Naga Bercaun Bab 061


Tung-hai Mo-li berhenti sebentar, lalu mengeluarkan seuntai kalung mutiara yang amat indahnya

Kau bawa ini dan kalau engkau berte mu dengan Pangeran Cian Bu Ong, berikan ini kepadanya dengan pesan dariku, bahwa dia harus menukar kalung ini dengan nyawanya, seperti yang pernah dia janjikan kepadaku dahulu

Mutiara-mutiara ini kudapatkan sendiri dengan menyelam di lautan yang paling dalam, memilih yang te rbaik dan menguntainya menjadi kalung untuk kuserahkan kepada pria yang kucinta itu

Dia menerima dengan gembira dan berjanji bahwa kalung itu akan disimpannya dan disayangnya seperti nyawanya sendiri

Akan tetapi, ketika dia hendak meninggalkan aku, dia mengembalikan kalung ini kepadaku................

Kedua mata Tung-hai Mo-li menjadi merah dan basah dengan air mata

Ia membalikkan tubuh dan membelakangi Cin Cin yang menerima kalung mutiara itu, agaknya ia tidak ingin dilihat menangis dan ketika membalikkan tubuh itu, ia menghapus air matanya

Nah, itulah pesanku kepadamu, Cin Cin

Maukah engkau berjanji bahwa engkau akan menunaikan tugas-tugas itu?

Tanya Tung-hai Moli yang sudah menghadapi lagi muridnya

Cin Cin mengalungkan kalung mutiara itu di le hernya

Subo, aku berjanji akan mencari dan membunuh Pangeran Cian Bu Ong dan Can Hong San!

katanya dengan penuh semangat

Tung-hai Mo-li bangkit berdiri, wajahnya nampak le ga dan berseri

Ia lalu melepaskan tali pengikat sarung pedangnya dari punggungnya, menyerahkan pedang dan sarungnya itu kepada Cin Cin

Nah, kau te rimalah Koai-liong-kiam ini, Cin Cin

Aku ingin engkau membunuh mereka dengan pedang ini

Akan te tapi jangan sekali-kali mengurangi kewaspadaan, Cin Cin

Dua orang itu bukan merupakan lawan yang ringan

Akan te tapi aku yakin bahwa kalau engkau menggunakan pedang ini dan mengerahkan seluruh te naga dan kepandaianmu, engkau akan berhasil.

Baiklah subo

Aku akan melaksanakan perintah subo dan mudah-mudahan saja aku akan berhasil dan tidak mengecewakan subo.

Aku percaya padamu, Cin Cin, dan berhatihatilah

Engkau tentu masih ingat akan nama para tokoh di dunia persilatan yang pernah kuceritakan kepadamu

Jangan memandang rendah lawan, dan jangan mencari perkara

Bersikaplah seperti murid te rkasih seorang datuk, tidak seperti perempuan petualang yang mengandalkan kepandaian lalu bersikap congkak dan menyebar bibit permusuhan dimana-mana.

Cin Cin merangkul gurunya,

Aku mengerti subo

Dan kapan aku harus berangkat?

Hari ini juga

Mari kita pulang, engkau cepat berkemas dan hari ini juga meninggalkan rumah kita.

Mereka lalu bergandengan tangan menuju ke sebuah rumah yang berdiri te rpencil di luar dusun nelayan, tak jauh dari pantai

Mereka jalan bergandengan tangan seperti kakak beradik saja, tidak seperti guru dan murid dan melihat dari belakang, takkan ada yang menduga bahwa seorang di antara mereka adalah seorang wanita yang usianya sudah enampuluh tahun lebih!

Berhasil atau tidak, dalam waktu setahun engkau sudah harus kembali ke sini,

demikian pesan Tung-hai Mo-li ketika mengantar muridnya pergi sampai ke luar daerah perbukitan di sepanjang pantai itu

Ketika gadis itu dengan pedang di pinggang dan buntalan pakaian di pundak meninggalkannya, Tung-hai Mo-li te rmenung, betapa semangatnya seperti terbawa pergi, ia mencintai gadis itu seperti anaknya sendiri

Cin Cin yang melangkah dengan cepat juga tidak ingin terlihat menangis oleh gurunya

Ketika ia meninggalkan gurunya, ia merasa begitu sedih dan kasihan kepada gurunya yang amat disayangnya itu

Biarpun gurunya seorang datuk, namun te rhadap dirinya, Tung-hai Mo-li amat baik dan menyayangnya, maka dianggapnya gurunya seperti pengganti orang tuanya

Bagaimanapun ju ga, ia masih ingat bahwa ia adalah puteri ketua Hekhouw-pang, perkumpulan orang-orang gagah, maka te ntu saja ia tidak boleh menjadi seorang yang jahat

Gadis itu melangkah tanpa menoleh lagi, menuju ke utara, ke sungai Huang-ho (Sungai Kuning)

Untuk mencari Pangeran Cian Bu Ong, subonya hanya memberitahu bahwa bekas pangeran itu tinggal di lembah Sungai Kuning

oo-ooo0dw0ooo-o Dusun Ta-bun-cung sekarang nampak ramai dan makmur

Hal ini adalah berkat perkumpulan He k-houw-pang yang kini te lah berdiri kembali setelah dihancurkan oleh para penyerbu utusan Pangeran Cian Bu Ong kurang le bih empatbelas tahun yang lalu

Ketika malam itu terjadi penyerbuan, banyak tokoh Hek-houw-pang yang te was

Ketika itu ketuanya, Kam Seng Hin, tewas

Juga sutenya yang bernama The Ci Kok, disamping banyak lagi anggota He k-houw-pang

Bahkan kakek Coa Song, sesepuh Hek-houw-pang, meninggal dunia karena kaget dan berduka melihat hancurnya Hek-houw-pang

Cucunya yang sudah lama meninggalkan He khouw-pang, yaitu Coa Siang Lee, yang kebetulan berada di situ ketika perkumpulan itu diserbu, juga te was pula ketika membela Hek-houw-pang

Lebih hebat lagi, isteri ketua Kam Seng Hin, yaitu Coa Liu Hwa diculik penjahat, demikian pula isteri Coa Siang Lee, yaitu Sim Lan Ci, lenyap bersama pute ranya Coa Thian Ki

Keluarga Hek-houw-pang cerai berai tidak keruan, bahkan sejak terjadi penyerbuan malam itu sampai matinya kakek Coa Song, He k-houw-pang boleh dibilang telah mati

Para anggotanya tidak berani lagi bergerak, apalagi karena sudah tidak ada yang memimpin

Akan te tapi, beberapa bulan kemudian, muncullah Lai Kun, seorang di antara para sute dari mendiang ketua He k-houw-pang

Lai Kun adalah sute termuda dari Kam Se ng Hin dan dialah yang mendapat tugas untuk mengantar Kam Cin, pute ri ketua itu ke Hong-cun, agar pute ri ketua itu menjadi murid Pendekar Naga Sakti Sungai Kuning

Dia bercerita kepada para rekannya bahwa di sepanjang jalan Kam Cin atau Cin CIn menangis, menyatakan tidak mau pergi ke Hong-cun, akan tetapi mengajak paman gurunya itu untuk mencari ibunya yang hilang diculik penyerbu

Aku dapat mencegah ia lari dan membujuknya

Akan te tapi pada suatu malam, kami diserbu gerombolan perampok

Ketika aku melawan pengeroyokan perampok itulah Cin Cin melarikan diri dan le nyap

Aku sudah mencari sampai berbulan-bulan tanpa hasil, akhirnya aku pulang,

demikian Lai Kun bercerita

Tentu saja cerita itu bohong, karena seperti yang kita ketahui, dia telah menjual Cin Cin ke rumah pelacuran! Sebagai saudara muda ketua He k-houw-pang yang sudah te was, Lai Kun berhak menggantikannya

Dia berusaha mengumpulkan para anggota He k-houw-pang, kemudian perlahanlahan dia memimpin para anggotanya untuk membangun kembali He k-houw-pang

Dia berhasil mengumpulkan kurang lebih limapuluh orang, dan mulai mendirikan perusahaan pengawalan barang dengan bendera Hek-houw-pang

Mulailah perkumpulan itu berkembang dan mendapat kepercayaan

Apalagi ketika pejabat daerah melapor ke kotaraja tentang Hek-houw-pang, perkumpulan yang dengan gigih membela pemerintah Tang, sehingga dibasmi oleh anak buah pemberontak Pangeran Cian Bu Ong, maka peristiwa itu masuk dalam catatan petugas di istana

Ketika Pangeran Li Si Bin, tujuh tahun kemudian menggantikan kedudukan ayahnya menjadi kasisar Tang Tai Cung, dia memeriksa semua catatan itu dan mendengar te ntang Hekhow-pang, kaisar inipun segera mengambil kebijaksanaan

Kaisar berkenan memberi hadiah kepada He khouw-pang, melalui pembesar daerah dan Hekhouw-pang menerima bangunan baru yang besar di Ta-bun-cung, juga menerima hadiah kereta untuk pekerjaan mengawal barang, disamping dua losin e kor kuda pilihan, uang dan terutama sekali, nama baik

Peristiwa itu membuat nama Hek-houw-pang semakin te rkenal dan dipercaya pedagang

Siapa yang tidak percaya kepada perkumpulan yang telah mendapat pengakuan dan hadiah dari kaisar sendiri

De mikianlah, dusun Ta-bun-cung ikut menjadi makmur berkat perkembangan He k-houw-pang

Dan Lai Kun, ketua baru He k-houw-pang, berusaha keras untuk membuat perkumpulan itu semakin maju

Dia kini menjadi seorang ketua yang te rhormat dan te rkenal

Dan sejak dia menjadi ketua Hek-houw-pang, Lai Kun menikah dan kini mempunyai dua orang anak laki-laki berusia sepuluh dan delapan tahun

Dia hidup terhormat, kecukupan, berbahagia dengan keluarga

Kalaupun kadang-kadang dia te ringat kepada Cin Cin dan diam-diam dia menyesali perbuatannya, dia cepat mengusir kenangan itu sebagai sebuah mimpi buruk yang amat mengganggunya

Tak seorangpun tahu akan peristiwa itu dan Cin Cin sudah dianggap le nyap atau mati oleh semua anggota Hek-houw-pang, walaupun kadang-kadang Lai Kun te rmenung dan ada perasaan khawatir apabila dia teringat kepada Cin Cin

Empat belas tahun telah lewat sejak peristiwa pembasmian Hek-houw-pang dan kini dusun Tabun-cung sudah berubah banyak

Banyak terdapat toko dan kedai makan minum dan para penghuninya yang dahulu sebagian besar hanyalah petani-petani miskin yang pakaian dan rumahnya butut, kini pakaian mereka jauh lebih baik, karena penghasilan mereka baik

Perdaganganpun mulai ramai dan semua orang memuji ketua Hek-houwpang yang kini dipanggil Lai-pangcu (Ketua Lai)

Bahkan Lai Kun diangkat sebagai ketua atau kepala dusun Ta-bun-cung oleh penduduk

Pada suatu senja, Lai-pangcu bersama isterinya, seorang wanita penghuni dusun itu juga yang berwajah cantik, duduk minum-minum sambil menikmati makan kecil di serambi depan

Dua orang pute ra mereka sehat-sehat dan sebagai pute ra ketua Hek-houw-pang, te ntu saja dua orang anak laki-laki itu dilatih ilmu silat

Akan tetapi karena ayah mereka menghendaki agar kelak mereka dapat menduduki pangkat, keduanya juga diharuskan mempelajari ilmu baca tulis secara mendalam

Untuk itu, Lai-pangcu sengaja mendatangkan seorang sasterawan dari kota untuk mengajar kedua orang pute ranya

Hari mulai gelap dan seorang pelayan menyalakan lampu-lampu di rumah, juga lampu te mbok yang berada di serambi depan, di mana keluarga itu sedang minum teh

Pelayan itu tidak berani berlama di situ, setelah menyalakan lampu segera ia masuk kembali karena tidak ingin mengganggu majikannya sekeluarga yang sedang santai

Isteri Lai Kun seorang wanita yang le mbut dan kedua pute ranya juga merupakan anak-anak yang pandai dan patuh

Lai Kun merasa berbahagia sekali

Dia kini telah berusia limapuluh empat, tubuhnya yang dahulu kurus itu kini telah berubah gemuk, sehingga hidungnya yang dulu nampak besar karena mukanya kurus, sekarang kelihatan serasi

Ayah, ada tamu....................!

seorang pute ranya menuding ke pintu pagar

Lai Kun dan isterinya memandang dan benar saja, di dalam cuaca yang remang-remang itu nampak seorang wanita yang bertubuh ramping memasuki pekarangan le wat pintu pagar dan kini melangkah dengan tenang menghampiri serambi di mana mereka duduk

Lai Kun cepat bangkit, diikuti isterinya

-ooo0dw0ooo-

Jilid 17

Lai-suheng ( Kakak seperguruan Lai ).....

wanita itu berkata lembut, berdiri di bawah serambi

Kalau saja cuaca tidak remang-remang, te ntu akan nampak betapa wajah Lai Kun seketika menjadi pucat sekali

Tentu saja dia segera mengenal wanita itu yang bukan lain adalah Coa Liu Hwa

Isteri mendiang suhengnya, Kam Seng Hin, ketua Hek-houw-pang dan yang membuat dia gelisah adalah karena mengingat bahwa wanita itu adalah ibu kandung Cin Cin

Segera ia mengambil keputusan nekat

Sekali melompat, dia telah berada di pekarangan, di depan wanita itu

Siapa kau! Aku tidak mempunyai sumoi sepertimu!

katanya galak

Suheng, benarkah engkau tidak mengenal aku?

Tanya wanita itu mendekat

Ah, engkau te ntu penjahat yang mengaku-aku saudara

enyahlah dari sini!

teriak Lai Kun dan dia sudah menerjang dengan pukulan ke arah le her Coa Liu Hwa! Pukulannya keras karena ketua He k-houw-pang ini ingin sekali pukul merobohkan orang yang dianggapnya berbahaya itu

I hh.......!

Coa Liu Hwa menggeser kakinya dengan tenang, tangan kirinya menangkis

Dukk!

tangan Lai Kun terpental, membuat ketua Hek-houw-pang ini te rkejut bukan main

Akan te tapi ia mengirim pukulan lagi bertubi-tubi

Agaknya dia berusaha keras untuk merobohkan lawan dengan serangkaian pukulan

Dia ingat benar bahwa sumoinya atau pute ri gurunya ini dahulu kalah jauh dalam hal ilmu silat, apalagi te naga darinya

Maka dia merasa yakin bahwa serangkaian pukulan yang dilakukan ini pasti akan merobohkan Coa Liu Hwa, karena dia menggunakan jurus dari ilmu silat Hek-houw-pang yang paling diandalkan dan ampuh

Akan te tapi, wanita itu dengan sigapnya menangkis dan mengelak, gerakannya ringan dan mantap, kemudian pada menjelang akhir rangkaian serangan itu, tiba-tiba saja tangan kiri wanita itu meluncur dan jari tangannya menotok pada pundaknya

Lai Kun hanya merasa tubuhnya kesemutan dan tidak mampu bergerak lagi

Dia telah ditotok secara luar biasa ole h sumoinya yang dahulu kalah jauh olehnya itu! Coa Liu Hwa tersenyum dan dengan sikap ramah ia lalu menepuk-nepuk pundak Lai kun

Lai-suheng, pandanglah baik-baik siapa aku

Mustahil engkau sudah lupa padaku?

Begitu pundaknya dite puk-tepuk Lai Kun dapat bergerak lagi! Dia terbelalak dan maklum bahwa sumoinya tidak berniat buruk te rhadap dirinya, bahkan tidak ingin membikin malu

Pada saat itu, isterinya sudah menghampiri dan menegur suaminya

Kenapa engkau marah-marah dan menyambut tamu dengan serangan

Biarkan ia bicara dan memperkenalkan diri, menceritakan apa keperluannya mengunjungi kita.

Liu Hwa memandang kepada wanita itu, lalu kepada dua orang ana k laki-laki yang masih duduk di kursi

Aih, bukankah engkau ini Ci Nio, puteri kusir Ci Hoat

Ci Nio, tidak ingat lagikah engkau padaku?

Isteri Lai Kun yang bernama Ci Nio itu mengamati, kemudian dengan kaget dan gembira dia berseru

Bukankah engkau bibi Coa Liu Hwa?

Kepada suaminya ia berte riak

Ini bibi Coa Liu Hwa, ibu Cin Cin!

Tentu saja Lai Kun sudah tahu

Karena dia mengenal Liu Hwa, maka dia tadi menyerangnya

Dia teringat akan perbuatannya te rhadap pute ri wanita ini

Dia telah menjual Cin Cin kepada rumah pelesir, dan karena takut dan mengira kedatangan bekas sumoinya ini tentu akan menuntut, maka dia tadi mendahului dengan serangkaian serangan

Kini, melihat betapa sumoinya telah menjadi orang yang lihai, diapun pura-pura baru mengenalnya

Aih, kiranya Coa-sumoi..........!

te riaknya, matanya memancarkan kehe ranan

Silakan, sumoi, silakan duduk........

Lai-pangcu tampak gugup

Liu Hwa tersenyum

Nanti dulu, aku tidak sendirian!

katanya dan ia menoleh, lalu mengangkat lengan kiri ke atas memberi is yarat

Tak lama kemudian, dari luar pagar muncullah seorang laki-laki yang gagah perkasa

Laki-laki itu berusia enampuluh tahun, namun masih nampak gagah, bertubuh tinggi besar dan tegap, mukanya dihias cambang bauk yang rapi

Lai-suheng, ini adalah..........suamiku, namanya Lie Koan Tek!

Liu Hwa memperkenalkan, lalu kepada suaminya ia berkata,

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar