Tak dapat dicegah lagi, tangan kanan Cin Cin yang seperti lumpuh seketika itu melepaskan pedangnya, akan te tapi gadis yang lihai itu masih sempat menggerakkan kakinya menendang ke arah dada lawan
Pandang mata Thian Ki yang terlatih menangkap gerakan kaki ini dan melihat pula betapa ayah tirinya masih sempat menghindar kalau ia kehe ndaki
Namun bekas pangeran itu agaknya memang sengaja memperlambat gerakannya dan dadanya masih te rkena te ndangan itu
Dukk!
Tubuh Cian Bu Ong te rjengkang dan te rbanting keras
Dia bangkit duduk, meringis kesakitan akan tetapi tersenyum dan berkata,
Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat...........!
Akan te tapi tiba-tiba gadis itu meloncat dan menyambar pedangnya yang tadi terlepas dan secepat kilat ia menyerang Cian Bu Ong yang masih duduk dan belum bangkit berdiri itu
Bekas pangeran itu terkejut, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa gadis itu sedemikian ganasnya, menyerang ia yang sudah terkena tendangan
Plakk!
lengan tangan Cin Cin yang memegang pedang dite puk dari samping dan gadis terkejut bukan main karena merasa betapa seluruh le ngannya tergetar dan dengan sendirinya tusukan pedangnya ke arah Cian Bu Ong itu menyamping dan tidak mengenai sasaran
Ketika ia menengok, ia melihat bahwa yang menghalanginya adalah Thian Ki
Matanya melotot dan kedua pipinya menjadi kemerahan
Coa Thian Ki! Engkau berani menghalangi aku membunuh musuh bes arku!
bentaknya
Sabar dan te nanglah, Cin Cin
Tidak tahukah engkau betapa tadi ayah telah bersikap mengalah kepadamu
Kalau dia menghendaki, tentu engkau tadi telah dirobohkan
Dia sudah mengalah, bahkan menerima te ndanganmu dengan sengaja
Mengapa engkau begini nekat untuk menyerang selagi dia belum siap?
Tidak perduli! Dia atau aku yang harus mati di sini, dan kalau engkau membelanya, berarti engkau menjadi musuh besarku dan harus mati pula!
setelah membentak demikian, Cin Cin menggunakan pedangnya menyerang Thian Ki dengan ganasnya.! Tentu saja Thian Ki tidak ingin menjadi mangsa pedang di tangan Cin Cin yang sedang marah itu
Dia mengelak dan te rpaksa balas menyerang karena kalau tidak, te ntu dia tidak mampu bertahan terus
Diapun menggunakan ilmu silat yang sama seperti dimainkan ayah tirinya tadi, dan menggunakan kedua ujung le ngan baju untuk senjata
Walaupun kedua ujung le ngan bajunya tidak selebar lengan baju ayah tirinya, namun Thian Ki memiliki gerakan yang lebih cepat
Pula, dia memiliki te naga sin-kang yang amat kuat pula, bahkan le bih kuat dari ayah tirinya berkat kemampuannya menguasai hawa beracun yang ada di dalam tubuhnya, ilmu yang dia dapatkan dari mendiang Lo Nikouw atau yang dahulunya adalah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, neneknya
Diam-diam Cin Cin terkejut bukan main
Dalam kemarahannya tadi melihat Thian Ki membela ayah tirinya, ia kecewa dan penasaran sekali dan hendak membunuh siapa saja yang membela musuh besarnya
Tidak disangkanya sama sekali bahwa Thian Ki te rnyata tak kalah lihainya dibandingkan Cian Bu Ong! Dia te rkejut, heran dan kagum, akan te tapi kemarahan dan rasa penas arannya memuncak
Ia mengeluarkan seluruh kepandaiannya, dan mengerahkan seluruh te naga, menggunakan ilmu pedang Koai-liongkiamsut yang memang dahsyat itu
Diam-diam Thian Ki mengeluh dalam hatinya
Gadis ini memang tangguh bukan main dan sukar memang menundukkannya tanpa meruntuhkan pedangnya
Kalau dia membuat pedang itu terlepas, hal itu te ntu akan membuat Cin Cin menjadi semakin marah
Akan te tapi kalau tidak demikian, bagaimana mungkin menundukkan gadis yang lihai dan ganas ini
Satu-satunya jalan adalah mencontoh ayah tirinya tadi
Menjatuhkan pedang dari tangan Cin Cin dan membiarkan dirinya te rkena tendangannya yang lihai
Kalau dia mengerahkan sin-kang, tentu te ndangan itu tidak akan melukainya, seperti yang dilakukan ayah tirinya tadi
Haiiiiitttt..........!
Cin Cin menyerang semakin ganas
Cukup, Cin Cin!
Thian Ki membentak dan tibatiba saja kedua ujung lengan bajunya menangkap dan membelit ujung pedang, lalu tangan kirinya meluncur keluar dari ujung le ngan baju dan menotok jalan darah di bawah siku lengan gadis itu
I hhh...............!
Untuk ke dua kalinya te rpaksa Cin Cin melepaskan pedangnya, akan tetapi dengan kemarahan meluap, dan dengan nekat tangan kirinya bergerak mencengkeram ke arah le her di atas pundak kanan Thian Ki
Serangan itu demikian tiba-tiba sehingga mengejutkan Thian Ki yang tadinya mengharapkan gadis itu akan menendangnya seperti yang dilakukannya kepada Cian Bu Ong
Ia cepat menarik tubuh atas ke belakang namun Cin Cin sudah menguasai ilmu yang membuat le ngannya dapat memanjang beberapa inci, sehingga biarpun tangannya tidak dapat mencapai le her, masih mampu mencengkeram pundak kanan Thian Ki
Kelima jari tangannya berubah seperti baja dan kuku-kuku tangannya mencengkeram bagai lima batang pisau tajam runcing, lima jari tangan kiri itu menancap dan masuk ke dalam daging di pundak Thian Ki
Ahhh............!
Thian Ki terkejut setengah mati, bukan karena luka di pundaknya, melainkan karena secara otomatis, tanpa dapat dicegah lagi, hawa beracun di tubuhnya bekerja menyambut jari-jari tangan yang memasuki daging pundaknya itu
Aihhhhhhh............!
Cin Cin menjerit cepat menarik kembali tangan kirinya dan ia te rbelalak memandang kepada tangan kirinya yang te lah menghitam seluruh jari tangannya
Kemudian te rbelalak pula ia memandang kepada Thian Ki,
Kau.......kau...........!
Wajah Thian Ki berubah pucat sekali ketika memandang ke arah tangan kiri gadis itu
Dia tahu bahwa nyawa Cin Cin te rancam bahaya maut
Hawa beracun yang ditanamkan oleh mendiang neneknya ke dalam tubuhnya adalah racun yang amat dahsyat, bahkan belum dapat ditemukan pemunahnya
Hawa beracun yang membuat ke lima jari tangan Cin Cin menghitam itu akan menjalar terus ke atas daan kalau s udah sampai ke jantung, gadis itu tak akan dapat diselamatkan lagi
Jalan satu-satunya hanyalah........, Thian Ki tidak sempat banyak berpikir lagi
Yang terpenting saat itu adalah menyelamatkan nyawa Cin Cin
Secepat kilat dia menyambar pedang Cin Cin yang tadi terlepas dan berada di atas tanah, bagaikan kilat pedang itu menyambar ke arah tangan Cin Cin yang kini memegang le ngan kirinya dengan tangan kanan sambil terbelalak
Singgg......crakkk!
te pat sekali pedang itu membabat ke arah pergelangan tangan kiri Cin Cin dan tangan itupun buntung sebatas pergelang tangan tangan
Aduhhhhhh..........!
Cin Cin te rpelanting, akan tetapi ia cepat bangkit kembali, memandang lengan kirinya yang buntung sebatas pergelangan dengan mata terbuka lebar
Cin Cin......maafkan aku......maafkan aku....!
Thian Ki berkata seperti meratap dan seperti orang jijik dia membuang pedang itu ke tas tanah kembali
Pedang yang baru saja membuntungi pergelangan tangan kiri Cin Cin menancap di atas tanah, gagangnya bergoyang-goyang seperti mengejek
Nona, biar kuobati luka di lenganmu.......
Cian Bu Ong berkata pula s ambil menghampiri Cin Cin
Jangan mendekat!
Cin Cin berteriak, suaranya bercampur is ak dan biarpun ia tidak menangis, akan tetapi air mata bercucuran dari kedua matanya
Ia menggunakan jari tangan kanannya untuk menotok jalan darah di dekat siku dan memijit bagian jalan darah dekat pergelangan yang buntung untuk menghentikan darah keluar dari luka
Kemudian ia mencabut pedang yang menancap di atas tanah, menyarungkan pedangnya kembali, mengambil sehelai saputangan dan dengan tangan te rlindung saputangan, ia memungut tangan kirinya yang buntung menghitam itu
Semua ini dilakukannya dengan amat te nang sehingga mengerikan bagi Thian Ki
Setelah menyimpan buntalan tangan hitam ia menatap tajam wajah Thian Ki
Coa Thian Ki, akan tiba saatnya engkau membayar untuk semua ini!
Cin Cin, maafkan aku.......aku tidak sengaja...........
Namun Cin Cin tidak memperdulikannya dan kini memandang kepada Cian Bu Ong
Cian Bu Ong sekali ini aku mengaku kalah
Akan tetapi kelak aku masih akan menebus kekalahan ini
Sebelum kau mati untuk membayar dosamu te rhadap subo, aku tidak akan berhenti berusaha.
Setelah berkata demikian, sekali loncat gadis itu le nyap dari situ
Aahhhhh.......Cin Cin......!
Thian Ki menjatuhkan diri berlutut dan menutupi mukanya
Ia tidak menangis, akan te tapi dia merasa ngeri membayangkan peristiwa tadi sehingga ia menutup muka seolah dia tidak ingin melihat kenangannya, ia sama sekali tidak memperdulikan pundaknya yang terluka dan bercucuran darah
Sudahlah, Thian Ki
Semua itu telah terjadi dan aku tahu bahwa engkau tidak bersalah
Gadis itu buntung tangannya karena ulahnya sendiri
Hanya satu hal yang membuat aku menyesal
Bhok Sui Lan te ntu akan semakin benci dan dendam kepaku
Dan aku menyesal mengapa engkau tidak menurut pemintaanku agar tidak mencampuri urusan ini.
Maaf, ayah
Akan tetapi melihat ayah tadi te rancam, bagaimana aku dapat tinggal diam saja?
Kakek yang masih nampak gagah itu te rsenyum dan menghela napas
Memang karmaku yang buruk
Segala yang kusentuh selalu gagal
Kalau saja tadi tidak ada engkau dan aku te was di tangan gadis itu, segalanya akan selesai dan beres, tiada dendam mendendam dan hutang piutang lagi
Akan tetapi sekarang, dendam bertumpuk.
Kakek itu menggeleng-geleng kepalanya lalu menghampiri Thian Ki, menotok sekitar pundak untuk menghentikan darah keluar, dan mengeluarkan obat bubuk dari sakunya
Setelah mengobati luka di pundak putera tirinya, Cian Bu Ong tanpa banyak cakap lagi lalu berjalan pulang, diikuti dari belakang oleh Thian Ki yang berjalan sambil menundukkan mukanya dan tidak mengeluarkan kata-kata pula
Kedua orang ini te nggelam dalam renungan mereka sendiri, renungan yang menyedihkan
-ooo0dw0ooo- Puteri Li Hong Lan amat terkenal dan disuka semua orang di lingkungan Istana
Bahkan selir kaisar, para dayang, dan permaisuri sendiri suka kepadanya
Gadis yang berusia delapanbelas tahun ini memang pandai membawa diri
Ia cantik jelita, dengan wajah bulat telur, dagu meruncing dan kulit putih kemerahan
Sepasang pipinya, terutama bibirnya, selalu merah tanpa menggunakan alat kecantikan
Rambutnya hitam panjang berombak
Alisnya seperti dilukis, sepasang matanya seperti sepasang bintang kejora, hidungnya mancung te rutama sekali mulutnya teramat manis, dengan bibir merah basah dan terhias lesung pipi di kanan kiri
Kalau bibir itu te rsenyum, mata dan seluruh bagian wajah itu seperti membayangkan senyun pula, cerah, je naka dan lincah
Bukan hanya wajahnya yang cantik jelita, juga gadis itu memiliki bentuk tubuh yang mempesona dengan lekuk le ngkung sempurna dan menggairahkan
Semua kecantikan ini menjadi semakin cemerlang karena iapun memiliki otak yang sehat dan cerdas sehingga setelah berusia delapanbelas tahun
Li Hong Lan te rkenal sebagai seorang gadis yang menguasai ilmu silat tinggi, juga ilmu sastra yang mendalam, ahli pula dalam segala kesenian, ahli menari, memainkan yang-kim dan meniup suling
Dan kalau bernyanyi, suaranya juga merdu
Pendeknya Li Hong Lan merupakan kebanggaan Istana, merupakan kebanggaan Kaisar Tang Tai Cung, yaitu julukan Pangeran Li Si Bin (627 - 649) setelah ia menjadi kaisar
Ibunya, yang sesungguhnya bukan apa-apanya, yaitu Kwa Bi Lan, telah belasan tahun menjadi selir Kaisar Tang Tai Cung, semenjak kaisar ini masih menjadi pangeran
Kaisar Tang Tai Cung mencinta selirnya ini, yang selain menjadi selir, juga menjadi pengawal pribadinya
Akan tetapi ada satu hal saja yang mengecewakan hati Kaisar Tang Tai Cung, yaitu bahwa Kwa Bi Lan sendiri tidak menurunkan anak untuknya
Memang Bi Lan membawa Hong Lan, akan tetapi gadis yang menjadi pute ri Istana yang membanggakan ini, bagaimanapun juga bukan anaknya sendiri, bahkan bukan pula anak kandung Kwa Bi Lan! Setelah belasan tahun tinggal sebagai selir kaisar di istana, kini Kwa Bi Lan telah berusia empatpuluh tahun, dan Kaisar Tang Tai Cung juga sebaya
Wanita ini tidak lagi bertugas sebagai pengawal pribadi karena kedudukannya adalah selir kaisar yang tadinya te rkasih dan te rpandang
Akan te tapi telah beberapa bulan ini terjadi perubahan besar dalam kehidupannya sebagai seorang selir
Kwa Bi Lan menjadi selir kais ar yang dahulunya masih pangeran, bukan karena te rtarik oleh kedudukan seorang pangeran mahkota, seperti hampir semua selir dan dayang kaisar, melainkan karena dengan kesungguhan hati ia jatuh cinta kepada Pangeran Li Si Bin yang kini menjadi Kais ar Tang Tai Cung
Ia bertemu dan saling jatuh cinta dengan Pangeran Li Si Bin setelah ia menjadi seorang janda tanpa anak, hanya membawa Hong Lan sebagai anak angkat
Maka, iapun tidak terlalu mengharapkan kedudukan atau kemuliaan, melainkan mengharapkan kasih sayang dari pria yang dicintanya dan yang kini menjadi suaminya
Iapun maklum bahwa suaminya adalah seorang pangeran mahkota dan kini menjadi seorang kaisar, maka betapapun perih rasa hatinya melihat suaminya memiliki sejumlah selir, dayang di samping seorang permaisuri, iapun menahan diri dan pasrah karena maklum bahwa kehidupan seorang kaisar tentu saja tidak dapat disamakan dengan pria biasa yang menjadi suami
Tidak mungkin ia memonopoli kasih sayang Kaisar Tang Tai Cung, harus membagi kasih pria itu dengan selir dan dayang yang banyak jumlahnya, juga harus bersabar kalau suaminya itu sibuk dengan urusan pemerintahan sehingga jarang dapat dekat dengannya
Akan te tapi, telah berbulan-bulan lamanya kaisar seolah lupa kepadanya! Ia merasa disiasiakan
Kaisar tidak pernah datang ke kamarnya, tidak pernah berkunjung, bahkan kalau berte mupun seolah kaisar tidak melihatnya! Ia amat merindukan orang yang dicintanya, namun kaisar agaknya telah lupa kepadanya
Pada malam hari itu, Kwa Bi Lan duduk seorang diri di pendapa tempat tinggalnya yang cukup indah menyenangkan, le ngkap dengan perabot rumah yang serba indah
Namun, keindahan segala macam benda itu tidak lagi terasa indah olehnya
Keindahan memang hanya dapat dirasakan kalau barang itu masih baru dimilikinya
Kalau sudah menjadi miliknya, maka akan timbul kebosanan! Apakah iapun han ya dianggap sebagai benda yang membosankan oleh suaminya, sang kaisar
Ia teringat akan mendiang suaminya yang pertama, yang juga menjadi gurunya, yaitu mendiang Sin tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki
Dan mengenang pria ini, walaupun pria ini jauh le bih tua darinya, suami pertama ini berusia enampuluh tahun lebih dan ia sendiri baru duapuluh tahun dan ketika menjadi is teri pria itu ia masih seorang gadis , namun kini terkenanglah ia betapa besar kasih sayang suami pertama itu kepada dirinya
Kas ih sayang yang dirasakannya sampai suami itu meninggal dunia
Terkenang akan suami pertama itu, dan teringat akan dirinya yang kini seperti dilupakan oleh suaminya yang ke dua, yaitu sang kaisar, Kwa Bi Lan tak dapat menahan kesedihannya lagi dan air mata menuruni kedua pipinya yang masih nampak segar dan halus
Wanita ini memang masih cantik jelita dalam usianya yang sudah mendekati empatpuluh tahun itu
Akan tetapi ia segera menahan hatinya dan menghapus air matanya
Tidak baik kalau sampai terlihat ole h dayang, apalagi oleh puterinya
Sebagai selir seorang kaisar sungguh akan memalukan sekali kalau memperlihatkan kedukaan ketika kaisar lama tidak datang berkunjung
Nasib seperti ini, ia tahu diderita oleh semua selir kaisar! Tiba-tiba kesunyian malam yang syahdu itu dipecahkan suara yang-kim yang dimainkan oleh jari-jari tangan yang amat pandai
Suara yang-kim itu berdenting-denting naik turun, kemudian diikuti suara nyanyian yang merdu
Tahulah ia bahwa yang memainkan yang-kim sambil bernyanyi itu adalah Hong Lan, dan secercah senyum menghias bibir wanita itu
Untung ada Hong-Lan di sampingnya! Gadis yang te lah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri itulah yang selalu memberinya semangat hidup untuk menghadapi segala macam kepahitan
Dan iapun mendengarkan nyanyian itu penuh perhatian
Akan te tapi, semakin didengarkan, perlahanlahan air matanya semakin banyak bercucuran
Puterinya itu menyanyikan lagu yang amat sedih, lagu seorang isteri yang ditinggal mati suaminya! Mengapa begini kebetulan
Suara nyanyian itu bahkan kini menyayat-nyayat hatinya yang sudah te rluka, perih dan pedih rasanya dan iapun menjatuhkan diri di atas pembaringan, menelungkup dan menyembunyikan mukanya pada bantal
Kwa Bi Lan tidak tahu bahwa suara yang-kim dan nyanyian itu sudah lama berhenti, tidak tahu pula bahwa Hong Lan memasuki kamarnya dengan langkah ringan sehingga tidak menimbulkan suara
I bu, tidak biasanya ibu sudah tidur sebelum larut malam
Apakah ibu tidak sehat?