Aihh, subo tahu
Memang benar milik Pulau Hiu, subo
enam orang pemiliknya adalah anak buah Pulau Hiu!
seru Cin Cin heran
Mendengar ini, Tung-hai Mo-li lalu duduk di ujung perahu yang kering, memandang ke arah lautan yang tadi ditunjuk muridnya
Tidak kelihatan apa-apa kecuali gelombang besar dan buih di puncak ombak, lalu ia menatap wajah muridnya dan berkata,
Cin Cin, ceritakan apa yang te rjadi antara engkau dan enam orang dari Pulau Hiu itu.
Cin Cin lalu menceritakan dengan sikap lincah je naka tentang pertemuannya dnegan enam orang itu, betapa mereka mengajaknya ke Pulau Hiu dan betapa mereka mengganggunya sehingga ia marah dan melempar-lemparkan mereka ke air dan ia kembali membawa perahu mereka
Setelah Cin Cin menyelesaikan ceritanya, Tunghai Mo-li menarik napas panjang
Hemm, sejak dahulu memang orang-orang Pulau Hiu merupakan bajak-bajak laut
Aku tidak pernah mencampuri pekerjaan mereka, akan tetapi kenapa sekarang mereka berani mengganggu penduduk di daratan
Kunjungan mereka ke daerah ini sudah pasti mengandung maksud te rtentu
Agaknya tua Bangka Siangkoan Bok itu sama sekali tidak pernah bermimpi bahwa anak buahnya akan berte mu dengan murid Tung-hai Mo-li!
Subo, siapakah Siangkoan Bok itu
Dan orangorang macam apakah yang menghuni Pulau Hiu
Aku mendengar mereka bicara te ntang Siangkoan Kongcu, majikan muda Pulau Hiu
Agaknya subo sudah mengenal mereka.
Majikan Pulau Hiu bernama Siangkoan Bok, seorang kakek yang kini tentu sudah tua sekali, tidak kurang dari tujuhpuluh lima tahun usianya
Dia hidup sebagai majikan Pulau Hiu di seberang pantai daerah Shantung itu, sebagai seorang hartawan yang kaya raya, juga kekuasaannya besar karena dia menjadi datuk dari para bajak laut di Lautan Kuning
Anak buahnya banyak, di antaranya te ntu s aja enam orang yang kau jumpai itu
Sebetulnya Siangkoan Bok sendiri tidak melakukan pembajakan dan anak buahnya juga tidak, akan te tapi karena dia merupakan datuk bajak laut dan anak buahnya merupakan bekas para bajak, te ntu saja kaang-kadang merekapun menjadi gatal tangan dan melakukan pembajakan.
Hemm, kiranya hanya bajak-bajak laut yang hina,
Cin Cin mencibirkan bibirnya yang merah
Kalau tahu mereka bajak, tadi tentu sudah kubunuh semua
Dan siapakah yang mereka sebut Siangkoan Kongcu, subo?
Gurunya menggele ng kepala
Setahuku, dahulu memang ada pute ra Siangkoan Bok bernama Siangkon Tek
Akan te tapi dia sudah tewas
Tentu yang disebut Siangkoan Kongcu itu pute ranya yang lain, karena kabarnya Siangkoan Bok mempunyai banyak is te ri yang cantik, dan mungkin saja dia mempunyai banyak keturunan.
Hemm, aku ingin sekali berkunjung ke pulau Hiu, subo
Akan kuobrak-abrik pulau bajak itu!
Tung-hai Mo-li mengerutkan alis nya dan matanya mencorong ketika ia menatap wajah muridnya
Melihat ini, Cin Cin terkejut dan mendekati subonya, duduk di perahu dan memegang tangan subonya
Maaf, subo
Kenapa subo kelihatan marah?
Engkau ini mencari gara-gara saja! Apa perlunya mencari perkara dengan pulau Hiu
Engkau mempunyai tugas lain yang jauh lebih penting!
Wajah Cin Cin berseri dan matanya bersinarsinar
Subo! Apakah subo maksudkan sudah tiba saatnya aku boleh melaksanakan tugasku itu
Tentu saja aku tidak akan pernah lupa
Aku akan ke dusun Ta-bun-cung, ke He k-houw-pang dan menyelidiki siapa pembunuh ayahku, siapa pula yang menculik ibuku
Aku akan mencari ibuku, aku akan membunuh para penyerbu Ta-bun-cung itu, aku...
Cin Cin menghentikan ucapannya ketika melihat gurunya mengangkat tangan memberi is yarat agar ia diam
Ia melihat gurunya masih mengerutkan alis dan kelihatan tidak senang
Cin Cin, engkau hanya memikirkan dirimu sendiri saja
Engkau sedikitpun tidak pernah memikirkan kebutuhanku.
Cin Cin merangkul gurunya
Memang hubungannya dengan gurunya se perti anak dengan ibunya saja, mesra dan akrab, tidak berhormathormat seperti murid te rhadap guru lain
Subo, maafkanlah aku
Tentu saja aku memikirkan, bahkan mementingkan kebutuhan subo
Katakan, apa yang dapat kulakukan untukmu, subo
Tentu perintah subo akan kulaksanakan lebih dulu, setelah itu, barulah aku akan mengurus diriku sendiri.
Nah, begitu baru muri dku yang baik,
kata Tung-hai Mo-li dan iapun merangkul le her muridnya dan mencium kedua pipinya
Cin Cin balas mencium dan dalam jarak dekat itu ia dapat melihat betapa wajah subonya masih amat cantik, kedua pipinya halus dan putih kemerahan tanpa bedak dan pemerah
Aih, subo cantik sekali
Kenapa secantik ini subo tidak menikah?
Ditanya demikian, Tung-hai Mo-li melepaskan rangkulannya dan ia menarik napas panjang
I nilah salah satu di antara hal yang kuminta engkau membalaskan untukku, Cin Cin
Aku hidup menderita dan tidak pernah mau mendekati pria sejak muda karena ulah seorang laki-laki!
Cin Cin memandang heran
Bagaimana mungkin ada laki-laki yang berulah sehingga menghancurkan hati subonya
Kenapa subonya tidak membunuh saja laki-laki itu dan membiarkan dirinya tenggelam dalam duka
Subo, siapakah dia dan apa yang te lah dia lakukan
Ceritakan kepadaku, subo
Aku berjanji akan melaksanakan segala perintah subo dan akan kubalaskan semua sakit hati subo.
Ada dua orang yang kuingin e ngkau mencarinya dan membunuh mereka untuk aku
Dan untuk itu, dengarkan dulu ringkasan riwayat hidupku.
Cin Cin mendengarkan penuh perhatian
Selama sepuluh tahun lebih ia hidup bersama subonya dan belum pernah ia mendengar riwayat subonya
Agaknya subonya mempunyai riwayat yang menyedihkan
Ceritakan, subo,
katanya lirih sambil mengamati wajah subonya
Mereka duduk di atas perahu hijau itu, di pantai yang sunyi
Matahari sudah naik agak tinggi, menyinarkan cahayanya yang hangat menggigit
Mari kita duduk di bawah pohon di sana, lebih te duh di sana,
kata Tung-hai Mo-li dan mereka lalu meninggalkan perahu, duduk di bawah pohon yang agak jauh dari pantai, duduk berhadapan di atas akar pohon itu yang menonjol di permukaan tanah
Sejak kecil aku sudah yatim piatu,
Tung-hai Mo-li memulai dengan riwayatnya
Cin Cin te rtegun
Ia sendiri sudah kehilangan ayah, akan tetapi mungkin ibunya masih hidup
Dibandingkan dengan subonya, ia masih lebih beruntung!
Sejak kecil sebatangkara dan merantau sebagai pengemis
Untung berte mu dengan seorang pengemis tua yang mau membimbingku
A ku mulai belajar ilmu silat dengan giat sekali
Berganti-ganti guru sampai aku dewasa
Kemudian aku bertemu dengan seorang guru yang pandai dan bersama seorang suhengku, aku belajar silat darinya
Suhengku itu bernama Can Siok dan setelah tua dia berjuluk Cui-beng Sai-kong
Akan te tapi, setelah aku dewasa dan merantau seorang diri dengan bekal kepandaian yang cukup, aku berpisah dari suheng, pada waktu guru kami meninggal dunia
Kami mengambil jalan masingmasing dan nasib membawaku ke kotaraja.
Tunghai Mo-li berhenti sebentar dan mengingat-ingat
Sejak kecil subo sudah menderita,
komentar Cin Cin
Lupa bahwa nasibnya sendiripun tidak le bih baik
Di kotaraja itulah aku bertemu seorang pangeran
Dia gagah perkasa dan memiliki ilmu silat yang hebat
Kami saling tertarik dan akhirnya kami saling jatuh cinta.....
Tung-hai Mo-li menghela napas panjang dan Cin Cin mengamati wajah subonya sambil te rsenyum
Tentu subonya amat cantik ketika gadis , dan sudah sepantasnya kalau subonya itu jatuh cinta dengan seorang pangeran.!
Aih, te ntu pangeran itu gagah dan tampan sekali, maka subo sampai jatuh cinta padanya,
kata Cin Cin tanpa sungkan-sungkan lagi
Subo menikah....?
Tung-hai Mo-li te rsenyum dan baru sekarang ia melihat subonya tersenyum! Bukan main manis nya kalau tersenyum, akan tetapi hanya sebentar saja karena senyum itu berubah pahit
Pangeran itu mempunyai cita-cita yang amat besar
Dia adalah adik kaisar , dan ia bercita-cita kelak akan menggantikan kakaknya menjadi kaisar
Karena itu, dia tidak mau mengambil aku, seorang wanita biasa, bahkan seorang wanita kangouw menjadi isterinya yang sah! Dia harus menjaga nama, dan dia bahkan akan menikah dengan seorang pute ri
Aku hanya akan dijadikan selir..
Hemm, lalu bagaimana, subo?
Tentu saja aku tidak sudi! Kami sudah saling bersumpah dan aku........aku telah menyerahkan diri
Dia sudah berjanji akan mengambilku sebagai isterinya, tidak tahunya hanya akan dijadikan selir
Aku tidak mau dan aku meninggalkan dia!
Wajah yang masih cantik itu nampak berduka sekali dan ia memejamkan mata
Cin Cin mengerutkan alisnya
Betapa besar cinta kasih subonya kepada pangeran itu, pikirnya
Buktinya, sampai sekarang, subonya sama sekali tidak mau berjalan lagi dengan pria lain!
Subo, apakah subo mendendam sakit hati kepada pangeran ini
Apakah aku harus mencari dia dan membalaskan sakit hati subo?
Tung-hai Mo-li membuka mata dan mengangguk
Puluhan tahun aku memperdalam ilmu dengan harapan pada suatu hari, murid yang kuwaris i ilmu-ilmuku akan dapat mewakili aku untuk membalas sakit hati yang kuderita selama puluhan tahun ini, dan engkaulah orangnya yang kuharapkan akan dapat membuat aku mati dengan mata terpejam, Cin Cin.
Akan te tapi, subo dengan kepandaian yang subo miliki, apa sukarnya bagi subo untuk membunuh orang itu
Kenapa subo menanti sampai puluhan tahun dan membiarkan hati menderita dendam selama itu?
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang
Biarpun dia juga bukan orang le mah, bahkan ketika kami saling berpibu dia lebih tangguh dariku, akan tetapi aku te rus dengan giat memperdalam ilmuku dan mungkin sekarang aku dapat menandingi dan mengalahkannya
Akan te tapi, aku sudah tua dan..........aku kuatir, kalau aku berhadapan dengan dia, hatiku akan menjadi lemah dan usaha membalas dendamku tidak akan te rlaksana
Oleh karena itulah aku menggemble ngmu mati-matian, Cin Cin.
Aku akan mencari pangeran itu dan membunuhnya, subo
Siapa namanya dan dimana aku dapat mencarinya?
Namanya Pangeran Cian Bu Ong, dahulu dia adik kaisar Kerjaan Sui
Akan tetapi kerajaan Sui telah jatuh dan diganti kerajaan Tang
Setelah kerajaan Sui jatuh, aku mendengar dia beberapa kali mengusahakan pemberontakan untuk mendirikan kembali kerajaan Sui, akan tetapi semua usahanya gagal
Aku te lah menyelidiki dan bertanya-tanya, dan mendengar bahwa dia suka kelihatan di sepanjang lembah sungai Kuning
Ke le mbah itulah engkau dapat mencarinya
Dia seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar, gagah sekali, mukanya kemerahan
Dia sekarang kalau masih hidup te ntu sudah tua pula, karena dia le bih tua setahun dariku
Sekarang usianya tentu sudah enampuluh lima tahun le bih.
Aku akan mencarinya, subo
Dan siapakah orang kedua yang harus kucari ?
Dia bukan musuh pribadiku
Akan te tapi, hatiku sakit karena dia telah membunuh suhengku, padahal dia itu adalah putera suhengku sendiri
Anak durhaka itu harus dihukum dan dibunuh
Suhengku itu amat sayang kepadaku, bahkan dialah yang le bih banyak membimbingku dahulu dan dia menganggap aku seperti adik kandungnya sendiri
Suhengku itu bernama Can Siok dan dahulu berjuluk Cui-beng Sai-kong dan seperti telah kuceritakan tadi, sejak dewasa kami saling berpisah mengambil jalan sendiri-sendiri
Hanya se waktu-waktu saja kami saling jumpa, aku mengunjunginya atau dia mencariku
Dia menemukan agama baru, yaitu menyembah Thiante Kwi-ong dan dia memiliki ilmu sihir yang hebat
Suhengku mempunyai seorang pute ra yang bernama Can Hong San, dari isterinya yang berasal dari pute ri Nepal
Dan anak durhaka itu pada suatu hari membunuh ayah kandungnya sendiri
Aku merasa sedih sekali mendengar nasib suheng dna kuminta engkau kelak mencari Can Hong San dan membunuhnya!
Di mana aku dapat mencari Can Hong San itu, subo?
Entahlah, aku sendiri tidak tahu dimana dia berada
Akan tetapi kau ingat saja namanya dan karena dia seorang tokoh sesat, kukira namanya dikenal oleh dunia kangouw dan engkau kelak dapat melakukan penyelidikan.