Naga Beracun Bab 085


Dia tersenyum mengejek,

Lie Koan Tek, kalau dulu engkau tidak membunuh orang-orang He k-houw-pang, sekarangpun, melihat muka bibi Liu Hwa, aku tidak akan membunuhmu, hanya akan memberi hajaran kepadamu sebagai hukuman!

Setelah berkata demikian dia menyerang dengan dahsyat dan bertubi-tubi

Pedangnya lenyap menjadi gulungan sinar yang berkilauan

Lie Koan Tek juga menggerakkan rantai baja itu untuk membentuk bente ng perlawanan yang kokoh, karena dia maklum bahwa mengnadapi pedang yang ampuh dan ilmu pedang hebat itu, dia akan cepat roboh kalau membalas

Melihat suaminya terdesak dan te rancam, Liu Hwa tidak mungkin dapat berdiam diri saja

Iapun mencabut pedangnya menerjang ke depan sambil berte riak,

Siong Ki, engkau tidak boleh menghina suamiku!

Siong Ki memutar pedangnya menangkis dan mengejek,

Bagus, sekarang pengkhianatanmu sudah lengkap, bibi Liu Hwa, dan biarlah aku mewakili arwah suamimu untuk memberi pelajaran kepadamu pula!

Pedangnya bergerak cepat secara luar biasa sekali dan terdengar Liu Hwa berseru kesakitan lalu te rhuyung ke belakang karena pangkal le ngan kanannya te rluka oleh ujung pedang lawan

Melihat isterinya te rluka, Lie Koan Tek lalu memutar rantai bajanya menyerang dengan dahsyat sehingga terpaksa Siong Ki menangkis sambil mundur dan tersenyum mengejek

Biarlah hari ini orang-orang yang berdosa menerima hukumannya!

katanya dan kembali pedangnya bergerak luar bias a sekali, membuat Lie Koan Tek menjadi bingung dan biarpun dia sudah memutar rantai bajanya dengan cepat, tetap saja pundaknya te rkena ujung pedang lawan dan dia te rhuyung dan pundak kirinya berdarah

Siong Ki tertawa

Ha-ha-ha, kalian rasakan sekarang! Lie Koan Tek dan engkau bibi Liu kalau kalian mau mengakui kesalahan kalian di hadapanku, aku akan mengampuni kalian dan membebaskan kalian

Akan te tapi kalau kalian tidak mengakui kesalahan, te rpaksa aku akan memberi hajaran lebih keras lagi.

Suami isteri itu saling pandang

Bagi oran g yang menghargai kegagahan seperti mereka, merendahkan diri dan kehormatan merupakan pantangan

Hampir berbareng mereka berseru,

Kami tidak sudi!

Wajah Siong Ki menjadi merah saking marahnya

Hemm, orang-orang tak bermalu masih mempertahankan kehormatan

Kalau begitu, biar kuberi pelajaran yang lebih pahit lagi

Siapkan senjata kalian!

Suami isteri itu telah berdiri berdampingan dengan senjata di tangan, siap untuk melawan sampai mati

Hyaaaaatttt........!

Tubuh Siong Ki menerjang dahsyat dan pedangnya menyambar bagaikan kilat

Tranggg.......!!

Siong Ki terkejut setengah mati ketika pedangnya berte mu dengan sebatang pedang yang mengeluarkan sinar kehijauan mengandung hawa dingin

Ketika dia meloncat ke belakang karena merasa tangannya te rgetar hebat dan memandang, te rnyata yang menangkis pedangnya tadi adalah Cin Cin!

Kau.......?

Akan tetapi Cin Cin tidak memberi kesempatan lagi kepada Siong Ki untuk bicara, karena ia segera menyerang dengan dahsyat bukan main, sehingga terpaksa Siong Ki harus memutar pedangnya untuk melindungi dirinya

Serangan yang dilakukan Cin Cin amat hebatnya dan setiap kali mereka beradu pedang, Siong Ki merasa betapa seluruh lengannya tergetar hebat

Dia melompat agak jauh ke belakang

Aku.....aku tidak ingin berkelahi denganmu, aku hanya akan memberi pelajaran.....

Kembali Siong Ki tidak dapat melanjutkan katakatanya karena begitu tangan kiri Cin Cin bergerak, belasan batang jarum yang bersinar menyambar ke arah tubuh pemuda itu

Siong Ki te rkejut dan cepat melompat jauh ke kiri

Kalau Cin Cin maju membela ibunya dan dia dikeroyok tiga, sudah pasti dia akan terancam bahaya

Melawan Cin Cin seorangpun belum tentu dia menang, maka mengingat bahwa dia telah melukai Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa, yang te ntu akan membuat Cin Cin marah sekali, dia lalu meloncat jauh dan melarikan diri! Cin Cin tidak mengejarnya, hanya berdiri mematung, memandang ke arah perginya pemuda itu membelakangi suami isteri itu dengan sikap acuh

Coa Liu Hwa dan suaminya saling pandang, kemudian Liu Hwa yang kini timbul pula harapan dan dugaannya bahwa gadis itu adalah pute rinya, segera menghampiri dan menegur dengan suara gemetar

Kau.....kau.....Kam Cin

Cin Cin.....?

Mendengar suara ibunya memanggilnya, Cin Cin merasa jantungnya seperti diremas

Betapa inginnya menubruk dan merangkul ibunya yang selama ini amat dirindukannya, akan tetapi di situ ada Lie Koan Tek dan ia masih merasa penasaran

De ngan perlahan ia memutar tubuh menghadapi ibunya, mukanya menjadi pucat akan tetapi sikapnya masih dingin dan ia hanya menatap wajah ibunya, tanpa menjawab dan tanpa memperlihatkan gejolak perasaannya

Liu Hwa yang kini tidak ragu lagi bahwa gadis ini adalah pute rinya yang hilang, berkata lagi, suaranya bercampur is ak,

.

..Cin Cin......lupakah engkau kepadaku

Lupakah.........engkau pada.......ibumu.....

Aku ibumu......

Bukan! Engkau bukan ibuku!

Cin Cin berseru dengan suara lantang seperti berte riak, karena suaranya itu memang langsung keluar dari perasaan hatinya

Cin Cin! Engkau pasti Cin Cin anakku! Aku ibumu, anakku.....

Liu Hwa berkata dengan air mata bercucuran, namun ia masih belum berani mendekat, karena sebelum gadis itu mengaku bahwa ia benar Cin Cin, tentu s aja ia belum yakin benar

Hemm, kalau benar engkau ini ibuku, kenapa engkau membiarkan anakmu hidup te rlantar sendiri sampai belasan tahun, sedangkan engkau sendiri bersenang-senang dan enak-enakan menikah lagi dengan seorang laki-laki lain

Mana ada seorang ibu seperti itu

Melupakan suami yang te was melupakan anak yang hilang, sebaliknya bersenang-senang sendiri?

Liu Hwa yang mendengar ucapan penuh penyesalan itu, merasa betapa dadanya seperti ditusuk-tusuk, ia hanya dapat membelalakkan mata memandang kepada anaknya dengan air mata bercucuran

Melihat ini, Lie Koan Tek maju dan berkata dengan suara tegas

Nona, engkau tidak berhak bicara seperti itu kepada isteriku!

Kini Cin Cin menoleh kepadanya dan te rsenyum mengejek

Bagus! Engkau merasa dirimu besar karena engkau te rkenal sebagai seorang tokoh Siauw-lim-pai dan bersikap gagah

Huh, menurut pendengaranku tadi, engkau ikut menyerbu Hekhouw-pang dan ikut membasmi He k-houw-pang, kemudian engkau membunuh ketua He k-houwpang dan melarikan is terinya, lalu memaksa isteri ketua Hek-houw-pang menjadi isterimu! Dan sekarang engkau masih gagah-gagahan berlagak membelanya

Pendekar macam apa engkau ini?

Cin Cin......ahhh.......Cin Cin.......jangan berkata demikian.....

Liu Hwa menje rit, terkulai dan pingsan dalam rangkulan suaminya yang cepat meloncat mendekatinya

Lie Koan Tek memondong tubuh yang pingsan itu, meenoleh kepada Cin Cin dan bertanya,

Beginikah sikap seorang anak yang baik, membalas budi seorang ibu kandung dengan sikap sekejam ini

Kalau ia sampai mati, maka engkaulah pembunuh ibu sendiri!

Setelah berkata demikian, Koan Tek membawa isterinya ke bawah sebatang pohon di mana tumbuh rumput tebal dan merebahkan tubuh Liu Hwa di atas rumput, lalu menotok beberapa jalan darah dan mengelus te ngkuknya

Liu Hwa kini bernapas le mbut dan te ratur, agaknya ia tertidur

Ketika Lie Koan Tek melihat gadis itu mengikutinya dan kini duduk di atas akar pohon sambil memandang isterinya dengan bingung, diapun bertanya dengan suara kaku

Kenapa engkau mendekat

Apakah engkau masih penas aran dan hendak membunuh aku dan isteriku

Silakan kalau begitu.

Akan te tapi, melihat ibunya roboh pingsan agaknya semua kemarahannya le nyap atau setidaknya mereda dari hati Cin Cin

Ingin ia menubruk dan menangisi ibunya, akan tetapi panasnya hati membuat ia masih menahan perasaannya dan ia memandang kepada Lie Koan Tek

Me ngingat namamu yang besar sebagai pendekar Siauw-lim-pai, demi kehormatan Siauwlim-pai, ceritakanlah apa yang te lah terjadi dan mengapa pula ibuku sampai dapat menjadi isterimu!

Koan Tek maklum bahwa semua harus diceritakan kepada gadis ini untuk mengobati hati itu yang agaknya terluka hebat

Sambil duduk di atas rumput, berhadapan dengan gadis bertangan kiri buntung itu, Koan Tek menceritakan keadaan dirinya

Nona, engkau te ntu sudah mendengar akan malapetaka yang menimpa Siauw-lim-pai belasan tahun yang lalu, bukan

Kuil kami dibakar dan Siauw-lim-pai dibasmi pasukan pemerintah, ketika itu masih Kerajaan Su

Nah, hampir semua anggota Siauwlim-pai te was, hanya aku beberapa orang saudara yang lolos

Akan tetapi aku menjadi orang buruan dan akhirnya aku te rtangkap dan menjadi orang hukuman.

Cin Cin mengangguk-angguk, hatinya te rtarik karena ia memang sudah mendengar kisah pembasmian Siauw-lim-pai oleh pemerintah Kerajaan Sui

Ketika Kerajaan Sui jatuh, seorang pangeran membebaskan aku dan beberapa orang hukuman lain, dengan syarat bahwa kami yang dibebaskan harus menjadi para pembantunya

Karena ingin bebas, kami setuju

Kemudian Kerajaan Sui yang jatuh diganti oleh Kerajaan Tang

Pangeran yang menjadi majikan kami itu lalu mengadakan gerakan pemberontakan te rhadap kerajaan baru dan kami membantunya

Namun usaha itu gagal

Ketika pangeran itu membujuk He k-houw-pang untuk bersekutu dengannya, Hek-houw-pang menolak dan demikianlah kami disuruh menyerbu He k-houw-pang

Aku sendiri tidak setuju dengan gerakan itu, maka aku han ya membela diri ketika dikeroyok orang-orang He k-houw-pang, merobohkan pengeroyok tanpa membunuh siapapun

Nona boleh percaya atau tidak, akan tetapi sesungguhnya demikianlah

Ketika melihat isteri ketua Hek-houw-pang te rancam dan tentu akan te was seperti suaminya, aku merasa kasihan dan aku lalu melarikannya agar ia tidak sampai te was seperti yang lain.

Cin Cin mendengus

Huh, kenapa engkau menolongnya dan membiarkan orang-orang lain te rbunuh

Tentu engkau tertarik oleh kecantikannya bukan?

Wajah Koan Tek berubah kemerahan

Aku tidak perlu menyangkal

Memang aku te rtarik oleh kecantikannya, walaupun aku belum pernah menikah dan tidak pernah tertarik oleh kecantikan wanita

Akan tetapi, hal itu belum kusadari sebelumnya, dan aku melarikannya karena dengan demikian para pembantu pangeran itu te ntu tidak akan melarangku dan mengira bahwa aku te rtarik oleh wanita itu dan sengaja melarikannya

Padahal, aku melakukan hal itu agar aku te rhindar dari keharusan melawan orang-orang yang kutahu tidak bersalah

Nah, setelah aku melarikannya, membawanya ke te mpat aman, kemudian aku melepaskannya

Kami berpisah, akan tetapi aku merasa kasihan dan tidak te ga lalu membayanginya

Ternyata kekhawatiranku te rbukti

I a te rtawan kepala gerombolan dan nyaris diperkosa

Untung bahwa aku masih membayanginya, maka aku berhasil membunuh kepala gerombolan.

Cin Cin mendengarkan saja, belum percaya sepenuhnya sambil membayangkan keadaan ibunya ketika itu

Melihat gadis itu mendengarkan penuh perhatian tanpa bicara, Koan Tek menghela napas panjang

Dia tidak akan menyalahkan kalau gadis itu tida k percaya kepadanya

Akan tetapi dia sudah mengambil keputusan untuk menceritakan semuanya dengan sejujurnya, sesuai dengan wataknya

Ketika ibumu berkunjung ke Ta-bun-cung, ia mendengar bahwa suaminya te lah te was di samping banyak tokoh Hek-houw-pang lainnya, dan iapun mendengar bahwa engkau diantar seorang sute suaminya pergi mencari pendekar sakti Si Han Heng di dusun Hong-cun

Maka, iapun meninggalkan dusun dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang di antara rekanku, anak buah sang pangeran dan tentu ia akan te rtawan atau terbunuh kalau saja aku tidak datang menyelamatkannya pula

Aku lalu mengantarkannya untuk mencari pute rinya dan demikianlah, kami saling jatuh cinta dan kami menikah.

Cin Cin......

Dua orang itu menengok dan te rnyata Coa Liu Hwa baru saja terbangun dari tidur dan ia bangkit duduk, lalu menangis ketika melihat Cin Cin masih duduk di situ berhadapan dengan suaminya

Cin Cin, engkau masih belum mengakui aku sebagai ibumu......?

Wanita itu meratap sambil memandang gadis itu dengan sinar mata penuh harap

Ceritakanlah dulu riwayatmu sampai engkau menikah dengan paman ini dan tidak memperdulikan aku,

kata Cin Cin, kemarahannya sudah tinggal sedikit setelah mendengar keterangan Lie Koan Tek, hanya tinggal perasaan penas aran saja

Cin Cin, ketika te rjadi serbuan gerombolan di Ta-bun-cung, seperti semua orang Hek-houw-pang, di samping ayahmu, akupun melakukan perlawanan mati-matian

Akan te tapi pihak kita jauh kalah kuat

Ayahmu tewas dan masih banyak lagi, para murid He k-houw-pang hampir habis, bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu kehormatan

Aku sendri tentu akan tewas kalau saja aku tidak ditangkap oleh dia ini dan dilarikan keluar dari dusun.

Hemm, dan dia merupakan seorang di antara para penyerbu dan pembasmi He k-houw-pang!

cela Cin Cin

Dia sudah menceritakan segalanya, Cin Cin

Dia te rpaksa melakukan itu, akan tetapi dia tidak membunuh siapapun

Bahkan penyerbuan di He khouw-pang itu yang membuat dia lalu nekat meninggalkan pangeran pemberontak itu

Aku juga merasa sungkan dan tidak ingin berte mu lagi dengannya

Ketika aku berkunjung ke dusun kita dan bersembahyang, aku melihat Siong Ki yang kehilangan orang tuanya, dan dia minta agar menjadi muridku dan ikut denganku

Aku mengajak dia meninggalkan dusun melalui arah lain agar jangan berte mu dia

Akan te tapi, kami berdua berte mu dengan seorang di antara para penyerbu dan aku te ntu akan celaka kalau s aja dia ini tidak muncul dan menolongku

Dalam perkelahian itu, Siong Ki melarikan diri dan tak pernah kulihat lagi sampai tadi muncul dan hendak membunuh dia.

Dan engkau sama sekali tidak perduli kepadaku!

Cin Cin bertanya, penasaran sekali

-ooo0dw0ooo-

Jilid 23

Cin Cin, aku mendengar bahwa engkau diantar oleh sute Lai Kun untuk berguru kepada pendekar sakti Si Han Beng

Tentu saja hatiku lega dan setuju sekali

Akan tetapi, beberapa bulan yang lalu, aku dan suamiku berkunjung ke Ta-buncung, te rnyata Lai Kun te lah menjadi ketua Hekhouw-pang dan menurut dia, engkau hilang di daerah Lok-yang ini

Tentu saja aku merasa sedih dan kami berdua segera mencari dan menyelidiki jejakmu di daerah ini

Untung kami mendengar te ntang peristiwa di Ji-goan, betapa seorang gadis membasmi rumah pelesir dan kami curiga, lalu kami mencari ke Lok yang dan berte mu denganmu di jalan

Kami lalu membayangimu, melihat engkau diganggu orang-orang di rumah makan itu.

Cin Cin menundukkan mukanya

Kini ia mengerti semuanya dan ia sudah mempertimbangkan keadaan ibunya

Ibunya tidak dapat disalahkan, bahkan beruntung ibunya dapat berjodoh dengan seorang pendekar seperti Lie Koan Tek

Mengingat akan sikapnya ketika berte mu dengan ibunya, betapa ia bersikap kasar dan marah, ia merasa menyesal sekali dan hatinya te rtusuk keharuan, membuat kedua matanya basah

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar