Naga Bercaun Bab 040

Paman, apakah yang te rjadi

Kenapa kalian kelihatan ketakutan?

Petani itu menengok, akan te tapi tidak menjawab, melainkan dengan telunjuk kirinya dia menuding ke arah depan dan melanjutkan perjalanannya dengan te rgesa-gesa

Siauw Can dan Bi Lan memandang ke arah yang ditunjuk

Mereka kini melihat serombongan orang, tujuh orang jumlahnya, berjalan melenggang sambil tertawa-tawa

Mereka itu bukan orang Han, karena pakaian mereka berbeda

Berjubah panjang dengan sepatu kulit yang tinggi, dan kepala merekapun te rtutup topi bulu

Mereka adalah orang-orang Turki! Di pinggang mereka tergantung golok melengkung

Rata-rata mereka berwajah tampan dengan kumis melintang, usia antara tigapuluh sampai empat puluh tahun

Seorang di antara mereka yang berusia empatpuluhan tahun, dengan codet atau bekas luka di pipi kanan, memegang sebatang cambuk hitam

Agaknya mereka inilah yang menimbulkan suasana ketakutan karena semua orang yang menuju ke kota raja dan berpapasan dengan tujuh orang ini, semua lalu minggir dan bahkan menyeberang untuk mengambil sisi lain agar jangan sampai berpapasan dekat dengan tujuh orang itu

Seorang petani yang membawa sepikul kentang, berhenti di dekat kereta

Dia sudah tua, usianya sudah enampuluh tahun lebih

Dia berhenti untuk menghapus keringatnya

Seluruh tubuh atas yang tidak berbaju itu penuh keringat, juga wajah petani itu nampak gelisah

Kesempatan ini dipergunakan oleh Siauw Can untuk turun dari atas kereta mendekati petani itu

Paman, kami bukan orang sini

Tolong beri tahu kenapa semua orang ketakutan melihat tujuh orang asing itu?

tanyanya

De ngan wajah ketakutan petani itu memandang kepada Siauw Can, kemudian menje nguk ke dalam kereta

Kalau begitu, sebaiknya kongcu cepat pergi dari sini, membawa kereta ini jauh-jauh

Mereka itu orang orang Turki yang sering membikin ribut, apalagi urusan wanita cantik!

Dengan tergesa-gesa diapun cepat memikul dagangannya, menyeberang dan melanjutkan perjalanannya

Tar-tar-tarrr......

te rdengar bunyi cambuk meledak-ledak, disusul jerit suara wanita

Siauw Can dan Bi Lan cepat mengangkat muka memandang

Kiranya si codet pemegang cambuk tadi telah menggerakkan cambuk secara luar biasa sekali

Cambuk itu menyambar-nyambar ke arah seorang wanita dusun, masih muda, antara duapuluh lima tahun usianya, dengan wajah sederhana

Cambuk itu menyambar-nyambar tanpa melukai wanita itu, akan tetapi merobekrobek baju atasnya sehingga kini wanita itu menjerit-jerit dengan tubuh atas telanjang bulat! Tentu saja ia menggunakan kedua le ngan untuk memeluk dadanya, berlari ketakutan sambil menangis

Tujuh orang itu te rtawa bergelak melihat hal itu, seolah-olah melihat sesuatu yang lucu

Bedebah......!

Bi Lan menyumpah dengan muka berubah merah sekali

Kini mengertilah ia mengapa semua orang ketakutan melihat tujuh orang asing itu

Kiranya mereka adalah orang-orang yang suka bertindak sewenang-wenang tanpa ada yang berani menentang.! Iapun menduga bahwa wanita tadi memang hanya dihina saja, dibuat lelucon

Andaikata wanita itu cantik, tentu akan lain jadinya dan ngeri ia membayangkan apa yang pernah dilakukan tujuh orang ini te rhadap wanita dusun yang cantik

Bi Lan memaki sambil meloncat turun dari kereta

Suaranya terdengar oleh tujuh orang itu dan mereka menengok

Sejenak mereka itu te rtegun, tak mengira di te mpat itu akan melihat seorang wanita muda secantik itu turun dari kereta

Kemudian, mereka bicara dan te rtawatawa

Entah apa yang mereka bicarakan, Bi Lan tidak mengerti karena mereka mempergunakan Bahasa Turki

Sambil tertawa-tawa tujuh orang itu menghampiri Bi Lan yang memondong Lan Lan

Si codet, yang agaknya menjadi pemimpin rombongan orang Turki itu, kini menghadapi Bi Lan dan matanya yang bulat dan hitam itu seperti hendak menelan wanita di depannya bulat-bulat

Agaknya mereka juga melihat bahwa wanita cantik itu bukan keluarga pejabat karena selain kereta itu kereta biasa, juga tidak ada pengawal, dan kusirnya seorang pemuda berpakaian biasa

Kalau te rhadap keluarga pejabat, tentu mereka tidak akan berani bertindak sembarangan

Nona manis, dari mana dan hendak ke mana

Marilah kami menjadi pengantar dan pengawal nona!

katanya dengan logat yang aneh dan lucu

Heh-heh, nona boleh pilih di antara kami, siapa yang berkenan di hati nona

Pilih saja aku yang paling jantan di antara kami, ha-ha-hal

kata orang ke dua

Orang ini memang nampak jantan, dengan kumis yang indah dan jenggot yang terpelihara rapi, tumbuh dari bawah te linga dengan lebat sekali!

Kalian ini orang-orang biadab! Kalian tadi menghina seorang wanita, dan sekarang berani mengganggu aku

Agaknya kalian memang sudah bosan hidup, ya

Anjing-anjing liar, pergilah sebelum aku menghajar kalian!

Bi Lan masih menahan kesabarannya karena Siauw Can berkedip kepadanya minta agar ia bersabar

Tentu saja ucapan Bi Lan membuat tujuh orang itu terbelalak

Belum pernah ada orang, apa lagi wanita, berani menghina mereka, memaki mereka seperti itu! Si codet memberi kesempatan kepada si brewok tadi dalam bahasa mereka, dan sambil menyeringai, memperlihatkan gigi yang putih berkilat si brewok melangkah maju mendekati Bi Lan

Wanita ini maklum bahwa te ntu tujuh orang itu akan membuat ribut, maka ia lalu menyerahkan Lan Lan kepada Siauw Can

Can toako, tolong kau pondong dulu Lan Lan, aku akan menghajar anjing-anjing keparat ini!

Melihat betapa wajah Bi Lan sudah menjadi merah s ekali dan sinar matanya mencorong, Siauw Can khawatir kalau-kalau Bi Lan melakukan pembunuhan sehingga akan menggegerkan kota raja

Dia menerima Lan Lan dan berkata,

Jangan lupa diri sampai membunuh, Lan-moi.

Bi Lan te rse nyum

Biarpun ia marah sekali, akan te tapi iapun maklum bahwa melakukan pembunuhan di te mpat umum dekat kota raja te ntu akan mendatangkan keributan

I a tidak ingin menjadi pengacau dan dimusuhi petugas keamanan kota raja

Ia menggeleng

Jangan khawatir, toako.

Si brewok kini sudah makin mendekat

Nona manis, aku akan memaafkan kelancangan mulutmu tadi asal engkau mau menciumku.

Enak saja!

tiba-tiba si codet membentak

Ia harus mencium kita bertujuh bergantian, baru kita mau memaafkannya.!

Si brewok tertawa

Nah, kau dengar sendiri, manis

Memang sudah untungmu hari ini, akan diciumi tujuh orang laki-laki jantan perkasa, ha ha ha! Nah, aku akan menciummu le bih dahulu!

Si brewok mengembangkan kedua le ngannya yang panjang, dan dari kanan kiri, kedua tangannya menyambar hendak merangkul tubuh Bi Lan

Wuuuuuttt.....!

Si brewok merangkul dan rangkulan itu hanya mengenai te mpat kosong karena Bi Lan dengan kecepatan luar biasa telah dapat mengelak

Si brewok membalik dan hendak menubruk lagi, akan te tapi Bi Lan mendahuluinya dengan loncatan ke depan dan kakinya menyambar

Ciumlah sepatuku ini........plokk!

Ujung sepatu kiri Bi Lan menendang tepat mengenal hidung yang panjang besar dan melengkung itu

Si brewok te rjengkang dan ketika dia bangkit kembali dia memegangi hidungnya yang bocor berdarah! Si brewok ini menjadi korban kelancangannya sendiri

Karena te rlalu memandang rendah Bi Lan yang disangkanya seorang wanita lemah yang hanya galak saja, maka hidungnya hampir pecah oleh tendangan wanita perkasa itu

Tentu saja kawan-kawannya menjadi marah dan merekapun berte riak-te riak untuk berlomba untuk menangkap Bi Lan

Hanya si codet yang masih berdiri saja dengan pecut diputar-putar dan matanya mengamati kawan-kawannya yang berlomba untuk menangkap Bi Lan

Kalau wanita itu tertangkap, akan diikat dengan cambuknya dan dilarikan ke tempat tinggal mereka

Wanita itu harus dihukum karena te lah berani menghina bahkan melukai si brewok

Akan te tapi, ia te rbelalak dan baru menyadari bahwa Bi Lan bukan wanita biasa

Biarpun dikeroyok lima orang yang rata-rata bertubuh tinggi besar, dapat bergerak cepat dan berte naga besar pula, namun wanita itu memiliki gerakan seperti seekor burung walet saja cepatnya, berkelebatan di antara lima orang pengeroyoknya

Sambil mengelak mengandalkan kegesitan tubuhnya, Bi Lan yang marah kepada orang-orang kasar itu membagi-bagi tamparan dan te ndangan

Lima orang Turki itu sebetulnya bukanlah orang-orang le mah

Mereka adalah anggota pasukan Turki, pasukan pedang bengkok yang ganas dan kuat dalam perang

Namun, mereka terlalu memandang rendah Bi Lan, dan juga sekali ini mereka bertemu dengan seorang lawan ahli silat tingkat tinggi yang lihai sekali

Maka, dalam beberapa gebrakan saja merekapun te rkena tamparan atau tendangan, sehingga satu demi satu terpelanting

Tar-tar-tarrrr......!!

Si codet yang marah sekali melihat anak buahnya dikalahkan seorang wanita muda, menggerakkan cambuk panjangnya

Cambuk hitam itu terbuat dari kulit dan selain panjang, juga le mas dan kuat sekali

Cambuk ini tadi telah mencabik-cabik baju seorang wanita dusun tanpa melukai kulitnya

Hal itu menunjukkan bahwa si codet ini memang ahli dalam memainkan cambuk

Bi Lan bersikap te nang

Ketika ujung cambuk menyambar ke arah dadanya, ia menggeser kaki ke samping sehingga ujung cambuk itu luput

Si codet menjadi semakin beringas

Tangannya bergerak le bih kuat dan cepat

Cambuknya kini menyambarnyambar bagaikan seekor ular panjang yang hidup

Bi Lan tetap mengandalkan kelincahan gerakan tubuhnya untuk berloncatan ke sana sini mengelak sambil memperhatikan gerakan cambuk

Setelah ia melihat perubahan gerakan cambuk ketika menyusulkan serangan baru, dengan gerakan melengkung ke atas, ia lalu mengelak lagi dan pada saat cambuk itu melengkung ke atas untuk menyambung serangan yang luput, ia telah mendahului dan menggunakan tangan kanan menangkap ujung cambuk! Bi Lan mengerahkan te naga mempertahankan ketika si codet menarik cambuknya

De ngan kekuatan sin kang

ujung cambuk itu seperti melekat pada tangannya dan dengan perhitungan yang te pat, tiba-tiba Bi Lan melepaskan cambuknya

Wuuutttt......tarr.......! Aduhhh...!

Si codet berte riak kesakitan karena dagunya dicium ujung cambuknya sendiri dengan kuatnya sehingga te rluka dan berdarah! Melihat ini, enam orang anak buahnya mencabut pedang bengkok mereka dan bersama si codet yang semakin marah mereka hendak mengeroyok Bi Lan dengan senjata di tangan

Serang, bunuh perempuan jahat ini!

Si codet memberi aba-aba dan ia sendiripun sudah memutar cambuknya dengan kemarahan meluapluap

Luka di dagunya tidak ada artinya dibandingk luka di hatinya, karena dia merasa te rhina dan malu sekali dikalahkan seorang wanita muda, di depan umum pula

Bi Lan sudah siap siaga

Akan tetapi ketika tujuh orang itu mulai bergerak, tiba-tiba nampak bayangan berkelebat, didahului sinar menyilaukan mata

Terdengar suara senjata beradu, berdeting dan enam batang pedang bengkok itupun terpental dan te rlepas dari tangan pemiliknya, sedangkan cambuk itupun te rle pas

Tujuh orang itu te rhuyung ke belakang sambil memegangi tangan kanan yang te rasa nyeri karena sambaran sinar suling di tangan Siauw Can! Pemuda ini tidak melukai mereka hanya menotok dengan ujung sulingnya, ke arah tangan kanan mereka sehingga mereka terpaksa melepaskan senjata mereka dan te rhuyung ke belakang dengan mata terbelalak kaget

Lebih-lebih rasa kaget dan heran mereka ketika melihat bahwa yang membuat senjata mereka terlepas tadi adalah si kusir kereta, pemuda tampan itu yang tangan kirinya memondong anak perempuan kecil sedangkan tangan kanannya memegang sebatang suling! Hanya dengan sulingnya, dan sambil memondong anak kecil, pemuda itu mampu membuat senjata mereka bertujuh terlepas! Hal ini saja sudah membayangkan betapa lihainya pemuda ini

Akan te tapi, tujuh orang Turki itu bukan hanya mengandalkan kekerasan dan kepandaian saja untuk memaksakan kemenangan, melainkan te rutama mengandalkan kedudukan mereka! Biarpun mereka maklum bahwa mereka tidak akan mampu menang kalau berkelahi melawan wanita muda dan pemuda kusir yang lihai ini, namun mereka masih berani membentak

Kalian berani melawan kami, para anggota Pasukan Pedang Bengkok?

te riak si codet

Pada saat itu, dari kelompok penonton yang memenuhi tempat itu, muncul seorang pria berusia limapuluhan tahun, berpakaian bangsawan

Pria ini sejak tadi ikut pula menonton dengan kagum dari atas kudanya dan kini dia meloncat turun, membiarkan kudanya dipegangi kendalinya oleh seorang pengawal dan diapun maju menghampiri tujuh orang itu

Kalian ini selalu mendatangkan keributan!

te gurnya

Ketika si codet dan kawan-kawannya melihat bangsawan itu, mereka memberi hormat dengan membungkukkan tubuh

Poa-taijin (pembesar Poa)......!

kata si codet sambil memberi hormat ditiru semua anak buahnya

Pembesar yang bermata s ipit itu berkata dengan suara mengandung teguran

Kalian sungguh ceroboh, berani sekali mengganggu tai-hiap dan li-hiap ini! Tahukah kalian

Mereka ini adalah sanak keluarga dari Pangeran Tua Li yang baru tiba dari dusun!

Tujuh orang Turki itu te rbelalak dan muka mereka berubah pucat

Si codet cepat memberi hormat kepada Siauw Can dan Bi Lan, kembali diikuti ole h keenam orang anak buahnya

Mohon ji-wi (kalian) sudi memaafkan kami yang tidak mengenal ji-wi maka bersikap kurang hormat.

Setelah berkata demikian, mereka bertujuh cepat memungut senjata mereka dan pergi dari situ dengan langkah lebar dan muka ditundukkan

Melihat pembesar itu kini memandang kepada mereka sambil tersenyum ramah Siauw Can cepat memberi hormat dan berkata,

Maafkan kami, taijin, akan tetapi kami tidak mengerti..

Pembesar itu membuat gerakan dengan tangan menghentikan ucapan Siauw Can, lalu dia menoleh ke arah orang-orang yang masih berkerumun menonton di situ sambil membicarakan perkelahian tadi, memuji-muji Bi Lan dan Siauw Can

Hei, kalian menonton apa

Kami bukan tontonan, hayo pergi melanjutkan perjalanan dan pekerjaan kalian masing-masing!

Mendengar bentakan seorang pembesar yang berpakaian mewah, para penonton itu menjadi takut dan merekapun bubar

Keadaan menjadi sunyi kembali dan pembesar itu mendekati Siauw Can

Tai-hiap, kalau kami tidak mencampuri, kalian te ntu akan dikeroyok oleh ratusan orang anggota pasukan Turki itu

Akan tetapi di sini bukan te mpat kita bicara

Marilah ikut dengan kami menghadap Pangeran Tua

Kalian tentu akan mendapatkan kedudukan yang pantas kalau suka membantu beliau.

Siauw Can saling pandang dengan Bi Lan

Sungguh merupakan peristiwa yang amat kebetulan dan amat menguntungkan mereka

Tanpa dicari, pekerjaan datang sendiri, bahkan mereka akan dihadapkan kepada seorang pangeran! Dan Siauw Can sudah tahu siapa Pangeran Tua! Adik kaisar! Tentu mereka akan dapat memperoleh kedudukan yang amat baik!

I ngat, demi keselamatan kalian! Kalau kalian menolak dan melihat bahwa kalian bukan orangorang Pangeran Tua, tentu orang-orang Turki itu tidak akan membiarkan kalian bebas dan kalian akan te rancam bahaya besar.

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar