Jilid 10
Aku pernah menyewa kamar ini selama seminggu
Tidurkanlah anakmu, di sini tenang.
kata Hong San
De ngan hati lega dan berterima kasih Bi Lan lalu memasuki kamar itu, menidurkan Lan Lan di atas pembaringan dan melepaskan buntalannya, meletakkannya di atas meja
Setelah menyalakan sebatang lilin lagi untuk menambah penerangan di kamar itu, iapun keluar dari dalam kamar
Baik, kongcu, aku akan berusaha mendapatkan apa yang kaucari itu
Nah, aku akan pergi sekarang juga
Nyonya, beristirahatlah, saya hendak pergi dulu mencarikan kuda dan kereta yang dipesan kongcu.
Petani itu menjura ke arah Bi Lan, lalu keluar dari pondok, menutupkan daun pintunya dengan hati-hati dari luar
Bi Lan kini duduk menghadapi meja bersama Hong San setelah pemuda itu mempersilakannya duduk
Mereka saling berpandangan, dan keduanya kagum
Di bawah sinar lampu yang remang-remang mereka saling mengagumi wajah masing-masing
Hong San melihat betapa wajah yang bulat itu berkulit putih mulus, juga leher dan tangan itu
Putih mulus yang wajar
Hidung yang mancung kecil itu mungil dan mata itu bagaikan sepasang bintang, gemerlapan tajam
Di lain pihak, Bi Lan juga kagum
Pemuda yang usianya sekitar duapuluh tujuh tahun itu memang tampan dan gagah
Pakaiannya seperti seorang sastrawan, sederhna namun bersih
Caping lebar yang tadi dipergunakannya, kini te rgantung di dinding
Wajah itu jantan
Hidungnya mancung dan besar, matanya tajam agak terlalu hitam, dan bibirnya kemerahan seperti bibir wanita, akan te tapi lebih besar dan penuh gairah
Kulitnya agak coklat dan wajah itu membayangkan ketampanan orang dari daerah barat
Hal ini tidak aneh karena Can Hong San memang berdarah Nepal
Ibu kandungnya seorang puteri Nepal!
Nah, sekarang kuharap engkau suka memperkenalkan dirimu, nyonya, te ntu saja kalau engkau percaya kepadaku.
Bi Lan menarik napas panjang
Tentu saja aku percaya kepadamu, tai-hiap.
!
Nanti dulu, nyonya!
Hong San menghentikan dengan mengangkat tangan kanan ke atas
Harap engkau tidak menyebut aku tai-hiap, sungguh hanya membuat aku merasa malu dan canggung!
Lalu ia menatap tajam wajah yang manis itu
Maukah engkau menyebut aku toako (kakak) saja
Namaku Hong San dan aku sama sekali tidak suka disebut tai-hiap (pendekar besar), apa lagi oleh seorang wanita perkasa seperti nyonya.
Bi Lan te rsenyum
Hemm, engkau melarangku menyebutmu tai-hiap, akan tetapi engkau sendiri menyebut aku nyonya! Seharusnya aku menyebut tuan kepadamu, akan te tapi engkau ingin aku menyebut toako
Kalau aku menyebut kakak, apa sebutan seorang kakak terhadap adiknya?
Hong San tertawa gembira
Biarpun tidak banyak bicara, te rnyata wanita ini dapat diajak berkelakar
Baiklah, aku akan menyebutmu moi-moi (adik perempuan)
Aneh, seorang kakak tidak tahu nama adiknya!
Toako, namaku Bi Lan, Kwa Bi Lan.
Hemmm, nama yang indah sekali!
Kiranya selain gagah perkasa, engkau juga seorang perayu, toako
Namaku biasa saja engkau katakan indah.
Maaf, Lan-moi
Aku bukan bermaksud merayu, hanya........ah, sudahlah, aku hanya berkelakar, lanjutkan bicaramu.
Bicara apa lagi
Sudah kuperkenalkan namaku
Aku Kwa Bi Lan dan ana kku itu, namanya Lan Lan.
Dan siapa nama suamimu
Di mana te mpat tinggalmu dan kenapa engkau melakukan perjalanan berdua saja dengan anakmu yang masih kecil
Darimana dan hendak ke manakah engkau pergi, Lan-moi?
Bi Lan melirik ke arah wajah pemuda itu, te rsenyum sedih
Orang ini demikian memperhatikan dirinya dan pertanyaannya datang seperti banjir saja
Toako, engkau ingin tnhu segalanya, akan tetapi engkau tidak mau menceritakan segalanya te ntang dirimu sendiri
Engkau hanya memperkenalkan namamu, dan akupun sudah membalas dengan memperkenalkan nama kami
Kalau ingin mendengar tentang keadaan dan keluargaku, tidakkah sepatutnya kalau seorang laki-laki lebih dahulu menceritakan tentang dirinya?
Ha-ha-ha, engkau tidak mau kalah, itu tandanya engkau belum percaya benar kepadaku
Baiklah, akan kuceritakan semua tentang diriku, akan tetapi tidak ada yang menarik tentang diriku
Aku berusia duapuluh tujuh tahun, aku hidup sebatangkara, belum pernah menikah, yatim piatu dan tidak mempunyai keluarga seorangpun
Aku tidak mempunyai te mpat tinggal yang te tap
Seorang kelana yang tidak mempunyai apa-apa
Guruku adalah ayahku sendiri yang sudah meninggal dunia, bernama Can Siok
Selama ini aku hanya mengembara, kemana saja hati dan kaki ini membawaku
Nah, hanya inilah cerita te ntang diriku, Lan-moi
Sama sekali tidak menarik, bukan?
Bi Lan mendengarkan dengan heran
Seorang pemuda yang begini tampan gagah, berilmu tinggi, usianya sudah sangat dewasa, kenapa hidup seorang diri saja dan tidak menikah
Tentu seorang pendekar petualang ynng selalu ingin hidup bebas.!
Eh
Kenapa engkau diam saja, Lan-moi
Aku sudah siap mendengarkan cerita tentang dirimu!
Bi Lan menghela napas panjang
Kalau engkau mengatakan bahwa riwayatmu tidak menarik, sebaliknya riwayatku le bih buruk lagi, malah hanya menyedihkan saja.
Yang sudah lalu hanya menjadi kenangan, Lanmoi, tidak ada gunan ya disedihkan lagi
Nah, ceritakanlah, aku ingin sekali mendengar agar perkenalan antara kita menjadi lebih akrab.
Akupun hidup berdua saja dengan anakku Lan Lan
Sekarang inipun aku masih belum mempunyai te mpat tinggal yang te tap.
Bi Lan berhenti seolah-olah cerita tentang dirinya habis sekian saja
Tapi, suamimu.........?
Hong San mendesak
Dan siapa pula gurumu, orang tuamu?
Kedua orang tuaku sudah lama meninggal dunia
Dan suamiku, dia juga guruku sendiri, dia sudah meninggal dunia.........
Mendengar suara yang mengandung duka itu, Hong San menarik napas panjang dan diam-diam dia menekan perasaan girangnya mendengar bahwa wanita ini adalah seorang janda!
Aih, maafkan pertanyaanku tadi, Lan-moi
Siapa kira, semuda ini engkau telah ditinggal mati suami dan hidup berdua saja dengan seorang pute ri
Kalau boleh aku bertanya, siapakah nama mendiang suamimu
Kalau dia menjadi gurumu, te ntu dia lihai sekali.
Nama mendiang suami dan juga guruku adalah Liu Bhok Ki...........
Hong San terbelalak dan dia demikian te rkejut sehingga bangkit berdiri dari kursinya
Dia......
Kau maksudkan Sin-tiauw (Si Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki?
Melihat kekagetan pemuda itu, Bi Lan tidak merasa heran
Nama besar mendiang suaminya memang amat te rkenal di dunia persilatan
Iapun mengangguk bangga
Aihhhh, pantas kalau begitu,
kata Hong San sambil duduk kembali dan memandang kagum
Pantas kalau engkau memiliki ilmu silat yang lihai
Kiranya murid dan juga is te ri Si Rajawali Sakti
Akan te tapi, maaf Lan-moi
Kulihat tadi dalam gerakan silatmu ada dasar ilmu silat Siauwlim-pai.
Penglihatanmu tajam sekali, toako dan ini membuktikan bahwa ilmu kepandaianmu sudah sangat tinggi
Memang, sebelum aku menjadi murid suamiku, a ku pernah mempelajari ilmu silat Siau-lim-pai.
Hebat ...! Murid Siauw-lim-pai yang kemudian menjadi murid Si Rajawali Sakti! Aku girang sekali dapat berte mu dan berkenalan denganmu, Lanmoi! Lalu kemana engkau hendak pergi?
Sampai lama Bi Lan berdiam diri
Ia sendiri tidak dapat menjawab karena memang ia tidak tahu kemana ia akan pergi! Ia telah menculik Lan Lan dan ia tidak berani kembali ke rumah suaminya di Kim-hong-san, karena tentu Si Han Beng dan Bu Giok Cu akan mencari anak mereka dan mengejarnya kesana! Dan ia pasti tidak akan mampu mempertahankan kalau mereka itu merampas Lan Lan
Ilmu kepandaian mereka terlampau tinggi baginya
Melawan Bu Giok Cu saja ia tidak akan menang, apalagi melawan Si Han Beng dan lebihle bih menghadapi mereka berdua! Dan ia sudah jatuh cinta kepada anak itu yang kini menyebut ibu kepadanya
Ia tidak mempunyai suatu tempat untuk pergi, maka pertanyaaan Hong San membuat ia bingung, tidak tahu bagaimana harus menjawab
Kemudian ia te ringat kepada pamannya Lie Koan Tek
Daripada tidak dapat menjawab, dia lalu berkata
Aku masih mempunyai seorang paman, saudara dari mendiang ibuku
Aku akan mencari pamanku itu, toako.
Siapakah pamanmu itu?
Dia seorang tokoh Siauw-lim-pai namanya Lie Koan Tek.
Lie Koan Tek.......?
Hong San te rbelalak
Terbayanglah kini ketika dia berte mpur melawan Lie Koan Tek, dikeroyok oleh Poa Liu Hwa isteri mendiang Kam Seng Hin ketua Hek-houw-pang, kemudian muncul seorang gadis perkasa dan...........Hong San te rbelalak
Ahhhhh........!!
Dia meloncat dari tempat duduknya, bangkit berdiri dan memandang kepada Bi Lan dengan kaget
Inilah gadis yang dulu membantu Lie Koan Tek dan Poa Liu Hwa!
Ada apakah, toako
Engkau kelihatan te rkejut sekali.
Hong Sen cepat mengerahkan te naga untuk menenangkan hatinya dan wajahnya yang tadi berubah agak pucat itu menjadi merah kembali
Dia bukan terkejut mendengar nama Lie Koan Tek, melainkan terkejut ketika teringat bahwa gadis inilah yang dulu pernah membantu Lio Koan Tek mengeroyoknya
Tak dapat dia membayangkan bagaimana akan sikap wanita ini kalau mengenalnya!
Aku memang te rkejut mendengar nama pamanmu
Tentu saja aku mengenal nama itu
Yang mengejutkan adalah karena engkau hendak mencarinya
Padahal menurut pendengaranku, pamanmu adalah seorang pelarian dan buruan pemerintah! Kabarnya dia telah melarikan diri dari penjara, bahkan membantu gerakan pemberontak
Bagaimana engkau akan mencari pamanmu yang sedang diburu pemerintah?
Bi Lan menarik napas panjang
Tentu saja ia tahu akan hal itu dan kalau tadi ia mengatakan hendak mencari pamannya, hal itu dilakukan hanya agar dapat menjawab pertanyaan Hong San saja
Aku tahu akan hal itu, toako
Akan tetapi......aku tidak tahu lain tempat lagi yang dapat kuharapkan menjadi tempat tinggalku
Aku akan berkelana saja.......
katanya sedih
Hong San tersenyum
Dia sudah mampu menguasai dirinya lagi
Jelas bahwa Bi Lan tidak ingat kepadanya
Pertemuan antara mereka hanya te rjadi sebentar saja, dan itupun dalam perte mpuran, sehingga wanita ini tidak mengenal dan tidak mengingatnya sama sekali
Betapapun juga, dia harus berhati-hati dan ada sesuatu yang tidak nyaman rasanya di hati setelah dia mengetahui siapa wanita ini
Kalau sampai Bi Lan mengenalnya.!
Lan-moi, kalau engkau hidup seorang diri, kiranya tiada salahnya menjadi seorang pengelana seperti aku ini
Akan tetapi ingat, engkau mempunyai seorang pute ri yang masih kecil
Tidak mungkin akan mengajaknya berkelana tanpa tujuan
Tidak baik bagi pendidikan puterimu.