Ayah sudah mengatakan bahwa itu urusan pribadinya dan kita tidak boleh mencampuri
Ayah benar dan aku tidak berani untuk membujuknya.
Engkau harus dapat membujuk Cin Cin agar membatalkan perkelahiannya dengan ayahmu
Kalau aku yang membujuk, kurang baik
Engkaulah yang le bih dekat dengannya, karena ayahmu adalah saudara sepupu ibunya
Engkau bujuklah ia agar tidak melanjutkan kehendaknya menantang ayahmu.
Thian Ki membayangkan Cin Cin yang demikian galak te rhadap dirinya dan diam-diam dia merasa je rih juga
Gadis itu demikian galak seperti harimau betina
Akan tetapi, ketika itu Cin Cin belum mengetahui bahwa dia adalah Thian Ki
Mungkin kini sikapnya berubah le bih lunak, mengingat betapa dulu, ketika dia menjadi tamu keluarga gadis itu bersama ayah ibunya, mereka adalah saudara misan yang bersahabat karib
Baiklah, ibu
Akan kucoba besok
Akan kucari Cin Cin sebelum ayah pergi ke sana menyambut tantangannya.
Setelah bicara dengan Thian Ki, agak le galah hati Sim Lan Ci dan wanita inipun kembali ke kamarnya dan tidur di samping suaminya
Thian Ki juga memasuki kamarnya dan semalam itu dia gelisah, membayangkan perte muannya dengan Cin Cin dan mencari-cari cara dan jalan untuk membujuk gadis itu tanpa dapat menemukan cara te rbaik sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur menjelang pagi
Sejak tengah hari
Thian Ki sudah berkeliaran di sepanjang tepi sungai sebelah barat sungai Kuning untuk mencari Cin Cin
Dia sama sekali tidak menduga bahwa gadis itu semalam tidur di rumah milik janda miskin di ujung dusun, dan gadis yang berhati-hati itu tidak mau keluar dari rumah sebelum matahari mulai condong ke barat
Ketika siang hari itu Thian Ki tiba di tepi sungai tentu s aja dia tidak dapat menemukan Cin Cin yang masih berada di rumah kecil itu bersama wanita pemilik rumah, bahkan masak-masak bersama wanita itu yang merasa suka sekali kepada gadis itu
Sambil masak berdua di dapur, wanita yang mulai merasa suka sekali kepada Cin Cin berkata,
Nona, kalau aku boleh bertanya, apakah nona sudah..........eh, sudah menikah atau bertunangan
Maafkan pertanyaanku, aku tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar.
Ah, tidak mengapa, bibi
Aku belum menikah, juga tidak bertunangan
Kenapa sih bibi menanyakan hal itu
Apakah bibi ingin mengambilku sebagai mantu untuk dijodohkan dengan pute ramu yang pergi tak pernah memberi kabar itu?
Wanita itu te rsipu
Aih, nona harap jangan mengolok-olok
Orang seperti kami ini mana pantas untuk menarik nona menjadi anggota keluarga
Bukan itu maksudku tadi, aku kagum dan suka kepadamu, dan aku hanya ingin tahu saja
Kalau seorang gadis seperti nona ini, paling tidak harus berjodoh dengan seorang pemuda yang pilihan, seperti.......seperti misalnya Cian Kongcu itu.
Cian Kongcu..........?
Maksudku, putera lurah kami itu.........
Cin Cin teringat dan te rbayanglah wajah Thian Ki, bukan hanya wajahnya, melainkan seluruh tubuh pemuda yang pernah dilihatnya telanjang bulat itu dan iapun te rtawa
Monyet.......monyet jelek itu.
Kini wanita itu yang memandang dengan mata te rbelalak
Monyet jelek
N ona, putera lurah Cian amat tampan dan gagah, juga manis budi walaupun agak pendiam.
Sudahlah, bibi, jangan bicara te ntang orang lain
Masakannya sudah matang dan perutku sudah lapar
Mari kita makan.
De mikianlah, ketika matahari sudah condong ke barat dan Cin Cin meninggalkan rumah kecil itu menuju ke te pi sungai di luar dusun, ucapan wanita itu te rngiang lagi di telinganya dan diapun melangkah sambil melamun
Teringatlah kenangan lama, ketika Thian Ki bersama ayah ibunya menjadi tamu orang tuanya
Betapa orangtuanya dan seluruh keluarga He k-houw-pang menghormati para tamu itu, dan betapa ia dan Thian Ki telah bersahabat baik
Kemudian, teringat pula ia akan perte muannya dengan pemuda itu di te pi sungai dan mau tak mau ia tersenyum geli
Akan te tapi hanya sebentar karena ia segera te ringat lagi bahwa kini Thian Ki yang dulu bukan lagi Thian Ki yang sekarang
Sekarang dia adalah anak tiri Cian Bu Ong, musuh besar gurunya yang harus dibunuhnya! Heran ia memikirkan bagaimana ibu Thian Ki yang ditinggal mati suaminya itu kini tahu-tahu telah menjadi isteri bekas pangeran itu
Cin Cin.........
Gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya, menahan langkahnya dan tahu-tahu Thian Ki telah berada di depannya
Ia mengerutkan alis, heran dan juga penas aran karena yang ia nantikan adalah Cian Bu Ong, bukan Thian Ki
Hemrn, kiranya engkau
Mau apa engkau menghadangku?
tanyanya dengan sikap dan suara yang ketus
Thian Ki melangkah maju mendekat
Cin Cin, aku adalah Thian Ki, saudara misan dan sahabatmu......
Cin Cin mundur dua langkah
Jangan mendekat.! Engkau bukan lagi Thian Ki putera paman Coa Siang Lee, melainkan Thian Ki anak musuh besarku Cian Bu Ong!
Sedih sekali hati Thian Ki melihat sikap mendengar ucapan itu
Cin Cin, bersikaplah adil
Memang benar bahwa ibuku telah menjadi janda dan kini telah menjadi isteri bekas pangeran Cian Bu Ong, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ibu dan aku menjadi musuhmu
Pula, engkau sendiri tidak mempunyai permusuhan apapun dengan ayah tiriku itu
Cin Cin, dengarlah baik-baik, urusan antara ayah tiriku dan gurumu, urusan itu adalah urusan pribadi, urusan mereka berdua, tidak ada hubungann ya dengan kita
Mereka dahulu saling mencinta, akan tetapi kemudian ayah tiriku te rpaksa meninggalkannya, dan sama sekali bukan kesalahan ayah tiriku.......
Cin Cin melotot dan mukanya kemerahan,sinar matanya berkilat
Huh, kalian laki-laki memang mau enaknya sendiri saja! Guruku di waktu gadis telah menyerahkan segala-galanya kepada Cian Bu Ong, mencintanya dengan seluruh jiwa raganya
Akan tetapi Cian Bu Ong malah meninggalkannya dan menikah dengan gadis lain
Apa ini bukan perbuatan yang khianat dan hina
Guruku sejak itu hidup merana, tidak pernah menikah lagi
Tidak pernah berdekatan lagi dengan laki-laki lain, seluruh sisa hidupnya dipergunakan untuk memperdalam ilmu agar kelak dapat membalas dendam kepada Cian Bu Ong
Dan sekarang engkau, anak tiri Cian Bu Ong, mengatakan bahwa dia tidak bersalah
Apakah guruku yang disiasiakan itu yang salah
Jawab!
Diberondong serangan kata-kata itu, Thian Ki agak gelagapan juga
Dia memang seorang yang tidak begitu pandai bicara, bahkan condong pendiam
Kalau kini dia dapat mengeluarkan banyak kata-kata, hal itu adalah karena rasa khawatirnya, bukan terhadap ayah tirinya yang dia tahu seorang sakti, melainkan terhadap Cin Cin
Gurumu juga tidak bersalah, Cin Cin
Akan tetapi ayah tiriku juga tidak bersalah
Mereka, sebagai dua orang kekasih, mereka telah menjadi korban keadaan
Mereka memang saling mencinta dan sudah bermaksud untuk menjadi suami isteri
Akan te tapi kemudian Pangeran Cian Bu Ong mendapat kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah seorang anggota keluarga tokoh-tokoh sesat yang te rsohor karena kejahatan dan kekejaman mereka
Sebagai seorang pangeran yang bercita-cita menjadi kaisar, te ntu saja Pangeran Cian Bu Ong tidak ingin mencemarkan nama keluarga kerajaan dengan menikahi kekasihnya itu, maka te rpaksa dia meninggalkannya.
Alasan kosong! Buktinya dia sekarang tidak menjadi kaisar, malah menjadi lurah saja, dan berganti nama pula.! Thian Ki, jangan engkau mencampuri urusanku
Apapun alas annya, Cian Bu Ong te lah menghancurkan kehidupan guruku, dan guruku mengutus aku untuk membunuhnya, maka hal itu akan kulakukan dan siapapun tidak boleh menghalangiku!
Cin Cin, jangan kaulanjutkan niatmu yang siasia itu.........
Apa
Engkau berani melarangku
Engkau hendak membela ayah tirimu itu ya?
Bukan membela, Cin Cin
Dia tidak perlu dibela
Aku mencegah perkelahian ini karena aku tidak ingin melihat engkau cedera atau tewas
Ayah tiriku itu seorang yang sakti, Cin Cin
Engkau bukan lawannya.
Ucapan ini bagaikan minyak disiramkan kepada api, membuat Cin Cin menjadi semakin marah
Kaukira aku takut
Untuk membela guruku, aku akan mempertaruhkan nyawaku! Dan aku hendak melihat sampai dimana kehebatan laki-laki yang telah merusaak kehidupan guruku itu! Jangan engkau mencampuri.!
Cin Cin bertolak pinggang menghadapi Thian-Ki dengan sikap marah sekali
Kenapa dia tidak datang
Apakah Cian Bu Ong hanya seorang pengecut yang mengirim putera tirinya untuk membujuk agar aku mau mundur?
Thian Ki tidak menjawab, bahkan mundur beberapa langkah karena dia tahu bahwa ayah tirinya sudah berada di situ
Nona
aku sudah berada di sini!
terdengar suara Cian Bu Ong yang berwibawa dan te nang
Kemudian dia berkata kepada Thian Ki
Thian Ki, sudah kukatakan bahwa ini urusan pribadi, engkau tak boleh mencampuri.
Maafkan saya, ayah,
kata Thian Ki dengan hati te rpukul dan dia hanya berdiri menjadi penonton, jantungnya berdebar tegang
Bagus engkau sudah datang, Cian Bu Ong!
kata Cin Cin
Maaf, aku tidak tahu bahwa Thian Ki telah mendahuluiku
Nah, aku sudah siap sekarang, nona.
Singgg........!!
Nampak sinar berkilauan ketika gadis itu mencabut Koai-liong-kiam dari sarung pedang
Pedang pusaka yang ampuh itu merupakan sebatang pedang yang tajam dan bentuknya seperti seekor naga
Cian Bu Ong, keluarkan senjatamu!
bentak Cin Cin dan dengan gagahnya dan ia sudah memasang kuda-kuda dengan pedang di tangan
Cian Bu Ong tetap bersikap tenang
Teringat dia kepada bekas kekasihnya, Bhok Sui Lan yang dulu juga merupakan seorang yang lihai mempergunakan pedang, bahkan diapun te ringat bahwa itu adalah pedang milik kekasihnya sehingga dia tidak ragu lagi bahwa gadis ini memang murid bekas kekasihnya itu
Hemm, Koai-liong-kiam
Ingin aku melihat sampai di mana kemajuan Sui Lan melalui muridnya
Aku tidak perlu mempergunakan senjata, nona
Mulailah, aku sudah siap sedia.
Kalau begitu, bersiaplah untuk mampus di tanganku!
teriak Cin Cin dan iapun menyerang dengan pedangnya, menerjang bagaikan angin badai mengamuk
Ge rakan pedangnya memang dahsyat bukan main
Gadis ini maklum bahwa ia menghadapi lawan yang tangguh dan lihai sekali, maka begitu menyerang ia telah memainkan ilmu pedang Koay-liong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga Siluman) yang dahsyat
Cian Bu Ong mengenal ilmu pedang ini, akan tetapi diapun tahu bahwa ilmu pedang itu selama puluhan tahun ini tentu telah diperhebat oleh Bhok Sui Lan, maka diapun tidak memandang rendah dan cepat menggerakkan kedua tangannya
Lengan bajunya yang le bar itu menyambar-nyambar mengeluarkan angin kuat dan agaknya kedua lengan baju yang panjang dan lebar itulah yang dipergunakan Cian Bu Ong untuk menghadapi pedang lawan
Thian Ki yang masih berdiri di situ sebagai penonton, melihat dengan jantung berdebar penuh ketegangan
Dia melihat bahwa Cin Cin memang hebat bukan main, apalagi dengan pedangnya yang ampuh itu
Pantas kalau Kui Eng tidak mampu menandinginya
Dia sendiripun agaknya tidak akan mudah menang
Cin Cin telah menjadi seorang gadis yang hebat sekali ilmu silatnya, juga galak dan ganas! Akan te tapi, dia juga melihat gerakan ayah tirinya dan mulailah dia merasa khawatir
Betapapun hebat ilmu pedang gadis itu, namun te rnyata dalam hal te naga sin-kang, dia masih kalah setingkat oleh Cian Bu Ong
Setiap kali ujung pedang berte mu ujung le ngan baju, pedang itu te rpental dan nampak gadis itu seperti orang te rkejut
Hanya kelincahan gadis itu yang membuat mereka menjadi seimbang, karena tentu saja Cian Bu yang sudah tua tidak mampu menyamai kecepatan gerakan gadis semuda dan selincah Cin Cin
Akan tetapi ada satu hal yang membuat hati Thian Ki merasa lega, dan juga heran
Dia maklum bahwa kalau Cian Bu Ong menghendaki, dengan kelebihan tenaga sinkangnya, dia akan mampu mendesak bahkan merobohkan lawannya
Akan te tapi te rnyata bekas pangeran itu tidak melakukan hal itu
Ini hanya membuktikan bahwa Cian Bu Ong te lah sengaja mengalah! Dan sikap mengalah ini hanya mempunyai satu arti, yaitu bahwa ayah tirinya itu masih mempunyai perasaan cinta terhadap guru Cin Cin, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan! Atau setidaknya, ayah tirinya menyadari kesalahannya te rhadap Bhok Sui Lan maka sekarang sengaja mengalah terhadap muridnya
Cin Cin yang merasa penasaran sekali tidak mampu mendesak lawannya yang bertangan kosong itu dengan pedangnya, tiba-tiba mengeluarkan bentakan nyaring dan melengking, tubuhnya berputar cepat sekali dan pedangnya digetarkan, ujung pedang menjadi banyak dan bertubi-tubi menusuk ke arah bagian-bagian paling berbahaya dari tu buh lawan
Sekali saja ujung pedang itu berhasil mengenai sasaran, tentu Cian Bu Ong, betapapun lihainya, akan roboh dan te was! Melihat ini, timbul pula kekhawatiran dalam hati Thian Ki
Serangan gadis itu teramat berbahaya walaupun dengan serangan itu Cin Cin membuka pula pertahanannya, kalau ayah tirinya te rus mengalah, serangan itu dapat mencelakakannya
Akan te tapi, ia tidak dapat turun tangan mencampuri karena selain dia tidak ingin menyinggung hati ayah tirinya
juga dia tidak ingin membikin marah hati Cin Cin
Gadis itu tidaklah jahat walaupun telah menjadi murid seorang tokoh sesat
Ia hanya taat dan setia kepada gurunya, dan kini berte kad membunuh Cian Bu Ong demi gurunya, bukan karena dendam pribadi
Kebenciannya te rnadap Cian Bu Ong juga hal yang sewajarnya karena sebagai seorang wanita, tentu saja ia tidak senang mendengar gurunya menderita dalam hidupnya karena disiasiakan oleh bekas kekasihnya
Karena desakan serangan bertubi-tubi itu, tubuh Cian Bu Ong te rjengkang, akan te tapi bagai binatang trenggiling, dia bergulingan ke kiri dan sambil meloncat, diapun menggerakkan kedua le ngan bajunya, diputar bagaikan dua buah kitiran menyambar ke arah gulungan sinar pedang
Plakkk!
keras sekali ujung le ngan baju itu bergerak, yang satu menahan ujung pedang, yang lain menotok ke arah pergelangan tangan Cin Cin