan seorang diri di taman besar istana, hanya ditemani dua orang thai-kam kepercayaan, tiba-tiba ia mendengar suara yang-kim (s iter) yang nyaring
Lalu suara itu disusul kemerduan suara seorang wanita yang bernyanyi
Mendengar ini, Pangeran Li Hong menghentikan langkahnya dan mendengarkan
Nyanyian itu amat terkenal, nyanyian rakyat yang menceritakan tentang seekor burung merak yang merindukan seekor burung dewata, betapa sang merak merasa rendah diri dan buruk dibandingkan sang burung dewata, namun betapa rindunya untuk berdekatan dengan raja burung itu
Entah karena is i nyanyian itu atau merdunya suara dan yang-kim atau karena malam te rang bulan di taman mendengar nyanyian itu merupakan perpaduan yang amat indah, namun pangeran yang masih muda itu merasa tertarik dan kagum se kali
Siapa yang bernyanyi itu?
tanyanya sambil memandang ke arah sebuah pondok kecil mungil yang berada di dalam taman, darimana suara itu te rdengar
Tentu saja dua orang thai-kam itu tahu siapa pemilik suara itu, karena merekalah yang mengatur perte muan ini, akan tetapi mereka tidak mau mengaku dan mengatakan bahwa mungkin seorang dua oran g dayang yang sedang bertugas di situ membersihkan pondok yang menjadi te mpat peristirahatan para puteri
Akan te tapi itu hanya dugaan hamba saja pangeran,
kata pula orang kedua,
s etahu kami tidak ada dayang is tana yang memiliki suara semerdu itu dan keahlian memainkan yang-kim seindah itu.
Tentu saja hati sang pangeran menjadi semakin te rtarik, maka ketika dua orang thai-kam itu mengajak dia untuk mengintai melalui belakang pondok, diapun tersenyum dan mengikuti mereka
Semua ini memang sudah diatur oleh Bu Couw Hwa dan dua orang thai-kam itu
Ketika sang pangeran bersama dua orang thai-kam mengintai melalui pondok belakang, mereka melihat seorang gadis cantik jelita sedang duduk seorang diri memainkan yang-kim karena nyanyian itu telah selesai
Gadis itu cantik manis dan jari-jari tangannya yang le ntik bergerak menari-nari dengan indahnya di atas yang-kim, mukanya agak diangkat seolah gadis itu sedang memandang bulan di langit dengan mata yang redup sayu, dengan mulut yang setengah terbuka
Bukan main indahnya penglihatan itu
Melihat seorang gadis cantik jelita bermain yang-kim, di taman bunga dalam te rang bulan, sungguh suatu keindahan seperti yang te rkandung dalam sajak yang indah
Hati sang pangeran seketika terpikat
Suasana itu mendatangkan ketentraman dan kelembutan yang penuh damai, menimbulkan gairah romantika yang syahdu dan darah mudanya bergejolak
Melihat bahwa gadis itu mengenakan pakaian seperti seorang dayang, maka keberanian sang pangeran meningkat
Kalau wanita itu seorang selir ayahnya, te ntu saja dia tidak akan berani menggodanya
Akan te tapi seorang dayang hanyalah seorang pelayan, walaupun banyak selir berasal dari dayang
Bersama dua orang thai-kam yang di percayanya itu, diapun memasuki pondok itu dari pintu belakang dan menghampiri gadis yang masih memainkan yang-kim lirih-lirih sambil melamun
Nona, suaramu indah sekali.
Pangeran Li Hong memuji setelah berada dekat di belakang gadis itu
De ngan permainan sandiwara yang baik sekali, gadis itu mele paskan yang-kimnya saking kaget, memutar tubuhnya, te rbelalak dan membuka mulut secara manis sekali, mengangkat kedua tangan ke atas, lupa bahwa baju depannya setengah terbuka sehingga nampak sebagian dadanya yang mulus dan putih, lalu menjatuhkan diri berlutut
Yang mulia Pangeran......, hamba...
hamba mohon maaf......hamba tidak tahu akan kehadiran paduka...
hamba siap menerima hukuman mati..
katanya dengan suara yang merdu dan seperti orang yang ketakutan, suaranya berdesah dan berbisik
Pangeran Li Hong tertawa, semakin kagum karena setelah berada dekat, dia melihat bahwa gadis ini memang cantik sekali dan keharuman khas keluar dari tubuhnya
Padahal gadis ini baru selesai bekerja agaknya, setelah membersihkan pondok itu dan beris tirahat, tentu tidak mempersiapkan diri, tidak mempersolek diri
Bajunyapun setengah te rbuka dan rambutnya kusut
Sama sekali dia tidak pernah mimpi bahwa kekusutan pada diri Bu Couw Hwa itu adalah kekusutan
teratur
Ha-ha-ha, nona, jangan takut
Engkau tidak bersalah apa-apa, aku tadi hanya te rtarik oleh suaramu yang merdu dan permainan yang-kimmu yang indah
Aku ingin mendengar le bih banyak
Mainkanlah yang-kim itu dan bernyanyilah untukku.
Aiih, ampunkan hamba, pangeran
Bagaima hamba berani memperdengarkan suara hamba yang parau dan permainan yang-kim hamba yang ngawur
Hamba hanya seorang dayang.......
Jangan merendahkan dirimu, eh, siapa namamu?
Bukan main girangnya rasa hati Bu Couw Hwa
Perhatian dari pangeran itu menunjukkan bahwa siasatnya mulai berhasil
Umpannya mulai disambar kakap!
Nama hamba Bu Couw Hwa, pangeran.
Bagus, Couw Hwa, atau kusebut saja engkau Hwa Hwa!
Pangeran itu tertawa lagi, girang karena wajah gadis itu demikian cerah dan ramah sehingga menimbulkan suasana yang gembira
Dia lalu memerintahkan kedua orang thai-kam
Cepat ambilkan arak dan makanan, aku ingin makan malam di sini
Hwa Hwa, maukah engkau melayaniku makan malam di s ini?
Mau
Aiiih, pangeran
Hamba merasa seperti kejatuhan bintang, mendapat kehormatan besar sekali
Tentu saja hamba suka sekali
Biar hamba bersihkan dulu meja dan dan hamba ganti dengan kain penutup yang baru!
Dengan gerakan lincah, le nggang yang membuat pinggulnya yang bulat besar seperti menari-nari, gadis itu mengerjakan persiapan untuk makan malam sang pangeran
Setiap gerak geriknya diikuti pandang mata pangeran muda itu yang menjadi semakin te rpesona
Aku harus dapat menaikkan harga diriku,
demikian sambil membersihkan dan merapikan meja, gadis itu berpikir
Kalau kujual murah, te ntu akhirnya sebentar saja dia akan lupa padaku.
Bu Couw Hwa memang cerdik luar biasa
Ia mempergunakan siasat memikat pangeran mahkota bukan sekedar merupakan petualangan cinta belaka
Sama sekali tidak! Ia memiliki tujuan yang le bih inggi lagi, mempunyai cita-cita yang muluk
Usahanya te rhadap Kaisar gagal setengah jalan, maka kini ia menempuh jalan lain, melalui Pangeran Mahkota! Tak lama kemudian, pangeran itu makan minum di dalam kamar, dilayani Bu Couw Hwa, kemudian gadis itupun beberapa kali memainkan yang-kim dan bernyanyi, bahkan mengajak pangeran itu bercakap-cakap tentang seni suara dan seni sastra, karena iapun pandai membuat sajak atau syair berpasangan yang mengandung makna dalam
Mendengar bahwa usia gadis itu baru menjelang tujuhbelas tahun, sang pangeran menjadi semakin kagum
Akan te tapi ketika dia mulai memperlihatkan gejolak berahinya, dengan le mbut Bu Couw Hwa menolaknya
Dengan halus dan le mbut.! Tentu saja sang pangeran menjadi penas aran bukan main
Penolakan yang halus itu sama sekali tidak membuatnya marah, bahkan membuat berahinya semakin berkobar seperti api disiram minyak
Wanita muda itu tetap bersikap manis, bersikap amat menyayang dan hormat sehingga sang pangeran merasa dimanja
De ngan sikapnya, Bu Couw Hwa jelas menyatakan perasaan hatinya yang jatuh cinta kepada junjungan itu
Kerling matanya, senyumnya, gerakan tubuhnya, suaranya, semua jelas membayangkan bahwa ia mencinta sang pangeran
Akan tetapi kalau pangeran itu hendak menyentuhnya, ia dengan halus dan sopan menjauhkan diri dan pandang matanya nampak sayu dan sedih.! Ia seperti jinakjinak merpati yang membuat pangeran menjadi semakin terpikat
Akhirnya setelah jelas bahwa wanita itu tidak bersedia melayaninya bercinta, sang pangeran meninggalkan te mpat itu, diantar senyum dan kerling penuh kasih ole h Bu Couw Hwa
Dalam perjalanan kembali ke tempat tinggalnya sendiri itulah sang pangeran menyatakan keheranannya
I a begitu dekat, akan te tapi begitu jauh,
ratap pangeran itu kepada dua orang kepercayaannya
I a seperti menantang, akan tetapi selalu menghindar
Ia jelas mencintaku, akan te tapi tak ingin kujamah
Mengapa begitu, seolah ia menyiksaku?
Dua orang thai-kam itu saling lirik dan te rsenyum, diam-diam kagum sekali kepada gadis itu
Seorang wanita muda yang luar biasa, seperti minuman arak yang amat baik, le mbut memabokkan, akan te tapi tidak te rasa oleh yang mabok
Tepat seperti yang telah diatur oleh Bu Couw Hwa yang te lah menyogok mereka dengan banyak benda berharga, mereka lalu berkata bahwa dayang itu pernah menjadi dayang kesayangan Kaisar, bahkan telah beberapa kali mendapat kehormatan melayani kaisar
Mungkin karena ia tidak ingin membuat paduka melakukan kesalahan, maka ia sengaja menahan diri dan menghindar, yany mulia,
kata mereka
Ahh......begitukah
Sungguh ia seorang wanita yang baik dan le mbut hati, setia dan juga tidak ingin melihat aku melakukan kesalahan
Akan tetapi ia hanya seorang dayang, belum diangkat menjadi selir ayahanda kaisar, bukan?
Demikianlah, yang mulia
Ia masih belum menjadi selir yang sah.
Kalau begitu, ia masih seorang dayang, dan bukan suatu pelanggaran dosa kalau terjadi hubungan antara kami,
pangeran yang sudah te rgila-gila itu membela diri
Me mang sesungguhnya demikian, pangeran
Apa lagi yang mulia Sribaginda te rlalu sibuk sehingga hampir melupakannya, karena itulah maka ia tadi menyanyikan lagu kerinduan
Paduka dapat menduga, siapa yang disebut sebagai burung Hong yang dirindukannya?
Siapa lagi kalau bukan Sribaginda?
Dua orang thai-kam itu tersenyum
Yang mulia Pangeran, ia menjadi kekasih Sribaginda hanya selama beberapa kali saja dan menurut keterangannya hal itupun te rjadi selagi Sribaginda dalam keadaan te rlalu banyak minum anggur, sehingga pertama kalinya terjadi di kamar mandi di mana Bu Couw Hwa bertugas membersihkan kamar mandi
Tidak, bukan Yang Mulia Sribaginda Kaisar yang dimaksudkan sebagai burung Hong yang dirindukannya dalam nyanyian tadi, melainkan paduka.
Ehh
Bagaimana engkau bisa tahu?
pangeran itu bertanya, curiga
Yang Mulia, pernah ketika bertemu dengan hamba, ia mengatakan bahwa betapa bahagianya hamba menjadi pelayan paduka, selalu dekat dengan paduka
Nah, bukankah itu suatu bukti bahwa diam-diam ia memuja paduka
Pula, bukankah nama burung itu sama dengan nama paduka?
Bukan main girangnya hati Pangeran Li Hong mendengar ini
Dan selanjutnya, atas bantuan dua orang thai-kam itu yang mengharapkan banyak hadiah, diaturlah pertemuan-pertemuan selanjutnya antara Pangeran Li Hong dan Bu Couw Hwa
Bu Cou w Hwa cerdik luar biasa
Ia bersikap jatuh cinta dan te rgila-gila kepada sang pangeran
Akan te tapi, ia mohon agar hubungan itu dirahasiakan, katanya untuk menjaga agar jangan sampai kaisar mendengar dan akan menyalahkan mereka
Juga dari kedua thai-kam itu ia menerima ramuan obat untuk mencegah agar dalam hubungannya dengan sang pangeran, ia tidak sampai hamil
Ia memikat dan mengikat cinta kasih sang pangeran, dan untuk itu ia bersikap cerdik sekali
Ia sengaja menjual mahal, sengaja tidak selalu memenuhi permintaan sang pangeran untuk mengadakan perte muan, dengan berbagai alasan yang masuk akal
Hal ini ia lakukan untuk membuat sang pangeran tetap rindu kepadanya
Setelah semalam melayani dengan seluruh kemampuannya untuk membuat sang pangeran mabok kepayang, ia s elalu menjauhkan diri sampai berminggu-minggu
Hal ini membuat Pangeran Li Hong yang masih muda itu benar-benar menjadi te rgila-gila
Bu Couw Hwa mulai membuat ikatan-ikatan, seperti seekor laba-laba menjaring seekor belalang, dengan benang-benang halus lembut namun kokoh kuat sehingga sang belalang tidak merasa bahwa ia masuk ke dalam perangkap! -ooo0dw0ooo-
Sudahlah, Thian Ki
Engkau tidak salah
Gadis itu yang mencari gara-gara sendiri
Kalau ia tidak berniat membunuhmu dan mencengkeram pundakmu, te ntu ia tidak akan keracunan dan kalau engkau membuntungi pergelangan tangannya, hal itu kaulakukan justru untuk menyelamatkan nyawanya dari kematian
Kenapa engkau menyesali diri seperti ini, berhari-hari tidak mau makan minum sampai tubuhmu menjadi kurus kering, wajahmu pucat dan engkau seperti seorang yang kehilangan semangatnya?
tegur ibunya, Sim Lan Ci yang te lah mendengar semua te ntang pertandingan antara suaminya dan Kam Cin, kemudian tentang Kam Cin menyerang pute ranya sehingga gadis itu keracunan dan pergelangan tangannya dibuntungi pute ranya untuk menyelamatkan nyawa gadis itu
Thian Ki tidak menjawab, hanya menundukkan mukanya
Sejak peristiwa itu, dia tidak pernah dapat melupakan bayangan Cin Cin dengan tangan kirinya yang buntung, tak dapat melupakan betapa dia yang membuntungi tangan gadis itu, dan selalu wajah Cin Cin ketika memandang kepadanya untuk yang te rakhir kali membayanginya sampai ke dalam mimpi
Hal ini membuat dia merasa menyesal bukan main
Apalagi kalau dia teringat ketika pernah bersama ayah bundanya menjadi tamu di rumah Cin Cin
Kedukaan ini membuat dia lupa makan lupa tidur
Selain engkau tidak bersalah, Cin Cin itu jahat bukan main, koko! Kenapa orang seperti itu koko ingat terus
Ia telah menghina kita, ia telah berniat membunuh ayah, bahkan membunuhmu
Apakan engkau takut kalau ia mendendam kepadamu karena engkau membuntungi tangannya
Jangan takut, aku akan membantumu membasminya kalau ia berani mencoba untuk membalas dendam!
kata Kui Eng dengan hati panas
Entah bagaimana ia sendiri tidak tahu, setelah ia mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Sim Lan Ci, tidak mempunyai hubungan keluarga atau darah dengan Thian Ki, pandangannya te rhadap pemuda itu berubah sama sekali
Sejak kecil ia memang amat sayang kepada kakaknya ini, akan tetapi sekarang, setelah mengetahui bahwa Thian Ki bukan apa-apa melainkan orang lain, kesayangannya sebagai adik te rhadap kakak kandung berubah menjadi cinta kasih seorang wanita terhadap pria! Maka, melihat Thian Ki begitu murung dan berduka karena seorang gadis lain, apa lagi gadis itu musuh besar ayah kandungnya, ia merasa cemburu dan marah
Thian Ki memandang adiknya sejenak, lalu menunduk lagi dan menghela napas panjang, dia tidak menjawab
Dia menyadari bahwa dia tidak bersalah tentang buntungnya tangan Cin Cin, namun betapapun juga, buntungnya tangan itu adalah karena dia
Gadis itu keracunan karena tubuhnya beracun dan biarpun dia menyelamatkan nyawa gadis itu dengan membuntungi tangannya, tetap saja dialah yang membuntungi tangan itu! Dan dia tidak mungkin dapat melupakan sinar mata dan tarikan wajah Cin Cin ketika gadis itu memandang kepada le ngannya yang buntung dengan mata terbelalak dan mulut ternganga!
Thian Ki, aku merasa kecewa dan malu melihat sikapmu ini!
tiba-tiba terdengar suara Cian Bu Ong yang menggele gar dan penuh kewibawaan