Naga Bercaun Bab 060

Aihh, subo tahu

Memang benar milik Pulau Hiu, subo

enam orang pemiliknya adalah anak buah Pulau Hiu!

seru Cin Cin heran

Mendengar ini, Tung-hai Mo-li lalu duduk di ujung perahu yang kering, memandang ke arah lautan yang tadi ditunjuk muridnya

Tidak kelihatan apa-apa kecuali gelombang besar dan buih di puncak ombak, lalu ia menatap wajah muridnya dan berkata,

Cin Cin, ceritakan apa yang te rjadi antara engkau dan enam orang dari Pulau Hiu itu.

Cin Cin lalu menceritakan dengan sikap lincah je naka tentang pertemuannya dnegan enam orang itu, betapa mereka mengajaknya ke Pulau Hiu dan betapa mereka mengganggunya sehingga ia marah dan melempar-lemparkan mereka ke air dan ia kembali membawa perahu mereka

Setelah Cin Cin menyelesaikan ceritanya, Tunghai Mo-li menarik napas panjang

Hemm, sejak dahulu memang orang-orang Pulau Hiu merupakan bajak-bajak laut

Aku tidak pernah mencampuri pekerjaan mereka, akan tetapi kenapa sekarang mereka berani mengganggu penduduk di daratan

Kunjungan mereka ke daerah ini sudah pasti mengandung maksud te rtentu

Agaknya tua Bangka Siangkoan Bok itu sama sekali tidak pernah bermimpi bahwa anak buahnya akan berte mu dengan murid Tung-hai Mo-li!

Subo, siapakah Siangkoan Bok itu

Dan orangorang macam apakah yang menghuni Pulau Hiu

Aku mendengar mereka bicara te ntang Siangkoan Kongcu, majikan muda Pulau Hiu

Agaknya subo sudah mengenal mereka.

Majikan Pulau Hiu bernama Siangkoan Bok, seorang kakek yang kini tentu sudah tua sekali, tidak kurang dari tujuhpuluh lima tahun usianya

Dia hidup sebagai majikan Pulau Hiu di seberang pantai daerah Shantung itu, sebagai seorang hartawan yang kaya raya, juga kekuasaannya besar karena dia menjadi datuk dari para bajak laut di Lautan Kuning

Anak buahnya banyak, di antaranya te ntu s aja enam orang yang kau jumpai itu

Sebetulnya Siangkoan Bok sendiri tidak melakukan pembajakan dan anak buahnya juga tidak, akan te tapi karena dia merupakan datuk bajak laut dan anak buahnya merupakan bekas para bajak, te ntu saja kaang-kadang merekapun menjadi gatal tangan dan melakukan pembajakan.

Hemm, kiranya hanya bajak-bajak laut yang hina,

Cin Cin mencibirkan bibirnya yang merah

Kalau tahu mereka bajak, tadi tentu sudah kubunuh semua

Dan siapakah yang mereka sebut Siangkoan Kongcu, subo?

Gurunya menggele ng kepala

Setahuku, dahulu memang ada pute ra Siangkoan Bok bernama Siangkon Tek

Akan te tapi dia sudah tewas

Tentu yang disebut Siangkoan Kongcu itu pute ranya yang lain, karena kabarnya Siangkoan Bok mempunyai banyak is te ri yang cantik, dan mungkin saja dia mempunyai banyak keturunan.

Hemm, aku ingin sekali berkunjung ke pulau Hiu, subo

Akan kuobrak-abrik pulau bajak itu!

Tung-hai Mo-li mengerutkan alis nya dan matanya mencorong ketika ia menatap wajah muridnya

Melihat ini, Cin Cin terkejut dan mendekati subonya, duduk di perahu dan memegang tangan subonya

Maaf, subo

Kenapa subo kelihatan marah?

Engkau ini mencari gara-gara saja! Apa perlunya mencari perkara dengan pulau Hiu

Engkau mempunyai tugas lain yang jauh lebih penting!

Wajah Cin Cin berseri dan matanya bersinarsinar

Subo! Apakah subo maksudkan sudah tiba saatnya aku boleh melaksanakan tugasku itu

Tentu saja aku tidak akan pernah lupa

Aku akan ke dusun Ta-bun-cung, ke He k-houw-pang dan menyelidiki siapa pembunuh ayahku, siapa pula yang menculik ibuku

Aku akan mencari ibuku, aku akan membunuh para penyerbu Ta-bun-cung itu, aku...

Cin Cin menghentikan ucapannya ketika melihat gurunya mengangkat tangan memberi is yarat agar ia diam

Ia melihat gurunya masih mengerutkan alis dan kelihatan tidak senang

Cin Cin, engkau hanya memikirkan dirimu sendiri saja

Engkau sedikitpun tidak pernah memikirkan kebutuhanku.

Cin Cin merangkul gurunya

Memang hubungannya dengan gurunya se perti anak dengan ibunya saja, mesra dan akrab, tidak berhormathormat seperti murid te rhadap guru lain

Subo, maafkanlah aku

Tentu saja aku memikirkan, bahkan mementingkan kebutuhan subo

Katakan, apa yang dapat kulakukan untukmu, subo

Tentu perintah subo akan kulaksanakan lebih dulu, setelah itu, barulah aku akan mengurus diriku sendiri.

Nah, begitu baru muri dku yang baik,

kata Tung-hai Mo-li dan iapun merangkul le her muridnya dan mencium kedua pipinya

Cin Cin balas mencium dan dalam jarak dekat itu ia dapat melihat betapa wajah subonya masih amat cantik, kedua pipinya halus dan putih kemerahan tanpa bedak dan pemerah

Aih, subo cantik sekali

Kenapa secantik ini subo tidak menikah?

Ditanya demikian, Tung-hai Mo-li melepaskan rangkulannya dan ia menarik napas panjang

I nilah salah satu di antara hal yang kuminta engkau membalaskan untukku, Cin Cin

Aku hidup menderita dan tidak pernah mau mendekati pria sejak muda karena ulah seorang laki-laki!

Cin Cin memandang heran

Bagaimana mungkin ada laki-laki yang berulah sehingga menghancurkan hati subonya

Kenapa subonya tidak membunuh saja laki-laki itu dan membiarkan dirinya tenggelam dalam duka

Subo, siapakah dia dan apa yang te lah dia lakukan

Ceritakan kepadaku, subo

Aku berjanji akan melaksanakan segala perintah subo dan akan kubalaskan semua sakit hati subo.

Ada dua orang yang kuingin e ngkau mencarinya dan membunuh mereka untuk aku

Dan untuk itu, dengarkan dulu ringkasan riwayat hidupku.

Cin Cin mendengarkan penuh perhatian

Selama sepuluh tahun lebih ia hidup bersama subonya dan belum pernah ia mendengar riwayat subonya

Agaknya subonya mempunyai riwayat yang menyedihkan

Ceritakan, subo,

katanya lirih sambil mengamati wajah subonya

Mereka duduk di atas perahu hijau itu, di pantai yang sunyi

Matahari sudah naik agak tinggi, menyinarkan cahayanya yang hangat menggigit

Mari kita duduk di bawah pohon di sana, lebih te duh di sana,

kata Tung-hai Mo-li dan mereka lalu meninggalkan perahu, duduk di bawah pohon yang agak jauh dari pantai, duduk berhadapan di atas akar pohon itu yang menonjol di permukaan tanah

Sejak kecil aku sudah yatim piatu,

Tung-hai Mo-li memulai dengan riwayatnya

Cin Cin te rtegun

Ia sendiri sudah kehilangan ayah, akan tetapi mungkin ibunya masih hidup

Dibandingkan dengan subonya, ia masih lebih beruntung!

Sejak kecil sebatangkara dan merantau sebagai pengemis

Untung berte mu dengan seorang pengemis tua yang mau membimbingku

A ku mulai belajar ilmu silat dengan giat sekali

Berganti-ganti guru sampai aku dewasa

Kemudian aku bertemu dengan seorang guru yang pandai dan bersama seorang suhengku, aku belajar silat darinya

Suhengku itu bernama Can Siok dan setelah tua dia berjuluk Cui-beng Sai-kong

Akan te tapi, setelah aku dewasa dan merantau seorang diri dengan bekal kepandaian yang cukup, aku berpisah dari suheng, pada waktu guru kami meninggal dunia

Kami mengambil jalan masingmasing dan nasib membawaku ke kotaraja.

Tunghai Mo-li berhenti sebentar dan mengingat-ingat

Sejak kecil subo sudah menderita,

komentar Cin Cin

Lupa bahwa nasibnya sendiripun tidak le bih baik

Di kotaraja itulah aku bertemu seorang pangeran

Dia gagah perkasa dan memiliki ilmu silat yang hebat

Kami saling tertarik dan akhirnya kami saling jatuh cinta.....

Tung-hai Mo-li menghela napas panjang dan Cin Cin mengamati wajah subonya sambil te rsenyum

Tentu subonya amat cantik ketika gadis , dan sudah sepantasnya kalau subonya itu jatuh cinta dengan seorang pangeran.!

Aih, te ntu pangeran itu gagah dan tampan sekali, maka subo sampai jatuh cinta padanya,

kata Cin Cin tanpa sungkan-sungkan lagi

Subo menikah....?

Tung-hai Mo-li te rsenyum dan baru sekarang ia melihat subonya tersenyum! Bukan main manis nya kalau tersenyum, akan tetapi hanya sebentar saja karena senyum itu berubah pahit

Pangeran itu mempunyai cita-cita yang amat besar

Dia adalah adik kaisar , dan ia bercita-cita kelak akan menggantikan kakaknya menjadi kaisar

Karena itu, dia tidak mau mengambil aku, seorang wanita biasa, bahkan seorang wanita kangouw menjadi isterinya yang sah! Dia harus menjaga nama, dan dia bahkan akan menikah dengan seorang pute ri

Aku hanya akan dijadikan selir..

Hemm, lalu bagaimana, subo?

Tentu saja aku tidak sudi! Kami sudah saling bersumpah dan aku........aku telah menyerahkan diri

Dia sudah berjanji akan mengambilku sebagai isterinya, tidak tahunya hanya akan dijadikan selir

Aku tidak mau dan aku meninggalkan dia!

Wajah yang masih cantik itu nampak berduka sekali dan ia memejamkan mata

Cin Cin mengerutkan alisnya

Betapa besar cinta kasih subonya kepada pangeran itu, pikirnya

Buktinya, sampai sekarang, subonya sama sekali tidak mau berjalan lagi dengan pria lain!

Subo, apakah subo mendendam sakit hati kepada pangeran ini

Apakah aku harus mencari dia dan membalaskan sakit hati subo?

Tung-hai Mo-li membuka mata dan mengangguk

Puluhan tahun aku memperdalam ilmu dengan harapan pada suatu hari, murid yang kuwaris i ilmu-ilmuku akan dapat mewakili aku untuk membalas sakit hati yang kuderita selama puluhan tahun ini, dan engkaulah orangnya yang kuharapkan akan dapat membuat aku mati dengan mata terpejam, Cin Cin.

Akan te tapi, subo dengan kepandaian yang subo miliki, apa sukarnya bagi subo untuk membunuh orang itu

Kenapa subo menanti sampai puluhan tahun dan membiarkan hati menderita dendam selama itu?

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang

Biarpun dia juga bukan orang le mah, bahkan ketika kami saling berpibu dia lebih tangguh dariku, akan tetapi aku te rus dengan giat memperdalam ilmuku dan mungkin sekarang aku dapat menandingi dan mengalahkannya

Akan te tapi, aku sudah tua dan..........aku kuatir, kalau aku berhadapan dengan dia, hatiku akan menjadi lemah dan usaha membalas dendamku tidak akan te rlaksana

Oleh karena itulah aku menggemble ngmu mati-matian, Cin Cin.

Aku akan mencari pangeran itu dan membunuhnya, subo

Siapa namanya dan dimana aku dapat mencarinya?

Namanya Pangeran Cian Bu Ong, dahulu dia adik kaisar Kerjaan Sui

Akan tetapi kerajaan Sui telah jatuh dan diganti kerajaan Tang

Setelah kerajaan Sui jatuh, aku mendengar dia beberapa kali mengusahakan pemberontakan untuk mendirikan kembali kerajaan Sui, akan tetapi semua usahanya gagal

Aku te lah menyelidiki dan bertanya-tanya, dan mendengar bahwa dia suka kelihatan di sepanjang lembah sungai Kuning

Ke le mbah itulah engkau dapat mencarinya

Dia seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar, gagah sekali, mukanya kemerahan

Dia sekarang kalau masih hidup te ntu sudah tua pula, karena dia le bih tua setahun dariku

Sekarang usianya tentu sudah enampuluh lima tahun le bih.

Aku akan mencarinya, subo

Dan siapakah orang kedua yang harus kucari ?

Dia bukan musuh pribadiku

Akan te tapi, hatiku sakit karena dia telah membunuh suhengku, padahal dia itu adalah putera suhengku sendiri

Anak durhaka itu harus dihukum dan dibunuh

Suhengku itu amat sayang kepadaku, bahkan dialah yang le bih banyak membimbingku dahulu dan dia menganggap aku seperti adik kandungnya sendiri

Suhengku itu bernama Can Siok dan dahulu berjuluk Cui-beng Sai-kong dan seperti telah kuceritakan tadi, sejak dewasa kami saling berpisah mengambil jalan sendiri-sendiri

Hanya se waktu-waktu saja kami saling jumpa, aku mengunjunginya atau dia mencariku

Dia menemukan agama baru, yaitu menyembah Thiante Kwi-ong dan dia memiliki ilmu sihir yang hebat

Suhengku mempunyai seorang pute ra yang bernama Can Hong San, dari isterinya yang berasal dari pute ri Nepal

Dan anak durhaka itu pada suatu hari membunuh ayah kandungnya sendiri

Aku merasa sedih sekali mendengar nasib suheng dna kuminta engkau kelak mencari Can Hong San dan membunuhnya!

Di mana aku dapat mencari Can Hong San itu, subo?

Entahlah, aku sendiri tidak tahu dimana dia berada

Akan tetapi kau ingat saja namanya dan karena dia seorang tokoh sesat, kukira namanya dikenal oleh dunia kangouw dan engkau kelak dapat melakukan penyelidikan.

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar