Me mang kedua orang sanak jauh itu merupakan dua orang pendekar yang memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi!
Bagus, kalau begitu, ingin sekali kami berte mu dan berkenalan dengan mereka, dan dapat melihat dengan mata kepala sendiri dua orang muda, seorang pemuda dan seorang gadis , yang telah mampu mengalahkan tujuh orang anak buah pasukan Pedang Bengkok! Kalau mereka berada di sini, dapatkah kami berte mu dengan mereka, pangeran?
Tentu saja boleh! Bahkan mereka berduapun berada di sini, akan tetapi untuk menghormati paduka, kami memerintahkan mereka menyingkir ke ruangan lain
Pangeran Li Siu Ti bertepuk tangan dan muncullah Poa Kiu diiringi Siauw Can dan Kwa Bi Lan yang memondong Lan Lan
Anak itu sedang makan kembang gula dengan asyiknya
Pangeran Tua segera memperkenalkan tamunya kepada dua orang muda itu, sedangkan Poa Kiu sudah menjura dengan sikap hormat
Tamu te rhormat kita ini adalah Raja Muda Baducin yang mengepalai semua pasukan Turki yang berada di sini, dan beliau ingin berkenalan dengan kalian berdua.
Bi Lan sendiri meragu, dan andaikata tidak ada Siauw Can di situ, belum tentu dia mau memberi hormat kepada orang itu
Biarpun raja muda, ia adalah seorang Turki dan tadi pagi orang-orang Turki bersikap amat kasar dan menghina kepadanya
Bagaimana ia dapat memberi hormat
Akan te tapi, Siauw Can mendahuluinya dan pemuda ini member hormat dengan menjura, yang diturut pula oleh Bi Lan
Sementara itu, melihat bahwa dua orang yang telah mengalahkan tujuh orang anak buahnya itu hanya seorang pemuda kerempeng dan seorang wanita muda cantik yang le mah le mbut, hati Raja Muda Baducin menjadi semakin penasaran
Aha, kiranya dua orang ini masih amat muda! Pantas saja lancang dan berani menghina tujuh orang anggota Pasukan Pedang Bengkok kami!
katanya
Mendengar ini, Siauw Can cepat menjawab
Paduka mendapat keterangan yang keliru
Kami berdua sama sekali tidak pernah menghina tujuh orang itu.
Ho-ho-ho, kalian mengalahkan tujuh orang anggota Pedang Bengkok di jalan raya, disaksikan banyak orang kalian telah melucuti senjata pedang mereka dan memandang rendah mereka, bukankah itu penghinaan besar namanya! Kalau tidak muncul Poa Tai-jin, tentu telah terjadi perkelahian mati-matian!
Maafkan kami,
kata pula Siauw Can mengalah
Ha-ha-ha, kalau kami tidak memaafkan, apa kami mau berkunjung ke sini
Kami justru kagum kepada kalian dan kami ingin menyaksikan sendiri sampai di mana kelihaian kalian berdua! Nah, di sini ada dua orang pengawalku
Kalau kalian berdua mampu mengalahkan dua orang pengawalku ini, aku akan memberi selamat kepada Pangeran Tua yang beruntung sekali mendapatkan pembantu-pembantu yang amat lihai!
Itu merupakan tantangan terbuka! Bi Lan sudah menjadi merah wajahnya, akan tetapi Siauw Can yang cerdik member hormat ke arah Pangeran Li Siu Ti yang sejak tadi hanya mendengarkan saja
Kami berdua telah bekerja di sini maka kami tidak dapat melakukan apapun tanpa perintah dari Paduka Pangeran Tua! Kami berdua menanti perintah!
Pangeran Li Siu Ti tersenyum lebar
Inilah kesempatan baginya untuk menguji kedua orang itu
Akan tetapi Poa Kiu merasa khawatir
Tentu saja dia sudah mengenal siapa dua orang pengawal pribadi Raja Muda Baducin ini
Dua orang raksasa kembar itu merupakan orang-orang yang paling kuat dan paling lihai di antara semua orang Turki yang berada di kota raja
Nama mereka Gondulam dan Gondalu, dua orang saudara kembar yang selain bertenaga gajah juga pandai ilmu gulat, pandai silat bahkan memiliki kekuatan sihir! -ooo0dw0ooo-
Jilid 11
Maaf, Paduka Raja Muda Baducin! Saya kira, urusan anak buah adalah urusan kecil, apa perlunya dibesarkan lagi
Biarlah lain hari kami akan mengirim obat kepada tujuh orang anggota pasukan Pedang Bengkok itu disertai maaf kedua orang muda ini.
Aih, Poa Kiu, kenapa begitu
Kami yakin bahwa Raja Muda Baducin tidak mempunyai niat buruk
Beliau memang kagum kepada orang-orang lihai seperti juga kami
Oleh karena itu, pertandingan adu kepandaian ini menarik sekali.
Lalu dia menoleh kepada Siauw Can
Orang muda, beranikah kalian berdua menandingi kedua orang pengawal pribadi Raja Muda Baducin itu?
Kami hanya menanti perintah paduka,
Jawab Siauw Can
Bagus! Kami perintahkan kepada kalian berdua untuk menandingi dua orang raksasa kembar itu mengadu ilmu kepandaian.
Kepada seorang di antara pengawalnya dia berkata,
Cepat engkau ke ruangan berlatih dan persiapkan te mpat untuk mengadu kepandaian!
Sambil te rtawa-tawa akan tetapi hati mereka sebetulnya panas, dua orang bangsawan itu berjalan berdampingan menuju ke ruangan latihan yang luas di sebelah belakang bangunan itu
Mereka diikuti Poa Kiu, kemudian dua orang pengawal pribadi Bangsa Turki, lalu Siauw Can dan Bi Lan, baru duabelas orang pengawal pangeran itu mengawal bagian paling belakang
Sebetulnya jarang sekali dua orang bangsawan itu saling berkunjung, bahkan tidak pernah
Semua orang tahu belaka bahwa Pangeran Tua Li Siu Ti merupakan bangsawan yang tidak suka kepada orang Turki, seperti banyak pula pejabat dan bangsawan yang seperti dia
Akan tetapi karena pasukan Turki itu merupakan rekan dari pasukan yang dipimpin Panglima besar Li Si Bin, te ntu saja dia tidak berani berterang menyatakan rasa tidak sukanya kepada Bangsa Turki
Hanya di dalam hatinya saja dan dia tidak pernah bergaul dengan mereka, kecuali dalam perte muan resmi
Hal ini diketahui pula oleh Raja Muda Baducin, maka kalau dia bersikap ramah, ini hanyalah basa basi belaka
Di dalam hatinya, tentu saja dia juga amat tidak suka kepada adik kaisar yang anti Turki ini
Mereka kini memasuki ruangan latihan yang luas itu
Di sini bukan hanya untuk latihan para pengawal, akan tetapi j|uga kadang-kadang kalau sang pangeran mengadakan rapat rahasia dengan orang yang dipercayanya saja, tempat ini dipergunakan
Tempat ini aman, tertutup dan te rjaga ketat oleh para pengawal sehingga orang luar jangan harap akan dapat mengintai, apa lagi masuk
Setelah tiba di situ s ang pangeran dan sang raja muda segera duduk di kursi yang sudah disediakan, sedangkan para pengawal berjajar di belakang pangeran
Juga di pintu terdapat prajurit yang berjaga
Dua orang raksasa kembar itu agaknya sudah siap dan mereka menyeringai sambil memandang ke arah Siauw Can dan Bi Lan, calon lawan mereka
Siauw Can segera memberi hormat kepada Pangeran Tua Li Siu Ti
Mohon maaf, pangeran
Saya mohon agar pertandingan ini diadakan satu lawan satu dan bergiliran, karena seorang di antara kami harus menjaga Lan Lan, anak kecil ini.
Mendengar ucapan Siauw Can itu, Bi Lan mengangguk setuju dan ia merasa girang sekali
Memang, adanya Lan Lan merupakan kelemahan bagi pihaknya
Ia belum tahu watak lawan
Siapa tahu mereka menggunakan akal untuk mencapai kemenangan, misalnya dengan menangkap Lan Lan, seperti yang pernah dilakukan tiga orang perwira di kota Penglu itu
Permohonan Siauw Can kepada pangeran itu memang penting sekali, karena dengan cara bergantian, maka Lan Lan terjaga dengan aman
Pangeran Tua te rsenyum dan mengangguk
Tentu saja, di sini tidak ada istilah keroyokan
Kamipun ingin menikmati adu kepandaian ini, kalau satu lawani satu akan dapat kita ikuti dengan baik
Siapa di antara kalian yang akan maju lebih dahulu?
Bi Lan menyerahkan Lan Lan kepada Siauw Can
Anak ini sudah biasa dengan Siauw Can, maka iapun mau saja dipangku pemuda itu dan Bi Lan lalu bangkit menghampiri pangeran
Saya yang akan maju lebih dulu, pangeran.
Pangeran Tua Li Si u Ti te rsenyum kagum
Dia belum percaya betul bahwa wanita muda cantik yang mempunyai seorang anak ini memiliki ilmu kepandaian hebat dan akan mampu menandingi seorang di antara dua raksasa kembar itu
Akan te tapi sikap wanita yang demikian te nang dan berani saja sudah mengundang kekagumannya
Bagaimanapun juga, dalam hal keberanian, wanita ini jarang tandingannya, pikirnya
Diapun mengangguk dan menole h kepada Raja Muda Baducin
Nah, jago kami sudah maju
Paduka akan mengajukan jago yang mana?
Sebetulnya, tingkat kepandaian dua orang saudara kembar itu sama dan kelihaian mereka justru kalau mereka maju berdua
Biarpun mempunyai dua badan, namun saudara kembar itu dapat bergerak seperti dikemudikan satu pikiran dan satu perasaan saja, dan hal ini yang membuat mereka sukar dikalahkan kalau maju berdua
Namun, biarpun seorang diri, masingmasing juga merupakan lawan yang amat kuat
Hanya bedanya, kalau Gondulam han ya suka akan kemuliaan, adik kembarnya, Gondalu, adalah seorang mata keranjang
Maka, begitu melihat yang maju Bi Lan, wanita yang cantik manis itu, Gondalu mendahului saudara kembarnya dan melangkah maju memberi hormat kepada Raja Muda Baducin sambil berkata
Kalau paduka mengijinkan, hamba yang akan maju menandingi perempuan ini
Yang Mulia!
Tentu saja Baducin mengenal watak Gondalu, maka dia te rse nyum dan mengelus kumisnya sambil mengangguk-angguk,
berse nang-senanglah engkau, Gondalu!
katanya
Gondalu melangkah maju menghampiri Bi Lan yang sudah siap berdiri di te ngah ruangan yang luas itu
Ia bersikap waspada, berdiri dengan santai, akan tetapi seluruh syaraf di tubuhnya dalam keadaan siap siaga
Ia tadi sengaja menanggalkan sepasang pedangnya dan menyerahkannya kepada Siauw Can sehingga melihat ini, sebelum melangkah maju Gondalu juga menanggalkan pedang bengkoknya dan menitipkannya kepada saudara kembarnya
Hal ini atas isyarat Siauw Can yang tidak ingin kehadiran mereka yang pertama itu akan membuat lawan roboh terluka atau tewas sehingga akan terjadi permusuhan antara dua orang besar itu
Gondalu yang juga tidak ingin membunuh lawan, senang-melihat wanita itu maju dengan tangan kosong
Dengan bertanding tanpa senjata, le bih mudah baginya untuk menelikung dan menangkap wanita cantik itu, mengalahkannya tanpa melukai, akan tetapi dia akan dapat sepuasnya memegang-megang dan mengusapusap! Bagi orang biasa, melihat kedua orang yang akan bertanding itu berhadapan, te ntu akan merasa cemas terhadap Bi Lan
Sungguh tidak sepadan lawa itu, amat berat sebelah! Gondalu adalah seorang laki-laki raksasa yang tubuhnya berotot dan kokoh kekar seperti tugu batu! Sedangkan Bi Lan seorang wanita muda yang tubuhnya ramping padat dan nampak le mah le mbut, tubuh yang membayangkan kehangatan dan kelembutan yang sepatutnya hanya menandingi kemesraan dan belaian, bukan kekerasan dan pukulan! Mereka berdiri berhadapan dalam jarak dua meter
Raksasa itu berdiri dengan punggung agak melengkung ke depan, le bar dan tinggi, seperti seekor beruang
Kedua lengannya yang panjang itu te rgantung le pas sampai hampir mencapai lutut, dengan jari-jari tangan yang besar
Ibu jari raksasa itu tentu tidak kalah besar dibandingkan pergelangan tangan Bi Lan! Agaknya, sekali terkena cengkeraman jari-jari tangan itu tulang-tulang Bi Lan akan remukremuk
Bi Lan hanya setinggi bawah pundak Gondalu dan biarpun mereka berdiri dalam jarak dua meter, hidung Bi Lan masih dapat menangkap bau yang apek dan mengingatkan ia akan bau di kandang kerbau!
Heh-heh heh, sudah siapkah engkau, nona?
Gondalu bertanya sambil menyeringai, katakatanya te rdengar kaku dengan logat asingnya
Kalau sudah, seranglah dan perlihatkan kepandaianmu!
Pihakmu yang menantang, maka kamulah yang harus menyerang lebih dulu
Aku sudah siap!
jawab Bi Lan, sikapnya masih te nang saja dan santai, akan tetapi matanya tak pernah berkedip, mengikuti gerakan tubuh orang, te rutama kedua pundaknya karena semua gerakan penyerangan kedua tangan selalu didahului oleh gerakan pundak
Juga pendengarannya dikerahkan agar dapat ia menangkap semua sambaran kaki lawan kalau melakukan penyerangan
Hal ini penting sekali karena kadang-kadang, pendengaran mendahului penglihatan dalam mengikuti gerakan lawan
Heh-heh-heh, kau sambut ini, nona manis!
dan Gondalu sudah menerjang ke depan, kedua le ngannya yang panjang itu bergerak, yang kanan meluncur ke depan mencengkeram ke arah dada Bi Lan dan yang kiri menyambar dari atas untuk menjambak rambut wanita itu
Jelas bahwa orang Turki ini tidak lagi bersikap sungkan, walaupun menghadapi lawan wanita, begitu menyerang, dia langsung mencengkeram ke arah dada, hal yang tidak akan dilakukan oleh seorang yang menjaga kesopanan te rhadap wanita
Namun, Bi Lan menghadapinya dengan te nang
Ia memang tidak pernah mengharapkan orang seperti raksasa ini akan mengenal sopan santun, maka serangannyapun tidak membuat ia te rkejut atau marah
De ngan lembut dan tidak te rgesa-gesa ia melangkah mundur dan serangan kedua le ngan panjang itupun luput, akan tetapi Gondalu sudah melangkah maju
Kalau Bi Lan melangkah mundur tiga langkah, maka raksasa ini dengan satu langkah saja sudah mendekati Bi Lan dan sekali ini, kedua tangannya yang kasar dengan jari-jari tangan terbuka, sudah menyambar dari kanan kiri untuk menangkap pinggang Bi Lan
Kembali Bi Lan mengelak dengan lompatan ke kiri
Ia belum berani lancang membalas karena ia harus mencari dulu kelemahan dari lawan, dan ia dapat menduga bahwa lawan belum benar-benar menyerangnya, hanya mengira ila seorang wanita le mah dan hendak mempermainkan saja
Setelah dua kali tubrukannya luput, Gondalu mulai merasa penasaran
Dia melihat gerakan wanita itu ketika mengelak, demikian ringan dan cepat, maka sebagai seorang yang banyak pengalaman berkelahi, dia dapat menduga bahwa wanita ini memiliki kegesitan yang membuat dia akan selalu gagal kalau menyerang dengan lemah dan berusaha menangkap saja
Maka, setelah lima kali menubruk dan gagal, kini mulailah Gondalu melakukan penyerangan dengan sungguh- sungguh
Dia mengeluarkan suara gerengan nyaring dan le ngan kirinya bergerak, mencengkeram dari kiri atas ke arah kepala lawan, sedangkan tangan kanannya mendorong dengan te lapak tangan ke arah perut
Serangan ini hebat sekali dan dari sambaran anginnya, tahulah Bi Lan bahwa lawan mulai bersungguh-sungguh!
Plak! Plakk!
Ia sengaja mundur sambil menangkis dengan kedua lengannya untuk mengukur te naga lawan
Bi Lan merasa tubuhnya te rguncang! Benarlah dugaannya bahwa mengadu te naga dengan lawan seperti ini amat berbahaya
Ketika tangan itu menyambar selagi ia terguncang, ia sudah melompat ke atas dan kakinya mencuat, menendang ke arah muka lawan.! Ge rakan ini amat cepat karena dilakukan ketika tubuh mencelat ke atas, seperti serangan kaki seekor burung rajawali!
Uhhhh.........!
Gondalu te rkejut dan cepat dia menarik tubuh atas ke belakang
Nyaris mukanya te rcium sepatu! Dan kini Bi Lan berjungkir balik tiga kali, turun ke atas lantai di belakang lawan
Akan tetapi Gondalu sudah membalik sambil melakukan tendangan
Kakinya yang panjang dan besar itu menyambar seperti sebuah balok yang besar, mendatangkan angin bersiut
Bi Lan kembali melompat dan mengelak sehingga te ndangan itu hanya mengenai tempat kosong
Marahlah Gondalu
Lupa dia bahwa lawannya seorang wanita yang cantik mole k
Lenyap semua keinginannya merangkul, memeluk, meraba dan mencolek
De ngan beringas dia menyerang dan te rnyata raksasa ini memiliki gerakan silat yang amat ganas, dan tenaganya memang dahsyat
Namun, tidak percuma beberapa tahun Bi Lan digemble ng ilmu ole h guru yang kemudian menjadi suaminya, yaitu mendiang Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki! Tubuhnya berkelebatan bagaikan seekor burung rajawali, mengelak sambil membalas dengan serangan yang cepat sekali, dari kanan kiri, dari depan dan te rutama sekali dari atas
Ia pasti membalas dengan serangan dari atas yang membuat Gondalu te rkejut dan berkali-kali dia nyaris te rkena tamparan atau te ndangan lawan
Kini Raja Muda Baducin memandang bengong
Pertandingan itu jelas memperlihatkan bahwa jagonya sama sekali tidak mampu mendesak lawan, dan pertandingan itu hebat sekali
Bagaikan sekor beruang besar melawan seekor burung rajawali! Beruang itu mencoba untuk menangkap dan menyerang dari bawah dan rajawali menyambar-nyambar dari atas
Bukan main hebatnya wanita itu dan sekarang dia mengerti mengapa tujuh orang anggota pasukan Pedang Bengkok tidak mampu mengalahkan wanita itu
Memang hebat! Juga Gondulam menonton dengan penuh perhatian
Dia melihat betapa saudara kembarnya itu tidak kalah dalam hal te naga dan memiliki daya serang yang lebih dahsyat dan ganas, akan tetapi saudaranya itu tidak berdaya karena lawan te rlampau gesit, te rlampau cepat gerakannya dengan keringanan tubuh yang mengagumkan
Sukar memang menangkap atau menyerang lawan segesit itu, dan saudaranya itu berada dalam bahaya kalau dia tidak hati-hati
Sementara itu, Pangeran Tua Li Siu Ti juga memandang bengong, akan te tapi bengong dan kagum di samping perasaan gembiranya
Berulang kali dia memandang kepada Poa Kiu sambil mengangguk-angguk senang
Memang pilihan orang kepercayaannya itu benar sekali! Wanita ini hebat! Kalau dia mempunyai pengawal keluarga seperti ini, tentu aman! Dan puterinya, anak tunggalnya, Li Ai Yin yang akhir-akhir ini rewel ingin belajar silat, dapat berguru kepada wanita yang lihai ini! Tiba-tiba dia melihat puterinya itu muncul di ambang pintu ruangan itu