Sekali ini benar-benar dia menderita malu
Yang Mulia,
katanya dengan kata-kata tanpa senyum lagi
Gondulam hanya menantang untuk mengadu ilmu senjata
Kalau jagoan paduka itu takut, biarlah tidak perlu dilanjutkan.
Mendengar ini, Siauw Can yang ingin mencari muka, segera memberi hormat kepada sang pangeran
Maaf, Yang Mulia! Kalau raksasa ini menantang saya untuk mengadu senjata, biarlah akan saya layani dan paduka harap tidak merasa khawatir
Dia dan pedangnya bagi saya hanya seorang anak-anak yang memegang pisau mainan saja!
Mendengar ini, Ai Yin bersorak
Horreee.....! Bagus sekali! Layani raksasa itu, orang gagah!
Mendengar te riakan pute rinya, Pangeran Li Siu Ti merasa tidak enak terhadap tamunya
Maka diapun memesan,
Baiklah, akan tetapi jangan sekali-kali membunuh orang!
Harap paduka jangan khawatir
Raksasa ini tidak akan mati, juga tidak mengeluarkan setetespun darah yang akan mengotori ruangan ini
Akan te tapi kalau sekedar benjol-benjol di kepala dan memar di badan, boleh, bukan?
Semua orang tersenyum mendengar ini, pertanyaan yang lucu akan tetapi juga mengandung eje kan
Raja Muda Baducin berkata kepada Gondulam dalam bahasa mereka sendiri,
Gondulam, jangan membikin malu
Kerahkan semua kemampuanmu!
Melihat pemuda itu berdiri dengan tangan kosong di depan Gondulam yang sudah mencabut pedang, tiba-tiba Ai Yin turun dari te mpat duduknya dan dengan tangan diangkat ke atas ia berte riak
Berhenti! Ini tidak adil! Raksasa itu berpedang, kenapa jagoan tidak?
Pangeran Li Siu Ti baru menyadari akan hal ini
Tadi dia te rlalu kagum dan girang melihat bahwa tanpa dis angka-sangka dia telah mendapatkan dua te naga yang hebat itu
Benar, dia harus menggunakan senjata!
te riaknya
Harap paduka jangan khawatir, saya sudah memiliki senjata
Inilah senjata saya!
kata Siauw Can dan dia mencabut sulingnya, lalu mendekatkan suling di mulut dan meniup sebuah lagu rakyat yang indah! Tentu saja semua orang kembali tertawa
Bagaimana orang menghadapi raksasa yang memiliki pedang bengkok yang setajam itu, menggunakan sebatang suling dan bahkan meniup suling itu dalam sebuah lagu
Tentu saja Gondulam semakin marah
Pemuda itu sungguh amat meremehkan dia
''Bocah sombong, kaulihat pedangku!
bentaknya dan diapun sudah menerjang ke arah Siauw Can sambil menggerakkan peang bengkoknya membacok
Pemuda itu masih enak-enak melanjutkan lagunya, seolah-olah tidak melihat ada pedang membacok ke arah lehernya!
Iiihhhhh........!!
Ai Yin menjerit saking ngerinya melihat pedang tajam itu mengeluarkan sinar dan menyambar ke arah le her pria yang dikaguminya
Akan tetapi, begitu pedang menyambar dekat le her, Siauw Can meloncat dan bacokan itu luput, akan te tapi dia masih melanjutkan tiupan sulingnya, karena lagu tadi belum habis
Hal ini buat Gondulam semakin marah
Seolah-olah keluar uap dari hidung dan mulutnya ketika dia menyerang tadi, membacok dan menusuk bertubitubi
Makin lama semakin ganas karena kemarahannya semakin menyala
Siauw Can berloncatan ke sana sini, terus memainkan lagu dengan sulingnya sampai lagu itu selesai
Singggg........!
Pedang menyambar dekat sekali dengan pahanya
Akan tetapi berbareng dengan habisnya lagu, suling itu bergerak menjadi sinar putih dan menangkis pedang itu
Tranggggg........!!
Nampak bunga api berpijar dan Gondulam te rkejut setengah mati karena hampir saja pedang bengkoknya te rlepas dari pegangan ketika bertemu suling
Dan kini dia yang repot mengelak dan memutar pedang melindungi tubuhnya karena suling telah berubah menjadi gulungan sinar yang mengelilingi tubuhnya, membuat matanya berkunang karena dia tidak tahu lagi ke arah mana ujung suling itu menotok.! Dan semua tangkis annya tidak ada yang dapat menyentuh suling
Takkk!
Tiba-tiba kepalanya terpukul oleh suling
Biarpun dia kebal dan kepalanya masih te rlindung sorban, namun rasa nyeri menyengat kepalanya sampai menembus ke ulu hati! Dia menjadi nekat dan mencoba untuk balas menyerang dengan pedangnya, menusuk sampai tiga kali
Trang-trang-trangg.......tokkk!
Kembali kepalanya te rkena pukulan, kini di dekat tengkuk, membuat matanya berkunang
Sambil menggereng, Gondulam menyerang lagi membabi-buta, tidak lagi memperdulikan keselamatan diri
Tak-tok-tokk!
Berturut-turut terdengar bunyi nyaring ini dan ujung suling sudah menghantam kepalanya, menotok tubuhnya di sana sini dan paling akhir, suling itu mencongkel sorbannya sehingga terlepas dari kepalanya yang ternyata botak hampir gundul
Dan sebelum Gondulam tahu apa yang te rjadi, tiba-tiba saja tubuhnya le mas dan diapun jatuh te rduduk seolah kedua kakinya menjadi lumpuh
Kiranya dia te lah terkena totokan yang ampuh, yang menembus kekebalannya sehingga biarpun hanya untuk sebentar, tetap dia tidak mampu mempertahankan diri dan jatuh terduduk.! Siauw Can sudah melompat menjauhinya, menghadap sang pangeran dan pute rinya, memberi hormat dan Ai Yin menyambutnya dengan te puk tangan yang diikuti para pengawal sehingga riuh rendah
Biarpun mukanya menjadi pucat saking marahnya, Gondulam harus mengakui kekalahannya
Sorbannya terlepas, kepalanya yang botak itu jelas memperlihatkan benjolan-benjolan sebesar telur dan dia tadi telah jatuh
Raja Muda Baducin bangkit dari te mpat duduknya, wajahnya sebentar pucat sebentar merah
Kalau saja peristiwa ini terjadi bukan dengan Pangeran Li Siu Ti, dia te ntu dapat menerima kekalahan dua orang jagoannya
Akan tapi di depan pangeran yang dia tahu tidak suka kepada orang Turki itu!
Sudahlah, sekali ini aku mengaku kalah! Pangeran, kami mohon diri, te rima kasih atas pelajaran yang kami terima di sini.
Pangeran Tua Li Siu Ti merasa tidak enak
Kalau raja muda ini mengadu kepada kaisar, tentu dia akan menerima teguran dari kakaknya, Kaisar Tang Kao Cu
Maka diapun cepat bangkit berdiri
Raja Muda Baducin, harap paduka maafkan kami dan pengawal kami
Marilah kita makan minum dan beri kesempatan kepada kami untuk menghaturkan maaf dalam perjamuan.
'Terima kasih, pangeran
Kami masih mempunyai banyak urusan
Biarlah lain kali saja.
Raja Muda Baducin diikuti dua orang raksasa kembar lalu keluar dari gedung itu, diantarkan oleh Pangeran Tua Li Siu Ti sampai ke pekarangan depan
Raja Muda itu lalu menaiki keretanya dan diikuti rombongan pengawalnya, dia lalu meninggalkan tempat itu dengan hati yang panas! Pangeran Li Siu Ti memanggil Siauw Can dan Bi Lan ke ruangan dalam dan mereka berkumpul semua di sana
Pangeran Siu Ti, Poa Kiu, Li Ai Yin, Siauw Can dan Bi Lan ynng memangku Lan Lan
Wajah pangeran itu berseri
Bagus! Bagus! Sekarang baru aku yakin dan kami menerima kalian bekerja di sini! Akan tetapi, coba perkenalkan diri kalian kepadaku dan ceritakan riwayat kalian
Apakah kalian ini suami isteri dan ini anak kalian?
Ai Yin bertanya sambil mengamati wajah Siauw Can dengan penuh kagum
Siauw Can menggeleng kepala,
Bukan, tuan pute ri......
I hh, aku bukan puteri raja! Jangan sebut tuan pute ri, sebut saja nona, dan namaku Ai Yin, Li Ai Yin!
Maaf, siocia (nona)
Begini, pangeran
Saya bernama Siauw Can dan ia bernama Kwa Bi Lan
Kami masih saudara misan
Saya hidup sebatangkara, tiada orang tua tiada saudara, Sedangkan adik misan Kwa Bi Lan inipun ditinggal mati suaminya
Ia seorang janda yang mempunyai seorang anak, yaitu Lan Lan ini.
Hemm, anak yang manis
Siapa nama keluarganya?
tanya sang pangeran sambil memandang kepada ibu dan anak itu
Karena Siauw Can sendiri tidak berani lancang memperkenalkan bahwa Bi Lan adalah is teri mendiang Sin-tiauw Liu Bhok Ki, maka diapun tidak mau menjawab dan membiarkan wanita itu sendiri yang menjawab
Nama keluarganya Liu, pangeran,
kata Bi Lan
Memang ia sudah mengambil keputusan untuk merahasiakan bahwa Lan Lan sebenarnya adalah pute ri pendekar Si Han Beng dan bernama Si Hong Lan
Ia menganggap Lan Lan anaknya sendiri, maka ia mengakui nama keluarganya sebagai Liu
Pangeran Tua Li Siu Ti gembira sekali setelah mereka memperkenalkan diri
Kami senang sekali menerima kalian sebagai pengawal-pengawal di sini
Engkau, Siauw Can, engkau menjadi pengawal pribadiku dan aku akan menyerahkan tugas-tugas yang te rpenting kepadamu
Engkau boleh minta nasihat dari Poa Kiu dalam segala hal karena dialah tangan kananku, orang kepercayaanku
Selain dia, engkau tidak boleh mengadakan perundingan dengan orang lain.
Terima kasih, Pangeran!
kata Siauw Can sambil memberi hormat dengan berlutut sebelah kaki
Bukan pengawalmu saja, ayah! Kalau aku sedang bepergian, akupun minta dikawal oleh Siauw Can, agar aku merasa aman!
Li Ai Yin berkata dan matanya bersinar-sinar memandang kepada pemuda tampan dan gagah itu
Siauw Can tahu diri dan pandai beraksi, dia hanya menunduk seperti seorang pemuda yang alim!
Ai Yin, selain dia ada Kwa Bi Lan di sini
Bi Lan, engkau kami te rima sebagai pengawal keluarga kami, engkau tinggal di sini bersama pute rimu, menjaga keamanan di rumah ini, mengawal keluarga kami kalau bepergian, dan juga kuangkat menjadi guru dari Ai Yin
Ai Yin, bukankah engkau selalu ribut ingin mencari guru silat yang pandai.! Nah, engkau boleh belajar dari Bi Lan
Ai Yin memandang kepada Bi Lan, lalu menoleh ke arah Siauw Can, wajahnya berseri
Akan tetapi, akupun boleh minta petunjuk dari Siauw Can, bukan
Kulihat dia lebih lihai dari Bi Lan!
Sementara itu Bi Lan memberi hormat kepada pangeran itu dan berte rima kasih
Demikianlah, mulai hari itu Kwa Bi Lan dan Lan Lan mendapatkan sebuah kamar di bagian belakang istana itu, te mpat keputren
Ia dihadapkan kepada isteri dan para selir pangeran, dan tentu saja ia dite rima dengan gembira oleh keluarga pangeran yang merasa te nte ram dengan adanya seorang pengawal wanita yang berilmu tinggi di te ngahte ngah mereka
Mereka akan dapat tidur le bih nyenyak sekarang
Dan Lan Lan yang mungil dan lincah itupun, segera dapat menarik perasaan suka di antara para keluarga itu, apalagi karena Pangeran Tua Li Siu Ti tidak mempunyai anak lain kecuali Li Ai Yin yang kini sudah dewasa dan yang berwatak keras terhadap keluarga ayahnya
Adapun Siauw Can juga mendapatkan sebuah kamar di bagian samping depan, di mana tinggal pula para perwira pasukan pengawal yang kini harus memandang Siauw Can sebagai atasan mereka! Selain keluarga pangeran, semua pelayan dan pengawal menyebut Siauw Can dengan sebutan Siauw-taihiap (Pendekar besar Siauw) dan Bi Lan disebut li-hiap (pendekar wanita)
Diam diam Siauw Can merasa girang bukan main akan nasibnya yang amat baik
Tanpa disangka-sangka, dengan mudah saja dia diangkat menjadi pengawal pribadi dan kepala pengawal dari Pangeran Tua! Sungguh merupakan kedudukan yang amat tinggi dan memberi harapan dan masa depan yang amat cerah, karena dia tahu bahwa pangeran itu merupakan orang yang kekuasaannya besar, merupakan orang ke tiga setelah kaisar dan pute ra mahkota
Dan di is tana pangeran itu te rdapat Li Ai Yin yang jelas merupakan wanita yang akan mudah dia dekati! Siapa tahu, melalui gadis itu dia akan mendapatkan kedudukan yang le bih tinggi lagi dari pada sekarang
Bi Lan sendiri juga girang dengan keadaannya
Ia hidup se rba kecukupan
Juga Lan Lan berada di antara keluarga yang baik
Keluarga pangeran itu rata-rata ramah dan berpendidikan
Ia sendiri tidak mempunyai banyak pekerjaan kecuali hanya bersikap waspada menjaga keamanan keluarga itu
Isteri dan para selir pangeran semua bersikap manis kepadanya dan kepada Lan Lan
Hanya satu hal yang membuat Bi Lan merasa tidak senang, yaitu sikap Li Ai Yin
Memang, diakuinya bahwa gadis yang lincah dan genit itu bersikap cukup baik dan bersahabat dengannya, bahkan harus diakui bahwa gadis itu memiliki bakat yang cukup baik dalam ilmu silat
Akan tetapi, gadis itu terlalu genit dan secara terbuka sering membicarakan Siauw Can dengannya
Gadis itu jelas amat tertarik dan kagum kepada Siauw Can! Gadis seperti ini akan mudah te rgelincir dan ia melihat bahaya mengancam gadis remaja yang amat genit ini
Dan ia merasa menjadi tugas kewajibannya untuk mengamati gadis ini agar jangan sampai te rjerumus, walaupun ia belum menganggap Siauw Can seorang pria yang berwatak buruk
Hanya saja, pernah ia melihat sinar mata Siauw Can menyala aneh ketika pemuda itu memandang Ai Yin, dan iapun merasa khawatir
-ooo0dw0ooo- Beberapa hari kemudian, ketika Siauw Can duduk di pos penjagaan depan is tana, mengobrol dengan dua orang perwira pasukan pengawal, tibatiba terdengar derap kaki kuda dan seekor kuda besar dibalapkan penunggangnya memasuki halaman istana itu
Tentu saja hal ini merupakan larangan dan semua penjaga sudah berloncatan, te rmasuk dua orang perwira yang sedang asyik mengobrol dan memberi keterangan tentang keadaan dan tugas-tugas di situ kepada Siauw Can
Siauw Can sendiri mengangkat muka dan bersikap waspada
Siapa tahu penunggang kuda itu akan membuat kerusuhan dan dia harus siap siaga
Akan te tapi, betapa herannya ketika dia melihat para penjaga itu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut menghadap si penunggang kuda yang sudah menghentikan kudanya di pekarangan
Bahkan dua oran g perwira yang tadi bicara dengan dia, juga berlutut kepada penunggang kuda itu
Siapakah penunggang kuda yang dihormati seperti itu oleh para penjaga
Siauw Can mengamati penuh perhatian tanpa keluar dari pos penjaga
Penunggang kuda itu adalah seorang laki-laki muda
Usianya paling banyak duapuluh tiga tahun, akan tetapi dia bersikap anggun dan gagah, juga amat berwibawa
Pakaiannya seperti seorang bangsawan muda, akan te tapi sederhana kalau dibandingkan dengan para pemuda bangsawan lainnya, dan biarpun pakaiannyya le bih mirip seorang pelajar, namun jelas bahwa gerakannya mengandung kekuatan besar
Terutama sekali sepasang matanya, mencorong dan penuh wibawa, seperti mata naga saja!
Selamat datang, Yang Mulia Pangeran!
kata kedua orang perwira itu sambil berlutut
Pemuda itu memandang kepada dua orang perwira yang berlutut itu sambil mengerutkan alisnya
Kalian perwira komandan pasukan pengawal di rumah paman pangeran ini?
Suaranya tegas dan lantang