Ikan-ikan yang gemuk berdaging te bal.! Dibawanya dua ekor ikan itu ke darat dan dibiarkan menggele par di balik semak, lalu iapun masuk lagi ke air dan mandi
Betapa sejuk dan segarnya air itu
Lenyap semua rasa lelah dan gerah
Terasa nyaman, bersih dan segar
Iapun menggosok-gosok kulit tubuhnya sambil duduk di atas batu yang menonjol keluar dari air, dan dengan sendirinya mulutnya bersenandung lirih
Kalau tubuh te rasa nyaman dan hati akal pikiran tidak dibebani persoalan, maka akan timbul perasaan bahagia yang membuat orang condong untuk bersenandung! De mikianlah agaknya yang mendorong orang untuk bersenandung di waktu mandi
Keseimbangan rasa nyaman tubuh dan rasa te nang batin ini mendatangkan keseimbangan yang membuat hidup di saat itu terasa nikmat
Cin Cin sama sekali tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengamatinya dari balik batu besar
Mata seorang pria, seorang pemuda yang sebaya dengannya, seorang pemuda yang tampan dan bertubuh te gap
Mula-mula ketika mendengar suara senandung, pemuda itu tertarik dan berindap menghampiri
Setelah dia melihat apa yang bersenandung itu, seorang gadis bertelanjang bulat duduk di atas batu dan membersihkan tubuh dengan menggosok-gosoknya, dengan rambut yang panjang te rurai, sebagian menutupi dadanya menyembunyikan sepasang bukit dada dan warna rambut yang hitam membuat kulit tubuh itu nampak semakin putih mulus, wajah yang manis dan riang
Pemuda itu terbelalak, kemudian mukanya menjadi kemerahan dan diapun te rpesona
Bukan gairah nafsu yang te rbayang dalam pandang matanya, melainkan keheranan dan ketakjuban, seperti seseorang melihat mahluk lain dari luar angkasa, seperti seorang melihat bidadari mandi di tepi sungai
Memang, gadis itu seperti mahluk aneh bagi pemuda itu karena selama hidupnya, baru sekali ini ia melihat seorang gadis dewasa berurai rambut dan berte lanjang bulat seperti itu! Karena selama ini, biarpun usianya sudah duapuluh satu tahun, tidak pernah te rlintas dalam benaknya hal-yang ada hubungannya dengan birahi, maka dia tidak melihat hal-hal yang menimbulkan rangsangan nafsu birahi, dan pandang matanya penuh dengan pesona dan keheranan, terpesona karena penglihatan itu amat indah baginya, juga amat mengherankan
Saking heran dan te rpesona, pemuda itu lupa diri untuk bersembunyi dengan hati-hati
Dia kini berdiri dan nampak dari dada ke atas di baik batu itu, tidak tahu bahwa yang diintainya adalah seorang gadis yang memiliki ketajaman dan kepekaan rasa dan pandangan yang lain daripada orang lain
Pandang mata yang penuh perhatian dan perasaan memiliki getaran yang kuat sekali, apa lagi bagi seorang sepeka Cin Cin perasaannya
Ia merasakan getaran itu yang membuatnya menengok dan.........dua pasang mata berte mu pandang
Sekilas saja karena kepala pemuda yang tadi nongol di balik batu lenyap lagi dan Cin Cin juga tidak memperlihatkan suatu sikap yang menunjukkan bahwa ia telah melihat adanya seorang pengintai
Ia menekan kemarahannya, dan dengan tenang gadis itu turun ke air, sekali lagi membiarkan kegerahan dan keletihan larut bersama debu di tubuh te rbawa air, dan iapun berenang ke balik semak, mengenakan pakaiannya dan menggelung rambutnya sejadinya saja agar cepat
Namun dari balik semak ia memperhatikan dan tahu bahwa si pengintai itu masih berada di balik batu bes ar
Awas, engkau, laki-laki kurang ajar, gumamnya dalam hati
Setelah semua pakaian bersih yang diambilnya dari buntalan dipakainya, juga sepatunya, tiba-tiba saja tubuhnya meloncat dan seperti seekor burung garuda tubuhnya melayang ke balik batu besar
Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati pemuda yang tadi mengintai
Sama sekali tidak disangkanya bahwa gadis yang tadi disangka bidadari atau ikan duyung atau mahluk dari dunia lain, dapat meloncat seperti terbang dan tahu-tahu telah berdiri di depannya dalam pakaian lengkap walaupun agak acak-acakan karena te rburu-buru dan rambutnya yang digelung sederhana itu masih meneteskan air
Wajah yang masih agak basah itu segar kemerahan, akan tetapi sepasang mata yang jeli itu mencorong penuh kemarahan
Laki-laki kurang ajar! Berani engkau mengintai orang mandi, ya
Apakah nyawamu rangkap
Ah engkau sudah bosan hidup?
Aduh manisnya, aduh galaknya! Demikian keluh pemuda itu, tidak kelihatan takut melainkan malumalu dan mukanya juga menjadi kemerahan
Dia mengangkat ke dua tangan ke depan dada memberi hormat, matanya yang tajam bersinar itu menatap wajah Cin Cin dengan lembut dan penuh penyesalan
Harap nona suka memaafkan saya
Saya kebetulan lewat dan mendengar suara senandung tadi membuat saya tertarik dan ingin melihat siapa yang bersenandung, tidak menyangka sama sekali bahwa ada seorang gadis sedang mandi di sana
Sekali lagi, maafkan kelancangan saya, nona.
Sikap pemuda itu lembut dan sopan, dan di dalam suaranya te rkandung penyesalan yang tidak dibuat-buat
Akan tetapi ia masih merasa penas aran
Laki-laki ini sudah melihat ia bertelanjang bulat
Tidak mungkin hal seperti itu dibiarkan saja hanya dengan maaf! Alangkah enaknya!
Hem, kebetulan lewat dan kebetulan melihat
Mengapa engkau tadi memandang dengan melotot?
tanyanya dengan suara bengis
Pemuda itu menjadi semakin gugup dan wajahnya semakin merah
Aku.........saya.......eh.
Aku tadi.......te rkejut dan heran, terpesona karena mengira ada.........
Ada apa
Aku bukan setan, bukan iblis, bukan siluman
Hayo katakan, kaukira ada a pa?
kembali Cin Cin membentak
.......tadinya kukira nona.......ehh, seorang bidadari dari kahyangan.............
Cin Cin terbelalak, mengira pemuda itu berolokolok, akan tetapi melihat pandang mata yang jujur itu nampaknya sungguh sungguh dan entah mengapa
tiba-tiba saja hatinya merasa senang sekali
Entah senang karena wajah yang tampan dan simpatik itu, entah karena sinar mata yang tajam bersinar itu, ataukah karena pujian itu
Pujian tidak langsung
Ia disangka bidadari kahyangan! Hati siapa tidak akan te rasa ayem te nte ram, gembira bangga, menggembung seperti katak te rkejut, kalau disangka bidadari
Bidadari adalah mahluk wanita yang cantik jelita, sakti dan bijaksana Akan te tapi kegembiraan itu hanya menyelinap di hati Cin Cin dan hanya mencuat keluar melalui sinar matanya saja
Mulutnya masih dicemberutkan
Hemm, enak saja engkau mengintai orang mandi, lalu minta maaf begitu saja
Engkau yang enak, aku yang muak
Lain kali engkau akan memukul orang, menghina orang, atau membunuh orang lalu minta maaf dan sudah, ya
Enaknya!
Aduh
galak benar, pikir pemuda itu
Dia menahan senyumnya karena maklum bahwa senyum geli hatinya akan dapat disalah-tafsirkan pula, disangka senyum mente rtawakan
Bis a lebih runyam lagi
Kembali dia mengangkat kedua tangan memberi hormat
Maaf.......
Sudahlah, jangan berulang kali memberi hormat merangkap kedua tangan di depan dada lalu membungkuk-bungkuk
Memangnya sekarang ini hari sincia (tahun baru) untuk saling memberi selamat.! Memangnya aku ini sedang merayakan sesuatu, maka engkau te rus-terusan memberi salam
Katakan saja apa maumu, jangan banyak maaf segala
Sebelum kau minta, maafku kepadamu sudah habis!
Pemuda itu terbelalak, namun hatinya tertarik sekali
Selama hidupnya dia tidak banyak bergaul dengan gadis -gadis cantik, dan biarpun ada gadis cantik yang juga galak, akan tetapi agaknya tidak segalak dan sebengal yang satu ini
Baiklah, aku tidak lagi minta maaf
A kan tetapi, aku sudah merasa bersalah dan apa yang harus kulakukan sekarang?
tanyanya, sikap dan nada suaranya merendah
Engkau harus dihukum!
Suaranya begitu mantap seperti seorang hakim mengetukkan palu pada keputusan sidang pengadilan menjatuhkan hukuman pada pesakitan
Baik, aku sudah bersalah dan aku siap menerima hukumannya,
kata pemuda itu dan sikapnya yang te nang mulai menarik hati dan mengejutkan Cin Cin
Orang bilang, hutang uang membayar uang, utang budi membayar budi
I tu baru adil namanya
Engkau tadi melihat aku mandi, sekarang hukumannya harus kaute bus dengan keadaan yang sama
Engkau mandi dan aku yang melihatnya!
Setelah berkata demikian, dengan gerakan yang cepat sekali Cin Cin sudah menangkap pergelangan tangan pemuda itu dan mendorongnya ke sungai
Pemuda itu terkejut, agaknya tidak melawan dan tubuhnya terlempar ke air
Byuuur........!
Air muncrat tinggi ketika pemuda itu terbanting ke air dengan pinggul te rlebih dahulu
Cin Cin te rtawa terkekeh-kekeh melihat pemuda itu gelagapan, tenggelam lalu muncul dan menyemburkan air dari mulutnya
Ia kini nampak seperti seorang anak kecil menerima mainan baru, demikian gembira dan wajahnya berseri-seri segar
Nah, rasakan kamu! Mandilah sepuasnya sampai bersih!
katanya dan sekali berkelebat Cin Cin sudah lenyap dari te pi sungai itu
Tinggal pemuda itu yang berenang ke te pi bersungut-s ungut
Sialan!
katanya kepada diri sendiri sambil memandang ke bekas tempat gadis itu tadi berdiri, lalu diapun berenang ke batu yang tadi diduduki Cin Cin, naik dan duduk di situ
Pakaian dan rambutnya basah kuyup
Sial hari ini berte mu dengan........bidadari cantik manis akan tetapi galaknya seperti setan!
Dia melepaskan tekukan rambutnya dan memeras air dari rambutnya, akan te tapi air itu malah menyiram ke bajunya
Huh, kepalang basah!
katanya lagi dan diapun memandang ke kanan kiri
Sunyi, ia menanggalkan pakaiannya yang basah, juga sepatunya, memeras baju dan celana, menuangkan air keluar sepatunya dan merentangkan baju, celana dan sepatunya di atas batu
De ngan bertelanjang bulat diapun kini mandi sekalian sambil menanti pakaian dan sepatunya te rtiup angin dan agak kering
Dan dia menemukan kenyataan betapa segarnya mandi di situ
Gadis itu benar.! Memang menyenangkan sekali air di s itu
Dasarnya berbatu dan berpasir, dan airnya cukup je rnih
Tempatnya sunyi sepi
Setelah merasa agak dingin, dia berenang kembali ke batu tadi, baik ke atas batu dan meraih pakaian hendak dipakainya sambil berdiri di atas batu, bertelanjang bulat
Tiba-tiba matanya melihat sebuah buntalan di dekat semak-semak, dan setumpuk pakaian
Gadis itu! Benar saja, te rdengar suara cekikikan tawanya dan tiba-tiba gadis itu muncul di balik semak-semak
Memang tadi Cin Cin sudah pergi, akan tetapi ia te ringat bahwa buntalan dan pakaiannya yang kotor masih berada di balik se mak-semak, maka ia kembali ke situ untuk mengambilnya
Kebetulan ketika ia datang melihat pemuda yang tadi dilemparkannya ke sungai kini berdiri bertelanjang bulat di atas batu yang tadi, sehingga ia melihat semuanya
Ia terbelalak, terkejut, terheran, akan tetapi juga geli maka tertawalah ia
Heiii, engkau......?
Pemuda itu melepaskan bajunya dan menggunakan kedua tangan menutupi bawah pusarnya, mukanya menjadi panas karena malu
Jangan melihat aku!
Gadis itu masih tertawa cekikikan, lalu mengambil buntalan dan pakaiannya, memandang lagi kepada pemuda itu sambil tersenyum nakal
Siapa yang melihatmu
Aku datang kembali untuk mengambil pakaianku yang te rtinggal, bukan untuk mengintaimu
Akan te tapi kebetulan begini, ini namanya adil, hutangmu lunas sudah! Hi-hihik, engkau ....jelek amat, seperti............monyet..
hi-hik!
Dan Cin Cin meloncat pergi bersama pakaiannya
Pemuda itu menghela napas panjang
Ketika tadi dia tergesa-gesa menggunakan kedua tangan menutupi bawah pusar, dia melepaskan baju yang dipegangnya dan baju itu te rjatuh ke air dan hanyut
Entah di mana sekarang
Terpaksa dia hanya mengenakan celana dan sepatunya saja, lalu pergi dari situ tanpa memakai baju, mengomel panjang pendek
Huh, ia bilang adil
Padahal aku mengatakan ia seperti bidadari dan ia sebaliknya menyebut aku seperti monyet! Sialan!
-ooo0dw0ooo- Cin Cin berhenti di bawah sebatang pohon, membereskan pakaian yang tadi dipakai secara te rgesa-gesa, menyanggul lagi rambutnya dan dihias tusuk sanggul perak, mengambil kalung mutiara yang indah dari buntalan pakaiannya, memakai kalung itu, kemudian mengeluarkan pula Koai-Liong-kiam (Pedang Naga Siluman) dari buntalan dan menggantungkan pedang itu di punggungnya, mengambil buntalan pakaian dan menggendongnya pula, kemudian dengan cepat ia melanjutkan perjalanannya ke sebuah dusun di te pi sungai yang tadi di lihatnya dari jauh sinar lampu-lampu dusun itu
Melihat sebuah rumah kecil sederhana di te pi dusun dan seorang wanita setengah tua di depan rumah, di atas bangku bambu, Cin Cin segera menghampiri dan dengan sikap ramah dan sopan ia bertanya
Bibi, aku seorang pejalan yang kemalaman di sini
Apakah engkau dapat menunjukkan te mpat di mana aku boleh menumpang untuk malam ini
Aku bersedia membayar uang sewanya semalam.
Wanita itu berusia limapuluh tahun lebih akan tetapi nampaknya sudah le bih tua, agak bongkok dan je las ia miskin
Nona mau membayar sewa
Aih, nona, aku akan senang sekali engkau menumpang di sini dan memberi sekedar uang kepadaku.........aku amat membutuhkan itu......
Cin Cin mengerutkan alisnya
Rumah itu hanya gubuk kecil dan sederhana, te ntu bukan merupakan te mpat yang enak untuk bermalam
Akan te tapi, kalau wanita itu membutuhkan uang
Bibi, dengan siapa engkau tinggal di sini?
Wajah itu nampak sedih sekali
Di bawah sinar lampu gantung kecil, wajah itu nampak penuh kerut merut
Aku seorang janda, nona
Anakku hanya seorang, laki-laki, akan tetapi put-hauw (durhaka), sudah lima tahun pergi ke kota mencari pekerjaan, sampai sekarang tidak pernah pulang, tidak pernah memberi kabar
Aih, dasar nasibku yang amat buruk......
Wajah Cin Cin berseri
Engkau hanya tinggal seorang diri di sini
Kalau begitu, aku suka bermalam di sini
Jangan khawatir, aku akan memberi uang sewa yang cukup banyak, bi bi.
Wanita itu menjadi gembira
Aih, terima kasih, nona