Melihat gadis itu hanya menunduk, Liu Hwa mendekati
Cin Cin........kau......kau..., suka memaafkan ibumu.......?
Cin Cin mengangkat mukanya
Wajahnya dan kedua matanya basah air mata yang kini menetes turun
I bu............!
Cin Cin anakku..............!
Dua orang wanita itu saling tubruk dan berangkulan, bertangisan
Lie Koan Tek te rsenyum akan te tapi dia menggunakan punggung tangan untuk menghapus dua titik air mata, air mata kebahagiaan karena tadinya dia khawatir sekali kalau Cin Cin tetap tidak mengakui ibunya dan hal itu pasti akan menghancurkan hati is terinya dan akan menyiksanya selama hidup
Ibu dan anak itu bertangisan dan semua kekerasan yang dibentuk ole h gurunya selama belasan tahun mencair dalam hati Cin Cin dan iapun menangis sampai mengguguk di pangkuan ibunya
Seluruh kerinduan yang bertumpuk selama ini tercurah keluar melalui tangis mereka dan di dalam tangis ini pula Cin Cin telah memaafkan semua rasa penasaran hatinya te rhadap ibunya selama ini
Setelah tangis mereka mereda, Liu Hwa merangkul le her pute rinya, menciuminya, meraba seluruh anggota tubuh pute rinya, dari rambut sampai ke kakinya
Ketika ia meraba lengan kirinya, ibu itu terisak
Cin Cin.......anakku, tangan kirimu......aih, kenapa sampai begini, anakku
Apa yang te rjadi dengan tanganmu?
Ia menciumi ujung lengan kiri yang buntung dan dibalut kain putih itu
De ngan suara seperti anak kecil manja melapor kepada ibunya, Cin Cin berkata lirih diseling is ak,
I bu.....tanganku dibuntungi oleh Thian Ki.....
Thian Ki.....?
Kau maksudkan, Coa Thian Ki pute ra Coa Siang Lee..
Gadis itu mengangguk dan menyandarkan mukanya di dada ibunya, menangis
Tapi.....mengapa?
Lie Koan Tek berkata dengan suaranya yang te nang dan sabar
Kurasa, sebaiknya kalau Cin Cin menceritakan pengalamannya semenjak meninggalkan Ta-bun-cung kepada ibunya.
Cin Cin kini sudah dapat menguasai hatinya
Kedua matanya merah dan ia memandang kepada Lie Koan Tek
Paman......eh, bolehkah aku menyebut ayah.....?
Lie Koan Tek tertawa, tawanya bebas dan keras tanda kelegaan hatinya
Ha-ha-ha-ha, tentu saja, Cin Cin
Memang aku ini ayahmu, pengganti ayah kandungmu yang telah tewas.
Maafkan sikapku tadi, ayah.
Tentu saja, Cin Cin
Sikapmu tadi tidak dapat kusalahkan, sudahlah sekarang sebaiknya kau ceritakan semua pengalamanmu, setelah engkau tadi mendengar ceritaku dan cerita ibumu.
Cin Cin duduk di atas akar, dekat ibunya dan menggunakan saputangan menghapus air mata dari wajahnya
Atas perintah mendiang kakek Coa, aku diantar oleh susiok Lai Kun untuk menjadi murid paman Si Han Beng di Hong-cun
Akan te tapi, ketika kami tiba di kota Ji-goan, paman Lai Kun bertindak curang dan keji
Aku dijualnya kepada seorang mucikari, pemilik rumah pelesir Ang-hwa.
Jahanam Lai Kun.........!!
Ibunya berseru dan mengepal tinju
Kalau aku tahu hal itu, ketika aku berhadapan dengannya, te ntu sudah kucekik le hernya..!
Tenanglah, ibu
Paman Lai Kun sekarang sudah te was.
Ibunya memandang kepadanya
Kau.....
kau membunuhnya?
Cin Cin tersenyum dan menggele ng kepala
Aku datang berkunjung ke sana dan melihat dia menjadi ketua Hek-houw-pang
Aku hanya membongkar rahasianya, menceritakan kepada semua orang apa yang dia lakukan te rhadap diriku, dan dia merasa malu lalu membunuh diri sendiri.
Aahhh.........kasihan isteri dan anak-anaknya,
kata Liu Hwa
Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu, Cin Cin?
Cin Cin menceritakan pengalamannya ketika dipaksa tinggal di rumah pelesir Ang-hwa, betapa ia berusaha melarikan diri ketika ia dijual kepada seorang bangsawan, betapa ia dikejar-kejar tukang-tukang pukul, kemudian ditolong oleh seorang wanita sakti yang mengambilnya sebagai murid
Siapakah wanita sakti yang menjadi gurumu itu?
tanya ibunya
Subo adalah Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan.
Ahhhh!
Lie Koan Tek berseru kagum
I a seorang tokoh kangouw yang amat lihai, datuk dari timur!
Selama belasan tahun aku tekun berlatih ilmu silat dari subo
Kemudian, subo menyuruh aku turun gunung karena menganggap pelajaranku sudah tamat dan aku mendapat tugas untuk mencari dua orang musuh subo dan membunuhnya
Aku lalu mencari musuh pertama suboku, yaitu Pangeran Cian Bu Ong.
Ahh.........!
Lie Koan Tek berseru kaget
Juga isterinya te rkejut karena Liu Hwa sudah mendengar dari suaminya bahwa pangeran Kerajaan Sui yang dahulu menyuruh serbu He khouw-pang adalah Cian Bu Ong.!
Kenapa, ibu
Ayah
Kenapa kalian kaget mendengar nama Cian Bu Ong?
I ngatkah engkau akan ceritaku tadi bahwa aku dan beberapa orang yang lihai dibebaskan dari hukuman dan diharuskan membantu seorang pangeran, bahkan pangeran itu menyuruh kami menyerbu He k-houw-pang
Pangeran itu adalah Cian Bu Ong!
Hemm, sungguh kebetulan sekali
Kalau begitu, Cian Bu Ong juga musuh He k-houw-pang, musuh kita, ibu.
Akan tetapi dia sakti sekali, Cin Cin
Berhasilkah engkau membunuhnya?
Lie Koan Tek bertanya, penuh kagum
Kalau Cin Cin mampu mengalahkan Cian Bu Ong, berarti puteri tirinya ini memang luar biasa lihainya
Akan te tapi Cin Cin menggeleng kepalanya
Dia memang lihai, akan te tapi agaknya merasa bersalah te rhadap subo, maka dia sengaja mengalah
Agaknya aku pasti akan dapat membunuhnya kalau saja tidak dihalangi oleh Thian Ki.
Ketika mengucapkan nama itu, wajah Cin Cin mengeras dan matanya berkilat
Apa katamu
Thian Ki, putera Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci itu malah membela Cian Bu Ong musuh besar kita, juga musuh besarnya sendiri!
kata Liu Hwa terheran-heran
Bahkan le bih dari itu, ibu
Thian Ki telah menjadi putera Cian Bu Ong, dan ibunya te lah menjadi isteri bekas pangeran itu.
Wahhhh......?
Aneh sekali! Sungguh luar biasa sekali!
seru Liu Hwa, s ukar membayangkan hal itu dapat te rjadi
Kalau ia menjadi isteri Lie Koan Tek, biarpun pendekar Siauw-lim-pai ini pernah membantu Cian Bu Ong, adalah karena ternyata bahwa Lie Koan Tek bukan penjahat dan tidak membunuhi orang-orang He k-houw-pang, bahkan menolongnya
Akan te tapi Pangeran Cian Bu Ong
Dia yang menyuruh anak buahnya menghancurkan He k-houw-pang sehingga akibatnya menewaskan pula Coa Siang Lee, dan isteri Siang Lee itu malah menjadi isteri pangeran itu
Dan Coa Thian Ki yang membela Pangeran Cian Bu Ong membuntungi tangan kirimu, Cin Cin?
tanya Lie Koan Tek yang juga merasa terheranheran
Cin Cin menggeleng kepalanya dan alis nya berkerut ketika ia menunduk dan memandang kepada ujung le ngan kirinya
Dia mencegah aku membunuh Cian Bu Ong, sehingga te rjadi perkelahian antara dia dan aku
Thian Ki yang menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, lihai bukan main
Akan te tapi aku berhasil mencengkeram pundaknya dengan tangan kiriku
Seketika, tangan kiriku keracunan hebat sampai menjadi hitam dan Thian Ki menggunakan pedangnya untuk membuntungi tanganku sebatas pergelangan
Katanya.......kalau tidak dia buntungi tanganku, racun akan menjalar naik dan aku akan te was tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Ahhh, mengerikan!
kata Lie Koan Tek
Bagaimana mungkin engkau mencengkeram pundaknya malah engkau yang keracunan?
Ayah, Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak beracun), hal ini kuketahui kemudian
Di tubuhnya mengeram racun yang amat hebat sehingga siapa saja yang memukul atau mencengkeramnya akan keracunan sendiri tanpa ada obat yang mampu menyembuhkannya.
Aku ingat sekarang!
kata Liu Hwa
Ibunya, Sim Lan Ci, adalah puteri Ban-tok Mo-li, ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan
Tentu neneknya itulah yang membuat Thian Ki jadi seorang tok-tong.
Bukan main anak itu,
kata Lie Koan Tek te rmenung
Sudah menjadi tok-tong, menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, te ntu dia menjadi seorang yang amat hebat
Baru memukulnya saja sudah mendatangkan bahaya maut bagi yang memukulnya! Akan sulit mencari orang yang akan mampu menandingi pemuda itu.
Jangan-jangan dia akan menjadi seorang penjahat
Akan berbahaya sekali kalau begitu
Mendiang ayahnya, Coa Siang Lee, adalah seorang pendekar dan ibunya, biarpun pute ri Ban-tok Moli, namun bukan seorang wanita jahat.
Hemm, setelah menjadi seorang tok-tong, sadar akan kekuataan dalam tubuhnya, dan menjadi murid Cian Bu Ong yang sakti dan kejam, memang ada kecondongan bagi pemuda itu untuk menjadi jahat
Yang jelas, Cin Cin telah menjadi korban anak beracun itu, dan kehilangan tangan kirinya.
Liu Hwa mengamati wajah puterinya dan Cin Cin menunduk, menarik napas panjang
Cin Cin, apakah engkau mendendam kepada Thian Ki?
Gadis itu kembali menghela napas panjang dan menggeleng kepalanya
Sesungguhnya ibu, ketika aku kehilangan tangan kiri, aku menjadi berduka sekali dan merasa sakit hati
Akan tetapi, aku merasa yakin bahwa Thian Ki bukanlah orang jahat
Justru dia membuntungi tangan kiriku untuk menyelamatkan nyawaku, dan dia melakukannya secara te rpaksa sekali
Bahkan tangan kiriku keracunan bukan karena dia menyerangku, melainkan karena aku yang mencengkeram pundaknya
Aku tidak dapat menyalahkan dia, ibu
Akan te tapi, bagaimanapun juga, aku menjadi buntung karena dia, disengaja atau tidak, maka selalu ada dendam te rkandung dalam hatiku
Sekali waktu, entah kapan, aku akan membalas semua ini, dan mudah-mudahan aku akan dapat membuntungi tangan kirinya, baru akan puas rasa hatiku dan tidak akan merasa penas aran lagi.
Diam-diam Liu Hwa merasa ngeri
Hampir ia tidak dapat mengenal puterinya yang dahulu merupakan seorang anak yang periang dan berhati le mbut
Sekarang, ada sesuatu yang membuatnya merasa ngeri
Pute rinya itu kini berwatak keras dan terdapat sesuatu yang dingin
Lie Koan Tek menarik napas panjang
Me ndengarkan penuturanmu, akupun merasa ragu apakah benar Thian Ki menjadi seorang pemuda yang kejam dan jahat
Kalau memang engkau menganggap dia tidak bersalah, tidak semestinya kalau engkau mendendam kepadanya, Cin Cin
Seorang gagah tidak pernah mendendam, hanya menentang yang jahat, siapapun dia
Kalau Thian Ki ternyata jahat, sudah sepatutnya kalau engkau menentangnya, akan tetapi kalau ternyata tidak, maka tidak baik kalau engkau mendendam kepadanya.
Apa yang dikatakan ayahmu benar, Cin Cin
Engkau te ntu masih ingat bahwa ayah kandungmu adalah ketua Hek-houw-pang yang selalu membela kebenaran dan keadilan, juga keluarga ibumu adalah keluarga Coa yang turun te murun menjadi pimpinan He k-houw-pang
Bahkan ayah tirimu ini adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang te rkenal selalu menentang ketidak-adilan
Engkau keturunan keluarga pendekar, anakku, oleh karena itu, setelah kini memiliki ilmu kepandaian tinggi, sudah sepatutnya kalau engkau bersikap dan bertindak sebagai seorang pendekar wanita sejati.
Cin Cin menghela napa panjang
Ibu, biarpun subo adalah seorang datuk yang berwatak aneh dan keras, namun karena sejak kecil aku sudah menerima pendidikan dari ibu dan ayah, maka didikan subo tidak akan mampu membelokkan watak pendekar dari hati dan pikiranku
Akan tetapi aku berhutang budi, bahkan berhutang nyawa kepada subo
Kalau aku tidak membalas budinya, bukankah aku sama saja dengan seorang yang tak mengenal budi, seorang yang rendah budi?
Tentu saja, Cin Cin
Sudah sewajarnya, bahkan sudah menjadi kewajibanmu untuk membalas budi kepada subo-mu!
kata Lie Koan Tek dan ibunya juga mengangguk
Nah, karena memenuhi permintaan su-bo, maka aku mati-matian mencari Cian Bu Ong dan berusaha membunuhnya
Akan te tapi, Thian Ki membela ayah tlrinya yang juga menjadi gurunya dan menghalangi usahaku untuk memenuhi tugas yang diberikan subo kepadaku, yaitu membunuh Cian Bu Ong
Akibat dari perbuatan Thian Ki, walaupun tidak dia sengaja, aku kehilangan tangan kiriku
Ayah dan ibu, tidakkah sudah sepatutnya kalau aku kelak membalas kepada Thian Ki