Naga Beracun Bab 086

Melihat gadis itu hanya menunduk, Liu Hwa mendekati

Cin Cin........kau......kau..., suka memaafkan ibumu.......?

Cin Cin mengangkat mukanya

Wajahnya dan kedua matanya basah air mata yang kini menetes turun

I bu............!

Cin Cin anakku..............!

Dua orang wanita itu saling tubruk dan berangkulan, bertangisan

Lie Koan Tek te rsenyum akan te tapi dia menggunakan punggung tangan untuk menghapus dua titik air mata, air mata kebahagiaan karena tadinya dia khawatir sekali kalau Cin Cin tetap tidak mengakui ibunya dan hal itu pasti akan menghancurkan hati is terinya dan akan menyiksanya selama hidup

Ibu dan anak itu bertangisan dan semua kekerasan yang dibentuk ole h gurunya selama belasan tahun mencair dalam hati Cin Cin dan iapun menangis sampai mengguguk di pangkuan ibunya

Seluruh kerinduan yang bertumpuk selama ini tercurah keluar melalui tangis mereka dan di dalam tangis ini pula Cin Cin telah memaafkan semua rasa penasaran hatinya te rhadap ibunya selama ini

Setelah tangis mereka mereda, Liu Hwa merangkul le her pute rinya, menciuminya, meraba seluruh anggota tubuh pute rinya, dari rambut sampai ke kakinya

Ketika ia meraba lengan kirinya, ibu itu terisak

Cin Cin.......anakku, tangan kirimu......aih, kenapa sampai begini, anakku

Apa yang te rjadi dengan tanganmu?

Ia menciumi ujung lengan kiri yang buntung dan dibalut kain putih itu

De ngan suara seperti anak kecil manja melapor kepada ibunya, Cin Cin berkata lirih diseling is ak,

I bu.....tanganku dibuntungi oleh Thian Ki.....

Thian Ki.....?

Kau maksudkan, Coa Thian Ki pute ra Coa Siang Lee..

Gadis itu mengangguk dan menyandarkan mukanya di dada ibunya, menangis

Tapi.....mengapa?

Lie Koan Tek berkata dengan suaranya yang te nang dan sabar

Kurasa, sebaiknya kalau Cin Cin menceritakan pengalamannya semenjak meninggalkan Ta-bun-cung kepada ibunya.

Cin Cin kini sudah dapat menguasai hatinya

Kedua matanya merah dan ia memandang kepada Lie Koan Tek

Paman......eh, bolehkah aku menyebut ayah.....?

Lie Koan Tek tertawa, tawanya bebas dan keras tanda kelegaan hatinya

Ha-ha-ha-ha, tentu saja, Cin Cin

Memang aku ini ayahmu, pengganti ayah kandungmu yang telah tewas.

Maafkan sikapku tadi, ayah.

Tentu saja, Cin Cin

Sikapmu tadi tidak dapat kusalahkan, sudahlah sekarang sebaiknya kau ceritakan semua pengalamanmu, setelah engkau tadi mendengar ceritaku dan cerita ibumu.

Cin Cin duduk di atas akar, dekat ibunya dan menggunakan saputangan menghapus air mata dari wajahnya

Atas perintah mendiang kakek Coa, aku diantar oleh susiok Lai Kun untuk menjadi murid paman Si Han Beng di Hong-cun

Akan te tapi, ketika kami tiba di kota Ji-goan, paman Lai Kun bertindak curang dan keji

Aku dijualnya kepada seorang mucikari, pemilik rumah pelesir Ang-hwa.

Jahanam Lai Kun.........!!

Ibunya berseru dan mengepal tinju

Kalau aku tahu hal itu, ketika aku berhadapan dengannya, te ntu sudah kucekik le hernya..!



Tenanglah, ibu

Paman Lai Kun sekarang sudah te was.

Ibunya memandang kepadanya

Kau.....

kau membunuhnya?

Cin Cin tersenyum dan menggele ng kepala

Aku datang berkunjung ke sana dan melihat dia menjadi ketua Hek-houw-pang

Aku hanya membongkar rahasianya, menceritakan kepada semua orang apa yang dia lakukan te rhadap diriku, dan dia merasa malu lalu membunuh diri sendiri.

Aahhh.........kasihan isteri dan anak-anaknya,

kata Liu Hwa

Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu, Cin Cin?

Cin Cin menceritakan pengalamannya ketika dipaksa tinggal di rumah pelesir Ang-hwa, betapa ia berusaha melarikan diri ketika ia dijual kepada seorang bangsawan, betapa ia dikejar-kejar tukang-tukang pukul, kemudian ditolong oleh seorang wanita sakti yang mengambilnya sebagai murid

Siapakah wanita sakti yang menjadi gurumu itu?

tanya ibunya

Subo adalah Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan.

Ahhhh!

Lie Koan Tek berseru kagum

I a seorang tokoh kangouw yang amat lihai, datuk dari timur!

Selama belasan tahun aku tekun berlatih ilmu silat dari subo

Kemudian, subo menyuruh aku turun gunung karena menganggap pelajaranku sudah tamat dan aku mendapat tugas untuk mencari dua orang musuh subo dan membunuhnya

Aku lalu mencari musuh pertama suboku, yaitu Pangeran Cian Bu Ong.

Ahh.........!

Lie Koan Tek berseru kaget

Juga isterinya te rkejut karena Liu Hwa sudah mendengar dari suaminya bahwa pangeran Kerajaan Sui yang dahulu menyuruh serbu He khouw-pang adalah Cian Bu Ong.!

Kenapa, ibu

Ayah

Kenapa kalian kaget mendengar nama Cian Bu Ong?

I ngatkah engkau akan ceritaku tadi bahwa aku dan beberapa orang yang lihai dibebaskan dari hukuman dan diharuskan membantu seorang pangeran, bahkan pangeran itu menyuruh kami menyerbu He k-houw-pang

Pangeran itu adalah Cian Bu Ong!

Hemm, sungguh kebetulan sekali

Kalau begitu, Cian Bu Ong juga musuh He k-houw-pang, musuh kita, ibu.

Akan tetapi dia sakti sekali, Cin Cin

Berhasilkah engkau membunuhnya?

Lie Koan Tek bertanya, penuh kagum

Kalau Cin Cin mampu mengalahkan Cian Bu Ong, berarti puteri tirinya ini memang luar biasa lihainya

Akan te tapi Cin Cin menggeleng kepalanya

Dia memang lihai, akan te tapi agaknya merasa bersalah te rhadap subo, maka dia sengaja mengalah

Agaknya aku pasti akan dapat membunuhnya kalau saja tidak dihalangi oleh Thian Ki.

Ketika mengucapkan nama itu, wajah Cin Cin mengeras dan matanya berkilat

Apa katamu

Thian Ki, putera Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci itu malah membela Cian Bu Ong musuh besar kita, juga musuh besarnya sendiri!

kata Liu Hwa terheran-heran

Bahkan le bih dari itu, ibu

Thian Ki telah menjadi putera Cian Bu Ong, dan ibunya te lah menjadi isteri bekas pangeran itu.

Wahhhh......?

Aneh sekali! Sungguh luar biasa sekali!

seru Liu Hwa, s ukar membayangkan hal itu dapat te rjadi

Kalau ia menjadi isteri Lie Koan Tek, biarpun pendekar Siauw-lim-pai ini pernah membantu Cian Bu Ong, adalah karena ternyata bahwa Lie Koan Tek bukan penjahat dan tidak membunuhi orang-orang He k-houw-pang, bahkan menolongnya

Akan te tapi Pangeran Cian Bu Ong

Dia yang menyuruh anak buahnya menghancurkan He k-houw-pang sehingga akibatnya menewaskan pula Coa Siang Lee, dan isteri Siang Lee itu malah menjadi isteri pangeran itu

Dan Coa Thian Ki yang membela Pangeran Cian Bu Ong membuntungi tangan kirimu, Cin Cin?

tanya Lie Koan Tek yang juga merasa terheranheran

Cin Cin menggeleng kepalanya dan alis nya berkerut ketika ia menunduk dan memandang kepada ujung le ngan kirinya

Dia mencegah aku membunuh Cian Bu Ong, sehingga te rjadi perkelahian antara dia dan aku

Thian Ki yang menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, lihai bukan main

Akan te tapi aku berhasil mencengkeram pundaknya dengan tangan kiriku

Seketika, tangan kiriku keracunan hebat sampai menjadi hitam dan Thian Ki menggunakan pedangnya untuk membuntungi tanganku sebatas pergelangan

Katanya.......kalau tidak dia buntungi tanganku, racun akan menjalar naik dan aku akan te was tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya.

Ahhh, mengerikan!

kata Lie Koan Tek

Bagaimana mungkin engkau mencengkeram pundaknya malah engkau yang keracunan?

Ayah, Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak beracun), hal ini kuketahui kemudian

Di tubuhnya mengeram racun yang amat hebat sehingga siapa saja yang memukul atau mencengkeramnya akan keracunan sendiri tanpa ada obat yang mampu menyembuhkannya.

Aku ingat sekarang!

kata Liu Hwa

Ibunya, Sim Lan Ci, adalah puteri Ban-tok Mo-li, ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan

Tentu neneknya itulah yang membuat Thian Ki jadi seorang tok-tong.

Bukan main anak itu,

kata Lie Koan Tek te rmenung

Sudah menjadi tok-tong, menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, te ntu dia menjadi seorang yang amat hebat

Baru memukulnya saja sudah mendatangkan bahaya maut bagi yang memukulnya! Akan sulit mencari orang yang akan mampu menandingi pemuda itu.

Jangan-jangan dia akan menjadi seorang penjahat

Akan berbahaya sekali kalau begitu

Mendiang ayahnya, Coa Siang Lee, adalah seorang pendekar dan ibunya, biarpun pute ri Ban-tok Moli, namun bukan seorang wanita jahat.

Hemm, setelah menjadi seorang tok-tong, sadar akan kekuataan dalam tubuhnya, dan menjadi murid Cian Bu Ong yang sakti dan kejam, memang ada kecondongan bagi pemuda itu untuk menjadi jahat

Yang jelas, Cin Cin telah menjadi korban anak beracun itu, dan kehilangan tangan kirinya.

Liu Hwa mengamati wajah puterinya dan Cin Cin menunduk, menarik napas panjang

Cin Cin, apakah engkau mendendam kepada Thian Ki?

Gadis itu kembali menghela napas panjang dan menggeleng kepalanya

Sesungguhnya ibu, ketika aku kehilangan tangan kiri, aku menjadi berduka sekali dan merasa sakit hati

Akan tetapi, aku merasa yakin bahwa Thian Ki bukanlah orang jahat

Justru dia membuntungi tangan kiriku untuk menyelamatkan nyawaku, dan dia melakukannya secara te rpaksa sekali

Bahkan tangan kiriku keracunan bukan karena dia menyerangku, melainkan karena aku yang mencengkeram pundaknya

Aku tidak dapat menyalahkan dia, ibu

Akan te tapi, bagaimanapun juga, aku menjadi buntung karena dia, disengaja atau tidak, maka selalu ada dendam te rkandung dalam hatiku

Sekali waktu, entah kapan, aku akan membalas semua ini, dan mudah-mudahan aku akan dapat membuntungi tangan kirinya, baru akan puas rasa hatiku dan tidak akan merasa penas aran lagi.

Diam-diam Liu Hwa merasa ngeri

Hampir ia tidak dapat mengenal puterinya yang dahulu merupakan seorang anak yang periang dan berhati le mbut

Sekarang, ada sesuatu yang membuatnya merasa ngeri

Pute rinya itu kini berwatak keras dan terdapat sesuatu yang dingin

Lie Koan Tek menarik napas panjang

Me ndengarkan penuturanmu, akupun merasa ragu apakah benar Thian Ki menjadi seorang pemuda yang kejam dan jahat

Kalau memang engkau menganggap dia tidak bersalah, tidak semestinya kalau engkau mendendam kepadanya, Cin Cin

Seorang gagah tidak pernah mendendam, hanya menentang yang jahat, siapapun dia

Kalau Thian Ki ternyata jahat, sudah sepatutnya kalau engkau menentangnya, akan tetapi kalau ternyata tidak, maka tidak baik kalau engkau mendendam kepadanya.

Apa yang dikatakan ayahmu benar, Cin Cin

Engkau te ntu masih ingat bahwa ayah kandungmu adalah ketua Hek-houw-pang yang selalu membela kebenaran dan keadilan, juga keluarga ibumu adalah keluarga Coa yang turun te murun menjadi pimpinan He k-houw-pang

Bahkan ayah tirimu ini adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang te rkenal selalu menentang ketidak-adilan

Engkau keturunan keluarga pendekar, anakku, oleh karena itu, setelah kini memiliki ilmu kepandaian tinggi, sudah sepatutnya kalau engkau bersikap dan bertindak sebagai seorang pendekar wanita sejati.

Cin Cin menghela napa panjang

Ibu, biarpun subo adalah seorang datuk yang berwatak aneh dan keras, namun karena sejak kecil aku sudah menerima pendidikan dari ibu dan ayah, maka didikan subo tidak akan mampu membelokkan watak pendekar dari hati dan pikiranku

Akan tetapi aku berhutang budi, bahkan berhutang nyawa kepada subo

Kalau aku tidak membalas budinya, bukankah aku sama saja dengan seorang yang tak mengenal budi, seorang yang rendah budi?

Tentu saja, Cin Cin

Sudah sewajarnya, bahkan sudah menjadi kewajibanmu untuk membalas budi kepada subo-mu!

kata Lie Koan Tek dan ibunya juga mengangguk

Nah, karena memenuhi permintaan su-bo, maka aku mati-matian mencari Cian Bu Ong dan berusaha membunuhnya

Akan te tapi, Thian Ki membela ayah tlrinya yang juga menjadi gurunya dan menghalangi usahaku untuk memenuhi tugas yang diberikan subo kepadaku, yaitu membunuh Cian Bu Ong

Akibat dari perbuatan Thian Ki, walaupun tidak dia sengaja, aku kehilangan tangan kiriku

Ayah dan ibu, tidakkah sudah sepatutnya kalau aku kelak membalas kepada Thian Ki

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar