Silakan masuk
Biarpun je lek, rumah ini kujaga bersih dan tempat tidur anakku juga selalu kubersihkan walau tidak pernah dipakai
Siapa tahu sekali waktu, pada saat yang baik, dia pulang!
Cin Cin dan wanita itu memasuki rumah gubuk dan benar seperti yang dikatakan nenek itu
Biarpun kecil, dan jelek, akan tetapi dalam rumah itu rapi dan bersih
Sebuah rumah dengan perabot murahan namun te rawat dan bersih, jauh lebih menyenangkan daripada perabot rumah mewah dalam gedung besar yang tidak te rawat dan kotor
Begitu memasuki rumah, Cin Cin merasa senang, Gubuk itu memiliki dua buah kamar yang kecil dan ia memperoleh kamar putera wanita itu, kamar kecil namun te rawat dan bersih pula
Alas tempat tidur sudah ada tambalannya, akan te tapi bersih sekali
Legalah hatinya dan dalam hati ia berjanji besok pagi akan memberi uang yang le bih banyak daripada uang sewa kamar hotel besar kepada wanita itu
Nah, di sinilah kamarmu, nona
Kalau mau tinggal di sini berapa lamapun aku akan merasa senang sekali, selain mendapatkan uang sekedarnya juga mendapatkan te man dalam hidupku yang kesepian ini
Silakan beristirahat, nona, aku akan membuatkan minuman te h dan..........eh, makanan malam sekedarnya.......
Melihat keraguan itu, Cin Cin segera mengeluarkan sepotong perak dan memberikannya kepada wanita itu
Bibi, ini untuk berbelanja membeli hidangan makan malam, eh, kalau ada.......
aku ingin sekali makan daging ikan emas kuning dan merah.
Katanya, teringat akan dua ekor ikan yang ditangkapnya dan yang tertinggal di te pi sungai karena perjumpaannya dengan pemuda pengintai itu
Dan ketika wanita itu pergi sambil membungkuk-bungkuk senang menerima uangnya
Cin Cin tak dapat menahan kekeh gelinya membayangkan kembali pemuda yang berdiri di atas batu, bertelanjang bulat
Akan tetapi tak lama kemudian, kekehnya te rpecahkan oleh pikirannya
Aneh, bayangan pemuda itu selalu te rbayang dan ia tidak mampu menggusirnya, te rutama sekali pandang matanya yang begitu tajam
Setelah makan hidangan nasi dan masak ikan yang disuguhkan nyonya rumah, Cin Cin secara iseng bertanya,
Bibi, apakah engkau mengenal seorang pangeran yang tinggal di sekitar le mbah Huang-ho?
Wanita itu membelalakkan mata dan te rsenyum geli sehingga nampak mulutnya yang ompong,
Walah, engkau aneh sekali, nona! Aku ini hanya seorang perempuan dusun yang bodoh dan miskin, bagaimana mungkin mengenal seorang pangeran
Wah, melihatpun belum pernah
Apakah nona mengenal seorang pangeran
Pangeran sungguhan
Hebat sekali! Siapa namanya, nona?
Cin Cin memang tidak mengharapkan mendapat keterangan dari wanita itu
Ia tadipun bertanya secara iseng saja
Siapa tahu wanita itu demikian gembira mendengar pertanyaan te ntang pangeran
Sambil lalu iapun menjawab tanpa mengharapkan apa-apa
Namanya Pangeran Cian Bu Ong.
Ia seperti menjawab kepada diri sendiri agar tidak melupakan nama yang dipesan oleh gurunya itu
Ia melanjutkan keterangan yang ia dengar dari gurunya
seperti menghafal
Orangnya gagah, tinggi besar, mukanya kemerahan, usianya enampuluh lebih........
Ehhh
Nanti dulu nona
Di sini tidak pernah ada pangeran, akan tetapi cung-cu ( kepala dusun ) kami
Cian-wangwe (hartawan Cian) mirip yang kauceritakan itu
Tinggi besar, gagah, muka kemerahan dan usianya enampuluh tahun lebih.
Tentu saja Cin Cin menjadi tertarik dan ia mengamati wajah wanita itu penuh selidik
Hartawan Cian
Dari mana dia datang
Apakah selama ini dia memang penduduk dusun ini?
Tidak, nona
Dia pendatang baru, kaya raya dan dermawan
Kami semua suka kepadanya dan menghor matinya, bahkan akupun sudah sering menerima bantuan darinya
Karena itu kami semua memilih dia menjadi kepala dusun
Dia she Cian dan namanya......hemm, kalau tidak salah Bu
Ya, Cian Bu.
, akan tetapi lebih terkenal dengan sebutan Cian-wangwe (hartawan Cian) atau Cian cungcu ( Lurah-Cian).
Cian Bu.........?
Berdebar rasa jantung Cin Cin
Besar sekali kemungkinannya
Mengapa begitu kebetulan
Yang dicarinya pangeran Cian Bu Ong dan di sini ia mendengar tentang lurah Cian Bu yang keadaannya mirip pangeran yang dicari
Bagaimana keadaan keluarganya?
Ia mencari tahu lebih lanjut karena timbul harapannya sekarang untuk menemukan musuh besar gurunya
Keluarganya amat baik, nona
Isterinya jauh le bih muda, sekitar empatpuluh lima tahun lebih sedikit, cantik jelita dan manis budi, pakaiannya selalu serba hitam
Mereka mempunyai dua orang anak yang te lah dewasa, seorang pemuda dan adiknya, seorang gadis
Tampan dan cantik, juga baik budi.
Engkau yakin benar lurah Cian Bu itu bukan bekas pangeran?
tanya Cin Cin seperti kepada diri sendiri
Tentang isteri dan anak-anak orang itu ia tidak tertarik
Bagaimana aku tahu, nona
Keluarga Cian itu pindah ke dusun ini sebagai keluarga hartawan, membangun rumah besar dan bersikap baik kepada kami semua, suka menolong orang, baik dengan barang ataupun dengan pengobatan
Mereka pandai mengobati orang sakit.
Keterangan ini semakin menarik hati Cin Cin
Besar kemungkinan keluarga itu ahli silat yang pandai mengobati, hal itu tidak aneh
Dan kalau orang she Cian itu memang ahli silat, maka dugaannya semakin kuat bahwa dia adalah bekas pengeran yang dicarinya
Apakah mereka pandai ilmu silat?
ia bertanya lagi
Ilmu silat
Mana aku tahu, nona
Puteranya yang kami sebut Cian Kongcu (tuan muda Cian) dan Cian Siocia (Nona muda Cian) kelihatan sehat dan gagah, entah mereka bisa silat atau tidak, aku idak tahu.
Keterangan itu cukup bagi Cin Cin
Di mana rumah mereka, bibi?
Mudah sekali dicari
Di ujung dusun sebelah barat ini, dan rumah mereka adalah satu-satunya gedung bes ar yang berada di dusun ini.
Cin Cin tidak bertanya lagi
Ia membantu wanita itu mencuci mangkok piring biarpun nyonya rumah mencegahnya, lalu ia membersihkan mulut dan memasuki kamar, merebahkan diri seperti orang hendak tidur
Nyonya rumah itu yang menyangka ia te ntu lelah, membiarkannya tidur dan ia sendiripun memasuki kamarnya
Tentu saja Cin Cin tidak tidur
Keterangan wanita itu tentang lurah Cian Bu amat menarik hatinya dan ia mengambil keputusan untuk menyelidik
Kalau lurah itu bukan Pangeran Cian Bu Ong pun tidak mengapa, akan te tapi kalau benar orang yang dicarinya, alangkah beruntungnya
Tak disangkanya akan demikian mudahnya mencari orang yang oleh gurunya hanya dikatakan tinggal di sekitar lembah Huang-ho
Padahal lembah itu panjang dan luasnya tak te rukur lagi
Apalagi hanya setahun, biar lima tahunpun belun tentu ia akan mampu menemukan orangnya! Wanita pemilik gubuk itu belum tidur ketika Cin Cin keluar dari kamarnya
Ketika ia bertanya, Cin Cin menjawab bahwa ia ingin berjalan-jalan sebentar
Wanita itupun tidak bertanya lagi dan Cin Cin keluar dari rumah kecil itu dan berjalanjalan di jalan dusun yang lumayan baiknya
Agaknya dusun itu memang sebuah dusun yang maju, mungkin berkat bimbingan kepala dusunnya itu
Jalan-jalan di situ rata dan bersih, rumahrumahnya walaupun rumah dusun, seperti rumah wanita yang ditumpanginya tadi, nampak bersih pula, dengan ruangan yang te ratur
Memang sesungguhnyalah, semua mahluk itu membutuhkan bimbingan seorang pemimpin
Masyarakat tanpa pemimpin akan menjadi kacau balau, seperti juga segala kelompok binatang hutan pasti mempunyai pemimpinnya
Bukankan Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Kasih, juga sekaligus menjadi Pemimpin Agung seluruh ciptaannyaa
Dusun itu cukup besar, dengan lampu pene rangan sederhana di depan setiap rumah sehingga jalan itu tidak gelap benar
Di langit banyak bintang
Malam itu amat indah dengan hawa udara yang sejuk
Tanah di lembah Huang ho memang terkenal subur dan pohon-pohonan, tanam-tanaman di dusun itu nampak subur pula
Ada beberapa kedai minuman dan kedai penjual segala macam keperluan sehari-hari yang masih buka
Akan te tapi lalu lintas sudah sepi
Memang di dusun kurang sekali adanya hiburan malam, tontonan dan keramaian malam seperti di kota, maka penduduk dusun jarang yang bergadang di luar rumah
Seperti yang dite rangkan pemilik gubuk tadi, mudah saja mencari rumah lurah Cian tanpa bertanya-tanya
Setelah menyusuri jalan ke barat dan tiba di ujung dusun, nampaklah sebuah gedung
Kalau di kota, gedung itu termasuk sedang saja, akan tetapi di dusun itu nampak megah dan mewah
Tidak baik mengganggu kedamaian dusun ini, pikir Cin Cin
Bagaimana kalau lurah itu bukan pangeran yang dicarinya
Melihat betapa pene rangan di depan gedung itu masih te rang, dan ada seorang gadis nampak duduk seorang diri di situ, Cin Cin mengambil keputusan untuk berkunjung secara baik-baik saja
Kalau kemudian ia bertemu muka dengan lurah Cian dan mendapat keterangan bahwa benar dia orang yang dicarinya, baru dia akan turun tangan membunuhnya seperti pesan gurunya
Kalau te rnyata bukan pangeran yang dicarinya, kunjungannya te ntu tidak akan mendatangkan keributan dan gangguan
Ketika Cin Cin memasuki pekarangan yang juga menjadi taman bunga yang indah dan sunyi itu, gadis yang duduk melamun di atas kursi, di ruang depan, mengangkat muka dan segera bangkit berdiri ketika melihat ada orang memasuki pekarangan
Setelah berdiri, nampak oleh Cin Cin betapa gadis itu memiliki tubuh yang ramping padat, dan wajahnya manis sekali
Cara ia bangkit dari te mpat duduknya dan berdiri menunjukkan bahwa gadis itu memiliki gerakan yang gesit dan berte naga, mungkin bukan ahli silat lihai, akan tetapi setidaknya bukan seorang gadis yang lemah, pikir Cin Cin yang memandang penuh perhatian
Gadis itu adalah Cian Kui Eng
Ia sedang duduk melamun, memikirkan ulah suhengnya yang tadinya ia anggap sebagai kakak kandungnya itu
Biarpun kini ia tahu bahwa kakaknya, Thian Ki, bukan kakak kandung, bahkan bukan kakak tiri, dan le bih tepat disebut suheng (kakak seperguruan), namun karena sejak kecil ia sudah menyebut koko (kakak), maka sampai sekarangpun ia masih menyebutnya koko
Sore tadi ulah kakaknya itu amat aneh
Dia pulang hanya memakai celana dan sepatu tanpa baju! De ngan bertelanjang dada Thian Ki pulang sambil menenteng dua ekor ikan emas kuning dan merah yang gemuk.! Tentu saja ia dan ibunya, atau le bih te pat lagi ibu tirinya yang menyambut kedatangan Thian Ki itu menjadi te rheran-heran dan bertanya kenapa pemuda itu pulang berte lanjang dada dan membawa dua ekor ikan
Dan jawaban kakaknya membuat ia te tap merasa aneh sampai sekarang
Kakaknya menjawab, dengan muka menunduk dan tidak lancar bahwa kakaknya melihat dua ekor ikan itu, lalu membuka baju, te rjun dan menangkap dua ekor ikan itu
Akan te tapi ketika dia mengejar dua ekor ikan itu, bajunya terbawa angin, jatuh ke air sungai dan hanyut tanpa dia ketahui
Jawaban yang dianggapnya janggal karena selamanya belum pernah Thian Ki mengejar-ngejar ikan sampai te rjun ke sungai! Dan cara kakaknya menjawab juga tidak lancar, seperti orang berbohong, padahal kakaknya tidak pernah membohong.! Ibunya bersikap tidak curiga bahkan te rtawa geli, akan tetapi senang melihat dua ekor ikan yang gemuk itu, yang segera dibawa ibunya ke dapur
Dan tadi kakaknya menyusul ayahnya yang pergi ke dusun lain untuk mengadakan rapat mengenai para nelayan sungai dengan kepala-kepala dusun yang lain, dan sampai sekarang belum pulang
Ia menanti mereka di serambi depan sambil duduk melamun ketika muncul seorang gadis memasuki pekarangan rumahnya
Kui Eng mengerutkan alisnya ketika melihat bahwa gadis cantik yang menghampirinya itu membawa pedang di punggungnya
Jelas gadis ini bukan gadis dusun, dan melihat pedang itu, tentu ia seorang wanita kang-ouw, pikirnya
Hal ini sesungguhnya tidak te rlalu aneh baginya, mengingat bahwa ayahnya dan ibunya adalah orang-orang yang pandai ilmu silat, seperti juga ia sendiri dan kakaknya
Akan te tapi mengapa tamu ini datang malam-malam
Selamat malam, apakah engkau ini yang disebut Cian Siocia?
tamu itu bertanya
Melihat sikap tamunya yang terbuka dan ramah, lenyap perasaan tidak senang dari hati Kui Eng
Gadis ini juga memiliki watak yang lincah jenaka dan te rbuka, walaupun ia juga tabah, berani dan kadang galak
Benar, aku Cian Kui Eng
Enci siapa dan apa keperluanmu berkunjung ke rumah kami?
He mm, gadis ini tidak kampungan, pikir Cin Cin
Terbuka dan jujur, dan sama sekali tidak pemalu
Lebih pantas seorang gadis kangouw! Tebal dugaannya bahwa ia datang ke alamat tepat
I apun menjawab sejujurnya
Orang memanggil aku Cin Cin, dan aku datang ke sini untuk mencari ayahmu
Bukankah dia she Cian?
Tentu saja dia she Cian
Engkau tahu aku disebut Cian Siocia (nona muda Cian), siapa lagi she (nama keturunan) ayahku kalau bukan Cian
Mau apa sih engkau malam-malam begini datang mencari ayah?
He mm, ia mulai curiga dan mulai kasar, pikir Cin Cin, hatinya juga mulai panas
Kalau betul ayah gadis ini musuh besar gurunya, berarti gadis inipun boleh dianggap musuh!
Kedatanganku ini ada urusan penting dengan ayahmu dan tidak dapat kukatakan kepada orang lain biar engkau ini pute rinya sekalipun
Bukankah nama ayahmu Cian Bu......?