Naga Beracun Bab 088

Agaknya kuberi sepotong uang, kalian menjadi tidak puas karena bingung untuk membagi

Nah, kubagi tiga untuk kalian masing-masing sepotong!

Berkata demikian, Siong Ki menggunakan jari tangannya untuk mematah-matahkan mata uang itu menjadi tiga potong, seolah-olah uang tembaga itu hanya terbuat dari daun kering saja

Melihat ini, tiga orang pengemis itu te rbelalak

Akan tetapi mereka adalah orang-orang kasar yang biasanya mau menang sendiri, apalagi mengandalkan kepandaian dan kekuatan mereka yang suka mengeroyok, maka menghadapi pertunjukan kekuatan itu, mereka bahkan menjadi marah

Bagus! Engkau ingin memamerkan sedikit kepandaianmu kepada kami

Jangan salahkan kami kalau kami mempergunakan kekerasan!

kata si hidung besar dan mereka bertiga bersiap untuk melakukan pengeroyokan

Pada saat itu, terdengar suara tawa merdu dari samping, disusul suara wanita

Hi-hik, agaknya He k I Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis Baju Hitam) tidak becus mengurus anak buahnya, hingga kini anak buah He k I Kaipang bukan lagi para pengemis , melainkan para perampok yang tak tahu malu! Cih, sungguh memualkan perutku!

Tentu saja tiga orang pengemis itu menjadi marah sekali

Kemarahan mereka kepada Siong Ki le nyap karena ada orang lain yang mengucapkan penghinaan hebat kepada mereka, bahkan kepada perkumpulan dan ketua mereka

Cepat mereka memutar tubuh menghadapi wanita yang mengeluarkan kata-kata tadi, sedangkan Siong Ki tahu bahwa mengeje k itu adalah wanita cantik yang sejak tadi memperhatikan dia

Diapun menengok dan memandang dan dia merasa khawatir

Wanita itu cantik je lita dan tidak kelihatan seperti wanita kang-ouw yang berilmu, bagaimana berani bersikap menghina tiga orang pengemis itu

Diam-diam diapun bersiap untuk melindungi kalau-kalau wanita itu te rancam bahaya

Si hidung besar memandang kepada wanita itu dan diapun merasa heran

Wanita itu cantik jelita, berani sekali menghina dia dan dua orang te mannya!

Apa kau bilang tadi?

bentaknya, karena dia masih belum percaya kalau wanita cantik ini yang tadi menghina mereka

Wanita itu, yang belum selesai makan, menggunakan sumpitnya menjepit sepotong sayur hijau dan memasukkan ke mulutnya, mengunyahnya dengan gerakan mulut yang manis sebelum menjawab

Nampaknya tenang sekali

Aih, kalian belum mendengar apa yang kukatakan tadi

Sayang.......

ia lalu menuding mereka satu demi satu,

hidungmu saja besar, dan yang itu matanya te rlalu sipit, dan yang ke tiga perutnya saja yang le bar, akan te tapi agaknya telinga kalian bertiga terlalu sempit dan agak tuli sehingga tidak mendengar apa yang kukatakan tadi

Nah, dengar baik-baik, aku mengatakan bahwa kalian ini hanyalah pencoleng-pencoleng kecil yang mengenakan pakaian pengemis, dan bahwa kalian bertiga tidak tahu malu, mengotorkan tempat ini dan bahwa ketua kalian tidak becus mengajar kalian! Nah, sudah dengar sekarang?

Kemarahan tiga orang anggota He k I Kai-pang berkobar, akan te tapi pada saat itu pemilik rumah makan te rgopoh-gopoh lari menghampiri dan diapun memberi hormat kepada tiga orang pengemis itu dengan membungkuk dalam

Harap sam-wi (anda bertiga) mengingat hubungan baik antara kami dengan ketua sam-wi dan tidak mengadakan perkelahian di sini sehingga akan merusak tempat kami

Mendengar ucapan itu, tiga orang pengemis saling pandang, dan si hidung besar memberi is yarat kepada dua orang kawannya untuk pergi

Kami akan menunggumu di luar untuk membuat perhitungan!

katanya dengan nada mengancam kepada wanita cantik itu

Mereka lalu melangkah dengan wajah kemerahan karena amarah yang ditahan-tahan

Sikap dan ucapan pemilik rumah makan tadi menunjukkan bahwa dia tentu seorang penderma yang mengenal baik ketua mereka, maka kalau sampai mereka berkelahi dan merusak perabot rumah makan kemudian si pemilik rumah makan melaporkan, te ntu mereka akan mendapat te guran dan hukuman

Siong Ki merasa heran

Bagaimana wanita itu seberani itu menghina tiga orang pengemis tadi yang sudah jelas merupakan orang-orang kasar dan jahat

Dia merasa tidak enak

Bagaimanapun juga tiga orang pengemis itu tadi menghina dia, wanita itu mencampuri untuk membelanya

Kalau sampai nanti wanita itu diganggu, bagaimana ia dapat mendiamkan saja

Biarpun dia sudah selesai makan, dia tidak segera membayar harga makanan dan pergi, melainkan menanti sampai wanita itu selesai makan dan membayar, diapun membayar dan setelah wanita itu bangkit dan keluar, baru dia keluar pula dari rumah makan itu

Wanita itu hanya mengerling dan te rsenyum saja kepadanya, tanpa mengeluarkan kata-kata

Siong Ki semakin heran dan juga kagum

Dari dalam rumah makan saja sudah nampak betapa tiga orang pengemis tadi menanti di luar rumah makan dan banyak orang bergerombol di sana, tanda bahwa banyak yang hendak jadi penonton, atau mungkin tiga orang pengemis itu mengumbar suara mengatakan bahwa mereka hendak menghajar seorang wanita yang berani menghina mereka, sehingga banyak orang ingin menonton

Akan te tapi, wanita itu sama sekali tidak kelihatan takut, bahkan te rsenyum-senyum manis

Setelah wanita itu tiba di luar, suasana menjadi ramai dan te gang, dan Siong Ki menyelinap di antara para penonton, siap untuk melindungi wanita itu

Akan tetapi, wanita itu dengan langkah yang te nang dan berani, menghampiri tiga orang pengemis yang sudah menanti di situ dengan sikap bengis, sedangkan para penonton sudah mengatur jarak agar tidak terlalu dekat dengan mereka

Aih, kalian masih berada di sini menantiku

Bagus, memang kalian ini harus berlutut minta ampun dulu kepadaku, baru boleh pergi!

kata wanita itu dan Siong Ki diam-diam mengeluh

Wanita ini ternyata seorang yang amat berani menghina orang sehingga mendekati sombong! Sama dengan mencari penyakit! Andaikata ia seorang laki-laki, tentu Siong Ki tidak akan mau memperdulikannya lagi dan biar saja manusia sombong itu berkelahi melawan tiga orang pengemis sombong

Akan tetapi ia seorang wanita dan dia harus membelanya

Sikap memandang rendah dan ucapan meremehkan dari wanita itu membuat tiga orang pengemis tak mampu menahan kesabaran mereka lagi

Si mulut le bar sudah melangkah maju dengan kedua tangan dikepal

Perempuan sombong, kurontokkan gigimu!

bentaknya sambil menyerang dengan tamparan ke arah mulut wanita itu

Akan tetapi, dengan sekali gerakan saja, wanita itu menarik tubuh atas ke belakang sehingga tamparan itu mengenai angin, dan iapun te rsenyum le bar memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih

Hemm, sayang gigiku yang rapi ini kaurontokkan

Kalau gigimu yang je lek dan kotor itu, patut dirontokkan.

Tiba-tiba saja, kaki wanita itu sudah bergerak cepat seperti kilat menyambar dan diangkat tinggi ke atas

Krakkk..........!!

Mulut itu dihantam sepatu dan rontoklah beberapa buah gigi si mulut lebar dan bibirnya pecah-pecah berdarah

Dia te rjengkang dan mengusap darah dari mulutnya

Sedangkan para penonton menjadi terkejut dan kagum

Juga Siong Ki diam-diam mencela diri sendiri yang kurang waspada, memandang rendah wanita cantik itu yang te rnyata sama sekali tidak membutuhkan perlindungan darinya, kalau hanya menghadapi gangguan pengemis mulut besar itu saja

Akan te tapi kini pengemis yang roboh itu sudah meloncat bangun dan mencabut sebatang golok yang tadinya diselipkan di ikat pinggang

Dua orang pengemis lainnya juga sudah mencabut golok mereka dan kini tiga orang itu menghadapi wanita cantik itu dari depan, kanan dan kiri

Melihat ini, kembali Siong Ki merasa khawatir dan dia sudah melangkah maju ke depan

Hemm, kalian ini tiga orang laki-laki mengancam wanita dengan senjata tajam

Sungguh tidak adil, dan sungguh curang, menunjukkan bahwa kalian memang hanya pengecut-pengecut besar yang beraninya hanya main keroyokan!

Melihat majunya Siong Ki, Bi Tok Siocia te rsenyum manis

Tadi dalam rumah makan ia sudah melihat betapa pemuda tampan gagah yang menarik perhatiannya itu mematah-matahkan sekeping uang dengan mudah, tanda bahwa dia bukan seorang pemuda biasa

Dan kini, tepat seperti dugaannya, pemuda itu maju membelanya

Tentu saja hatinya semakin kagum dan tertarik

Si hidung besar segera memutar goloknya dan membentak Siong Ki

Engkau berani mencampuri berarti sudah bosan hidup!

Diapun sudah menyerang dengan goloknya, akan te tapi dengan mudah Siong Ki mengelak

Si Mulut lebar yang kini menjadi si mulut ompong karena giginya rontok, dibantu oleh si mata sipit, sudah menyerang dengan golok mereka, mengeroyok Bi Tok Siocia! Siong Ki ingin cepat-cepat menjatuhkan si hidung besar agar dia dapat membantu wanita itu

Maka ketika untuk ke empat kalinya golok menyambar, dia tidak mengelak seperti tadi, melainkan dia bahkan mendahului dengan langkah ke depan, tangannya bergerak menyambut dengan pukulan ke arah pergelangan tangan yang memegang golok, dari samping sedangkan tangan kirinya mendorong dengan te lapak tangan te rbuka ke arah dada lawan

Si hidung besar tidak mengira bahwa lawan berani menyambut serangannya seperti itu, dan ketika lengannya terkena pukulan tangan kiri lawan, seketika lengan itu menjadi lumpuh dan goloknya te rpental, dan di detik lain, dadanya te rkena hantaman dengan tangan terbuka

Diapun te rjengkang dan te rbanting roboh, ketika bangkit duduk, dia memegangi dadanya karena dada itu te rasa sesak, sukar bernapas

Ketika Siong Ki membalik hendak membantu wanita tadi, diapun te rte gun

Bukan main wanita itu

Dengan tangan kosong saja, wanita itu bukan hanya mampu menandingi dua orang pengeroyoknya, bahkan kini nampak ia menghajar mereka dengan tendangan-tendangan kakinya

Dua orang itu dibuat seperti dua buah bola saja, dite ndangi jatuh bangun dan akhirnya mereka tidak mampu melawan lagi, muka mereka bengkak-bengkak dan berdarah karena beberapa kali disambar sepatu wanita itu! Hanya si mata sipit yang masih dapat berdiri dan te rengah-engah, namun dia memaksa diri memandang wanita itu yang berdiri s ambil bertolak pinggang dan te rse nyum kepadanya

Lalu dia bertanya,

Kami mengaku kalah

Siapakah namamu, nona?

Wanita itu tersenyum mengeje k dan mengerling kepada Siong Ki yang masih memandang kagum

Kalian hendak mengadu kepada ketua kalian

Boleh, boleh! Katakan saja bahwa Nona Ouw yang menghajarmu

Nah, pergilah kalian bertiga sebelum berubah pikiranku dan kalian tidak akan dapat kuampuni lagi.

Tiga orang pengemis itu pergi dengan kepala tunduk, dan Bi Tok Siocia segera menghampiri Siong Ki dan mengangkat kedua tangan ke depan dada, dengan sikap ramah dan manis iapun memberi hormat yang segera dibalas oleh Siong Ki

Terima kasih atas pertolonganmu, Tai-hiap.

katanya dengan suara merdu

Disebut tai-hiap (pendekar besar), Siong Ki te rsenyum

Harap nona tidak menyebut tai-hiap kepadaku

Engkau sendiri memiliki kepandaian yang hebat, nona

Aku merasa malu telah salah duga sehingga lancang mencampuri urusan itu

Padahal aku tahu sekarang bahwa nona sama sekali tidak memerlukan bantuanku.

Ah, engkau tidak mengerti, tai-hiap

Aku memang membutuhkan pertolonganmu, membutuhkan bantuanmu

Engkau tidak mengenal siapa Hek I Kai-pang

Mari kita bicara di te mpat sunyi, akan kuceritakan kepadamu, di sini banyak orang dan tidak leluasa.

Siong Ki mengangguk

Memang dia belum mengenal macam apa He k I Kaipang itu, dan mengapa pula wanita yang lihai ini mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya

Mereka lalu meninggalkan tempat itu

Kalau engkau tidak berkeberatan, kita dapat bicara di ruangan dalam rumah penginapan di mana aku bermalam, tai-hiap.

kata Ouw Ling

Karena tidak mengenal tempat lain agar mereka dapat bicara, Siong Ki hanya mengangguk

Ketika melakukan perjalanan menuju ke rumah penginapan yang besar itu, Bi-tok Siocia Ouw Ling berbisik,

Seperti sudah kuduga, kita dibayangi orang

Mereka te ntulah para anggota He k I Kaipang

Biarlah, kita pura-pura tidak tahu saja.

Siong Ki melirik dan benar saja

Ada empat lima orang yang membayangi mereka secara berpencar, bercampur dengan orang-orang yang berlalu lalang di ke dua tepi jalan raya itu

Setelah mereka memasuki rumah penginapan, Ouw Ling mengajak Siong Ki bicara di ruangan dalam, sebuah ruangan yang memang disediakan untuk para tamu

Ruangan ini cukup luas dan kebetulan pada saat itu tidak terdapat tamu lain

Nah, di sini kita dapat bicara dengan leluasa,

kata wanita itu

Akan te tapi sebelum itu, Apakah tidak sudah tiba waktunya kita saling berkenalan

Namaku Ouw Ling dan aku berasal dari Liong-san (Bukit Naga).

Siong Ki menjawab,

Namaku The Siong Ki dan aku berasal dari dusun Ta-bun-cung.

Karena ia belum tahu pemuda itu te rmasuk golongan apa, maka Ouw Ling tidak bertanya lebih mendalam

Ia sendiri belum berani mengakui bahwa ia adalah pute ri angkat Ouw Kok Sian, datuk bes ar dan majikan Liong-san

Nah, sekarang kita telah berkenalan, Thetaihiap.............

Harap nona jangan menyebut tai-hiap kepadaku, rasanya janggal dan tidak enak.

Ouw Ling te rse nyum manis

Baiklah, setelah kita berkenalan, dan melihat bahwa engkau le bih muda dariku, bagaimana kalau aku menyebutmu siauwte (adik) saja dan engkau menyebut aku cici (kakak perempuan)?

Siong Ki tersenyum,

Bagaimana engkau tahu bahwa aku le bih muda darimu, karena melihat keadaan dirimu, belum te ntu kalau aku le bih muda.

Siong Ki te ntu saja dapat menduga bahwa wanita itu lebih tua darinya, akan te tapi dia memang pandai membawa diri dan pandai menyenangkan hati orang

Ucapannya itu walaupun hanya sekedarnya namun je las telah membuat wajah Ouw Ling berseri saking girangnya

Wanita mana yang tidak akan berseri wajahnya kalau dikatakan bahwa ia nampak jauh le bih muda dari pada usia yang sebenarnya!

Aku yakin bahwa aku le bih tua darimu, siauwte, walau hanya beberapa tahun mungkin

Akan te tapi itu tidak penting sekali, bukan

Kalau boleh aku mengetahui, engkau dari mana dan hendak kemana

Apakah engkau mempunyai keperluan khusus datang ke Lok-yang ini?

Siong Ki menggeleng kepala

Tidak mempunyai keperluan khusus, aku baru saja memasuki Lokyang dalam perjalananku merantau dan mencari pengalaman hidup

Baru pagi tadi aku datang ke sini dan kebetulan terlibat peristiwa dalam rumah makan tadi.

Aih, kalau begitu, kenapa tidak menginap saja di rumah penginapan ini, The-siauwte

Di sini te mpatnya bersih dan cukup murah

Dan tahukah kau, kita mempunyai banyak persamaan

Aku sendiripun sedang merantau, atau katakanlah berpesiar mencari pengalaman hidup dan meluaskan pengetahuan

Kalau engkau suka, kita dapat menjadi teman seperjalanan!

Ucapan itu dikeluarkan secara wajar sehingga Siong Ki tidak merasakan suatu kelainan, walaupun penawaran seperti itu dari seorang wanita kepada seorang pria sebetulnya tidaklah pada tempatnya

Soal itu mudah, Ouw-cici, sekarang aku ingin mendengar tentang Hek I Kaipang.

Hek I Kaipang adalah perkumpulan pengemis di Lok-yang dan sekitarnya yang te rkenal

Ketuanya berjuluk Hek I Sin-kai (Pengemis Sakti Baju Hitam) yang te rkenal lihai

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar