Menurut nenek, banyak hal itu, te rmasuk makan, pakaian, te mpat tinggal dan segala benda keperluan hidup lainnya, juga kedudukan dan nama baik, kesehatan dan sebagainya
Menurut nenek, semua itu perlu untuk dilaksanakan agar kesemuanya dapat maju dengan baik, berimbang
Kalau kita hanya mementingkan yang satu dan melupakan yang lain, maka akibatnya hanya merugikan kita sendiri
Nenek hanya mementingkan nama besar, ingin menjadikan aku sebagai tok-tong yang kelak akan dapat menjadi jagoan nomor satu yang akan mengangkat namanya pula
Karena terlalu mementingkan hal ini, ne nek melupakan yang lain, sehingga akhirnya aku menjadi korban.
Kui Eng tidak mengerti apa yang te rsembunyi dalam ucapan itu, akan tetapi Lan Ci dan Cian Bu mengerti
Mereka mengangguk-angguk dan te rutama sekali Cian Bu bekas pangeran itu mengerti benar apa yang dimaksudkan oleh nenek Lo Nikouw
Dia sudah mengalamainya sendiri
Pernah dia mengejar cita-cita menegakkan kembali kerajaan Sui yang sudah runtuh dan untuk itu, dia melupakan segala hal lain, sehingga akhirnya, demi pengejaran cita-cita itu, dia mengorbankan segalanya, bahkan keluarganya te rbasmi habis
Betapa banyaknya manusia di dunia ini yang melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah dia lakukan, yang pernah dilakukan Lo Nikouw
Orang mengejar dan saling memperebukan harta, seolah harta itulah kepentingan mutlak bagi hidupnya,s ehingga orang lupa diri, melakukan hal-hal buruk dan jahat, lupa bahwa harta itu pada suatu saat akan terasa tidak ada artinya sama sekali
Betapapun kayanya seseorang, kalau dia dilanda sakit parah, maka harta tidak akan menarik lagi baginya, yang le bih menarik adalah kesehatan badannya, sehingga dia akan bersiap mengorbankan seluruh hartanya demi kesembuhannya
Demikian pula dengan orang yang mencapai kedudukan te rtinggi yang pada mulanya amat dipentingkan, sehingga dia melupakan yang lain, mendapatkan kedudukan itu dengan jalan memperebutkannya dengan manusia yang lain, kalau perlu saling bunuh membunuh
Pada akhirnya, suatu saat dia akan mendapat kenyataan pahit, bahwa kedudukan yang tadinya diperebutkan dengan taruhan nyawa itu tidak membahagiakan hatinya, bahkan mungkin menyesengsarakan
Betapa banyaknya hartawan kaya raya yang tidak pernah merasa puas akan apa yang dimilikinya, selalu merasa kurang, bahkan ada perasaan khawatir kalau-kalau harta miliknya akan berkurang dan habis
Membayangkan dirinya ditinggalkan seluruh hartanya, menjadi orang miskin, merupakan bayangan kesengsaraan yang amat hebat baginya
Banyak pula pejabat tinggi yang memiliki kedudukan yang mulia, disanjung dipuja dan dihormati, pada suatu saat akan jatuh dan nama yang tadinya dis anjung-sanjung berbalik dicaci maki
Andaikata tidak demikian, sedikitnya dia selalu gelisah, khawatir kehilangan kedudukann ya dan membayangkan kehilangan kedudukan itu merupakan bayangan kesengsaraan yang amat hebat baginya
Thian Ki, apakah mendiang ibu tidak meninggalkan pesan kepadamu, tidak memberi tahu bagaimana caranya agar engkau dapat te rbebas dari racun di tubuhmu
Apakah di dunia ini tidak ada obatnya dan tidak ada orang yang akan mampu membersihkan racun dari tubuhmu itu?
Tanya Lan Ci yang menoleh dan memandang ke arah meja sembahyang dimana abu je nazah ibunya berada
Mendengar pertanyaan ibunya itu, Thian Ki menghela napas panjang
Hal itu sudah kutanyakan kepada nenek, ibu.
dan nenek mengatakan bahwa di dunia ini jarang ada orang yang cukup kuat untuk dapat mengusir racun dari tubuhku dan nenek hanya mengenal dua orang yang mungkin saja dapat, karena mereka adalah orang-orang yang sakti.
Siapa mereka, Thian Ki ?
Tanya ibunya penuh harap
Seorang bernama Pek I Tojin dari Thai-san dan seorang lagi bernama He k Bin Hwesio dari Himalaya.
Ahh! Dua nama besar yang sudah sejak dahulu kukagumi, bahkan pernah aku ingin sekali berte mu dengan mereka untuk bicara soal ilmu silat dan kalau mungkin saling mengukur dan menguji ilmu kepandaian!
seru Cian Bu
Dan menurut keterangan mendiang nenek, dua tokoh sakti itu mempunyai murid
Pek I Tojin mempunyai murid bernama Si Han Beng berjuluk Huang-ho Sin-liong dan He k Bin Hwesio mempunyai murid bernama Bu Giok Cu, is te ri dari Naga Sakti Sungai Kuning itu.
Aih, apakah engkau tidak ingat kepada pendekar itu, Thian Ki?
Lan Ci bertanya
Thian Ki mengangguk
Tentu saja aku tidak lupa kepada paman Si Han Beng, ibu
Aku masih ingat kepadanya
Bukankah dia kakak angkat dari mendiang ayah?
Aha, jadi Naga Sakti Sungai Kuning yang te rkenal itu adalah murid Pek I Tojin dan isterinya murid He k Bin Hwesio
Dan le bih lagi, pendekar itu adalah kakak angkat mendiang suamimu?
Tanya Cian Bu kepada Lan Ci,
Kenapa aku tidak pernah mendengar akan hal itu?
Sim Lan Ci memandang kepada suaminya dan menarik napas panjang
Coa Siang Lee sudah meninggal dunia, aku tidak ingin membicarakannya lagi, tidak ingin mengenang masa lalu
Karena itulah aku tidak pernah bercerita tentang persaudaraan itu.
Suaminya mengangguk dan te rsenyum ramah
Pengakuan itu saja sudah membuktikan bahwa isterinya tidak ingin menyinggung perasaannya dengan bercerita tentang suaminya yang pertama
Kalau begitu, masih ada harapan bagimu Thian Ki
Engkau berlatih dengan tekun
Kalau sudah matang ilmu kepandaianmu, kelak engkau dapat mencari kedua orang sakti itu untuk minta bantuan mereka, dan kiranya engkau dapat bertanya kepada N aga Sakti Sungai Kuning dimana adanya kedua orang sakti itu berada.
Baik, ayah..
kata Thian Ki
Juga untuk melaksanakan pesan te rakhir nenekmu, sebaiknya dilakukan kelak saja kalau engkau sudah selesai belajar dan melakukan perjalanan
Sementara ini, biarlah abu je nazah nenekmu kita rawat dan kita sembahyangi agar ibumu mendapat kesempatan untuk berbakti.
Lan Ci setuju sekali dengan usul suaminya itu
Suheng, kelak aku akan membantumu mencari orang-orang sakti itu agar engkau dapat disembuhkan!
tiba-tiba Kui Eng berkata
Ayah dan ibu, boleh bukan kelak aku ikut suheng dan membantunya?
Suami isteri itu saling pandang
Lan Ci hanya mengangguk, akan te tapi Cian Bu berkata,
Me rantau di dunia kangouw merupakan perjalanan yang amat berbahaya, oleh karena itu engkau harus berlatih dengan giat, Kui Eng
Hanya kalau engkau kuanggap cukup kuat dan cukup pandai, aku akan membolehkan engkau membantu suhengmu
Kalau engkau malas sehingga engkau kurang kuat, le bih baik engkau berdiam di rumah yang aman.
Gadis cilik itu bangkit berdiri dan menghadapi ayahnya dengan alis berkerut dan mata bersinarsinar
Wah, ayah te rlalu memandang rendah padaku! Lihat saja, aku pasti tidak kalah melawan suheng!
Cian Bu dan is terinya tersenyum, juga Thian Ki te rsenyum dan berkata,
Engkau memang pandai, sumoi, kalau engkau berlatih dengan sungguhsungguh, mana mungkin aku akan dapat menandingimu?
De mikianlah mulai hari itu, Thian Ki dan Kui Eng seperti berlomba dan bersaing dalam mempelajari ilmu-ilmu dari Cian Bu sehingga mereka memperole h kemajuan pesat sekali
oo-ooo0dw0ooo-o Pagi itu akan nampak biasa saja bagi para nelayan dan mereka yang tinggal di pantai laut karena merupakan pemandangan yang berulangulang mereka lihat
Betapa indahnya sesuatu, kalau setiap hari dilihat, apalagi kalau dimiliki, maka keindahan itu akan semakin memudar, bahkan aklhirnya lenyap tak terasakan lagi
Hal ini dirasakan oleh mereka yang tinggal di tepi pantai
Orang yang datang dari pedalaman, dari darat, begitu tiba di pantai akan mengagumi keindahan pemandangan lautan dengan takjub, akan te tapi para nelayan akan mendengarkan dengan heran, karena bagi mereka, tidak terasa lagi adanya keindahan itu! Sebaliknya, kalau nelayan yang biasa hidup di lautan dan di pantai-pantai sunyi itu datang ke kota, mereka akan te rkagum-kagum melihat keramaian kota
Padahal bagi orang kota, keramaian kota yang dianggap indah oleh sang nelayan itu bahkan sebaliknya akan dianggap mengganggu! Hanya bagi batin yang bebas dan bersih daripada gambar- gambar yang diukir ingatan sajalah yang akan dapat melihat segala sesuatu sebagai baru, dapat menikmati keindahan setiap hari, setiap saat
Pagi itu matahari amat cerahnya, muncul di permukaan air laut sebelah timur, tak te rhalang segumpal awanpun, membentuk garis emas di permukaan laut yang masih tenang
Suara air laut bermain di pantai, berdesir di atas pasir, menggelegar garang pada batu karang, bergulunggulung dan susul-menyusul, meninggalkan suara dahsyat disusul suara gemerisik yang makin melemah sampai pada titik sunyi hening
Sejenak saja, karena sudah datang bergulung lagi ombak baru yang membawa pula suara gemuruh
Setiap kali ombak itu baru, tak pernah sama dengan yang sudah atau yang akan datang menyusul
Air yang dihempaskan pada batu karang menimbulkan uap dan ketika te rte mbus sinar matahari yang mulai menguat, membentuk pelangi le mah
Para nelayan sudah berdatangan pagi tadi sebelum matahari te rbit, dan kini pantai itu ditinggalkan orang
Hanya nampak perahu-perahu diseret jauh ke pantai
Pasir pantai nampak lembut dan halus diusap air berulang kali, putih keabuabuan
Setiap kali air tipis mendarat, pasir itu menjadi basah, akan tetapi air itu cepat diserap dan pasir nampak kering kembali
Kalau ada saat itu ada orang yang kebetulan melihatnya, tentu orang itu akan mengira bahwa pagi hari itu, dengan sinar matahari pagi sebagai tangga, telah turun seorang dewi kahyangan yang kini bermain-main di tepi pantai! Dari jauh, hanya nampak bentuk tubuh yang amat indah, yang sempurna le kuk le ngkungnya, dan pakaian yang basah dan menempel ketat itu membuat ia nampak dari jauh seperti telanjang
Kedua kaki nan panjang, pinggangnya ramping, pinggulnya menggunung dan dadanya membukit kembar
Rambutnya te rurai le pas di belakang punggung, sampai ke pinggul
Sungguh, pantasnya ia seorang dewi kahyangan atau seorang pute ri ratu lautan! Sebenarnya ia manusia biasa, seorang dara yang memang memiliki bentuk tubuh yang indah
Bagaikan setangkai bunga sedang mekar, usianya sekitar sembilanbelas tahun
Ia berpakaian lengkap walaupun dari sutera tipis, dan karena pakaian itu basah, maka pakaian itu menempel ketat di tubuhnya
Wajahnya manis, dan ia berlari-lari di sepanjang pantai, membiarkan ombak menjilat tubuhnya sampai ke paha
Ia tertawa-tawa seorang diri, dan suara tawanya le nyap dite lan gemuruh ombak
Wajahnya manis, kulitnya putih mulus dan kemerahan karena sinar matahari, matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan
Ketika ombak yang besar, yang datang setiap lima enam kali sekali, diseling ombak-ombak yang kecil, dara itu berteriak gembira dan iapun menyongsong datangnya ombak yang tingginya tidak kurang dari lima mete r itu dan begitu ombak datang menggulung dirinya, iapun meloncat dan menerjang ombak bagaikan seekor ikan lumbalumba! Tubuhnya le nyap dite lan ombak dan sampai ombak itu memecah dan menipis di pantai, agak jauh ke darat sampai mendekati perahuperahu yang diikat di darat, dara itu tidak nampak lagi! Kalau ada yang melihat peristiwa itu terjadi, te ntu akan menahan napas dan khawatir sekali, mengira bahwa dara itu te ntu tenggelam, terseret ombak ke te ngah atau mungkin juga dite rkam ikan hiu! Semua orang tentu akan menduga demikian, mengingat bahwa lama sekali dara itu tidak muncul lagi
Manusia biasa saja tidak mungkin dapat menyelam sampai selama itu
Kalau gadis itu manusia biasa, tentu ia dite rkam hiu atau te nggelam atau mati, atau kalau ia masih hidup, berarti ia bukan manusia, melainkan dewi laut! Kemudian, dari arah tengah, seperti seekor ikan saja, dara itu nampak berenang ke te pi
Cepat sekali renangnya, meluncur tanpa mengeluarkan bunyi, seperti ikan lumba-lumba asli
Dan nampak riang gembira, te rtawa-tawa dan bermain dengan air
Ombak besar datang dari belakangnya, mendorongnya sehingga renangnya semakin cepat
Akhirnya, ombak menerkamnya ke atas pasir, di air yang hanya sedalam lutut
Iapun akhirnya meninggalkan air, tiba di pasir yang kering, agak te rengah dan sambil tertawa iapun menjatuhkan diri ke atas pasir dan te rlentang
Kedua kakinya te rpentang, kedua le ngannya te rkembang di atas kepala, wajahnya segar, rambutnya riap-riapan, sebagian menutup dada dan sebagian menutup muka membelit leher
Bukan main cantiknya
Manis , jelita menggairahkan! Sinar matahari yang mulai menguning cahayanya itu mendatangkan rasa hangat yang amat nyaman
Dan angin semilir, angin yang juga hangat, membuat dara itu terlena oleh kantuk dan tak lama kemudian iapun sudah tertidur
Mulutnya masih setengah terbuka seperti orang te rsenyum, napasnya le mbut dan panjang, dada yang membusung itu turun naik
Dara yang tidur pulas di bawah sinar matahari pagi itu sama sekali tidak tahu betapa ada sebuah perahu hijau datang bersama ombak dari te ngah, menuju ke pantai itu
Jelas bukan perahu nelayan, karena semua nelayan sudah pulang pagi-pagi tadi seperti biasanya, dan dara itupun tahu akan kebiasaan itu
Ia tahu bahwa saat itu tidak akan ada nelayan di pantai, maka ia dapat berenang dengan bebas tanpa dilihat siapapun
Dan model perahu hijau itupun berbeda dengan perahu nelayan yang mempunyai bentuk agak le bar, karena para nelayan membutuhkan ruangan untuk te mpat hasil tangkapan mereka
Perahu hijau itu sempit dan panjang meruncing, dibantu kayu atau bambu runcing di kanan kirinya, dan mempunyai tiang layar
Layarnya yang ju ga berwarna hijau telah digulung, dan kini enam orang penumpang perahu mendayung perahu mereka dengan gerakan te ratur, berirama dan kuat sekali, membuat perahu mereka meluncur cepat ke pantai
Dara itu masih enak tidur terlentang ketika enam orang itu menyeret perahu mereka ke darat, bahkan ketika mereka menahan seruan kaget , heran dan kagum, kemudian mereka berenam berdiri mengepung dara yang masih tidur te rlentang dengan pandang mata seperti singa kehausan melahap seluruh tubuh yang terlentang itu, ia masih tetap tidur dengan napas yang le mbut
Bukan main cantiknya...................!
Manis sekali !
Tubuhnya....................amboiiiii........!
Tak kusangka di dusun pantai ini terdapat gadis sejelita ini.
Wah, kalau semua perempuan di pantai ini secantik dia, untung kita!
Mari kita undi, siapa yang berhak menjadi orang pertama!
Orang pertama dari mereka, yang bertubuh tinggi kurus seperti cicak kering, akan tetapi kumisnya melintang panjang dengan kedua ujung berjuntai ke bawah, segera berkata,
Hushh, apakah kalian mencari penyakit
Siapa orangnya yang tidak mengilar melihatnya, akan te tapi kita tidak boleh mencari penyakit
Kalau ada yang melihat kita lalu semua penduduk keluar, kita akan celaka, bahkan mungkin akan pergi dengan tangan hampa.
Habis bagaimana
Bukankah kita datang ke sini untuk menyelidiki keadaan
Dan ini.......si jelita ini, adalah hadiah untuk kita!
Tolol!
bentak si cicak kering
Kita hanya menyelidik dan ternyata melihat perahu-perahu para nelayan itu, dusun ini cukup makmur untuk menjadi mangsa kita
Dan agaknya banyak pula te rdapat perempuan cantik
Yang ini kita tangkap dan kita bawa pulang untuk oleh-oleh
Tentu majikan kita akan senang sekali, apalagi majikan muda kita
Kita perlu membawa teman-teman yang cukup banyak untuk menyerbu
Lihat, perahu mereka lebih dari duapuluh buah banyaknya, te ntu sedikitnya ada seratus orang laki-laki muda di sini
Terlampau berat bagi kita berenam untuk menghadapi mereka
Nah, mari kita tangkap dan bawa anak ayam ini ke perahu!
Bagaikan menerima komando, enam orang ini seperti berubah menjadi enam ekor anjing pemburu menghadapi domba betina muda yang gemuk! Mereka berenam seperti berlomba, menubruk ke arah gadis yang te lentang tidur itu, ingin lebih dahulu mendekap dan meringkusnya, merasakan kehangatan tubuh yang molek
Bress....!
Enam orang itu berteriak-teriak kaget karena dara yang mereka tubruk itu tiba-tiba saja menghilang! Mereka tadi melihat jelas betapa gadis itu masih tidur te rlentang, dan ketika mereka menubruk dari semua jurusan tampak bayangan berkelebat dan mereka saling tubruk, saling beradu kepala dan tangan dan gadis itu telah le nyap! Selagi mereka kaget dan heran, te rdengar suara tawa renyah dan mereka cepat berloncatan berdiri, memutar tubuh menghadapi orang tertawa
Kiranya gadis itu telah berdiri sambil bertolak pinggang dan te rtawa bebas
Tidak seperti gadis dusun atau kota biasa yang kalau te rtawa tidak berani mengeluarkan suara, bahkan tidak berani kelihatan giginya, gadis ini tertawa te rkekeh membuka mulut dengan bebas sehingga nampak sepasang bibirnya merekah, memperlihatkan rongga mulut yang merah tua dan gusi merah muda di te ngah deretan gigi yang putih rapih seperti mutiara diatur
Heh-heh-heh, lucu sekali! Kalian ini siapakah
Pakaian kalian serba hijau, kalian bukan orang sini
Mau apa kalian datang ke sini dan mengganggu aku yang sedang tidur lelap?
Enam orang itu saling pandang
Sedang tidur lelap kenapa ketika ditubruk dapat le nyap
Manusiakah gadis ini
Atau dewi penjaga lautan
Akan te tapi si cicak kering yang merasa dia bersama lima rekannya dan merasa bahwa dia menjadi pemimpin rombongan itu, mengusir keraguan hatinya
Dia melangkah maju ke depan
Nona, kami memang bukan orang sini
Kami datang karena melihat nona yang demikian cantik seperti bidadari
Kami ingin nona ikut bersama kami!