Thian Ki yang menjawab cepat
Nenek, dia adalah guruku, juga a yahku!.
Kini pandang mata nenek itu terbelalak dan ketika ia menoleh ke arah puterinya yang tadi merasa canggung untuk menjawab
Ayahmu......
Apa artinya ini?
Kini Lan Ci sudah dapat menenangkan hatinya dan iapun menghampiri ibunya dan berkata dengan suara tenang
Ibu, dengarlah baik-baik
Ketika kami pergi ke Ta-bun-cung tujuh tahun yang lalu dan berada di markas Hek-houw-pang, di sana terjadi penyerbuan.........musuh-musuh Hekhouw-pang
Tentu saja kami membela dan dalam perte mpuran itu, Coa Siang Lee tewas, di samping ketua He k houw-pang dan banyak tokohnya
Pihak musuh amat kuatnya
Aku sendiri bersama Thian Ki te rtawan musuh dan tentu kami berdua akan celaka atau setidaknya akan menderita kesengsaraan kalau saja kami tidak ditolong oleh...........dia yang kemudian menjadi suamiku! Dia sendiri......seluruh keluarganya, is terinya, semua juga tewas di tangan pasukan pemerintah, dia sendirian, dan aku........kemudian kami menikah.
Lo Nikouw mengerutkan alisnya
Yang membuat ia tidak suka bukan karena pute rinya menikah dengan laki-laki tinggi besar bermuka merah ini
Baginya, tidak perduli ia siapa yang menjadi suami Lan Ci
Akan tetapi ia tidak senang mendengar bahwa Thian Ki menjadi murid pria ini!
Tidak perduli dia menjadi suamimu, akan tetapi bagaimana dia berani lancang menjadi guru Thian Ki
Harus pin-ni lihat dulu apakah pantas dia menjadi guru cucuku!
Berkata demikian nenek itu melepaskan Thian Ki dan sekali kakinya bergerak, seperti memakai sepatu roda saja dengan ringan ia telah bergeser ke depan Cian Bu dan tangannya sudah mencabut kebutannya
Sambutlah ini.!
Tangannya bergerak, te rdengar suaara angin menyambar bersiut dan nampak sinar putih bergulung-gulung ketika kebutan berbulu putih itu menyambar ke arah tubuh Cian Bu dan ujungnya telah mematuk-matuk, merupakan totokan totokan yang amat cepat dan kuat sehingga berbahaya sekali bagi yang diserang
Sim Lan Ci te rkejut bukan main, akan te tapi ia percaya sepenuhnya kepada suaminya
Dia tahu bahwa tingkat kepandaian suaminya tidak kalah dibandingkan ibunya, dan ia sudah menceritakan kepada suaminya tentang keadaan ibunya, tentang ilmu-ilmu yang mengandung racun berbahaya sehingga suaminya tentu akan berhati-hati dan mampu menjaga diri
Dan ia percaya pula bahwa suaminya te ntu tidak akan mencelakai ibunya
Sementara itu, Thian Ki dan Kui Eng hanya menonton
Akan tetapi, kalau Thian Ki hanya bingung melihat ayahnya dan neneknya bertanding, Kui Eng berdiri dengan muka berubah pucat dan bukan dua orang yang bertanding itu yang dipandang, melainkan pandang matanya bergantian menatap wajah Sim Lan Ci dan Thian Ki
Ketika ibu kandungnya te was di tangan pasukan yang mengeroyok, ia masih te rlalu kecil untuk mengingatnya
Yang diingatnya adalah bahwa ibunya adalah Sim Lan Ci, ayahnya adalah Cian Bu dan Thian Ki adalah kakaknya
Itu saja
Akan te tapi percakapan tadi membuat ia pusing tujuh keliling! Agaknya ayahnya berte mu dengan ibunya setelah ibunya menjadi janda dan telah mempunyai anak, yaitu Thian Ki
Dan se perti yang didengarnya tadi, ayahnya juga kematian isterinya
Lalu ia sendiri siapa
Anak siapa
Ia anak bawaan ibunya ataukah bawaan ayahnya
Membayangkan bahwa ia hanya anak tiri dari satu di antara kedua orang itu, ingin ia menjerit-jerit dan wajahnya menjadi pucat
Sambaran kebutan ke arah jalan darah di tubuh Cian Bu dapat dielakkan dengan loncatan belakang
Akan te tapi agaknya nenek itu masih belum puas, ia meloncat ke depan, menyerang lagi dan kini le bih hebat serangannya
Suara kebutannya sampai mencicit mengerikan ketika bulu-bulu kebutan itu meluncur dengan cepat sekali
Cian Bu maklum bahwa nenek itu hanya menguji
Akan tetapi ujian yang dilakukan seorang bekas datuk sesat seperti Ban-tok Mo-li ini bukan sembarangan ujian
Kalau dia tidak hati-hati, bisa saja ujian itu berakhir dengan kematiannya
Dia dapat menduga pula bahwa ujung bulu-bulu kebutan itu tentulah mengandung racun
Maka, untuk mengakhiri ujian itu, dia harus memperlihatkan kepandaiannya
Diam diam dia mengerahkan sin-kang dan membuat te lapak tangannya panas seperti api membara dan ketika kebutan menyambar le wat karena dia mengelak, dia cepat menangkap ujung kebutan itu dengan tangan
Plakk!
Ujung kebutan dapat ditangkap
Lo Nikouw menarik kebutannya dan Cian Bu mempertahankan
Sejenak tarik-menarik
Lo Nikouw te rsenyum karena mengira bahwa lawannya te ntu akan keracunan ketika telapak tangannya mencengkeram dan menggenggam bulubulu kebutannya
Akan te tapi ia te rbelalak karena ujung kebutan itu mengeluarkan asap dan iapun hampir te rjengkang karena bulu kebutannya tibatiba putus dan ujungnya hangus seperti terbakar dalam genggaman tangan lawan
Cian bu membersihkan telapak tangannya yang penuh abu hitam, lalu mengangkat kedua tangan di depan dada
Ilmu kepandaian lo-cian-pwe Ban-tok Mo-li memang hebat sekali
Saya mengaku kalah.
Kalau Cian Bu bersikap hormat dan mengalah, hal ini semata-mata karena cintanya kepada Lan Ci, karena dia berhadapan dengan ibu kandung isterinya te rcinta itu
Andaikata tidak demikian, te ntu dia akan bersikap bahkan bertindak lain
Dahulu dia merupakan seorang pangeran yang angkuh dan tinggi hati! Wajah Lo Nikouw berubah kemerahan, akan tapi hatinya mulai suka melihat pria yang lihai itu merendahkan diri dan bersikap hormat kepadanya
Ini merupakan seorang mantu yang hebat, pikirnya, dan sungguh tidak mengecewakan mempunyai seorang mantu yang tingkat kepandaiannya tidak kalah olehnya.! Jauh lebih hebat dari pada Coa Siang Lee yang dipandangnya rendah
Omitohud.......siapakah engkau sebenarnya?
Sim Lan Ci yang merasa girang melihat suaminya mampu membuat ibunya tunduk, mendahului suaminya dengan suara bangga,
I bu, namanya Cian Bu, dahulu dia bernama Pangeran Cian Bu Ong!
Nenek itu membelalakkan matanya
Omitohud,.........kiranya Pangeran Cian Bu Ong yang te rkenal itu! Ah, pin-ni sudah sejak dahulu mendengar nama besar pangeran!
Cian Bu membungkuk
Harap ibu jangan terlalu memuji
Sekarang saya bukan pangeran lagi, melainkan orang biasa yang bernama Cian Bu.
Mendengar bekas pangeran itu menyebutnya ibu tanpa ragu-ragu lagi, hati nenek ini menjadi semakin senang dan bangga
Seorang pangeran, biarpun hanya bekas, menyebutnya ibu!
Hemm, kiranya suamimu se orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, Lan Ci,
katanya dan suaranya te rhadap pute rinya kini lembut ramah
Baik sekali kalau Thian Ki menjadi muridnya
Akan tetapi sudah ada dia sebagai gurunya kenapa kalian bawa lagi Thian Ki kepada pin-ni?
I bu, kami amat khawatir terhadap keadaan Thian Ki
Kalau dia mengerahkan sedikit saja te naga, maka tubuhnya mengandung racun yang mematikan
Kalau hal ini dibiarkan, bisa suatu saat tanpa disengaja dia akan membunuh aku, adiknya atau siapa saja,
kata Lan Ci
Kami tidak tahu bagaimana harus mengajarnya agar dia dapat menguasai dan mengendalikan hawa beracun itu, apa lagi melenyapkannya
Saya sendiri tidak berani coba-coba, takut kalau-kalau keliru bahkan membahayakan nyawanya sendiri.! Oleh karena itu, tidak ada lain jalan bagi kami kecuali membawanya ke sini,
kata Cian Bu
Nenek itu tersenyum le bar.
Omitohud, akhirnya cucuku dikembalikan juga kepada pin-ni
Baik, pin-ni akan membimbingnya agar dia dapat menguasai dirinya, dapat mengendalikan hawa beracun itu, dengan syarat bahwa dia harus ditinggalkan sendiri di sini bersama pin-ni untuk waktu satu sampai dua tahun! Tinggalkan dia di sini, setelah selesai pelajarannya, kelak pin-ni akan mengantarkan dia pulang ke rumah kalian.
Suami isteri itu s aling pandang, kemudian Cian Bu bertanya kepada Thian Ki
Thian Ki, bagaimana pendapatmu
Maukah engkau kami tinggalkan di sini seperti yang dikehendaki nenekmu?
Thian Ki mengangguk
Tentu saja aku mau, ayah
Aku ingin te rbebas dari siksaan ini.
Nenek, akupun ingin dijadikan tok-li (perempuan beracun)! Jadikan aku anak beracun seperti toako!
Tiba-tiba Kui Eng berlari mendekati nenek itu dan memegang tangannya
Lo Nikouw memandang anak perempuan itu
Hemm, inikah anakmu dengan suamimu yang sekarang, Lan Ci?
Lalu ia mengerutkan alisnya
Tapi, kalian baru menikah tujuh tahun dan anak ini sedikitnya berusia sepuluh tahun.
Nek, usiaku sudah sebelas tahun
Aku pasti bukan ana k mereka, entah anak siapa aku ini,
kata Kui Eng dan tiba-tiba saja ia menangis seperti air yang membanjir karena tanggulnya bobol
Kui Eng
jangan bicara tidak karuan.!
bentak Cian Bu
Engkau masih kecil ketika ibu kandungmu te rbunuh, dan sejak itu engkau menjadi anak ibumu yang sekarang
Apakah ibumu ini kurang menyayangmu?
Kui Eng menoleh ke arah ibunya dan melihat betapa Sim Lan Ci memandangnya dengan sinar mata sedih, iapun lari menghampiri dan merangkul ibunya
Ibu dan anak itu saling berangkulan karena terasa benar dalam hati mereka betapa mereka sejak dahulu saling mencinta
Omitohud......, dua orang dengan anak masing masing telah menjadi satu keluarga yang rukun dan saling menyayang
Pin-ni ikut merasa girang
Dan seperti yang pin-ni katakan tadi tinggalkan Thian Ki di sini dan kalau sudah selesai pelajarannya, pin-ni akan antarkan dia pulang.
Aku ikut kakak Thian Ki!
Kui Eng merengek kepada ibunya
Tidak, Kui Eng
Kalau engkau tinggal pula di sini, lalu bagaimana ayah dan ibumu.
Tentu akan amat kesepian di rumah.
Aku ingin ikut toako!
anak perempuan itu membantah
Kui Eng, engkau bukan anak kecil lagi! Engkau telah menjadi seorang gadis cilik dan pelajaranmu belum selesai
Masih banyak yang harus kaupelajari dariku
Pula, tidak baik seorang gadis hidup menyendiri jauh orang tua,
kata ayahnya
Ayah, aku tidak menyendiri, akan tetapi bersama kakakku! Apa salahnya?
Hemm, engkau sudah hampir dewasa, tentu engkau tahu bahwa biarpun kalian saling menyayang sebagai kakak dan adik, akan tetapi tidak ada hubungan darah di antara kalian
Bagamana akan kata orang kalau tahu akan hal itu
Engkau harus pulang bersama kami
Kakakmu tinggal di sini untuk mempelajari ilmu mengendalikan racun, berarti sama dengan berobat agar dia dapat hidup normal.
Diingatkan demikian, Kui Eng memandang pada Thian Ki dan sekarang pandangannya berubah.! Thian Ki bukan kakaknya! Bahkan kakak tiripun bukan, berlainan ayah berlainan ibu
Orang lain!
Eng-moi (adik Eng), kau pulanglah bersama ayah dan ibu
Kelak akupun akan pulang setelah latihanku di sini selesai,
kata Thian Ki membantu ayah ibunya membujuk
Kui Eng cemberut dan tidak menangis lagi
Ia membanting kakinya ketika bangkit berdiri
Baiklah, baiklah! Engkau tidak senang kalau aku ikut denganmu, ya
Aku memang bukan adikmu, bukan apa-apa.........
Kui Eng, bagaimanapun ju ga, Thian Ki adalah suhengmu!
ayahnya memperingatkan
Setelah dibujuk-bujuk dan dihibur-hibur barulah Kui Eng mengalah
Keluarga itu tinggal di kuil Thian-hotang selama tiga hari dan kesempatan itu dipergunakan oleh Lan Ci untuk menjual rumah dan tanahnya, mengangkut prabot rumah yang dikehendaki ibunya ke kuil itu
Ketika suami isteri itu dan Kui Eng hendak pergi meninggalkan kuil dan pulang, Lan Ci dan Cian Bu meninggalkan uang yang cukup untuk keperluan Lo Nikouw dan Thian Ki yang akan tinggal di situ selama kurang le bih dua tahun
Kemudian mereka bertiga berangkat pergi, diantar oleh Lo Nikouw dan Thian Ki sampai di kaki bukit
-ooo0dw0ooo- Dari pute rinya, Lo Nikouw sudah mendengar semua tentang pengalaman pute rinya dan cucunya semenjak meninggalkan dusun Mo-kin-cung
Ia juga sudah mendengar betapa cucunya membunuh beberapa orang tanpa disengaja, karena racun di tubuhnya bekerja ketika orang-orang itu menyerangnya
Setelah tiba di rumah, ia memeriksa tubuh cucunya, bukan saja memeriksa jalan darah, menggigit sedikit rambut kepalanya, juga mengeluarkan sedikit darah dengan tusukan jarum
Setelah memeriksa, ia mengangguk-angguk
Bagus, engkau telah benar-benar menjadi seorang tok-tong
Ayah ibumu memberi juluk Tokliong (Naga Beracun), memang tepat sekali
Kalau engkau kelak memiliki kepandaian tinggi, engkau menjadi gagah perkasa seperti seekor naga, dan engkau menjadi semakin hebat karena naga itu beracun.! Akan te rkabul idaman hatiku, terkabul pula cita-cita ayahmu Cian Bu yang gagah perkasa itu, karena engkau akan menjadi seorang gagah yang tidak terkalahkan!
Akan tetapi aku tidak ingin membunuh orang, nek.! Lebih baik bersihkan saja tubuhku dari racun itu
Singkirkan semua hawa beracun karena aku tidak suka menjadi tok-tong, tidak suka jadi naga beracun.
Dia menatap wajah neneknya dan melanjutkan,
Aku tidak suka menjadi seorang jahat, nek
Apakah nenek yang te lah menjadi pendeta ini menghendaki aku kelak menjadi seorang pembunuh yang jahat?
Omitohud......te ntu s aja tidak, Thian Ki