Naga Bercaun Bab 067

Ayah sudah mengatakan bahwa itu urusan pribadinya dan kita tidak boleh mencampuri

Ayah benar dan aku tidak berani untuk membujuknya.

Engkau harus dapat membujuk Cin Cin agar membatalkan perkelahiannya dengan ayahmu

Kalau aku yang membujuk, kurang baik

Engkaulah yang le bih dekat dengannya, karena ayahmu adalah saudara sepupu ibunya

Engkau bujuklah ia agar tidak melanjutkan kehendaknya menantang ayahmu.

Thian Ki membayangkan Cin Cin yang demikian galak te rhadap dirinya dan diam-diam dia merasa je rih juga

Gadis itu demikian galak seperti harimau betina

Akan tetapi, ketika itu Cin Cin belum mengetahui bahwa dia adalah Thian Ki

Mungkin kini sikapnya berubah le bih lunak, mengingat betapa dulu, ketika dia menjadi tamu keluarga gadis itu bersama ayah ibunya, mereka adalah saudara misan yang bersahabat karib

Baiklah, ibu

Akan kucoba besok

Akan kucari Cin Cin sebelum ayah pergi ke sana menyambut tantangannya.

Setelah bicara dengan Thian Ki, agak le galah hati Sim Lan Ci dan wanita inipun kembali ke kamarnya dan tidur di samping suaminya

Thian Ki juga memasuki kamarnya dan semalam itu dia gelisah, membayangkan perte muannya dengan Cin Cin dan mencari-cari cara dan jalan untuk membujuk gadis itu tanpa dapat menemukan cara te rbaik sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur menjelang pagi

Sejak tengah hari

Thian Ki sudah berkeliaran di sepanjang tepi sungai sebelah barat sungai Kuning untuk mencari Cin Cin

Dia sama sekali tidak menduga bahwa gadis itu semalam tidur di rumah milik janda miskin di ujung dusun, dan gadis yang berhati-hati itu tidak mau keluar dari rumah sebelum matahari mulai condong ke barat

Ketika siang hari itu Thian Ki tiba di tepi sungai tentu s aja dia tidak dapat menemukan Cin Cin yang masih berada di rumah kecil itu bersama wanita pemilik rumah, bahkan masak-masak bersama wanita itu yang merasa suka sekali kepada gadis itu

Sambil masak berdua di dapur, wanita yang mulai merasa suka sekali kepada Cin Cin berkata,

Nona, kalau aku boleh bertanya, apakah nona sudah..........eh, sudah menikah atau bertunangan

Maafkan pertanyaanku, aku tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar.

Ah, tidak mengapa, bibi

Aku belum menikah, juga tidak bertunangan

Kenapa sih bibi menanyakan hal itu

Apakah bibi ingin mengambilku sebagai mantu untuk dijodohkan dengan pute ramu yang pergi tak pernah memberi kabar itu?

Wanita itu te rsipu

Aih, nona harap jangan mengolok-olok

Orang seperti kami ini mana pantas untuk menarik nona menjadi anggota keluarga

Bukan itu maksudku tadi, aku kagum dan suka kepadamu, dan aku hanya ingin tahu saja

Kalau seorang gadis seperti nona ini, paling tidak harus berjodoh dengan seorang pemuda yang pilihan, seperti.......seperti misalnya Cian Kongcu itu.

Cian Kongcu..........?

Maksudku, putera lurah kami itu.........

Cin Cin teringat dan te rbayanglah wajah Thian Ki, bukan hanya wajahnya, melainkan seluruh tubuh pemuda yang pernah dilihatnya telanjang bulat itu dan iapun te rtawa

Monyet.......monyet jelek itu.

Kini wanita itu yang memandang dengan mata te rbelalak

Monyet jelek

N ona, putera lurah Cian amat tampan dan gagah, juga manis budi walaupun agak pendiam.

Sudahlah, bibi, jangan bicara te ntang orang lain

Masakannya sudah matang dan perutku sudah lapar

Mari kita makan.

De mikianlah, ketika matahari sudah condong ke barat dan Cin Cin meninggalkan rumah kecil itu menuju ke te pi sungai di luar dusun, ucapan wanita itu te rngiang lagi di telinganya dan diapun melangkah sambil melamun

Teringatlah kenangan lama, ketika Thian Ki bersama ayah ibunya menjadi tamu orang tuanya

Betapa orangtuanya dan seluruh keluarga He k-houw-pang menghormati para tamu itu, dan betapa ia dan Thian Ki telah bersahabat baik

Kemudian, teringat pula ia akan perte muannya dengan pemuda itu di te pi sungai dan mau tak mau ia tersenyum geli

Akan te tapi hanya sebentar karena ia segera te ringat lagi bahwa kini Thian Ki yang dulu bukan lagi Thian Ki yang sekarang

Sekarang dia adalah anak tiri Cian Bu Ong, musuh besar gurunya yang harus dibunuhnya! Heran ia memikirkan bagaimana ibu Thian Ki yang ditinggal mati suaminya itu kini tahu-tahu telah menjadi isteri bekas pangeran itu

Cin Cin.........

Gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya, menahan langkahnya dan tahu-tahu Thian Ki telah berada di depannya

Ia mengerutkan alis, heran dan juga penas aran karena yang ia nantikan adalah Cian Bu Ong, bukan Thian Ki

Hemrn, kiranya engkau

Mau apa engkau menghadangku?

tanyanya dengan sikap dan suara yang ketus

Thian Ki melangkah maju mendekat

Cin Cin, aku adalah Thian Ki, saudara misan dan sahabatmu......

Cin Cin mundur dua langkah

Jangan mendekat.! Engkau bukan lagi Thian Ki putera paman Coa Siang Lee, melainkan Thian Ki anak musuh besarku Cian Bu Ong!

Sedih sekali hati Thian Ki melihat sikap mendengar ucapan itu

Cin Cin, bersikaplah adil

Memang benar bahwa ibuku telah menjadi janda dan kini telah menjadi isteri bekas pangeran Cian Bu Ong, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ibu dan aku menjadi musuhmu

Pula, engkau sendiri tidak mempunyai permusuhan apapun dengan ayah tiriku itu

Cin Cin, dengarlah baik-baik, urusan antara ayah tiriku dan gurumu, urusan itu adalah urusan pribadi, urusan mereka berdua, tidak ada hubungann ya dengan kita

Mereka dahulu saling mencinta, akan tetapi kemudian ayah tiriku te rpaksa meninggalkannya, dan sama sekali bukan kesalahan ayah tiriku.......

Cin Cin melotot dan mukanya kemerahan,sinar matanya berkilat

Huh, kalian laki-laki memang mau enaknya sendiri saja! Guruku di waktu gadis telah menyerahkan segala-galanya kepada Cian Bu Ong, mencintanya dengan seluruh jiwa raganya

Akan tetapi Cian Bu Ong malah meninggalkannya dan menikah dengan gadis lain

Apa ini bukan perbuatan yang khianat dan hina

Guruku sejak itu hidup merana, tidak pernah menikah lagi

Tidak pernah berdekatan lagi dengan laki-laki lain, seluruh sisa hidupnya dipergunakan untuk memperdalam ilmu agar kelak dapat membalas dendam kepada Cian Bu Ong

Dan sekarang engkau, anak tiri Cian Bu Ong, mengatakan bahwa dia tidak bersalah

Apakah guruku yang disiasiakan itu yang salah

Jawab!

Diberondong serangan kata-kata itu, Thian Ki agak gelagapan juga

Dia memang seorang yang tidak begitu pandai bicara, bahkan condong pendiam

Kalau kini dia dapat mengeluarkan banyak kata-kata, hal itu adalah karena rasa khawatirnya, bukan terhadap ayah tirinya yang dia tahu seorang sakti, melainkan terhadap Cin Cin

Gurumu juga tidak bersalah, Cin Cin

Akan tetapi ayah tiriku juga tidak bersalah

Mereka, sebagai dua orang kekasih, mereka telah menjadi korban keadaan

Mereka memang saling mencinta dan sudah bermaksud untuk menjadi suami isteri

Akan te tapi kemudian Pangeran Cian Bu Ong mendapat kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah seorang anggota keluarga tokoh-tokoh sesat yang te rsohor karena kejahatan dan kekejaman mereka

Sebagai seorang pangeran yang bercita-cita menjadi kaisar, te ntu saja Pangeran Cian Bu Ong tidak ingin mencemarkan nama keluarga kerajaan dengan menikahi kekasihnya itu, maka te rpaksa dia meninggalkannya.

Alasan kosong! Buktinya dia sekarang tidak menjadi kaisar, malah menjadi lurah saja, dan berganti nama pula.! Thian Ki, jangan engkau mencampuri urusanku

Apapun alas annya, Cian Bu Ong te lah menghancurkan kehidupan guruku, dan guruku mengutus aku untuk membunuhnya, maka hal itu akan kulakukan dan siapapun tidak boleh menghalangiku!

Cin Cin, jangan kaulanjutkan niatmu yang siasia itu.........

Apa

Engkau berani melarangku

Engkau hendak membela ayah tirimu itu ya?

Bukan membela, Cin Cin

Dia tidak perlu dibela

Aku mencegah perkelahian ini karena aku tidak ingin melihat engkau cedera atau tewas

Ayah tiriku itu seorang yang sakti, Cin Cin

Engkau bukan lawannya.

Ucapan ini bagaikan minyak disiramkan kepada api, membuat Cin Cin menjadi semakin marah

Kaukira aku takut

Untuk membela guruku, aku akan mempertaruhkan nyawaku! Dan aku hendak melihat sampai dimana kehebatan laki-laki yang telah merusaak kehidupan guruku itu! Jangan engkau mencampuri.!

Cin Cin bertolak pinggang menghadapi Thian-Ki dengan sikap marah sekali

Kenapa dia tidak datang

Apakah Cian Bu Ong hanya seorang pengecut yang mengirim putera tirinya untuk membujuk agar aku mau mundur?

Thian Ki tidak menjawab, bahkan mundur beberapa langkah karena dia tahu bahwa ayah tirinya sudah berada di situ

Nona

aku sudah berada di sini!

terdengar suara Cian Bu Ong yang berwibawa dan te nang

Kemudian dia berkata kepada Thian Ki

Thian Ki, sudah kukatakan bahwa ini urusan pribadi, engkau tak boleh mencampuri.

Maafkan saya, ayah,

kata Thian Ki dengan hati te rpukul dan dia hanya berdiri menjadi penonton, jantungnya berdebar tegang

Bagus engkau sudah datang, Cian Bu Ong!

kata Cin Cin

Maaf, aku tidak tahu bahwa Thian Ki telah mendahuluiku

Nah, aku sudah siap sekarang, nona.

Singgg........!!

Nampak sinar berkilauan ketika gadis itu mencabut Koai-liong-kiam dari sarung pedang

Pedang pusaka yang ampuh itu merupakan sebatang pedang yang tajam dan bentuknya seperti seekor naga

Cian Bu Ong, keluarkan senjatamu!

bentak Cin Cin dan dengan gagahnya dan ia sudah memasang kuda-kuda dengan pedang di tangan

Cian Bu Ong tetap bersikap tenang

Teringat dia kepada bekas kekasihnya, Bhok Sui Lan yang dulu juga merupakan seorang yang lihai mempergunakan pedang, bahkan diapun te ringat bahwa itu adalah pedang milik kekasihnya sehingga dia tidak ragu lagi bahwa gadis ini memang murid bekas kekasihnya itu

Hemm, Koai-liong-kiam

Ingin aku melihat sampai di mana kemajuan Sui Lan melalui muridnya

Aku tidak perlu mempergunakan senjata, nona

Mulailah, aku sudah siap sedia.

Kalau begitu, bersiaplah untuk mampus di tanganku!

teriak Cin Cin dan iapun menyerang dengan pedangnya, menerjang bagaikan angin badai mengamuk

Ge rakan pedangnya memang dahsyat bukan main

Gadis ini maklum bahwa ia menghadapi lawan yang tangguh dan lihai sekali, maka begitu menyerang ia telah memainkan ilmu pedang Koay-liong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga Siluman) yang dahsyat

Cian Bu Ong mengenal ilmu pedang ini, akan tetapi diapun tahu bahwa ilmu pedang itu selama puluhan tahun ini tentu telah diperhebat oleh Bhok Sui Lan, maka diapun tidak memandang rendah dan cepat menggerakkan kedua tangannya

Lengan bajunya yang le bar itu menyambar-nyambar mengeluarkan angin kuat dan agaknya kedua lengan baju yang panjang dan lebar itulah yang dipergunakan Cian Bu Ong untuk menghadapi pedang lawan

Thian Ki yang masih berdiri di situ sebagai penonton, melihat dengan jantung berdebar penuh ketegangan

Dia melihat bahwa Cin Cin memang hebat bukan main, apalagi dengan pedangnya yang ampuh itu

Pantas kalau Kui Eng tidak mampu menandinginya

Dia sendiripun agaknya tidak akan mudah menang

Cin Cin telah menjadi seorang gadis yang hebat sekali ilmu silatnya, juga galak dan ganas! Akan te tapi, dia juga melihat gerakan ayah tirinya dan mulailah dia merasa khawatir

Betapapun hebat ilmu pedang gadis itu, namun te rnyata dalam hal te naga sin-kang, dia masih kalah setingkat oleh Cian Bu Ong

Setiap kali ujung pedang berte mu ujung le ngan baju, pedang itu te rpental dan nampak gadis itu seperti orang te rkejut

Hanya kelincahan gadis itu yang membuat mereka menjadi seimbang, karena tentu saja Cian Bu yang sudah tua tidak mampu menyamai kecepatan gerakan gadis semuda dan selincah Cin Cin

Akan tetapi ada satu hal yang membuat hati Thian Ki merasa lega, dan juga heran

Dia maklum bahwa kalau Cian Bu Ong menghendaki, dengan kelebihan tenaga sinkangnya, dia akan mampu mendesak bahkan merobohkan lawannya

Akan te tapi te rnyata bekas pangeran itu tidak melakukan hal itu

Ini hanya membuktikan bahwa Cian Bu Ong te lah sengaja mengalah! Dan sikap mengalah ini hanya mempunyai satu arti, yaitu bahwa ayah tirinya itu masih mempunyai perasaan cinta terhadap guru Cin Cin, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan! Atau setidaknya, ayah tirinya menyadari kesalahannya te rhadap Bhok Sui Lan maka sekarang sengaja mengalah terhadap muridnya

Cin Cin yang merasa penasaran sekali tidak mampu mendesak lawannya yang bertangan kosong itu dengan pedangnya, tiba-tiba mengeluarkan bentakan nyaring dan melengking, tubuhnya berputar cepat sekali dan pedangnya digetarkan, ujung pedang menjadi banyak dan bertubi-tubi menusuk ke arah bagian-bagian paling berbahaya dari tu buh lawan

Sekali saja ujung pedang itu berhasil mengenai sasaran, tentu Cian Bu Ong, betapapun lihainya, akan roboh dan te was! Melihat ini, timbul pula kekhawatiran dalam hati Thian Ki

Serangan gadis itu teramat berbahaya walaupun dengan serangan itu Cin Cin membuka pula pertahanannya, kalau ayah tirinya te rus mengalah, serangan itu dapat mencelakakannya

Akan te tapi, ia tidak dapat turun tangan mencampuri karena selain dia tidak ingin menyinggung hati ayah tirinya

juga dia tidak ingin membikin marah hati Cin Cin

Gadis itu tidaklah jahat walaupun telah menjadi murid seorang tokoh sesat

Ia hanya taat dan setia kepada gurunya, dan kini berte kad membunuh Cian Bu Ong demi gurunya, bukan karena dendam pribadi

Kebenciannya te rnadap Cian Bu Ong juga hal yang sewajarnya karena sebagai seorang wanita, tentu saja ia tidak senang mendengar gurunya menderita dalam hidupnya karena disiasiakan oleh bekas kekasihnya

Karena desakan serangan bertubi-tubi itu, tubuh Cian Bu Ong te rjengkang, akan te tapi bagai binatang trenggiling, dia bergulingan ke kiri dan sambil meloncat, diapun menggerakkan kedua le ngan bajunya, diputar bagaikan dua buah kitiran menyambar ke arah gulungan sinar pedang

Plakkk!

keras sekali ujung le ngan baju itu bergerak, yang satu menahan ujung pedang, yang lain menotok ke arah pergelangan tangan Cin Cin

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar