Dia mengerti apa yang dimaksudkan is terinya, dan diapun te rsenyum yakin akan dirinya sendiri bahwa keadaannya sudah berubah sama sekali
Dahulu dia bertubuh tinggi besar dengan jenggot panjang dan pakaian bangsawan
Akan te tapi sekarang, biarpun dia masih tinggi besar, namun perutnya agak gendut, dan je nggotnya pendek
Juga dia mengenakan pakaian biasa, pakaian seorang petani kaya
Juga rambut di kepalanya dibiarkan tidak te rtutup, digelung ke atas, tidak pernah memakai penutup kepala yang biasa dipakai para bangsawan
Pula, sejak lama tidak pernah ada pasukan yang mencarinya, dan setelah Pangeran Li Si Bin menjadi kaisar, dia merasa lebih aman
Tidak akan ada halangan
Hari kita pergi mengunjungi ibumu dan mudah-mudahan saja ia akan dapat membimbing Thian Ki sehingga dia dapat menguasai hawa beracun di dalam tubuhnya.
Mendengar bahwa ayah ibunya akan mengajak ia dan kakaknya pesiar ke timur, ke kota-kota besar yang ramai, Kui Eng bersorak gembira
Anak perempuan berusia sebelas tahun itu kadangkadang masih amat kekanak-kanakan
Ia meloncat-loncat dan merangkul Thian Ki
Kita pesiar......! Horee, kita pesiar
Toako, alangkah senangnya dan ini semua jasamu!
Ia merangkul le her Thian Ki sehingga mukanya hampir melekat ke muka pemuda remaja itu
Biarpun sejak kecil sudah biasa dia bermain main dengan Kui Eng, akan te tapi kini dia menyadari bahwa Kui Eng sudah mulai besar, bukan anak kecil lagi dan dia tahu benar bahwa Kui Eng bukan apa-apa dengan dia, berbeda ayah berbeda ibu
Maka rangkulan yang demikian akrab dan mes ranya membuat Thian Ki menjadi tersipu dan mukanya kemerahan, akan te tapi dia tidak berani melarang adiknya
Eh, Kui Eng, engkau seperti anak kecil saja
Bagaimana bisa menjadi jasaku?
tanyanya
Kui Eng melepaskan rangkulannya
Tentu saja! Kalau engkau tidak menjadi tok-tong, kalau ayah dan ibu tidak menghendaki engkau dibimbing nenek, belum tentu kita pesiar ke timur.
Thian Ki tertawa
Ayah dan ibu merekapun te rtawa
Dan beberapa hari kemudian keluarga inipun meninggalkan dusun Ke-cung, menunggang empat ekor kuda menuju ke timur
Perjalanan pada masa itu amatlah sukar
Tidak mungkin menggunakan kereta yang besar karena harus melalui bukit-bukit, kadang harus menyeberangi sungai
Akan tetapi keluarga itu adalah orang-orang yang sudah te rbias a dengan kehidupan di alam te rbuka, pandai pula menunggang kuda dan berkat latihan ilmu silat membuat tubuh mereka kuat dan kebal te rhadap serangan angin, hawa dingin atau panas
Juga tidak mudah le lah
Perjalanan yang sukar itu bahkan membuat mereka bergembira sekali, te rutama Kui Eng yang selalu bercanda dan gadis cilik yang lincah ini membuat kakaknya, ayah dan ibunya, selalu merasa gembira
Sebelum berangkat, dengan sungguh-sungguh Cian Bu memesan kepada isteri dan kedua orang anaknya agar tidak memperlihatkan bahwa mereka adalah keluarga yang pandai ilmu silat
Kalau orang-orang tahu bahwa kita adalah keluarga ahli silat, hal itu hanya akan mendatangkan kecurigaan dan perhatian saja, membuat perjalanan kita mengalami banyak gangguan dan menjadi tidak leluasa lagi.
demikian dia mengakhiri pesannya
Tapi, bagaimana kalau kita diganggu orang, ayah
Apakah kita harus diam saja, membiarkan kita diganggu
Bagaimana kalau ada perampok?
Kui Eng yang selalu membantah kalau dianggapnya pesan siapa saja tidak te pat itu bertanya dan diam-diam Thian Ki menyetujui pertanyaan itu walaupun dia sendiri tidak akan berani menyangkal seperti itu
Cian Bu te rsenyum
Dia mengenal baik watak pute rinya itu, watak yang disukainya, cocok dengan dia
Tak pernah menyembunyikan sesuatu yang membuat hati penas aran
Ha-ha-ha, kalau te rjadi seperti yang kaukatakan itu, diamlah saja, bersabarlah, dan serahkan saja kepadaku untuk mengatasinya
Mengerti.
Me ngerti, ayah,
kata Kui Eng, akan tetapi alisnya berkerut
Eh, kenapa engkau masih saja cemberut, Kui Eng.
tanya ibunya
Habis, pesan ayah ini aneh sih! Bagaimana kita harus diam dan bersabar saja kalau ada orang jahat mengganggu
Kenapa sih kita harus berpurapura tak berdaya, penakut dan lemah.
Cian Bu menjadi bingung untuk menjawab, akan tetapi isterinya yang cerdik segera membantu suaminya
Kui Eng, ketahuilah bahwa ayah dan ibumu dahulu adalah ahli-ahli silat yang suka bertualang dan karenanya, kami telah merobohkan banyak lawan dan karena itu tentu saja banyak yang merasa dendam dan akan memusuhi kita
Dari pada banyak halangan di perjalanan yang hanya akan menyulitkan dan melelahkan, lebih baik tidak ada yang mengenal kita sehingga kita dapat berpesiar dengan gembira dan dapat cepat tiba di tempa tinggal nenekmu
Nah, mengertikah engkau?
Kui Eng mengangguk-angguk dan alas an itu le bih dapat dite rimanya
I a hanya tidak suka kalau akan dianggap penakut menghadapi gangguan orang jahat
Akan tetapi kalau hanya untuk menjaga agar perjalanan mereka dapat lancar, maka ia pun dapat menerimanya.! Perjalanan dilakukan dengan gembira, tidak te rgesa-gesa, bahkan kalau mereka mele wati daerah yang indah, mereka berhenti untuk menikmat keindahan daerah itu
Juga kalau melewati kota yang ramai, mereka berhenti dan bermalam sampai dua tiga malam untuk memberi kesempatan kepada anak-anak mereka, terutama sekali Kui Eng, untuk bersenang senang
Kui Eng memang belum pernah melihat barangbarang yang dianggapnya amat indah menarik yang te rdapat di kota-kota besar
Tidak demikian dengan Thian Ki
Ketika meninggalkan rumah bersama ayah ibunya, dia sudah berusia lima tahun lebih dan dia sudah melalui banyak kota
Juga mengenai alas an yang disembunyikan Cian Bu dari Kui Eng, dia le bih tahu
Dia sudah tahu bahwa ayah tirinya adalah seorang bekas pangeran yang pernah dicari-cari pasukan pemerintah
Ayahnya yang berilmu tinggi tentu saja tidak takut menghadapi gangguan penjahat, namun khawatir kalau sampai dikenal oleh pasukan pemerintah karena hal itu pasti akan mendatangkan kesukaran bear, bahkan bahaya besar
Sikap mereka yang bersahaja, sebagai keluarga biasa yang sedang melakukan perjalanan, memang tidak menarik perhatian orang
Pakaian mereka sederhana dan tidak nampak memakai perhiasan mahal, juga tidak membawa banyak barang kecuali buntalan pakaian
Juga Sim Lan Ci biarpun masih cantik, namun ia sudah setengah tua, hampir empatpuluh tahun usianya, sedangkan Kui Eng juga masih te rlalu kecil untuk menarik perhatian laki-laki mata keranjang
Semua ini membuat perjalanan mereka menjadi aman, tidak pernah diganggu orang
Pada suatu sore, mereka memasuki kota Wu-han yang besar, kota terbesar yang pernah mereka lalui
Tempat yang mereka tuju adalah kuil Thianho-tang yang te rletak di luar dusun Mo-kim-cung, di le reng Coa-san (Bukit Ular)
Tempat itu tidak jauh lagi dari Wuhan, hanya perjalanan sehari lagi saja dengan kuda
Mereka memasuki kota Wuhan dan karena kuda mereka sudah lelah, mereka sendiripun perlu beristirahat dan hari sudah menjelang senja, Cian Bu lalu menyewa dua buah kamar untuk mereka
Sebuah kamar untuk dia dan Thian Ki, sebuah kamar lain untuk Kui Eng dan ibunya
Setelah mendapatkan kamar, mereka mandi dan berganti pakaian bersih
Kemudian Cian Bu mengajak keluarganya makan malam di sebuah rumah makan yang paling besar di kota itu
Rumah makan ini te lah ada sejak dia masih menjadi pangeran, hanya sekarang yang mengelola adalan anak dari pemilik dahulu yang sudah meninggal dunia
Ada di antara pelayan tua yang masih diingat oleh Cian, Bu
a kan tetapi tentu saja mereka itu tidak mengenalnya karena dahulu dia adalah seorang pangeran yang kalau datang berkereta, dengan pakaian mewah, diiringkan pengawal dan sekarang dia hanya seorang laki-laki yang membawa anak iste rinya makan di situ
Cian Bu masin ingat masakan apa yang istimewa dari rumah makan ini
Dia memesan masakanmasakan itu dan merekapun makan dengan gembira
Apalagi Kui Eng, anak ini gembira bukan main karena merasakan masakan-masakan yang luar biasa, baru dan lezat baginya
Sejak tadi, Cian Bu dan is terinya sudah melihat adanya dua orang laki-laki yang duduk di ruangan rumah makan itu, di sudut terpisah dua meja dari te mpat duduk mereka
Dua orang laki-laki ini te ntu akan luput dari perhatian mereka kalau saja dua orang itu tidak memperlihatkan sikap yang mencurigakan
Sejak tadi dua orang itu memperhatikan mereka, terutama sekali memperhatikan Kui Eng yang makan minum dengan gembira
Mereka adalah dua orang laki-laki yang berusia kurang le bih tigapuluh tahun
Yang seorang bertubuh tinggi kurus dengan muka meruncing seperti muka kuda, sedangkan orang ke dua bertubuh tinggi besar dengan muka bopeng bekas cacar, mereka memperhatikan Kui Eng lalu berbisik-bisik sambil terus melirik ke arah Kui Eng yang kebetulan duduknya menghadap mereka
Sebagai suami isteri yang sudah berpengalaman, sikap kedua orang itu amat mencurigakan
Mereka berdua tahu bahwa di dunia kangouw, di dalam dunia sesat terdapat orang-orang yang keji dan aneh, orang-orang yang mempunyai selera rendah yang amat mes um
Ada penjahat cabul yang suka menculik dan mempermainkan gadis-gadis cilik, adapula bahkan yang suka menculik pemudapemuda remaja! Memang jarang sekali manusia macam ini, akan tetapi kenyataannya memang ada dan suami isteri itu dalam petualangannya dahulu pernah bertemu dengan manusia seperti itu
Maka kini melihat sikap mereka ketika memandang ke arah Kui Eng, cukup membuat mereka waspada
Setelah selesai makan dan membayar harga makanan dan minuman, Cian Bu mengajak isterinya untuk berpesiar ke sebuah taman rakyat yang berada di pinggir kota
Taman itu cukup indah dan te rpelihara baik-baik
Di tengah taman itu terdapat pula sebuah danau kecil yang cukup untuk dipakai berperahu oleh anak-anak yang berkunjung ke te mpat itu
Malam ini suasana di situ cukup ramai karena selain lampu-lampu pene rangan berupa le nte ra beraneka warna yang menerangi tempat itu, te rdapat pula bulan yang hampir purnama
Kui Eng berte riak-teriak gembira ketika memasuki taman dan ia mendahului kakak dan orang tuanya, masuk lebih dulu sambil setengah berlari
Ayah dan ibunya hanya tersenyum saja, membiarkan pute ri mereka itu bergembira
Thian Ki mempercepat langkahnya untuk menemani adiknya, akan te tapi dia yang merasa sudah besar malu untuk berlari-lari seperti Kui Eng
Anak perempuan itu berteriak kegirangan menghampiri sebuah kolam ikan di mana terdapat bunga-bunga te ratai dan ikan-ikan emas
Ditimpa sinar bulan dan sinar le ntera yang dipasang di te pi kolam, memang bunga te ratai dan ikan-ikan itu nampak indah sekali
Wah, ikan-ikan beraneka warna
Lihat itu, ada yang putih, kuning, merah.......indah sekali!
Kui Eng berte riak-teriak, ia tidak tahu bahwa ada dua orang pria menghampirinya dan seorang di antara mereka, yang bertubuh tinggi kurus dengan muka seperti kuda menyentuh lengannya
-ooo0dw0ooo-
Jilid 15
Me mang indah dan cantik sekali, nona kecil
Seperti engkau........
Kui Eng menengok dan alisnya berkerut
Ia masih belum tahu bahwa ucapan itu mengandung kekurang-ajaran, akan te tapi ia tidak suka le ngannya disentuh jari-jari tangan yang panjang itu
Kalau dalam keadaan biasa, tentu ia sudah mendamprat orang itu, akan te tapi ia teringat akan pesan ayahnya dan iapun menarik lengannya yang te rpegang
Aku tidak bicara denganmu,
katanya ketus dan iapun menjauhkan diri beberapa langkah
Si muka kuda menyeringai
Aih, galaknya, akan te tapi bertambah manis
Jangan marah, anak manis.
Kini tangan itu bergerak mengusap ke arah dagu dan pipi Kui Eng
Tentu saja Kui Eng marah sekali, akan tetapi ia masih menahan sabar
Ia miringkan kepalanya sehingga hanya dagunya saja tersentuh dan ia melangkah mundur lagi
Jangan sentuh aku.!
katanya, masih menahan sabar
Si muka kuda itu mengira bahwa Kui Eng ketakutan, maka iapun menjulurkan kedua tangannya lagi
Jangan takut, sayang, aku tidak akan menyakitimu
Marilah ikut dengan kami.
Dan tiba-tiba saja si muka kuda itu sudah menangkap le ngan kiri Kui Eng
Anak yang tidak menyangka-nyangka ini, dan pula tidak ingin menggunakan kekerasan, tiba-tiba sudah ditarik dan berada dalam pondongan si muka kuda.! Kui Eng memiliki dasar watak yang keras, galak dan tak mengenal takut
Kalau sejak tadi ia hanya bersabar saja hal itu adalah karena ia mengingat pesan ayahnya
Akan tetapi, kesabarannya te rbatas sekali
Begitu merasa dirinya dipondong dan pemondongnya menggerakkan kaki hendak lari, ia menjadi marah bukan main!
Heii, jangan larikan adikku!
Thian Ki berte riak, akan te tapi diapun ragu untuk turun tangan, mengingat pesan ayahnya
Jahanam kau.! Anjing kau.!
Kui Eng memaki dan tangan kirinya menjambak rambut si muka kuda, tangan kanannya menampar
Plakk! Aduuuhh........!
Si muka kuda merasa kepalanya seperti dihantam palu godam sehingga pondongannya te rlepas
Kui Eng sudah meloncat turun
Si Muka kuda marah bukan main
Pipi kirinya bengkak oleh tamparan tadi dan dia kini menghampiri Kui Eng dengan mata berapi
Juga kawannya yang tinggi besar bermuka bopeng menghampiri dari lain jurusan
Bocah setan binal!
si muka kuda menubruk
Akan te tapi sekarang Kui Eng sudah naik pitam
De ngan gesit ia mengelak, menggeser tubuh ke kiri dan begitu si muka kuda menerkam luput, kakinya menendang dua kali beruntun dengan cepat sekali dan tubuh si muka kuda te rlempar ke dalam air kolam!
Byuuuuuurr....!
Si tinggi besar terbelalak, lalu menerkam dengan marah
Kui Eng mengelak lagi
Akan tetapi si tinggi besar ini rupanya menyadari bahwa anak perempuan remaja itu bukan anak biasa, melainkan memiliki gerakan silat yang cepat, iapun membalik dan kakinya yang besar dan panjang itu mencuat, melakukan te ndangan
Sungguh keji sekali, seorang laki-laki tinggi besar seperti itu menendang seorang anak perempuan berusia sebelas tahun
Kalau tendangan itu mengenai sasaran, tentu tubuh Kui Eng akan terlempar jauh dan mungkin akan te was seketika
Namun, sejak kecil Kui Eng te lah menerima gemblengan seorang sakti seperti ayahnya sendiri, juga ia dilatih oleh ibunya yang lihai pula
Tendangan yang amat kuat dan cepat itu dengan mudah dapat ia elakkan, kemudian ia membalik dan kakinya menendang belakang lutut kanan lawan
Plakk?
dan tanpa dapat dicegah lagi, si tinggi besar yang belakang lututnya dite ndang itu te rpaksa jatuh berlutut dengan kaki kanannya
Pada saat itu, kaki kanan Kui Eng menggantikan kaki kiri, menyambar dan te pat mengenai pelipis kiri si tinggi besar bermuka bopeng